• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum OLEH:"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBATALAN KEBERANGKATAN CALON JEMAAH HAJI DAN

UMRAH YANG DISEBABKAN OLEH PANDEMI COVID-19 (Studi Pada Beberapa Perusahaan di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

OLEH:

KHAIRUNNISYA EFENDI RANGKUTI 170200326

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBATALAN KEBERANGKATAN CALON JEMAAH HAJI DAN

UMRAH YANG DISEBABKAN OLEH PANDEMI COVID-19 (Studi Pada Beberapa Perusahaan di Kota Medan )

Khairunnisya Efendi*

Bismar Nasution**

Detania Sukarja***

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara dengan mendapatkan kuota ibadah haji dan umrah dalam jumlah yang besar. Pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah semakin bertambah setiap tahunnya. Pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah dilakukan dengan perjanjian. Memasuki awal tahun 2020, Pandemi Covid-19 menyerang seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Arab Saudi. Hal inilah yang menyebabkan Arab Saudi menutup seluruh akses penerbangan Internasional yang menyebabkan pembatalan pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah.

Permasalahan yang dibahas adalah Bagaimana Perkembangan Peraturan terkait Perlindungan Konsumen di Indonesia, Apakah pandemic Covid-19 dapat menjadi dasar force majeure dalam hubungan kontraktual antara calon jemaah haji/Umrah dengan penyedia jasa tour and travel, dan Bagaimana mekanisme ganti kerugian pengguna jasa Tour and Travel yang terhadap pembatalan keberangkatan calon jemaah haji dan Umrah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyusun skripsi ini adalah jenis penelitian hukum normatif, yaitu cara meneliti bahan pustaka yang ada. Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data adalah studi kepustakaan (library research) dan wawancara.

Hasil penelitian menerangkan bahwa aspek hukum pembatalan keberangkatan calon jemaah haji dan umrah yang disebabkan oleh pandemi Covid- 19 tergantung kepada perjanjian yang dibuat. Perjanjian yang dilakukan meskipun tidak menyebutkan klausula force majeure, tidak dapat menjadi pembenaran pembatalan prestasi yang dilakukan oleh perusahaan jasa Tour and Travel. Pelaku usaha harus memperhatikan hak-hak dari konsumen sehingga konsumen tidak merasa dirugikan. Dalam perjanjian harus dimuatnya klausula pembatalan, karena pembatalan juga merupakan hak konsumen sebagai pengguna jasa.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Pembatalan Keberangkatan, Ibadah Haji, Ibadah Umrah, COVID-19

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabblil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua termasuk dalam umatnya yang memperoleh Syafa’atnya kelak di Yaumil Qiyamah.

Aamiin.

Berkat rahmat dan hidayah yang diberikan oleh Allah SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBATALAN KEBERANGKATAN CALON JEMAAH HAJI DAN UMRAH YANG DISEBABKAN OLEH PANDEMI COVID-19 (Studi Pada Beberapa Perusahaan di Kota Medan )”

Berpedoman pada judul tersebut penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penulisan karya tulis/skripsi ini banyak mengalami kesulitankesulitan dan hambatan-hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, terutama dalam hal penulisan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.

Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moral maupun

(5)

materil. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat:

1. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Agusmidah, S.H, M.Hum, sebagai Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati S.H, M.Hum, sebagai Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Mohammad Ekaputra, S.H, M.Hum, sebagai Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution S.H., M.H, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan juga selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H, Selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H., L.L.M., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

9. Bapak H. Edy Sarwono selaku Direktur Utama PT Mekkah Alam Semesta yang telah memberikan kesempatan dan waktunya untuk memberikan

(6)

informasi maupun data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Direktur Utama PT Grand Mecca Holidays yang telah memberikan kesempatan dan waktunya untuk memberikan informasi maupun data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Yang teristimewa dan tersayang kedua orangtua, Ayahanda Syahrial Efendi, S.T. dan Ibunda Maisyarah, S.M. yang tidak henti-hentinya mendoakan dan membimbing secara tulus kepada penulis. Skripsi ini adalah bentuk persembahan kecil dari saya untuk membahagiakan ayahanda dan ibunda.

12. Adik penulis, Khairul Syam Efendi Rangkuti yang selalu menemani dan memahami saat hari-hari tersulit penulis.

13. Kakak Sepupu yang selalu menyelamatkan penulis dan mendengarkan keluh kesah penulis Dinda Angreini

14. Kakak Justira Raudha Pratiwi yang selalu menanyakan dan menyemangati penulis untuk optimis menyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang efektif.

15. Sahabatku tersayang, sebagai tempat berkeluh kesah dan juga tim hore-hore Zia Ul Farrah, Audrey Khalisha, Zelvira Natasya, Patrisia Doloksaribu, dan Dhea Salsabila Lubis.

16. Sahabat seperjuangan penulis, tempat penulis berkeluh kesah dari awal masuk kampus Audrey Khalisha Siregar, Astri Oktari, Chairun Nisa, Izhaq Mahendra, Lucky Sitepu, dan Asyraful Rizal

17. Keluarga besar grup E Fakultas Hukum USU, tempat penulis berkeluh kesah mengenai perkuliahan serta tempat penulis bercanda gurau semasa kuliah.

(7)

18. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Hukum USU.

19. Rekan-rekan saya dalam kepengurusan Ikatan Mahasiswa Ekonomi (IMAHMI) departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun Kepengurusan 2020/2021 yang selalu maju Bersama saya dalam melaksanakan Program Kerja semasa masa kepengurusan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan semoga mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Juni 2021 Penulis

Khairunnisya Efendi Rangkuti NIM 170200326

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penenelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Keaslian Penulisan ... 11

G. Tinjauan Kepustakaan ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II CALON JEMAAH HAJI DAN UMRAH SEBAGAI KONSUMEN YANG DILINDUNGI OLEH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia ... 21

B. Tinjauan Hukum Peraturan Perlindungan Konsumen di Indonesia ... 24

1. Pengertian Hukum Konsumen ... 24

2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen ... 25

3. Sumber-Sumber Hukum Konsumen ... 26

4. Asas, Tujuan, dan Prinsipp Hukum Perlindungan Konsumen ... 29

C. Tinjauan Hukum Terhadap Konsumen dan Pelaku Usaha ... 32

1. Pengertian Konsumen ... 32

(9)

