• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum PUTRA HALOMOAN HASIBUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum PUTRA HALOMOAN HASIBUAN"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

PERTANGGUNG JAWABAN PENGANGKUTAN SERTA GANTI KERUGIAN TERHADAP PENUMPANG DAN BARANG ANGKUTAN

DISEBABKAN

KELALAIAN DARI PIHAK PENGANGKUT.

(STUDI DI PT. ANTAR LINTAS SUMATERA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

PUTRA HALOMOAN HASIBUAN 050200100

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

(2)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

PERTANGGUNG JAWABAN PENGANGKUTAN SERTA GANTI KERUGIAN TERHADAP PENUMPANG DAN BARANG ANGKUTAN

DISEBABKAN

KELALAIAN DARI PIHAK PENGANGKUT.

(STUDI DI PT. ANTAR LINTAS SUMATERA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

PUTRA HALOMOAN HASIBUAN 050200100

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG DISETUJUI OLEH:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROF. DR. TAN KAMELLO, SH, MS NIP: 131764556

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

RAMLI SIREGAR, SH, M.HUM ZULFI CHAIRI, SH, M.HUM NIP: 131281010 NIP: 132297250

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

(3)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

ABSTRAKSI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...3

D. Keaslian Penulisan...4

E. Tinjauan Kepustakaan...5

F. Metode Penelitian...6

G. Sistematika Penulisan...7

BAB II GAMBARAN UMUM PENGANGKUTAN...9

A. Pengertian Pengangkutan...9

B. Jenis-jenis Pengangkutan………12

C. Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan………..19

D. Fungsi dan Sifat Pengangkutan………..23

E. Peraturan Yang Mengantur Tentang Pengangkutan...27

BAB III GANTI KERUGIAN TERHADAP PENUMPANG DAN BARANG ANGKUTAN DISEBABKAN KELALAIAN

(4)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

A. Tanggung Jawab Dalam Hukum Pengangkutan ……….27 B. Perjanjian Pengangkutan dan Hak serta Kewajiban Para Pihak.28 C. Penyelenggaran Pengangkutan Terhadap Penumpang dan

Barang Angkutan...32 D. Ganti Kerugian Terhadap Penumpang dan Barang Angkutan...44

BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN PENGANGKUTAN SERTA

GANTI KERUGIAN DISEBABKAN KELALAIAN DARI PIHAK PENGANGKUT

A. Bagaimana Sistem dan Besarnya Ganti Kerugian di PT. Antar Lintas Sumatera………48 B. Bentuk dan Tanggung Jawab Yang Diberikan Oleh Pihak

Pengangkut………..53 C. Batasan Tanggung Jawab Pengangkutan………...61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………68 B. Saran………..68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSWT atas berkat rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjan Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah ” pertanggung jawaban pengangkutan serta ganti kerugian terhadap penumpang dan barang angkutan disebabkan kelalaian dari pihak pengangkut. Studi kasus di PT Antar Lintas Sumatera.

Dalam usaha menyusun dan menulis penulis tidak terlepas dari hambatan- hambatan dan kesulitan-kesulitan akan tetapiberkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak , hal tersebut dapat diatasi. Penulis menyadari bahwa skrisi ini banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulisdan pengetahuan yang ber sifat pengetahuan dan literatur yang dimiliki, namun demikian mencoba menyelesaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh penuli.

Dalam menyusun skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Runtung sitepu,SH M.Hum, Selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

2. Bapak Prof. Dr, Suhaidi, SH M.Hum, Bapak Syafruddin,SH,M.Hum, Bapak M. Husni SH, M.Hum, sebagai Pembantu Dakan I,II,dan III, fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

(6)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

3. Bapak Prof. Tan Kamello, SH, M.S, Selaku ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan,

4. Ramli Siregar SH, MHum, selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Zulfi Chairi SH, MHum, selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta, Himpun Hasibuan, SP dan Sahrina Siregar yang telah mendoakan saya dan memberi nasehat dan bimbingan.

7. untuk saudara –saudaraku kandung, abang Restu, Nopa, Zulpi, Rahyana, sakban, M. Togar, Aman, yang telah memberikan doa dan semagat.

8. kepada teman-temanku sekalilia Andika, Mok2,Udin, Erwin, Ikbal, Wesi, Welson dan semua Stambuk 2005 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

9. kepada seluruh senioren alumni HMI Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan Yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Atas semua bantuannya penulis ucapkan terima kasih, semua ini dan harapan penulis dapat berguna bagi masa yang akan datang.

Medan Maret, 2009.

Penulis

Putra Halomoan Hsb

(7)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAKSI

Pengangkutan merupakan salah lang seorang untuk meringanan beben dalam melakukan pekerjaannya dan mengurangi daya nergi dalam memindahkan barang dan mengantarnya ketempat tujuan yang dituju, dalam pengertian lain pengangkutan merupakan cara untuk melakukan dan menaikkan nilai dan guna yang dilakukan dalam penjualan dan perpindahan barang tersebut. Namun dalam melakukannya tudak terlepas dari resiko yang dilalui, dan apabila ada resiko maa dalam melakukan siapa yang bertanggung jawab dalam hal ini maka akan dilakukan cara penyelesaikan dengang menyelesaikan masalah tersebut, dalam melaksanakan dam mengetahuinya penulis mengangkat skripsi ini dengan judul’

Pertanggungan Jawaban Pengangkutan terhadap barang dan penumpang serta ganti kerugian disebabkan pihak pengangkut.( di PT antar lintas Sumatera).

Metode penulisan yang dilakukan oleh penulis dengan melkaukan metode penulisan dan pengumpulan data mempelajari dan menganilasa dengan sistematik dan ter jangkau dan dilakukan dengangn menggunakan perundang undangan yang dalam pendalaman isi dan yang berkaitan dengan skripsi ini. Serta ditambah lagi stidi penelitian yang senantiasa menambah kejelasan tentang data yang sebenarnya dilapangan.

Kesimpulan yang dapat dari skiripsi ini adala apabila terjadi kerugian yang bersekala kecil maka pihak pengangkut yang bertanggung jawab, dan apabila terjadi kecelakaan yang berskala besar maka pihak pengangkut mengasuransikan tanggung jawabnya kepada pihak PT. Jasa Raharja. Selama kedua pihak tersebut melakukan perjanjian asuransi, namun semua ini apabila dapat dilakukan dan dibuktikan pihak pengangkutlah yang melakukan kesalahan, apabila tidak dapat dibuktikan maka puhak pengangkut tidak bertanggung jawab.

