• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PENGANGKUTAN

B. Jenis-jenis Pengangkutan

Pengangkutan sebagai sarana untuk mempermudah sampainya seseorang atau barang di suatu tempat dan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan menempuh perjalanan yang berbeda. Ada yang melalui darat, laut maupun udara.

Dimana pengangkutan itu berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai dari barang tersebut.15

1. Pengangkutan Darat

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan jenis-jenis pengangkutan yang dikenal pada umumnya. Dimana pengangkutan yang sering digunakan di dalam dunia pengangkutan terbagi atas 3 jenis pengangkutan yaitu :

2. Pengangkutan Udara 3. Pengangkutan di Perairan

Dalam pelaksanaannya sehari-hari orang lebih banyak menggunakan pengangkutan melalui darat terutama bagi pedagang yang akan menjual barang dagangannya ke daerah lain, karena ongkos pengangkutan pada pengangkutan darat lebih murah jika dibandingkan dengan pengangkutan pengangkutan udara dan pengangkutan laut.

Menurut pelaksanaannya. Jenis-jenis pengangkutan darat dapat dibagi atas : 1. Pengangkutan dengan Kereta Api

Sebelum penulis membahas lebih jauh mengenai pengangkutan dengan kereta api, sebaiknya lebih dahulu mengetahui apa itu perkeretaapian dan apa itu kereta api.

15 Sutiono Usman Adji, dkk, Op.Cit.,hlm 9

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Mengenai perkeretaapian dapat kita jumpai pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian (UUKA) yang berbunyi :

“Perkereta apian adalah sesuatu yang berkaitan dengan sarana dan fasilitas penunjang kereta api untuk menyelenggarakan pengangkutan kereta api yang disusun dalam suatu sistem”.

Pada umumnya pengangkutan dengan kereta api dapat berupa:

a) Pengangkutan orang dan b) Pengangkutan barang

Seperti yang dijelaskan Pasal 3 UUKA :

“Bahwa perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang atau barang secara massal, menunjang pemerataan, pertumbuhan, serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan.”

Dan pengertian dari kereta api dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 2 UUKA, yang berbunyi :

“Kereta api adalah kenderaan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kenderaan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel. “

Pengangkutan dengan kereta api dilakukan oleh pemerintah, yang berbeda di bawah lingkungan Departemen Perhubungan. Dimana untuk pelaksanaannya diusahakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) dimana sebelumnya disebut dengan Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) dan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).

Bentuk badan hukum ini sudah mengalami beberapa kali perubahan yaitu :

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

a) Dengan Stb. 1939-556 bentuk badan hukum PJKA adalah “Perusahaan Umum Jawatan Kereta Api” yang termasuk dalam golongan perusahaan IBW (Indonesiascha Badrij Van Wet)

Dengan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1963 (LN. 1963-43).

b) Bentuk badan hukum ini dirubah menjadi “Perusahaan Negara Kereta Api”

(PNKA)

c) Dengan Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 1971 (LN. 1971-75), PNKA diubah menjadi “Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)”.

d) Dengan peraturan pemerintah No. 57 tahun 1990 Perusahaan Jawatan Kereta Api menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA).

e) Undang-Undang No.13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian.

f) Kemudian direfisi dangan Undang-Undang No. 23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. PT. Kereta Api (PTKAI).

Jadi pada tahun 1990, karena perkembangan perkeretaapian di Indonesia keluarlah peraturan pemerintah No. 57 tahun 1990 tentang penggantian bentuk perusahaan jawatan kereta api (PJKA) menjadi perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA), kemudian setelah keluarnya peraturan pemerintah No. 57 tahun 1997 maka keluarlah undang-undang tentang perkeretaapian yaitu Undang-Undang No. 13 tahun 1992. (UUKA), kemudian pada tahun 2007 dengan banyaknya masyarakat yang membutuhkan jasa kereta api maka dirubah menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2007 Tentang Kereta Api dan sudah mengganti nama dari PERUM Kereta Api menjadi PT Kereta Api.

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Untuk terjadinya pengangkutan darat dengan kereta api, perlu diadakan perjanjian pengangkutan lebih dahulu yang dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat angkutan barang. Penyelenggaraan angkutan orang atau barang dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat umum angkutan yang ditetapkan oleh badan penyelenggara berdasarkan Pasal 25 UU No 23 tahun 2007.

Menurut ketentuan pasal 3 UUKA, pengangkutan dengan kereta api bertujuan untuk :

a) Memperlancar perpindahan orang atau barang secara massal

b) Menunjang pemerataan, pertumbuhan serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan nasional.