2. Hak dan Kewajiban Konsumen ... 34

3. Pengertian Pelaku Usaha ... 36

4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ... 37

D. Hubungan antara Konsumen dan Pelaku Usaha ... 38

1. Hubungan Langsung ... 40

2. Hubungan Tidak Langsung ... 40

E. Calon Jemaah Haji dan Umrah Sebagai Konsumen yang Dilindungi oleh Peraturan Perundang-Undangan ... 41

BAB III ASPEK HUKUM PEMBATALAN KEBERANGKATAN CALON JEMAAH HAJI DAN UMRAH AKIBAT PANDEMI COVID-19 A. Tinjauan Hukum Pelaksanaan Jasa Tour Haji dan Umrah ... 44

B. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Industri Jasa Tour Haji dan Umrah ... 47

C. Konsep Hukum Force Majeure dalam Hukum Kontrak ... 51

D. Implikasi Hukum Pandemi Covid-19 terhadap Perjanjian Penyedia Jasa Tour Haji dan Umrah ... 57

BAB IV MEKANISME PEMBATALAN DAN GANTI KERUGIAN TERHADAP PEMBATALAN KEBERANGKATAN CALON JEMAAH HAJI DAN UMRAH YANG DISESBABKAN OLEH PANDEMI COVID-19 (STUDI PADA BEBERAPA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN) A. Mekanisme Pembatalan dan Ganti Kerugian ... 62

1. PT Mekkah Alam Semesta ... 62

2. PT Grand Mecca Holidays ... 65

(10)

B. Perbandingan Mekanisme Pembatalan dan Ganti Kerugian antara PT Mekkah Alam Semesta dan PT Grand Mecca Holidays ... 67 C. Lesson Learned dalam Pembatalan dan Ganti Kerugian oleh

PT Mekkah Alam Semesta dan

PT Grand Mecca Holidays... 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

Daftar Hasil Wawancara dengan PT Mekkah Alam Semesta Travel Daftar Hasil Wawancara dengan PT Grand Mecca Holidays

Surat Keterangan Izin Wawancara dengan PT Mekkah Alam Semesta Travel Surat Keterangan Izin Wawancara dengan PT Grand Mecca Holidays

(11)

A. Latar Belakang

Manusia sering dikatakan sebagai makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik tanpa adanya bantuan orang lain.

Hubungan manusia dengan sesama manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks. Substansi hubungan manusia itu pada pokoknya adalah saling memenuhi kebutuhan masing- masing. Ini pertanda bahwa manusia diberikan batasan-batasan tentang perbuatan yang baik untuk keharmonisan interaksi.1

Pada hakikatnya manusia hidup dengan berbagai kebutuhan. Kebutuhan itu muncul karena manusia memiliki naluri untuk bertahan hidup. Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan rohani dan jasmani yang mana masing-masing kebutuhan tersebut harus terpenuhi. Sedangkan kebutuhan rohani lebih mengarah hubungan seseorang dengan penciptanya, dimana melalui hubungan ini seseorang dapat mengucap syukur atas melimpah yang telah diberikan oleh penciptanya di kehidupannya.

Berkaitan dengan kebutuhan rohani, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari 5 agama yang diakui di Indonesia.

Keanekaragaman ini merupakan suatu wujud adanya Bhineka Tunggal Ika, yang merupakan suatu persatuan bangsa. Dengan begitu Negara berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melindungi dan menghormati Warga Negara Indonesia.

Diperlukannya suatu tanggung jawab untuk membuat aturan hukum dan kebijakan

1Muhammadin, “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama”, JIA, Vol. 14, Juni 2013, hlm.99

(12)

untuk menciptakan rasa aman bagi masyarakat Indonesia dalam halnya melaksanakan Ibadah.

Didalam pasal Dalam Pasal 28E ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkanya, serta berhak kembali. Kemudian juga disebutkan dalam pasal 29 ayat (2) Undang Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Peraturan inilah yang menjadi landasan bahwa seseorang bebas dan dijaminkan hak nya untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan kepercayaan masing masing.

Didalam agama islam memiliki 5 rukun islam yang wajib hukumnya dijalankan oleh setiap pemeluknya. Hal tersebut terdiri mengucapkan dua kalimat mendirikan shalat, menjalani puasa, membayar zakat serta menunaikan ibadah Haji bagi yang sudah mampu. Dalam melaksanakan rukun islam yang ke 5, kewajiban untuk menunaikan Ibadah Haji dapat dilakukan pada waktu tertentu yaitu tanggal 8 sampai dengan 13 Dzulhijah setiap tahunnya. Adapun pengertian Ibadah Haji menurut pasal 1 angka 1 Undang- Undang No. 8 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah berbunyi :

“Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima bagi orang Islam yang mampu untuk melaksanakan serangkaian ibadah tertentu di Baitullah, masyair, serta tempat, waktu, dan syarat tertentu”.

(13)

Dalam agama islam juga dikenal melaksanakan Ibadah Umrah. Hampir sama dengan Ibadah Haji, hanya saja dalam melaksanakan Ibadah Umrah, hukum melaksanakan Ibadah Umrah adalah sunah bagi setiap muslim yang mampu menjalankannya, baik mampu dari segi materi maupun non materi. Ibadah Umrah dapat dilakukan kapan saja, namun terkecuali pada hari Arafah yaitu tanggal 10 Zulhijjah dan juga hari tasrik yaitu pada tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah setiap tahunnya. Adapun pengertian Ibadah Umrah menurut pasal 1 angka 1 Undang- Undang No. 8 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah berbunyi :2

“Ibadah Umrah adalah berkunjung ke Baitullah di luar musim haji dengan niat melaksanakan umrah yang dilanjutkan dengan melakukan tawaf, sai, dan tahalul”.

Pada tahun 2014 – 2016, jumlah kuota haji Indonesia hanya sebesar 168.800 jemaah karena adanya pemotongan kuota sebesar 20 persen. Di tahun 2017 & 2018, kuota haji telah kembali normal menjadi 211.000 orang, dan memperoleh tambahan sebesar 10.000 jemaah menjadi 221.000 jemaah. Pada 2019, kuota bertambah lagi 10.000 jemaah sehingga menjadi 231.000 jemaah.3

Sementara, untuk jemaah Umrah data Kementerian Agama mencatat bahwa pada tahun 1440 H (jika mengacu kalender masehi, berada pada rentang 10 September 2018 hingga 4 Juni 2019) total jemaah umrah Indonesia mencapai

2 Undang- Undang No. 8 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

3 Fabian Januaris Kuwardo, “Arab Saudi Tambah Kuota Haji Indonesia Menjadi 231.000 Jemaah” , tersedia di https://nasional.kompas.com/read/2019/04/15/18055341/arab-saudi-tambah- kuota-haji-indonesia-menjadi-231000-jemaah, (15 Desember 2020).