Dengan demikian maka tejadilah pihak penumpang dan pengangkut mengetahui apa yang menjadi tanggung jawabnya dan mengetahui kewajiban dari pihak yang bersangkutan dan terjadilah keharmonisan dalam melakukan perjanjian dalam pelaksanaan pengangkutan tersebut.

(8)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalu lintas merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebab dengan lalu lintas yang baik akan mempermudah terhubungnya satu daerah ke daerah lain. Arti penting perhubungan tidak bisa dipisahkan dari perkembangan suatu negara termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun di segala bidang termasuk sektor perhubungan.

Fungsi lain dari lalu lintas terlihat dalam kepentingan perekonomian suatu negara terutama dalam rangka pendistribusian kekayaan alam yang merata antara suatu tempat dengan tempat lain. Sebab dengan lalu lintas yang baik akan memperlancar terlaksananya pengangkutan penumpang dan barang secara timbal balik antar daerah, sesuai kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Nilai dan guna suatu barang tidak hanya bergantung dari barang itu sendiri, tetapi juga bergantung pada tempat dimana barang itu berada. Peranan pengangkutan dalam dunia perdagangan bersifat mutlak. Sebab tanpa pengangkutan perusahaan tidak mungkin dapat berjalan. Barang-barang yang dihasilkan produsen dapat sampai di tangan konsumen hanya dengan cara pengangkutan. Ditinjau dari kebutuhan manusia, maka sarana pengangkutan sangatlah penting peranannya, hal ini mengingat sifat dan kebutuhan manusia yang selalu berhubungan satu sama lainnya.

(9)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Penyusunan skripsi ini lebih menitik beratkan pada pengangkutan penumpang dan barang melalui jalan raya yang dilaksanakan oleh PT. Antar Lintas Sumatera, yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengangkat barang dagangannya ke daerah lain. Karena biaya pengangkutannya jauh lebih murah jika dibandingkan alat angkut lainnya seperti kapal laut dan pesawat udara.

Dalam pelaksanaan pengangkutan yang menentukan hak dan kewajiban para pihak sangat tergantung pada perjanjian pengangkutan sehingga terlaksananya pengangkutan sesuai yang diharapkan.

Untuk terlaksananya pengangkutan penumpang dan barang dengan baik dan lancar serta selamat sampai tujuan, maka pemilik barang dan penumpang mengadakan perjanjian dengan PT. Antar Lintas Sumatera, dimana PT. Antar Lintas Sumatera berkedudukan sebagai pengangkut. Perjanjian ini dimaksudkan untuk terlaksananya pengangkutan dengan baik.

Walaupun tujuan perjanjian tersebut untuk menjaga keselamatan barang dan penumpang, tetapi ada kemungkinan resiko terjadinya suatu hambatan-hambatan dalam perjalanan seperti : kecelakaan, keterlambatan, bencana alam dan sebagainya.

Apabila kesalahan tersebut ada pada pihak pengangkut dalam hal ini PT.

Antar Lintas Sumatera, bagaimana tanggung jawabnya sebagai pengangkut dan pihak pengirim barang dan penumpang dalam hal ini sebagai pihak yang dirugikan dapat menuntut haknya yang biasanya dalam bentuk penuntutan ganti rugi. Jadi dengan adanya perjanjian tersebut akan menimbulkan tanggung jawab pada masing-masing pihak. Sesuai dengan judul skripsi yang penulis ajukan

(10)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

dalam pembahasan yaitu : “Pertanggung jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut. (Studi di PT. Antar Lintas Sumatera)”.

Adapun pertimbangan dan alasan penulis memilih judul ini adalah ingin menguraikan dan memberikan gambaran serta tanggung jawab pengangkut dalam perjanjian pengangkutan penumpang dan barang melalui darat khususnya melalui jalan raya.

Dengan dasar tersebut di atas, penulis mempunyai keinginan untuk lebih mengetahui tentang tanggung jawab pengangkut dalam perjanjian pengangkutan penumpang dan barang dalam prakteknya sehari-hari.

B. Permasalahan

Permasalahan yang akn saya angkat dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang dan barang

angkutan.

2. Bagaimana sistim dan besarnya ganti kerugian yang disebabkan kelalaian dari pihak pengangkut.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

(11)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

1. Untuk lebih mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab pihak pengangkut atas penumpang dan barang yang diangkutnya.

2. Untuk mengetahui sistim dan besarnya ganti kerugian disebabkan kelalaian pihak pengangkut.

Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan penulis tentang pelaksanaan dan penyelenggaraan pengangkutan penumpang dan barang melalui jalan raya dan mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab pihak pengangkut dalam pelaksanaan pengangkutan penumpang dan barang.

2. Secara praktis, untuk dapat memberikan suambangan pemikiran juridis terhadap pertanggung jawaban pengangkutan penumpang dan barang.

D. Keaslian Penelitian

Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan judul dari skripsi penulis, ditambah sumber riset dari lapangan di PT Antar Lintas Sumatera Medan, dalam penulisan skripsi lain sepanjang pengetahuan penulis yang banyak penekanannya adalah mengenai hal proses penyelenggaraan pengangkutan tersebut, akan tetapi penulis dalam kesempatan ini akan membahas tentang pertanggung-jawaban serta besar ganti kerugian dilihat dari aspek hukumnya, adapun judul yang penulis angkat tentang :

“Pertanggung-jawaban pengangkutan serta ganti kerugian terhadap

(12)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

penumpang dan barang angkutan disebabkan kelalaian dari pihak pengangkut”. Dalam penulisan ini yang harus ditekankan adalah bagaimana proses tanggung jawab dan sistem ganti kerugian yang diderita oleh pihak penumpang atau pengirim barang, apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak pengangkut. Disamping itu penulis angkat karena ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana penerapan hukum yang dilaksanakan dalam usaha pengangkutan di jalan raya dan studi kasus di PT. Antar Lintas Sumatera.