Pengangkutan melalui kereta api memiliki kemampuan untuk mengangkut orang atau barang dalam jumlah volume besar setiap kali perjalanannya, karena kereta api ini memiliki banyak gerbong sekali keberangkatan.

2. Pengangkutan dengan Jalan Raya atau Jalan Umum

Pengangkutan jalan raya atau jalan umum yaitu kenderaan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kenderaan itu yang digunakan untuk pengangkutan barang dan orang yang dijalankan di jalan umum selain dari pada kenderaan yang berjalan di atas rel.

Peraturan pokok yang mengatur pengangkutan melalui jalan raya atau umum adalah UU No. 3 tahun 1965 tentang lalu lintas dan angkutan jalan raya.

Dan terakhir pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1992 menurut Undang-Undang No. 3 tahun 1965 yang dimaksud dengan jalan umum

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

adalah : semua jalan yang bukan kereta api, yang bisa dilalui oleh setiap orang (umum) dan kenderaan bermotor.

Untuk terjadinya pengangkutan melalui darat dengan kenderaan bermotor, perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu yang dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat angkutan barang. Pengusaha angkutan umum wajib mengangkut orang atau barang setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang atau pengiriman barang (Pasal 43 UULAJR).

Tujuan pengangkutan dengan kenderaan bermotor secara khusus diatur dalam Pasal 3 UULAJR. Dalam pasal tersebut dinyatakan pengangkutan dengan kenderaan bermotor bertujuan untuk :

a) Mewujudkan lalu lintas dan pengangkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

b) Mampu memadukan model transportasi lainnya.

c) Mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan.

d) Menunjang pemerataan pertumbuhan dan stabilitas pembangunan nasional.

e) Sebagai pendorong, penggerak, penunjang pembangunan nasional.

3. Pengangkutan dengan Pos, Telegrap dan Telepon

Dahulu pengangkutan pos, telegrap dan telepon dilakukan oleh jawatan pos, telegrap dan telepon, disingkat dengan PTT. Dengan PP No. 240 tahun 1961 (LN 1962-306) telah didirikan “Perusahaan Negara dan Telekomunikasi”. Pada

akhir-Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

akhir ini perusahaan negara pos dan telekomunikasi dipecah menjadi dua perusahaan, yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu dengan :

a) Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1965 (LN 1965-62) telah didirikan perusahaan negara pos dan giro.

b) Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1965 (LN 1965-63) telah didirikan perusahaan negara telekomunikasi.

c) Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1974 (LN 1974-50) perusahaan negara telekomunikasi dialihkan menjadi perusahaan umum telekomunikasi.

Mengenai peraturan pengangkutan pos, telegrap dan telepon itu ada beberapa peraturan yang penting, yaitu :

a) Undang-Undang No. 6 tahun 1984 Tentang Pos.

b) Undang-Undang No. 5 tahun 1964 (LN 1964-59) Tentang Telekomunikasi.

c) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1959 (LN 1959-41) Tentang Pos Dalam Negeri.

d) Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1959 (LN 1959-42) Tentang Pos Internasional.

e) Undang-Undang No. 13 tahun 1969 (LN 1969-53) Tentang Konstitusi Perhimpunan Pos Sedunia di Wina 1964.

f) Undang-Undang No. 2 tahun 1957 (LN 1957-15) Tentang Perjanjian Internasional Mengenai Pemberitaan Jarak Jauh.

g) Undang-Undang No. 10 tahun 1969 (LN 1969-41) Tentang Konvensi Internasional Telecomunication Union di Montreux-1965.

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

h) Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1974 (LN 1974-27) Tentang Telekomunikasi Untuk Umum.

Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut di atas dimaksudkan untuk mengembalikan pelayanan angkutan melalui darat agar dapat dicapai keseimbangan antar kebutuhan jasa angkutan dengan penyediaan jasa angkutan serta untuk menjamin kualitas pelayanan angkutan penumpang dan barang.

Terjadinya perjanjian pengangkutan di darat seperti yang diatur dalam Buku I Pasal 90 KUHD adalah dengan terbitnya surat muatan. Jadi surat muatan merupakan perjanjian antara si pengirim sebagai pihak pertama, pengangkut sebagai pihak kedua, dan surat itu memuat apa yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, seperti misalnya mengenai waktu lamanya pengangkutan, mengenai ganti kerugian dalam hal keterlambatan, kerusakan barang atau sebagainya.

Dokumen terkait