(14)

974.650 jemaah. Dan sejak 31 Agustus 2019 hingga 26 Desember 2019 (setelah musim haji 1440 H), jemaah umrah Indonesia sudah mencapai 443.8794.

Memasuki awal tahun 2020, seluruh dunia diserang dengan Corona Virus Disease atau lebih dikenal dengan Covid-19 yangmana juga menyebabkan beberapa Negara menutup akses masuknya warga negara lain. Salah satu negara yang mengambil kebijakan untuk menutup akses masuknya adalah Arab Saudi. Arab Saudi tercatat telah melakukan penutupan untuk akses masuk di daerahnya sejak 24 Februari 2020.

Dilansir dari laman Arab News, Arab Saudi mengumumkan penutupan 24 jam di semua bagian kota suci Mekkah dan Madinah, berlaku sejak Selasa, 23 Maret 2020 hingga pemberitahuan lebih lanjut. Hal ini tentu berdampak pada pelaksanaan haji dan umrah di Arab Saudi. Menteri Haji dan Umrah Mohammed Saleh Benten juga meminta umat Islam menunda persiapan untuk ibadah haji tahunan yang dijadwalkan pada akhir Juli karena pandemi virus corona.5

Dilansir dari Laman Kementrian Agama, Kedutaan besar Arab Saudi untuk Indonesia Essam bin Abed Al-Thaqafi pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2020 mengumumkan bahwa kuota jemaah haji 1441H/2020M dibatasi hanya berkisar 10.000 jemaah. Dari 10.000 kuota haji tahun 2020, sepertiganya untuk warga Negara Arab Saudi, sisanya untuk Warga Negara Asing atau ekspatriat yang saat ini sudah berada atau berdomisili di Arab Saudi.6

4 Tim CNN Indonesia, “Saudi Larang Umrah Jemaah Indonesia 876 Terbanyak Kedua”, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200228111308-20-479019/saudi-larang-umrah-jemaah- indonesia-876-ribu-terbanyak-kedua, (15 Desember 2020)

5 Lilis, “18.589 Jemaah Umrah Dipulangkan Bertahap Terakhir 15 Maret” ,

https://sulteng.kemenag.go.id/berita/detail/18589-jemaah-umrah-dipulangkan-bertahap-terakhir- 15-maret, diakses 15 Desember 2020, jam 20.30 WIB.

6 Moh. Khoiron, “Menag Minta Tambah Kuota Haji, Ini Jawaban Dubes Arab Saudi”, tersedia di https://haji.kemenag.go.id/v4/menag-minta-tambah-kuota-haji-ini-jawaban-dubes- saudi, (15 Desember 2020)

(15)

Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Calon Jemaah Umrah memerlukan suatu perjanjian. Perjanjian tersebut dapat dilakukan dengan Perusahaan Tour and Travel . Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi:

"Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.''

Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian hubungan antar perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber- sumber lain.7

Hubungan antara dengan Calon Jemaah Haji dan Calon Jemaah Umrah dengan Perusahaan Tour and Travel didahului dengan perjanjian diantara para pihak, yang didalam perjanjian tersebut memuat syarat-syarat, hak, dan kewajiban para pihak.

Dalam hal pembatalan yang terjadi akibat adanya penutupan akses masuk yang dilakukan oleh Negara Arab Saudi yang disebabkan mencegah penyebaran virus Covid-19, tidak dapat dikatakan pembatalan perjanjian atau wanprestasi. Hal ini terjadi karena Pandemi Covid-19 dapat berakhir suatu hari nanti.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil contoh pada beberapa Perusahaan Tour and Travel di Kota Medan. Penelitian ini ditujukan untuk melihat pembatalan keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Calon Jemaah Umrah yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19 sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,

7 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : PT Intermasa, 2002, hlm. 1

(16)

tidak melanggar hak dan kewajiban yang dimiliki oleh konsumen dan/atau ada pilihan lain dalam hal tersebut.

Atas dasar Latar Belakang diatas, peneliti melakukan penelitian tentang

“Aspek Hukum Perlindungan Konsumen pengguna jasa Tour and Travel terhadap Pembatalan Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Umrah yang Disebabkan Oleh Pandemi Covid-19 (Studi pada beberapa perusahaan Tour and Travel di Kota Medan)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada suatu penelitian diperlakukan guna memberikan kemudahan bagi penulis dalam membatasi permasalahan yang akan ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian hukum ini, yaitu sebagai berik

1. Apakah calon jemaah haji dan/atau umrah termasuk konsumen yang dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan?

2. Apakah pandemic Covid-19 dapat menjadi dasar force majeure dalam hubungan kontraktual antara calon jemaah haji/Umrah dengan penyedia jasa tour and travel?

3. Bagaimana mekanisme ganti kerugian pengguna jasa Tour and Travel yang terhadap pembatalan keberangkatan calon jemaah haji dan Umrah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19?

(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh penulis.

Tujuan ini tidak lepas dari permasalahan yang dirumuskan sebelumnya. Tujuan penulisan sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui aspek hukum perlindungan konsumen dalam Industri

Jasa Tour and Travel di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pandemi Covid-19 merupakan hal yang dapat dikategorikan sebagai force majeure dalam industri jasa Tour and Travel di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui tanggung jawab penyedia jasa jasa Tour and Travel di Kota Medan terhadap konsumen yang dirugikan akibat pandemi Covid-19.

Penelitian hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya khususnya berkaitan dengan Aspek Hukum Perlindungan Konsumen pengguna jasa Tour and Travel terhadap Pembatalan Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Umrah yang Disebabkan Oleh Pandemi Covid-19 (Studi pada beberapa perusahaan Tour and Travel di Kota Medan)

2. Manfaat praktis

Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi konsumen berkaitan dengan Aspek Hukum Perlindungan Konsumen pengguna jasa Tour and Travel

(18)

terhadap Pembatalan Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Umrah yang Disebabkan Oleh Pandemi Covid-19 (Studi pada beberapa perusahaan Tour and Travel di Kota Medan).