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Pengangkutan serta Peraturan Perundang-undangan yang membahas mengenai pertanggung-jawaban pengangkutan terhadap penumpang dan barang angkutan serta besarnya ganti kerugian apabila terjadi kelalaian yang disebabkan oleh pihak pengangkut, oleh karena itu penulisan ini asli karya penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam perjanjian pengangkutan tanggung jawab pengangkutan adalah suatu perbuatan yang dibebankan kepada kedua belah pihak yang bersifat mengikat.1 Pengangkutan adalah berasal dari kata “angkut” yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartikan sebagai pembawa barang-barang atau orang-orang (penumpang)2

1 Mr. E. Suherman, Tanggung Jawab Pengangkutan Dalam Hukum Udara Indonesia, N.V.Eresco I, Bandung,1962, hlm 12

2 W. J. S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Departemen P dan K, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hlm. 97

. HMN Purwosutjipto mendefenisikan, pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut

(13)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.3

Penumpang adalah orang yang mengikatkan diri kepada pihak pengangkut.4

Barang angkutan adalah barang-barang yang diangkut oleh pihak pengangkut yang diberikan oleh pihak pengirim.5

Barang bawaan adalah barang yang dibawa oleh penumpang tidak dalam skala besar.6

Ganti kerugian adalah suatu tanggung jawab untuk mengganti sesuatu yang sudah tidak ada wujudnya atau berkurang keasliannya kepada pihak yang dirugikan.7 Pihak Pengangkut adalah pihak-pihak yang melakukan pengangkutan terhadap barang dan penumpang (orang) yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan baik dengan cara carter menurut waktu maupun menurut perjalanan.8

3 HMN. Purwosucipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, 3, Hukum Pengangkutan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1991, hlm. 2

4 Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Udara, Penerbit USU pres 2006, Medan, 2006, hlm 20

5 Mr. E. Suherman, Op.Cit,. hlm 12

6 Ibid

7 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998 hlm 5

8 Hasim Purba, SH, Hukum Pengangkutan di Laut, Penerbit Pustaka, Bangsa Prees, Medan, 2005, hlm 135

F. Metode Penelitian

Dilakukan dengan penelitian (riset) untuk mendapatkan data primer dan sekunder yang diperoleh dengan dua cara yaitu:

(14)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

1. Library Research (Studi Kepustakaan) yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan kuliah dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Field Research (Studi Lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke lapangan, perolehan data ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pimpinan PT. Antar Lintas Sumatera sebagai perusahaan pengangkutan penumpang dan barang.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang merupakan gambaran isi dari sebuah penulisan skripsi serta alasan-alasan penyusun sistematika dalam daftar isi. Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab terperinci.

Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini yang merupakan bab pendahuluan, penulis menguraikan tentang hal yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, dan metode penulisan. Sebagai penutup bab ini diakhiri dengan memberikan sistematika penulisan dari skripsi ini.

(15)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Bab II : Gambaran Umum Pengangkutan

Sesuai dengan judul, maka bab ini menguraikan gambaran umum mengenai pengertian pengangkutan, jenis-jenis pengangkutan, objek dan pihak-pihak dalam pengangkutan, fungsi dan sifat pengangkutan.

Bab III :Ganti Kerugian Terhadap Penumpang dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian

Dalam bab ini diuraikan mengenai tanggung jawab dalam hukum pengangkutan, perjanjian pengangkutan, hak serta kewajiban para pihak, penyelenggaran pengangkutan terhadap penumpang dan barang angkutan, ganti kerugian terhadap penumpang dan barang karena kelalaian pihak pengangkut.

Bab IV : Pertanggung jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut

Dalam bab ini diuraikan mengenai bagaimana sistem dan besarnya ganti kerugian, bentuk tanggung jawab yang diberikan pihak pengangkut, batasan tanggung jawab pengangkutan.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Dalam bab terakhir ini merupakan penutup dari rangkaian bab-bab sebelumnya, dimana penulis membuat suatu kesimpulan atas pembahasan skripsi ini yang dilanjutkan dengan memberi saran-saran atas masalah-masalah yang tidak terpecahkan yang diharapkan akan dapat berguna dalam praktek.

(16)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM PENGANGKUTAN

A. Pengertian Pengangkutan

Pengangkutan adalah merupakan suatu jasa dalam pemindahan barang ataupun orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan mempergunakan alat angkutan melalui darat, laut maupun udara. Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dapat diartikan yaitu memindahkan barang-barang produksi dan barang perdagangan ke tempat konsumen dan sebaliknya bagi para produsen pengangkutan barang pengangkut barang memungkinkan mereka memperoleh bahan-bahan yang mereka perlukan untuk memproduksi barang.

Mengenai defenisi pengangkutan secara umum dalam Kitab Undang- Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak ada, yang ada hanya mengenai pengangkutan laut yang dinyatakan dalam Pasal 466 KUHD dikatakan bahwa :

“Pengangkutan dalam arti bab ini ialah barang siapa yang baik dengan perjanjian carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan, baik dengan

(17)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

perjanjian lainnya mengikatkan dii untuk menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya barang atau sebagian melalui lautan.”9

“Pengangkutan dalam arti bab ini adalah barang siapa yang baik dengan carter menurut waktu atau carter menurut perjalanan baik dengan perjanjian lain mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) seluruhnya atau sebagian melalui lautan.”

Kemudian Pasal 521 KUHD menyatakan :

10

“Sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan

Dari dua defenisi yang dikemukakan dalam Pasal 466 KUHD tersebut dapat diartikan secara umum bahwa pengangkutan adalah: Barang siapa yang melakukan penawaran umum bagi siapa saja untuk menyelenggarakan pengangkutan sehingga ia wajib memenuhi permintaan atau tidak menolak untuk mengangkut. Kata barang siapa dalam ketentuan ini dapat berupa orang pribadi atau badan hukum yang mengikatkan diri dalam pelaksanaan pengangkutan.

Pelaksanaan pengangkutan ini haruslah ada persetujuan terlebih dahulu dan ada kesepakatan diantara pihak yang bersangkutan, dan tidak terlepas dengan syarat-

syarat perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPerdata).

Menurut Sution Usma Adji, bahwa pengangkutan adalah:

9 Prof, R. Subekti,SH, dkk, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan 27, 2002, hlm 134

10. Ibid, hlm 136

(18)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

tertentu, sedangkan pihak lainnya (pengirim atau penerima) berkeharusan memberikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.”11

Sedangkan Purwosutjipto, berpendapat bahwa : Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengiriman, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.12

Selanjutnya menurut Soekardono, bahwa perjanjian pengangkutan itu adalah: “Sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lain, berkewajiban untuk membayar biaya tertentu pekerjaan pengangkutan itu.”13

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.

Sebelum pengangkutan dilaksanakan pada umumnya terjadi suatu perjanjian antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Perjanjian pengangkutan pada pembahasan ini adalah perjanjian pengangkutan darat dengan menggunakan kenderaan bermotor berupa bus yang pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya. Artinya untuk sahnya suatu perjanjian haruslah memenuhi syarat- syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 KUHPerdata tentang mengikatnya suatu perjanjian. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian adalah:

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

3. Suatu hal tertentu.

11. Sutiono Usman Adji, SH, dkk, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Penerbit Rineka Citra, Bandung,1990, hlm 6

12 . H.M.N Purwosutjipto,SH,Op.Cit., hlm 2

13 Soekardono, SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Penerbit Soereong, Jakarta, 1981, hlm 2

(19)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

4. Suatu sebab yang halal.

Kemudian Pasal 1388 KUHPerdata menyatakan :

1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

2. Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak.

3. Perjanjian harus dilaksanakan dengan i’tikad baik.

Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian di sini adalah pihak pengangkut dengan pengiriman barang. Jadi, dapat dikatakan bahwa perjanjian pengangkutan pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya, dimana ketentuan dasarnya seperti yang telah disebutkan di atas.

Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut mengenai jenis-jenis pengangkutan, ada baiknya penulis akan menjelaskan tentang perjanjian pengangkutan yaitu perjanjian pengangkutan yang dilakukan para pihak sebelum melakukan pengangkutan dan perjanjian yang dilakukan berupa perjanjian pengangkutan pada umumnya yang bersifat tidak tetap atau disebut dengan pelayanan berkala. Artinya dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan tidak terus menerus, tetapi hanya kadangkala, kalau pengirim membutuhkan pengangkutan untuk mengirimkan barang.14

14 Mr. R. Soekardono, SH, Hukum Dagang Indonesia, Penerbit Soeroeng, Jakarta,1961,hlm 10

Perjanjian yang bersifat pelayanan berkala ini terdapat pada Pasal 1601 KUHPerdata yaitu pada bagian ketentuan umum.

(20)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

B. Jenis-Jenis Pengangkutan

Pengangkutan sebagai sarana untuk mempermudah sampainya seseorang atau barang di suatu tempat dan dilakukan dengan berbagai cara dan dengan menempuh perjalanan yang berbeda. Ada yang melalui darat, laut maupun udara.

Dimana pengangkutan itu berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai dari barang tersebut.15

1. Pengangkutan Darat

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan jenis-jenis pengangkutan yang dikenal pada umumnya. Dimana pengangkutan yang sering digunakan di dalam dunia pengangkutan terbagi atas 3 jenis pengangkutan yaitu :

2. Pengangkutan Udara 3. Pengangkutan di Perairan

Dalam pelaksanaannya sehari-hari orang lebih banyak menggunakan pengangkutan melalui darat terutama bagi pedagang yang akan menjual barang dagangannya ke daerah lain, karena ongkos pengangkutan pada pengangkutan darat lebih murah jika dibandingkan dengan pengangkutan pengangkutan udara dan pengangkutan laut.

Menurut pelaksanaannya. Jenis-jenis pengangkutan darat dapat dibagi atas : 1. Pengangkutan dengan Kereta Api

Sebelum penulis membahas lebih jauh mengenai pengangkutan dengan kereta api, sebaiknya lebih dahulu mengetahui apa itu perkeretaapian dan apa itu kereta api.

15 Sutiono Usman Adji, dkk, Op.Cit.,hlm 9

(21)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Mengenai perkeretaapian dapat kita jumpai pada Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian (UUKA) yang berbunyi :

“Perkereta apian adalah sesuatu yang berkaitan dengan sarana dan fasilitas penunjang kereta api untuk menyelenggarakan pengangkutan kereta api yang disusun dalam suatu sistem”.

Pada umumnya pengangkutan dengan kereta api dapat berupa:

a) Pengangkutan orang dan b) Pengangkutan barang

Seperti yang dijelaskan Pasal 3 UUKA :

“Bahwa perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang atau barang secara massal, menunjang pemerataan, pertumbuhan, serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan.”

Dan pengertian dari kereta api dapat ditemui dalam Pasal 1 ayat 2 UUKA, yang berbunyi :

“Kereta api adalah kenderaan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kenderaan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel. “

Pengangkutan dengan kereta api dilakukan oleh pemerintah, yang berbeda di bawah lingkungan Departemen Perhubungan. Dimana untuk pelaksanaannya diusahakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) dimana sebelumnya disebut dengan Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) dan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).

Bentuk badan hukum ini sudah mengalami beberapa kali perubahan yaitu :

(22)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

a) Dengan Stb. 1939-556 bentuk badan hukum PJKA adalah “Perusahaan Umum Jawatan Kereta Api” yang termasuk dalam golongan perusahaan IBW (Indonesiascha Badrij Van Wet)

Dengan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1963 (LN. 1963-43).

b) Bentuk badan hukum ini dirubah menjadi “Perusahaan Negara Kereta Api”

(PNKA)

c) Dengan Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 1971 (LN. 1971-75), PNKA diubah menjadi “Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)”.

d) Dengan peraturan pemerintah No. 57 tahun 1990 Perusahaan Jawatan Kereta Api menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA).

e) Undang-Undang No.13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian.

f) Kemudian direfisi dangan Undang-Undang No. 23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. PT. Kereta Api (PTKAI).

Jadi pada tahun 1990, karena perkembangan perkeretaapian di Indonesia keluarlah peraturan pemerintah No. 57 tahun 1990 tentang penggantian bentuk perusahaan jawatan kereta api (PJKA) menjadi perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA), kemudian setelah keluarnya peraturan pemerintah No. 57 tahun 1997 maka keluarlah undang-undang tentang perkeretaapian yaitu Undang- Undang No. 13 tahun 1992. (UUKA), kemudian pada tahun 2007 dengan banyaknya masyarakat yang membutuhkan jasa kereta api maka dirubah menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2007 Tentang Kereta Api dan sudah mengganti nama dari PERUM Kereta Api menjadi PT Kereta Api.

(23)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Untuk terjadinya pengangkutan darat dengan kereta api, perlu diadakan perjanjian pengangkutan lebih dahulu yang dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat angkutan barang. Penyelenggaraan angkutan orang atau barang dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat umum angkutan yang ditetapkan oleh badan penyelenggara berdasarkan Pasal 25 UU No 23 tahun 2007.

Menurut ketentuan pasal 3 UUKA, pengangkutan dengan kereta api bertujuan untuk :

a) Memperlancar perpindahan orang atau barang secara massal

b) Menunjang pemerataan, pertumbuhan serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan nasional.

Pengangkutan melalui kereta api memiliki kemampuan untuk mengangkut orang atau barang dalam jumlah volume besar setiap kali perjalanannya, karena kereta api ini memiliki banyak gerbong sekali keberangkatan.

2. Pengangkutan dengan Jalan Raya atau Jalan Umum

Pengangkutan jalan raya atau jalan umum yaitu kenderaan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kenderaan itu yang digunakan untuk pengangkutan barang dan orang yang dijalankan di jalan umum selain dari pada kenderaan yang berjalan di atas rel.

Peraturan pokok yang mengatur pengangkutan melalui jalan raya atau umum adalah UU No. 3 tahun 1965 tentang lalu lintas dan angkutan jalan raya.