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Diperlukan suatu metode penelitian dalam penulisan suatu karya ilmiah, sebagai pemikiran yang secara sistematis dipergunakan dalam penelitian skripsi ini yang pada akhirnya bertujuan mencapai keilmiahan dari penulisan skripsi ini. Maka dalam penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian hukum normatif, dengan menggunakan penelitian hukum kepustakaan (library research) yang diperoleh secara tidak langsung ataupun berupa bahan-bahan kepustakaan yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.8 Menggunakan data sekunder dilakukan dengan cara meneliti kepustakaan yang berkaitan dengan penulisan yang dibahas berdasarkan dengan perundang-undangan. Penelitian skripsi ini sifatnya yaitu penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan “penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu dan pada saat tertentu.

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, harus terlebih dahulu mempunyai gambaran yang berupa data awal tentang permasalahan yang akan diteliti.”9

2. Sumber data

8 H.Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.47

9 Bambang Waluyo, “Penelitian Hukum dalam Praktek”, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 13

(19)

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat atau disebut sebagai data primer dan data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder.10

Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Sumber data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya, baik melalui wawancara atau observasi.11 Data primer dalam skripsi ini adalah hasil wawancara dengan informan yang merupakan pihak dari PT Alam Semesta Travel dan PT Grand Mecca Holidays. Sumber data primer di dalam skripsi ini digunakan sebagai pendukung data sekunder.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan perundang- undangan12

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yaitu autoritatif artinya mempunyai otoritas.13 Adapun bahan hukum primer dalam penelitian ini yaitu:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

10 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), hlm. 12

11 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 106

12 Ibid.

13 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, Cet. 7, 2011), hlm 141

(20)

3) Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah

4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

5) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 6) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Kewajiban Bagi

Penyelenggara Layanan Publik

7) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 berisi tentang Penetapan Bencana Non Alam karena menyebarnya Covid-19

8) Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 494 tahun 2020 tentang Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2020 M /1441 H

b. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang bersifat membantu dan atau menunjang bahan hukum primer dalam penelitian yang akan memperkuat penjelasannya di dalamnya.14 Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data primer dan memberikan petunjuk ke arah mana peneliti melangkah. Di antara bahan-bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal dan dokumen- dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian.

c. Bahan hukum Tersier Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

14 Ibid, hlm 142

(21)

sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, majalah, koran berita online, dan lain-lain.15

3. Teknik pengumpulan data

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, jurnal, hasil penelitian, surat kabar, internet, majalah ilmiah, dan statistik dari instansi/lembaga resmi dan dokumen.

4. Analisis data

Menggunakan penelitian hukum normatif dengan menelaah data sekunder pada umumnya dilakukan juga sekaligus analisanya. Metode analisa data pada penulisan ini menggunakan metode analisa data kualitatif, yakni berupa:

a. Melakukan pengumpulan hukum primer, sekunder, dan tertier yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.

b. Melakukan penelitian terhadap bahan hukum yang relevan diatas agar sesuai dengan setiap permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah dan menginterpretasikan data untuk mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.

d. Memaparkan kesimpulan yang kualitatif yaitu dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

E. Keaslian Penulisan

Dalam hal untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum dilakukan penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsidi Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas

15 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayu Media Publishing, 2006). hlm. 46.

(22)

cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 09 Oktober 2020 menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama” dengan judul “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen pengguna jasa Tour and Travel terhadap Pembatalan Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Umrah yang Disebabkan Oleh Pandemi Covid-19 (Studi pada beberapa perusahaan Tour and Travel di Kota Medan)”.

Adapun beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan dengan skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Sri Rezki Tarigan. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2018), judul : Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Jasa Biro Perjalanan Umrah dan Hubungannya dengan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi pada PT. Al-Falah Tours &

Travel Medan). Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Kendala dalam pelaksanaan perjanjian penggunaan jasa biro perjalanan umrah pada PT. Al-Falah Tours & Travel yang kesepakatannya dilaksanakan secara lisan

b. Tanggung jawab PT. Al-Falah Tours & Travel sebagai pelaku usaha terhadap konsumennya

c. Upaya penyelesaian masalah yang terjadi antara PT. Al-Falah Tours &

Travel dengan konsumennya

2. Rizal Ahmad Suhadma. Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2018), judul Perlindungan Hukum Konsumen Pengguna Jasa Biro Perjalanan Wisata (Studi Pada Beberapa Biro di Yogyakarta). Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

(23)

a. Perlindungan hukum konsumen pengguna jasa biro perjalanan wisata di Kota Yogyakarta baik secara normatif dan empiris

b. Tanggung jawab pelaku usaha biro perjalanan wisata atas pemenuhan hak- hak konsumen pengguna jasanya di Kota Yogyakarta

3. Elia Feby Ariani. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah (2019), judul Perlindungan Hukum Terhadap Pembatalan Keberangkatan Calon Jemaah Umrah yang Ditinjau dari Undang-Undang No.

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus PT. Utsmaniyah Hannien Tour). Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Penerapan perlindungan hukum terhadap pengguna biro jasa perjalanan umrah akibat pembatalan pemberangkatan calon jemaah

b. Pertanggungjawaban pihak biro perjalanan umrah akibat pembatalan pemberangkatan calon jemaah

4. Afid Syahbuddin Januar. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (2019), judul Peran Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Jemaah Umrah Terhadap Homologasi Perkara Kepailitan First Travel. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya Homologasi antara Debitor (First Travel) dan Kreditor Konkuren (Jemaah Umrah)

b. Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menjamin kepastian akan terpenuhinya hak-hak jemaah umrah First Travel dalam Homologasi perkara Kepailitan First Travel ?

5. Miftahul Khoiriyah Annur. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (2020), judul Tanggung Jawab Hukum Perjanjian Umrah Antara

(24)

Biro Umrah dengan Calon Jemaah Umrah di PT Patuna Solo. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Tanggung Jawab Hukum para pihak dalam perjanjian umrah antara Biro Umrah dengan Calon Jemaah Umrah PT Patuna Solo?

b. Pelaksanaan Pelayanan Ibadah Umrah di PT Patuna Solo Ditinjau Dari UU No 8 Tahun 2019 tentang Ibadah Haji dan Ibadah Umrah.

Permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini adalah hasil dari pemikiran yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh dari referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, dinyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah: Apabila adanya kesamaan dengan beberapa judul yang terdapat dalam pusat dokumentasi dan informasi perpustakaan Universitas Sumatera Utara maupun di internet dalam seluruh situs pencarian, maka hal tersebut diluar dari yang diketahui.