Dan terakhir pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1992 menurut Undang-Undang No. 3 tahun 1965 yang dimaksud dengan jalan umum

(24)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

adalah : semua jalan yang bukan kereta api, yang bisa dilalui oleh setiap orang (umum) dan kenderaan bermotor.

Untuk terjadinya pengangkutan melalui darat dengan kenderaan bermotor, perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu yang dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat angkutan barang. Pengusaha angkutan umum wajib mengangkut orang atau barang setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang atau pengiriman barang (Pasal 43 UULAJR).

Tujuan pengangkutan dengan kenderaan bermotor secara khusus diatur dalam Pasal 3 UULAJR. Dalam pasal tersebut dinyatakan pengangkutan dengan kenderaan bermotor bertujuan untuk :

a) Mewujudkan lalu lintas dan pengangkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

b) Mampu memadukan model transportasi lainnya.

c) Mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan.

d) Menunjang pemerataan pertumbuhan dan stabilitas pembangunan nasional.

e) Sebagai pendorong, penggerak, penunjang pembangunan nasional.

3. Pengangkutan dengan Pos, Telegrap dan Telepon

Dahulu pengangkutan pos, telegrap dan telepon dilakukan oleh jawatan pos, telegrap dan telepon, disingkat dengan PTT. Dengan PP No. 240 tahun 1961 (LN 1962-306) telah didirikan “Perusahaan Negara dan Telekomunikasi”. Pada akhir-

(25)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

akhir ini perusahaan negara pos dan telekomunikasi dipecah menjadi dua perusahaan, yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu dengan :

a) Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1965 (LN 1965-62) telah didirikan perusahaan negara pos dan giro.

b) Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1965 (LN 1965-63) telah didirikan perusahaan negara telekomunikasi.

c) Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1974 (LN 1974-50) perusahaan negara telekomunikasi dialihkan menjadi perusahaan umum telekomunikasi.

Mengenai peraturan pengangkutan pos, telegrap dan telepon itu ada beberapa peraturan yang penting, yaitu :

a) Undang-Undang No. 6 tahun 1984 Tentang Pos.

b) Undang-Undang No. 5 tahun 1964 (LN 1964-59) Tentang Telekomunikasi.

c) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1959 (LN 1959-41) Tentang Pos Dalam Negeri.

d) Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1959 (LN 1959-42) Tentang Pos Internasional.

e) Undang-Undang No. 13 tahun 1969 (LN 1969-53) Tentang Konstitusi Perhimpunan Pos Sedunia di Wina 1964.

f) Undang-Undang No. 2 tahun 1957 (LN 1957-15) Tentang Perjanjian Internasional Mengenai Pemberitaan Jarak Jauh.

g) Undang-Undang No. 10 tahun 1969 (LN 1969-41) Tentang Konvensi Internasional Telecomunication Union di Montreux-1965.

(26)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

h) Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1974 (LN 1974-27) Tentang Telekomunikasi Untuk Umum.

Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut di atas dimaksudkan untuk mengembalikan pelayanan angkutan melalui darat agar dapat dicapai keseimbangan antar kebutuhan jasa angkutan dengan penyediaan jasa angkutan serta untuk menjamin kualitas pelayanan angkutan penumpang dan barang.

Terjadinya perjanjian pengangkutan di darat seperti yang diatur dalam Buku I Pasal 90 KUHD adalah dengan terbitnya surat muatan. Jadi surat muatan merupakan perjanjian antara si pengirim sebagai pihak pertama, pengangkut sebagai pihak kedua, dan surat itu memuat apa yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, seperti misalnya mengenai waktu lamanya pengangkutan, mengenai ganti kerugian dalam hal keterlambatan, kerusakan barang atau sebagainya.

C. Objek dan Pihak Dalam Pengangkutan

Sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa pengangkutan adalah : perjanjian timbal balik pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pihak pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.

Agar terlaksananya pengangkutan tersebut dengan baik sesuai dengan tujuannya, maka sebelum dilaksanakan pengangkutan itu harus diadakan perjanjian antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim barang. Dalam

(27)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

melaksanakan perjanjian pengangkutan harus ada objek dari pengangkutan itu sendiri dimana objek pengangkutan itu antara lain :

1. Pengangkutan Barang

Dalam hal pengangkutan barang yang menjadi objek pengangkutan adalah

“barang”. Barang yang dimaksud di sini adalah barang yang sah dan dilindungi oleh undang-undang. Dalam pengangkutan darat dengan kenderaan bermotor berupa bus jenis barang muatan yang dapat diangkut berupa :

a) Barang sandang, seperti kain dan baju.

b) Barang pangan seperti beras, gula dan buah-buahan.

c) Barang rumah tangga seperti lemari dan alat-alat dapur.

Dalam menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu. Kedua belah pihak mempunyai kewajiban masing-masing yaitu :

a) Pihak pengangkut mempuyai kewajiban untuk mengangkut barang ataupun orang dari suatu ke tempat lain dengan selamat.

b) Pihak pengirim berkewajiban membayar ongkos yang disepakati serta menyerahkan barang tersebut diserah terimakan kepada penerima yang mana alamatnya tercantumnya dalam surat angkutan.

Sewaktu perjanjian pengangkutan barang diadakan pihak pengangkutan membuat suatu akta yang dinamakan dengan surat muatan. Dimana dalam surat muatan tersebut memuat hak-hak sebagai berikut :

a) Nama barang, berat ukuran bilangan dari jumlah ongkos perpotong dan per kilogram.

b) Nama orang penerima kepada siapa barang itu diserahkan.

(28)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

c) Jumlah upah pengangkut, tanda tangan pengirim dan surat angkutan itu harus dicatat dalam buku register.

d) Surat muatan tersebutlah yang merupakan perjanjian antara pengangkut dan pengirim, akan tetapi surat muatan itu tidak mengikat pengangkut jika tidak ditanda tangani oleh pengangkut dan pengirim barang.

2. Pengangkutan Orang

Berbeda dengan pengangkutan barang, maka yang menjadi objek dalam perjanjian pengangkutan orang adalah orang. Dalam hal perjanjian pengangkutan orang, penyerahan kepada pengangkut tidak ada. Tugas pengangkut hanya membawa atau mengangkut orang sampai di tempat tujuan dengan selamat, dan tentang barang yang dibawa oleh pihak penumpang tidak termasuk dalam barang angkutan akan tetapi digolongkan kedalam barang bawaan. Misalnya:

a) Tas yang disandang.

b) Bungkusan yang bersifat skala kecil.

Mengenai pengangkutan orang diatur dalam UULAJR yang disebutkan bahwa pengangkutan orang dengan kenderaan bermotor wajib menggunakan kenderaan bermotor untuk penumpang, dengan memakai bagasi maupun tanpa bagasi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan penumpang dan kenyamanan penumpang.

Dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 14 tahun 1992 diatur mengenai pelayanan angkutan orang dengan kenderaan umum terdiri dari :

(29)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

a) Angkutan antar kota yang merupakan perpindahan orang dari suatu kota ke kota lain.

b) Angkutan kota yang merupakan perpindahan orang dalam wilayah kota.

c) Angkutan pedesaan yang merupakan perpindahan orang dalam atau antar wilayah pedesaan.

d) Angkutan lalu lintas batas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui lintas negara lain.

Dalam rangka menjamin kelangsungan pelayanan angkutan, keseragaman dan keteraturan dalam pemberian pelayanan, ditentukan pelayanan wilayah kota yang didasarkan pada sifat dan ketentuan perjalanan, jarak dan waktu tempuh berkembang suatu daerah atau kawasan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, industri perkantoran dan sebagainya.

Kemudian Pasal 37 UU No. 14 tahun 1992 diatur mengenaI pelayanan angkutan orang dengan kenderaan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang-Undang No. 14 tahun 1992, dapat dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur atau dalam trayek.

Pengertian trayek tetap teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan teratur, dengan jadwal tetap atau tidak terjadwal. Sedangkan pengertian tidak tetap dalam trayek ini adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dengan tidak terikat dalam jaringan trayek tertentu dengan jadwal pengangkutan yang tidak teratur.16

Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan pelayanan angkutan dengan kenderaan umum agar dapat dicapai keseimbangan antara kebutuhan jasa

16 HMN.Purwosutjipto,Op.Cit.,hlm 29

(30)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

angkutan dengan penyediaan jasa angkutan, maka kapasitas jaringan transportasi jalan dengan kenderaan umum yang beroperasi, serta untuk menjamin kualitas pelayanan angkutan penumpang.

Pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan. Wiwoho Soedjono menjelaskan bahwa di dalam pengangkutan di laut terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya tiga unsur yaitu : pihak pengirim, pihak penerima barang dan barangnya itu sendiri.17

a) Pihak pengangkut (penyedia jasa pengangkutan), yaitu pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan seperti yang telah diperjanjikan.

Dalam perjanjian pengangkutan barang para pihak yang terkait bisa terdiri dari :

b) Pihak pengirim barang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah disepakati dan berhak memperoleh jasa pelayanan angkutan atas barang yang dikirimnya.

c) Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan), yaitu sama dengan pihak pengirim, namun adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang diangkut di tempat tujuan.

Sedangkan dalam hal perjanjian pengangkutan penumpang, maka pihak yang terkait adalah :

17 Wiwoho Soejono, Hukum Pengangkutan Indonesia, Semarang,1999, hlm 28

(31)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

a) Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yaitu pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.

b) Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan), yaitu pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.

D. Fungsi dan Sifat Pengangkutan

Menurut HMN Purwosutjipto, fungsi pengangkutan adalah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.18

Fungsi pengangkutan itu adalah dengan dilakukannya kegiatan pengangkutan itu maka barang atau benda yang diangkut itu akan meningkatkan daya guna maupun nilai ekonomisnya. Misalnya hasil bumi berupa sayur-mayur Mengenai fungsi pengangkutan adalah sangat penting sekali dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam dunia perdagangan, mengingat kegiatan pengangkutan merupakan sarana untuk memindahkan barang dari produsen ke agen atau grosir dan selanjutnya sampai ke konsumen dalam hal angkutan barang.

Sedangkan untuk pengangkutan penumpang (orang), maka kegiatan pengangkutan berfungsi untuk memindahkan penumpang (orang) dari suatu tempat ke tempat lain yang menjadi tujuannya. Dengan jasa kegiatan pengangkutan tersebutlah barang atau penumpang dapat berpindah dari tempat asal ke tempat tujuan.

18 HMN Purwosutjipto,Op.Cit., hlm 12

(32)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

dari Tanah Karo apabila telah diangkut ke kota Medan atau diekspor ke berbagai manca negara dengan jasa pengangkutan maka nilai guna dan nilai ekonomis dari sayur-mayur tersebut akan meningkat.19

Di dalam Code Civil di Perancis dengan tegas diperbedakan antara perjanjian pengangkutan dan pemborongan, bahwa mengenai perjanjian pengangkutan barang dan orang diatur sendiri di dalam Code Civil tersebut, yaitu dalam Pasal 1782-1786, kemudian pasal tersebut dilakukan perubahan dioper ke Sedangkan untuk pengangkutan penumpang (orang), maka kegiatan-kegiatan pengangkutan juga akan membawa fungsi bagi penumpang sebagai pengguna jasa angkutan. Artinya dengan dukungan jasa angkutan tersebut penumpang dapat sampai ke tempat yang dituju untuk selanjutnya melakukan kegiatan yang dia maksudkan.

Sifat-sifat pengangkutan menurut Pasal 1601 - Pasal 1604 KUHPerdata.

Dapat dikemukakan bahwa pemborongan itu menurut redaksi Pasal 1601 sendiri, pihak pemborong harus menciptakan sesuatu tertentu (een bepaald werks tot stand to brengen) bagi pihak yang memborongkan (aanbesteder), jadi sebuah benda

baru (gedung, terusan, jalan kereta api, dan sebagainya) yang tadinya belum ada, kenyataannya sukar dapat dipergunakan pada pengangkutan, sama sekali tidak diperjanjikan perwujudan benda baru, melainkan pengangkut yang baik akan sekeras-kerasnya berusaha, supaya benda-benda muatan yang dipercayakan kepadanya secara utuh dan lengkap, tak berubah (tidak rusak atau berkurang) sampai di tempat tujuan.

19 Hasim Purba, Op.Cit., hlm5

(33)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

dalam W.v.K. di Belanda, Pasal 91 dan seterusnya (sama dengan Pasal 91 di dalam KUHD sekarang), jadi tidak dioper di dalam B.W. di Nederland.20

Teranglah bahwa pengangkutan barang atau orang merupakan pekerjaan tertentu yang harus dipenuhi terhadap pihak yang memerlukan akan pekerjaan itu dengan pemberian upah. Pekerjaan tersebut dilakukan pada waktu-waktu yang diperlukan, walaupun apabila pengangkut menunaikan prestasinya secara baik, yang membutuhkan pengangkutan mungkin akan tetap memakai perusahaan pengangkutan tertentu yang kenamaan.