F. Tinjauan Pustaka 1. Perlindungan Konsumen

Berbicara tentang perlindungan konsumen sama halnya dengan memberikan perlindungan hukum kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhannya dan juga tanggung jawab produsen/tanggung jawab produk dari hal- hal yang merugikan konsumen. Di Indonesia istilah perlindungan konsumen masih relatif baru, sedangkan di negara maju hal ini dibicarakan bersamaan dengan berkembangnya industri dan teknologi.16

Perlindungan konsumen berdasarkan Pasal 1 angka (1) UUPK disebutkan:

16 Janus Sidabalok, “Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”, (Bandung: Cita Aditya Bakti, 2014), hlm. 9

(25)

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”17 karena itu berbicara tentang perlindungan konsumen berarti mempersoalkan jaminan atau kepastian tentang terpenuhinya hak-hak konsumen. Dengan adanya UUPK beserta peraturan hukum lainnya diharapkan hak dan posisi konsumen seimbang dengan pelaku usaha. Konsumen dapat menggugat dan menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan oleh pelaku usaha. Kepastian hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, namun dapat mendorong iklim usaha yang sehat dalam menghadapi persaingan yang menghasilkan produk yang berkualitas.

Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas meliputi perlindungan konsumen dalam memperoleh barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga ke akibat – akibat dari pemakaian barang dan jasa itu. Cakupan perlindungan konsumen dalam dua aspeknya, dapat dijelaskan sebagai berikut:18

a. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada konsumen barang dan jasa yang tidak sesuai dengan undang – undang. Dalam kaitan ini termasuk pesoalan-persoalan mengenai penggunaan bahan baku, proses produksi, proses distribusi, desain produk, dan sebagainya, apakah telah sesuai dengan standar sehubungan keamanan dan keselamatan konsumen atau tidak. Juga, persoalan tentang bagaimana konsumen mendapatkan

17 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, BAB I Pasal 1 angka (1)

18 Janus Sidabalok, Op.Cit. hlm. 8

(26)

penggantian jika timbul kerugian karena memakai atau mengonsumsi produk yang tidak sesuai.

b. Perlindungan terhadap diberlakukannya kepada konsumen syarat-syarat yang tidak adil. Dalam kaitan ini termasuk persoalan-persoalan promosi dan periklanan, standar kontrak, harga, layanan purnajual, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan perilaku produsen dalam memproduksi dan mengedarkan produknya.

2. Konsumen

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, “konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lainmaupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”19

Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli”. Istilah ini dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pengertian konsumen jauh lebih luas daripada pembeli. Luasnya pengertian konsumen dilukiskan secara sederhana oleh mantan presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy dengan mengatakan “consumers by definition include us all.”20

Di dalam kepustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara, yakni:

a. Konsumen akhir adalah “pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk.”

19 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, BAB I, Pasal 1 angka (2)

20 Mariam Darus Badrulzaman “Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku (standar),” dalam BPHN, Simposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia.

(27)

b. Konsumen antara adalah “konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam undang-undang ini adalah konsumen akhir.”21

Dapat dikatakan bahwa setiap orang adalah konsumen karena membutuhkan barang dan/atau jasa untuk mempertahankan hidupnya sendiri, orang lain, ataupun untuk memelihara atau/merawat harta bendanya.

3. Pelaku Usaha

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dikatakan “pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha berbagai bidang ekonomi.”22

Berdasarkan directive pengertian pelaku usaha meliputi:23

a. Pihak yang menghasilkan produk akhir berupa barang-barang manufaktur.

Mereka ini bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul dari barang yang mereka edarkan ke masyarakat, termasuk bilakerugian timbul akibat cacatnya barang yang merupakan komponen dalam proses produksinya.

b. Produsen bahan mentah atau komponen suatu produk

c. Siapa saja yang dengan membubuhkan nama, mereka ataupun tanda-tanda lain pada produk menampakan dirinya sebagai produsen dari suatu barang.

21 Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

22 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, BAB I Pasal 1 angka (3)

23 Celina Tri Siswi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.41

(28)

4. Pembatalan Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Calon Jemaah Umrah

Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 8 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan Haji dan Umrah dijelaskan bahwa Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima bagi orang Islam yang mampu untuk melaksanakan serangkaian ibadah tertentu di Baitullah, masyair, serta tempat, waktu, dan syarat tertentu. Ibadah Haji dalam penyelenggaraannya terbagi atas dua, yaitu penyelengggaraan Ibadah Haji Reguler dan penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Dalam pasal 1 angka 2 Undang- undang No. 8 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan Haji dan Umrah dijelaskan bahwa Ibadah Umrah adalah berkunjung ke Baitullah di luar musim haji dengan niat melaksanakan umrah yang dilanjutkan dengan melakukan tawaf, sai, dan tahalul. Penyelenggaraan Ibadah Umrah dapat dilakukan dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok melalui Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Selain itu apabila terjadi keadaan luar biasa atau kondisi darurat, Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah dapat dilakukan oleh Pemerintah. Kondisi darurat tersebut ditetapkan oleh Presiden.

5. Pandemi Covid-19

Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019,

(29)

kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).24 G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab yang disusun secara sistematis, yang mana antar bab demi bab saling terkait sehingga merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan. Untuk mengetahui isi dari penulisan skripsi ini, dengan demikian disusunlah sistimatis penulisan skripsi yang terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:

Bab I, Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

Bab II, Perkembangan Peraturan Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bab ini terdiri atas Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Tinjauan Hukum Mengenai Peraturan Perlindungan Konsumen di Indonesia yang terdiri atas Pengertian Hukum Konsumen. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen.

Sumber-Sumber Hukum Konsumen. Asas, Tujuan, dan Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen. Tinjauan Hukum Konsumen dan Pelaku Usaha yang terdiri atas Pengertian Konsumen. Hak dan Kewajiban Konsumen. Pengertian Pelaku Usaha. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha. Hubungan antara Konsumen dan Pelaku Usaha yang terdiri atas Hubungan Langsung dan Tidak Langsung.

Bab III, Aspek Hukum Pembatalan Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Umrah Akibat Pandemi Covid-19. Bab ini berisikan Tinjauan Hukum Pelaksanaan

24 Promkes Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020, Maret 20). Informasi Tentang Virus Corona (Novel Coronavirus). tersedia di https://stoppneumonia.id/informasi-tentang-virus-corona-novel-coronavirus/ (24 Desember 2020)

(30)

Jasa Tour Haji dan Umrah di Indonesia. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Industri Jasa Tour Haji dan Umrah. Konsep Hukum Force Majeure dalam Hukum Kontrak. Implikasi Hukum Pandemi Covid-19 terhadap Perjanjian Penyediaan Jasa Tour Haji dan Umrah.

Bab IV, Mekanisme Pembatalan dan Ganti Kegian Terhadap Pebatalan Keberangkatan Calon Jemaah Haji dan Umrah yang disebabkan Oleh Pandemi Covid-19 (StudiTerhadap Beberapa Perusahaan di Kota Medan). Bab ini berisikan.

Mekanisme Pembatalan dan Ganti Kegian yang terdiri atas PT Mekkah Alam Semesta dan PT Grand Mecca Holidays. Perbandingan Mekanisme Pembatalan dan Ganti Kerugian Antara PT Mekkah Alam Semesta dan PT Grand Mecca Holidays.

Lesson Learned dalam Pembatalan dan Ganti Kerugian oleh PT Mekkah Alam Semesta dan PT Grand Mecca Holidays.

Bab V, Penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti atas hasil penelitian dan analisa penulis terhadap obyek yang diteliti berdasarkan rumusan masalah yang diajukan. Saran berisi mengenai masukan atas masalah yang diteliti dan dianggap penting untuk menjawab persoalan yang telah dianalisa dan disimpulkan pada bagian sebelumnya.

(31)

BAB II

CALON JEMAAH HAJI DAN UMRAH SEBAGAI KONSUMEN YANG DILINDUNGI OLEH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia

Abad ke-19 menjadi awal perkembangan hukum perlindungan konsumen di dunia. Hal tersebut ditandai dengan munculnya gerakan konsumen (consumers movement). Gelombang pertama terjadi di New York, Amerika Serikat (AS), dengan terbentuknya Liga Konsumen pada tahun 1891. Setelahnya pada tahun 1898, di tingkat nasional Amerika Serikat terbentuk Liga Konsumen Nasional (The National Consumer's League). Kemudian pada tahun 1906 Iahirlah Undang-undang tentang perlindungan konsumen, yaitu The Meat Inspection Act dan The Food and Drugs Act (pada tahun 1938, UU ini diamandemen menjadi The Food, Drug and Cosmetics Act).25

Gelombang kedua terjadi pada tahun 1914 ditandai dengan terbentuknya komisi yang bergerak dalam bidang perlindungan konsumen, yaitu Federal Trade Comission (FTC). Kemudian semakin berkembangnya zaman, keberadaan program pendidikan konsumen mulai dirasakan perlu sekali untuk menumbuhkan kesadaran kritis bagi para konsumen. Maka pada dekade 1930-an mulai gencar dilakukan penulisan buku-buku tentang konsumen dan perlindungan konsumen, yang juga dilengkapi dengan riset-riset yang mendukungnya.

Gelombang ketiga terjadi pada dekade 1960-an, yang melahirkan era hukum perlindungan konsumen dengan lahirnya suatu cabang hukum baru, yaitu hukum

25 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, 2000, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 12-13.

(32)

konsumen (consumerslaw)26. Hal ini ditandai dengan pidato Presiden AS ketika itu, John F. Kennedy, di depan Kongres Amerika Serikat pada tanggal 15 Maret 1962 tentang "A Special Message for the Protection of Consumer Interest" atau yang lebih dikenal dengan istilah "Deklarasi Hak Konsumen" (Decaration of Consumer Right) yang dikemukakan 4 (empat) hak konsumen (consumer bill of rights) sebagai berikut:27

a. The right to safety - to be protected against the marketing of goods that are hazardous to health or life.

b. The right to be Informed - to be protected against fraudulent, deceitful, or grossly, misleading information, advertising, labeling, and other practices, and to be given the facts needed to make informed choices.

c. The right to choose - to be assured wherever possible, access to a variety of products and services at competitive prices. And in those industries in which competition is not workable and government regulation is substitued there should be assurance of satisfactory quality and services at fair prices.

d. The right to be heard - to be assured that consumer interests will receive full and sympatic considerration the formulation of govemment policy and fair and expeditious treatment its administrative tribunals.

Di Indonesia masalah perlindungan konsumen baru mulai terdengar pada Tahun 1970-an. Hal ini ditandai dengan berdirinya suatu lembaga swadaya masyarakat (nongovernmental organization) yang bernama Yayasan Lembaga

26 Ahmadi Miru & SutarmanYodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 39.

27 Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi 2006, PT.

Gramedia Widiasarna Indonesia, Jakarta hlm. 44-45

(33)

Konsumen Indonesia (YLKI) pada 11 Mei 1973. YLKI muncul dari sekelompok kecil anggota masyarakat yang diketuai oleh Lasmidjah Hardi, yang semula justru bertujuan mempromosikan hasil produksi Indonesia. Ajang promosi tersebut diberi nama Pekan Swakarya.28

Pekan Swakarya menimbulkan desakan suara-suara dari masyarakat, kegiatan promosi ini harus diimbangi dengan langkah-langkah pengawasan, agar masyarakat tidak dirugikan dan kualitasnya terjamin. Adanya keinginan dan desakan masyarakat untuk melindungi dirinya dari barang yang rendah mutunya telah memacu untuk memikirkan secara sungguh-sungguh usaha untuk melindungi konsumen, dan mulailah gerakan untuk merealisasikan cita-cita itu. Hal inilah yang menjadi ide bagi mereka untuk mendirikan wadah bagi gerakan perlindungan konsumen di Indonesia.

Keberadaan YLKI sangat membantu dalam upaya peningkatan kesadaran atas hak-hak konsumen. Lembaga ini tidak sekedar melakukan penelitan atau pengujian, penerbitan, dan menerima pengaduan, tetapi sekaligus juga melakukan upaya advokasi langsung melalui jalur pengadilan. Gerakan konsumen di Indonesia, termasuk yang diprakarsai oleh YLKI mencatat prestasi besar setelah naskah akademik UUPK berhasil dibawa ke DPR, yang selanjutnya disahkan menjadi undang-undang pada tanggal 20 April 1999 dan kemudian berlaku efektif pada tanggal 20 April 2000.

Lahirnya UUPK merupakan hasil usaha yang “memakan waktu, tenaga, dan pikiran yang banyak” dari berbagai pihak yang berkaitan dengan pembentukan hukum dan perlindungan konsumen, baik dari kalangan Pemerintah, Lembaga

28 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hlm. 15

(34)

Swadaya Masyarakat, YLKI, bersama-sama dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi yang merasa terpanggil untuk mewujudkan UUPK. Berbagai usaha tersebut berbentuk pembahasan ilmiah/non-ilmiah, seminar-seminar, penyusunan naskah- naskah penelitian, pengkajian, dan naskah akademik rancangan UUPK.