Pada umumnya hubungan hukum antara pengangkut dengan pihak yang memakainya itu adalah bermacam-macam yaitu sama tinggi, sama rendah atau kedua belah pihak adalah “gecoordineerd”. Tidak ada imbangan majikan terhadap buruh atau imbangan “gesubordineerd” pada hubungan hukum antara pemakai pengangkutan dan pengangkut. Karena itu sifat perjanjian pengangkutan adalah sebuah perjanjian untuk melakukan pelayanan (jasa) berkala (een overeenkomstot het verrichten van enkele diensten), Sesuai dengan Pasal 1601 KUHPerdata.

Dalam bahasan ini ini sifat dari pengangkutan memidahkan barang dari tempat yang satu ketempat lain dan mengharapkan upah dari usahanya tersebut, dan proses yang dilakukan secara berkala tidak seperti majikan dan pembantu yang secara terus-menerus.

20 Sutiono Usman Adji,dkk, Op.Cit., hlm 7

(34)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

GANTI KERUGIAN TERHADAP PENUMPANG DAN BARANG ANGKUTAN DISEBABKAN KELALAIAN

A. Tanggung Jawab Dalam Hukum Pengangkutan

(35)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Pengusaha pengangkutan bertanggung jawab atas keselamatan barang, kelambatan datangnya barang, kerusakan dan kehilangan barang yang diangkut dengan demikian posisi pengusaha pengangkutan sama dengan pengangkutan yang dimaksud dan Pasal 91 KUHD yang berbunyi :

Pengangkut harus menanggung segala kerusakan yang terjadi pada barang- barang angkutan lainnya setelah barang itu mereka terima untuk diangkut, kecuali kerusakan-kerusakan yang diakibatkan karena suatu cacat pada barang itu sendiri karena keadaan yang memaksa atau karena kesalahan atau kelupaan si pengirim.21

Dalam hukum pengangkutan dikenal tiga prinsip tanggung jawab yaitu : tanggung jawab karena kesalahan, tanggung jawab karena praduga, dan tanggung jawab mutlak.

Tanggung jawab dalam hukun pengangkutan diatur dalam Pasal 1236 KUHPerdata menyatakan : Pengangkut wajib mengganti biaya, rugi dan bunga yang layak harus diterima bila ia tidak menyerahkan atau tidak merawat sepantasnya untuk menyelamatkan barang-barang angkutan.

Pasal 438 ayat 3 KUHD menyatakan : Ia bertanggung jawab atas perbuatan dari mereka, yang dikerjakannya dan untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut.

22

Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaran pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian 1. Tanggung Jawab Karena Kesalahan (Foult Liability)

21KUHPerdata, Op.Cit., hlm 23

22 Mr. E Suherman, Op.Cit., hlm 18

(36)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan bukan pada pihak pengangkut. Prinsip ini diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melawan hukum sebagai aturan umum.

Sedangkan aturan khusus ditentukan dalam undang-undang yang mengatur masing-masing jenis pengangkutan.

Pada pengangkutan dengan kenderaan bermotor, tanggung jawab ini ditentukan dalam Pasal 28 UULAJR yang menyatakan : Pengemudi kenderaan bermotor bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang atau pemilik barang yang timbul karena kelalaian atau kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kenderaan bermotor.23

1) Badan penyelenggaran bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengguna jasa atau pihak ketiga yang timbul dari penyelenggaraan pelayanan angkutan kereta api.

Pada pengangkutan dengan kereta api tanggung jawab ditentukan dalam Pasal 28 UUKA menyatakan :

2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan dengan ketentuan :

a) Sumber kerugian berasal dari pelayanan angkutan dan harus dibuktikan adanya kelalaian petugas atau pihak lain yang diperkejakan oleh badan penyelenggara.

b) Berdasarkan ganti rugi dibatasi sejumlah maksimum asuransi ditutup oleh badan penyelenggara dalam hal penyelenggaraan kegiatannya.

23 Pasal 28 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya. (UULAJR)

(37)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Pengertian kerugian yang diderita oleh pengguna jasa tidak termasuk keuntungan yang diperoleh ataupun biaya pelayanan yang sudah dinikmati.

2. Tanggung Jawab Karena Praduga (Presmption Liability)

Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkut yang diselenggarakannya. Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah, maka dia dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti rugi. Yang dimaksud dengan “Tidak bersalah” adalah tidak melakukan kelalaian, telah berupaya melakukan tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari.24

3. Tanggung Jawab Mutlak (Absolute Liability)

Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut, bukan pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.

KUHD juga menganut prinsip tanggung jawab karena praduga. Hal ini dapat dibaca dalam Pasal 468 ayat 2 KUHD yang menentukan bahwa barang yang diangkut itu tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya, atau rusaknya, pengangkutan bertanggung jawab mengganti kerugian kepada pengirim kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagian atau seluruh atau rusaknya barang itu karena peristiwa yang tidak dapat dicegah atau tidak dapat dihindari.

24 Mr. E. Suherman, Op.Cit., hlm 23

(38)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Menurut prinsip ini, pengangkutan harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan dengan kalimat Pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul karena peristiwa apapun dalam menyelenggarakan pengangkutan.

Dalam perundang-undangan mengenai pengangkutan, ternyata prinsip tanggung jawab mutlak diatur. Hal ini tidak diatur mungkin karena alasan bahwa pengangkut yang berusaha di bidang jasa angkutan tidak perlu dibebani dengan resiko yang terlalu berat. Namun tidak berarti bahwa pihak-pihak tidak boleh saja menjanjikan penggunaan prinsip ini untuk kepentingan praktis penyelesaian tanggung jawab, berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Jika prinsip ini digunakan maka di dalam perjanjian pengangkutan harus dinyatakan dengan tegas, misalnya pada dokumen pengangkutan.

Pengusaha angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, dan pengiriman barang karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan angkutan (Pasal 45 ayat 1) UULAJR.

Dalam pelaksanaan angkutan, keselamatan penumpang atau barang yang diangkut pada dasarnya berada dalam tanggung jawab pengusaha angkutan.25

25 Mr. E. Suherman, Op.Cit., hlm 25

Dengan demikian, sudah sepatutnya apabila kepada pengusaha angkutan dibebankan tanggung jawab terhadap setiap kerugian yang diderita oleh

(39)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

penumpang atau pengirim barang yang timbul karena pengangkutan yang dilakukannya. Dengan beban tanggung jawab ini pengangkut didorong supaya berhati-hati dalam melaksanakan pengangkutan. Untuk mengantisipasi tanggung jawab yang mungkin timbul, Pasal 46 UULAJR menentukan, pengusaha angkutan wajib mengasuransikan tanggung jawabnya.