Kehadiran UUPK juga turut didorong oleh kuatnya tekanan dari dunia internasional. Setelah pemerintah Republik Indonesia mengesahkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing of World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), maka ada kewajiban bagi Indonesia untuk mengiikuti standart-standart yang berlaku dan diterima luas oleh negara-negara anggota WTO. Salah satunya adalah perlunya eksistensi UUPK.29

Berlakunya UUPK menjadi awal pengakuan perlindungan konsumen dan secara legitimasi formal menjadi sarana kekuatan hukum bagi konsumen dan tanggung jawab pelaku usaha sebagai penyedia/pembuat produk bermutu.

B. Tinjauan Hukum Mengenai Peraturan Perlindungan Konsumen di Indoneisa

1. Pengertian Hukum Konsumen

Menurut Az. Nasution berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Jadi dapat diartikan hukum konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup30

29 Op.Cit, hlm. 18

30 Shidarta, Op. Cit., hlm. 9-10

(35)

Az. Nasution juga mengkui bahwa asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen itu tersebar luas dalam berbagai bidang hukum, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Ia juga menyebutkan seperti hukum perdata, hukum dagang, hukum pidana, huku administrasi (negra) dan hukum internasional terutama konvensi-konvensi ysng berkaitan dengan kepentingan-kepentingan konsumen.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa hukum konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara para pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barang dan/ atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup bermasyarakat. Hukum konsumen juga memiliki skala yang luas yang meliputi berbagai aspek hukum yang terdapat kepentingan para pihak konsumen di dalamnya.

2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Istilah “hukum konsumen” dan “hukum perlindungan konsumen” sudah sangat sering terdengar. Tetapi, belum jelas benar apa saja yang masuk kedalam materi keduanya. Dan apakah kedua “cabang” hukum tersebut identik. M.J. Leder menyatakan : In a sense there is no such creature as consumer law. Sekalipun demikian, secara umum sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlidungan konsumen itu seperti yang dinyatakan oleh Lowe yakni: ……rules of law which recognize the bargaining weakness of the individual consumer and which ensure that weakness is not unfairly exploited.31

Karena posisi konsumen yang lemah maka harus dilindungi oleh hukum.

Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan

31 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit, hlm. 13.

(36)

(pengayoman) kepada masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarik batasnya.32

Menurut Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen. Beliau juga menjelaskan bahwa hukum perlindungan konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas – asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan atau jasa konsumen.33

Pada dasarnya, baik hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen membicarakan hal yang berkaitan, yaitu kepentingan hukum dari konsumen. Tata cara hak konsumen itu diakui dan diatur di dalam hukum serta Cara agar ditegakkan di dalam praktik hidup bermasyarakat, itulah yang menjadi materi pembahasannya.

Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.

3. Sumber-Sumber Hukum Konsumen

Di samping Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hukum Konsumen

“ditemukan” di dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sebelumnya, telah diuraikan bahwa Undang-undang Perlindungan Konsumen

32 Ibid.

33 Muhammad Bayu, Skripsi : “TANGGUNG JAWAB PT.YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING ATAS KETERSEDIAN SUKU CADANG PADA MOTOR YAMAHA LEXAM YANG SUDAH TIDAK DI PRODUKSI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN” (Bandung: UNPAS, 2020), hlm. 38

(37)

berlaku setahun sejak disahkannya (tanggal 20 April 2000). Dengan demikian dan ditambah dengan ketentuan Pasal 64 (Ketentuan Peralihan) Undang-undang ini, berarti untuk “membela” kepentingan Konsumen, masih harus dipelajari semua Peraturan Perundangundangan umum yang berlaku. Tetapi Peraturan Perundang- undangan umum yang mengatur memuat juga berbagai kaidah menyangkut hubungan dan masalah Konsumen. Sekalipun Peraturan Perundang-undangan itu tidak khusus diterbitkan untuk Konsumen atau Perlindungan Konsumen, setidak- tidaknya ia merupakan sumber juga dari Hukum Konsumen dan/atau Hukum Perlindungan Konsumen. Beberapa diantaranya diuraikan berikut ini.34

a) Undang-Undang Dasar 1945

Hukum Konsumen, terutama Hukum Perlindungan Konsumen mendapatkan landasan Hukumnya pada Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945), Pembukaan, Alinea ke-4 berbunyi:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk seuatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap Bargsa Indonesia..."

Umumnya, sampai saat ini orang bertumpu pada kata “segenap bangsa”

sehingga ia diambil sebagai asas tentang persatuan seluruh bangsa Indonesia (Asas Persatuan Bangsa). Akan tetapi, menurut Az Nasution terdapat kata

“melindungi” yang bermaksud didalmnya terkandung pula asas perlindungan pada segenap bangsa tersebut. Perlindungan hukum yang dimaksud adalah perlindungan hukum pada segenap bangsa tanpa adanya pengecualian.

Landasan Hukum lainnya terdapat pada ketentuan termuat dalam Pasal 27 (2) Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945), berbunyi:

34 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Diadit Media, 2001), hlm.30.

(38)

"Tiap warganegara berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan"

Apabila kehidupan seseorang terganggu atau diganggu oleh orang lain, maka alat alat negara akan turun tangan, baik diminnta atau tidak, untuk melindungi warga negaranya. Hal ini merupakan hak warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak.

b) Hukum Konsumen dalam Hukum Perdata

Hukum konsumen dalam Hukum Perdata memiliki arti luas, termasuk Hukum Perdata Hukum dagang serta kaidah-kaidah keperdataan yang termuat dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan lainnya. Akan tetapi di samping itu, dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan lain, tampaknya termuat pula kaidah-kaidah hukum yang, mempengaruhi dan/atau termasuk dalam bidang Hukum Perdata. Antara lain tentang siapa yang dimaksudkan sebagai subjek Hukum dalam suatu hubungan Hukum Konsumen, hak-hak dan kewajiban masing-masing, serta tata cara penyelesaian masalah yang terjadidlam sengketa antara Konsumen dan penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan bersangkutan35

Dalam hal ini, hukum konsumen dalam hukum perdata yang dimaksud, dimuat baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis dan dimuat dalam :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 3) Hukum Adat

35 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit, hlm. 53-54.

(39)

4) Berbagai peraturan perundang-udangan lain yang memuat kaidah-kaidah hukum bersifat keperdataan tentang subyek-subyek hukum, hubungan hukum dan masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan konsumen.

c) Hukum Konsumen Dalam Hukum Publik

Yang dimaksud dengan hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya atau hubungan antara negara dengan perorangan. Yang termasuk dalam hukum publik dalam kerangka Hukum konsumen dan/atau Hukum Perlindungan Kosumen adalah Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana, Hukum Acara Perdata dan/atau Hukum Acara Pidana dan Hukum Internasional Khususnya Hukum Perdata Internasional.36

4. Asas, dan Tujuan dan Prinsip Perlindungan Konsumen

Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tentu menyebutkan asas-asas, tujuan serta prinsip yang dianut oleh undang-undang itu sendiri. Asas perlindungan konsumen tersebut terdapat dalam Pasal 2 yang menyebutkan bahwa Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan bahwa tujuan dari perlindungan konsumen adalah :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

36 Op. cit, hlm. 59.

(40)

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Apabila berbicara tentang perlindungan konsumen sama halnya dengan membicarakan tanggung jawab produsen/tanggung jawab produk karena pada dasarnya tanggung jawab produsen dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Dalam hal ini memperlihatkan bahwa adanya keterkaitan yang erat antara hukum perlindungan konsumen dengan prinsip tanggung jawab. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.

Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum perlindungan konsumen dapat dibedakan sebagai berikut.37

37 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit, hlm. 92-97

(41)

1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan atau Kelalaian.

Tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah prinsip tanggung jawab yang bersifat subyektif, yaitu suatu tanggung jawab yang ditentukan oleh perilaku produsen.

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab (presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Jadi, beban pembuktian ada pada si tergugat.

3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability principle) hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat dibenarkan.

4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak. Tanggung jawab mutlak (strict liability) adalah bentuk khusus dari trot (perbuatan melawan hukum), yaitu prinsip pertanggung jawaban dalam perbuatan melawan hukum yang tidak didasarkan kepada kesalahan, tetapi prinsip ini mewajibkan pelaku langsung bertanggung jawab atas kerugian yang timbul karena perbuatan melawan hukum itu. Karenanya, prinsip strict liability ini disebut juga dengan liability without fault.

5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle) sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausul eksonerasi dalam perjanjian

(42)

standar yang dibuatnya. Prinsip ini biasanya dikombinasikan dengan prinsip- prinsip tanggung jawab lainnya.

Dari 5 (lima) prinsip tersebut yang dipergunakan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah prinsip tanggung jawab mutlak. Tanggung jawab mutlak (strict liability) adalah bentuk khusus dari trot (perbuatan melawan hukum), yaitu prinsip pertanggungjawaban dalam perbuatan melawan hukum yang tidak didasarkan pada kesalahan.38

C. Tinjauan Hukum terhadap Konsumen dan Pelaku Usaha 1. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dari kata counsumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari costumer adalah (lawan dari produsen) yaitu setiap orang yang menggunakan barang. Begitu pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.39

Menurut Sri Handayani (2012:2) konsumen (sebagai alih bahasa dari consumen), secara harfiah berarti “seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa”; atau “seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu” juga “sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediakan atau sejumlah barang”, ada pula yang memberikan

38 Yemima Br. Sitepu, Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Kepada Konsumen Terhadap Promosi Yang Tidak Benar Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Kosumen (Studi Kasus Di Toko Alfamart Kecamatan Sail), JOM Fakultas Hukum, Vol. 3, No. 2, 2016, hlm. 13.

39 Az. Nasution, Op.Cit, hlm. 3.

(43)

arti lain yaitu konsumen adalah “setiap orang yang menggunakan barang atau jasa dalam berbagai perundang-undangan negara”.40

Sejalan dengan Sri Handayani, Az. Nasutionjuga menjelaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni:41

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu;

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).

Menurut pasal 1 angka 2 UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen sebagai “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan untuk diperdagangkan”.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari konsumen adalah setiap orang yang memakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan dalam hidupnya.

2. Hak dan Kewajiban Konsumen

40 Vefiana dan Irma, MINAT KONSUMEN PADA AKSESORIS KALUNG DARI LIMBAH KULIT SIWALAN Vol. 06 Nomor 02, Mei 2017, Surabaya, hlm. 8

41 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit., hlm. 25.

(44)

Empat hak dasar konsumen (the four consumer basic rights) yang meliputi hak-hak :

a. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to be secured)

Setiap konsumen berhak merasa terlindungi atas barang/jasa yang dikonsumsi. Misalnya, konsumen merasa aman jika produk makanan atau minuman yang dikonsumsinya dirasa tidak mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatannya. Artinya, produk makanan tersebut memenuhi standar kesehatan, gizi, dan tidak mengandung bahan yang membahayakan bagi jiwa manusia.

b. Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed).

Setiap konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas dan komprehensif tentang suatu produk barang/jasa yang dikonsumsi.

Pengetahuan akan informasi sangat krusial karena konsumen bisa mengetahui bagaimana kondisi barang/jasa yang akan dibeli atau dikonsumsi. Konsumen juga memiliki hak untuk mengetahui ciri/atribut negatif dari suatu produk, seperti efek samping dari mengonsumsi suatu produk atau adanya peringatan dalam label atau kemasan produk

c. Hak untuk memilih (the right to choose). Setiap konsumen berhak memilih produk barang/jasa dengan harga yang wajar. Artinya, konsumen tidak boleh dalam kondisi tertekan atau paksaan untuk memilih suatu produk tersebut yang mungkin dapat merugikan hak-haknya. Konsumen harus dalam keadaan atau kondisi yang bebas dalam menentukan pilihannya terhadap barang/jasa yang akan konsumen konsumsi.

d. Hak untuk didengarkan (the right to be heard).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena ingin menjelaskan atau menggambarkan tentang manajemen hubungan baik yang diadakan oleh

Pada domba betina umur 18 bulan, penciri utama ukuran tubuh diketiga lokasi penelitian berbeda-beda yaitu lebar pangkal ekor di Palu Timur, tinggi pinggul domba di Palu Selatan

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan yang disampaikan oleh Terdakwa dan Penasehat Hukumnya, yang mana sebagimana pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas dimana

Angkutan Udara (Pesawat) memiliki salah satu fasilitas yang dapat dipergunakan oleh penumpang untuk menyimpan barang bawaan mereka yaitu bagasi. Namun

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Tarkalil sebagai Kepala Bagian Humas yang dilaksanakan pada 28 Oktober 2019 dan data