Tanggung jawab pengusaha angkutan-angkutan umum terhadap pemilik barang (pengirim) dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai diserahkannya barang kepada pengirim atau penerima (Pasal 46 ayat 3 dan 4 UULAJR). Besarnya ganti rugi adalah sebesar kerugian yang secara nyata ini adalah ketentuan undang-undang yang tidak boleh disimpangi oleh pengangkut melalui ketentuan perjanjian yang menguntungkannya karena ketentuan ini bersifat memaksa (dwingendrecht). Tidak termasuk dalam pengertian kerugian yang secara nyata diderita antara lain adalah :

a) Keuntungan yang diharapkan akan diperoleh.

b) Kekurangan yang diakibatkan karena kondisi jalan atau jembatan yang dilalui selama dalam perjalanan.

c) Biaya atas pelayanan yang sudah dinikmati.

Pengemudi dan pemilik kendaraan bertanggung jawab terhadap kendaraan berikut muatannya yang ditinggalkannya di jalan (Pasal 24 ayat 2 UULAJR), ini dapat diartikan jika muatan penumpang atau barang yang ditinggalkannya di jalan itu menderita kerugian, maka pengemudi atau pemilik dan pemilik kendaraan wajib membayar ganti rugi bersama-sama secara tanggung renteng. Tetapi dalam Pasal 28 UULAJR ditemukan, pengemudilah yang bertanggung jawab atas

(40)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

kerugian yang diderita oleh penumpang, pemilik, pihak ketiga yang timbul karena kelalaian atau kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kenderaan bermotor.26

Untuk menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu ada perjanjian antara pengangkut dan pengirim, Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan.

B. Perjanjian Pengangkutan dan Hak serta Kewajiban Para Pihak

Pada pokok bahasan ini penulis akan menguraikan dua konsep yaitu mengenai perjanjian pengangkutan dan konsep mengenai hak dan kewajiban para pihak pada angkutan darat.

1. Perjanjian Pengangkutan

27

26 UULAJR, Op.Cit.,hlm 34

27 Prof. Abdul Kadir Muhammad, SH, Op.Cit., hlm 35

Perjanjian pengangkutan selalu digunakan secara lisan tetap didukung oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi.

Dalam perjanjian pengangkutan, kedudukan para pihak yaitu pengirim dan pengangkut sama tinggi, yakni tidak seperti dalam perjanjian perburuhan, dimana para pihak tidak sama tinggi, yakni majikan mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada buruh. Kedudukan para pihak dalam perjanjian perburuhan ini disebut kedudukan subordinasi (gesubordineerd), sedangkan kedudukan para pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah sama tinggi atau kedudukan koordinasi (gecoordineerd).

(41)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan, hubungan kerja antara pengirim dan pengangkut tidak harus terus menerus, tetapi hanya kadang kala, kalau pengirim membutuhkan pengangkutan untuk mengirim barang. Hubungan semacam ini disebut “pelayanan berkala” sebab pelayanan ini tidak bersifat tetap, hanya kadang kala saja, bila pengirim membutuhkan pengangkutan, perjanjian berkala ini diatur dalam Pasal 1601 KUHPerdata.

Dalam undang-undang ditentukan bahwa pengangkutan baru diselenggarakan setelah biaya angkutan dibayar lebih dahulu. Tetapi di samping ketentuan undang-undang juga berlaku kebiasaan masyarakat yang dapat membayar biaya angkutan, kemudian perjanjian pengangkutan biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti luas yaitu kegiatan memuat, membawa dan menurunkan atau membongkar barang. Pengangkutan dalam arti luas ini erat hubungannya dengan tanggung jawab pengangkut apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Artinya tanggung jawab pengangkut mulai berjalan sejak penumpang atau barang dimuat ke dalam alat pengangkut sampai barang dibongkar dari alat pengangkut atau diserahkan kepada penerima.

Tanggung jawab dapat diketahui dari kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian atau undang-undang. Kewajiban pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan. Kewajiban ini mengikat sejak penumpang atau pengirim melunasi biaya angkutan.

Apabila penumpang mengalami kecelakaan ketika naik alat pengangkut atau selama diangkut, atau ketika turun dari alat pengangkut, maka pengangkut bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kecelakaan

(42)

Putra Halomoan Hasibuan : Pertanggung Jawaban Pengangkutan Serta Ganti Kerugian Terhadap Penumpang Dan Barang Angkutan Disebabkan Kelalaian Dari Pihak Pengangkut (Studi Di PT. Antar Lintas Sumatera), 2009.

USU Repository © 2009

yang terjadi itu. Demikian juga halnya pada pengangkutan barang, pengangkut bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul akibat peristiwa yang terjadi dalam proses pengangkutan sejak pemuatan sampai pembongkaran barang di tempat tujuan. Beda dengan barang bawaan yang mana barang bawaan tersebut dapat diberikan ganti kerugiannya apabila terjadi masalah. 28

a) Keadaan memaksa (force majeur).

Barang bawaan yang dimaksud adalah barang yang ada dalam perlindungan penumpang dan barang yang berbentuk bungkusan tetapi berskala kecil dan bisa dimasukkan dalam bagasi alat pengangkutan tersebut, misalnya berupa tas genggaman bungkusan kotak yang bentuknya kecil dan sabagainya.

Tetapi tanggung jawab pengangkut ini dibatasi oleh undang-undang. Dalam undang-undang ditentukan bahwa pengangkut ini bertanggung jawab terhadap segala kerugian yang timbul akibat kesalahan, kecuali :

b) Cacat barang itu sendiri.

c) Kesalahan dan kelalaian pengirim atau pemilik barang.

Menurut R. Soekardono, bahwa perjanjian pengangkutan itu adalah sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan ke tempat tujuan tertentu, pihak lainnya (pengirim) berkewajiban untuk membayar biaya tertentu untuk pengangkutan.29

Bahwa perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkutan dengan pengirim. Dimana pihak pengangkut mengikatkan diri

Sedangkan menurut Purwostjipto, berpendapat,

28 Ibid, hlm 30

29Mr. Soekardono, SH, Op.Cit., hlm 10

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya khususnya berkaitan dengan Aspek Hukum

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

Tujuan penelitian ini adalah memperkenalkan metoda uji small punch untuk studi awal sifat-sifat mekanik material meliputi kuat luluh, kuat tarik, temperatur transisi ulet ke

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan yang disampaikan oleh Terdakwa dan Penasehat Hukumnya, yang mana sebagimana pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas dimana

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Tarkalil sebagai Kepala Bagian Humas yang dilaksanakan pada 28 Oktober 2019 dan data