• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Industri Jasa Tour Haji dan Umrah Haji dan Umrah

CALON JEMAAH HAJI DAN UMRAH SEBAGAI KONSUMEN YANG DILINDUNGI OLEH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

B. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Industri Jasa Tour Haji dan Umrah Haji dan Umrah

hukum.

Dalam pasal 3 Undang-undang No. 8 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan Haji dan Umrah dijelaskan bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah bertujuan untuk:

a. Memberikan pembinaan, pelayanan, dan pelindungan bagi Jemaah Haji dan Jemaah Umrah sehingga dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan syariat; dan

b. Mewujudkan kemandirian dan ketahanan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suasana yang kondusif bagi warga negara yang akan melaksanakan ibadah haji. Suasana kondusif dapat terwujud apabila pihak penyelenggaraan haji mampu memberikan fasilitas sebagai berikut:

1. Pembinaan, meliputi pembimbing, penyuluhan dan penerangan;

2. Pelayanan, meliputi pelayanan adminitrasi, transportasi, kesehatan dan akomodasi;

3. Perlindungan, meliputi keselematan dan keamanan. Kesempatan untuk melaksanakan/menunaikan ibadah haji, serta penetapan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang terjangkau oleh calon Jemaah haji.

B. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Industri Jasa Tour Haji dan Umrah

Adanya aturan terkait perlindungan konsumen dimaksudkan untuk menjamin dan melindungi kepentingan konsumen. Hukum perlindungan konsumen

yang berlaku di Indonesia memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Pengaturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berupa perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen.53

Meujuk pada hal tersebut, Calon jemaah haji dan umrah juga merupakan konsumen yang harus dilindungi. Hal tersebut tertuang dalam pasal 3 Undang-undang No. 8 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan Haji dan Umrah dijelaskan bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. Pasal ini menyebutkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, salah satunya memberikan perlindungan hukum kepada jemaah haji dan umrah agar dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat islam.

Perlindungan hukum yang dimaksud adalah menjamin terjaganya keamanan dan kenyamanan calon jemaah haji dan umrah mulai dari berangkat dari tanah air sampai ke tanah suci hingga mereka melaksanakan segala keperluan ibadah haji dan umrah kemudian kembali lagi ke tanah air selamat dari segala gangguan baik teror maupun keselamatan dalam perjalanan.

53 Happy Santoso, Op. Cit., hlm. 4

Secara garis besar, perlindungan konsumen dibagi atas tiga bagian yaitu : 1. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik

kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan.

2. Hak untuk memperoleh barang dengan harga yang wajar

3. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang dihadapi.54

Dalam pasal 4 butir (c) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, salah satu hak konsumen adalah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Hak Calon jemaah haji dan umrah untuk memperoleh jaminan sesuai asas pelayanan publik dengan adanya transparansi artinya bersifat terbuka, mudah diakses oleh pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. Asas tersebut searah dengan tujuan perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

Dalam pasal 88 Undang-Undang No. 8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah menyebutkan sebagai berikut.

“Jemaah Umrah berhak memperoleh pelayanan dari PPIU meliputi:

a. layanan bimbingan Ibadah Umrah;

b. layanan kesehatan; yang terkena dampak pandemi covid-19.

c. kepastian pemberangkatan dan pemulangan sesuai dengan masa berlaku visa umrah di Arab Saudi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

54 Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip perlindungan bagi Konsumen di Indonesia, Rajawali Pers, 2011, hlm.180

d. layanan lainnya sesuai dengan perjanjian tertulis yang disepakati antara PPIU dan Jemaah Umrah; dan

e. melaporkan kekurangan dalam pelayanan penyelenggaraan Ibadah Umrah kepada Menteri”.

Sementara itu, dalam pasal 6 Undang-Undang No. 8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah menyebutkan sebagai berikut.

“Jemaah Haji berhak:

a. mendapatkan bukti setoran dari BPS Bipih dan nomor porsi dari Menteri;

b. mendapatkan bimbingan manasik haji dan materi lainnya di tanah air, dalam perjalanan, dan di Arab Saudi;

c. mendapatkan pelayanan akomodasi, konsumsi, dan kesehatan;

d. mendapatkan pelayanan transportasi;

e. mendapatkan pelindungan sebagai Jemaah Haji Indonesia;

f. mendapatkan identitas haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan Ibadah Haji;

g. mendapatkan asuransi jiwa sesuai dengan prinsip syariat;

h. mendapatkan pelayanan khusus bagi Jemaah Haji penyandang disabilitas;

i. mendapatkan informasi pelaksanaan Ibadah Haji;

j. memilih PIHK untuk Jemaah Haji Khusus; dan

k. melimpahkan nomor porsi kepada suami, istri, ayah, ibu, anak kandung, atau saudara kandung yang ditunjuk dan/atau disepakati secara tertulis oleh keluarga dengan alasan meninggal dunia atau sakit permanen menurut keterangan kesehatan Jemaah Haji.

Kedua pasal diatas membuktikan bahwa calon jemaah haji dan umrah selaku konsumen selain memiliki hak hak sebagai konsumen juga memiliki hak hak sebagao calon jemaah haji dan umrah, yangmana hak hak tersebut haruslah dipenuhi oleh pelaku usaha dan/atau pemerintah

Dalam hal pemenuhan hak-hak yang dimiliki oleh calon jemaah haji dan umrah, calon jemaah haji dan umrah juga terikat perjanjian dengan pelaku usaha.

Perjanjian dilakukan antara calon jemaah haji dan umrah harus memuat klausula klausula yang jelas sesuai dengan kebenaran yang ada. Perjanjian juga harus dilakukan dengan memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh konsumen sesuai dengan pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Perjanjian yang dilakukan kebenarannya terdapat dalam pasal 63 ayat (1) dan pasal 88 Undang-Undang No. 8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Calon Jemaah haji dan Jemaah Umrah sebagai konsumen jasa seharusnya mendapatkan informasi lengkap tentang pelayanan jasa penyelenggaraan ibadah haji yang telah dibelinya/dibayar dengan mahal, serta mengetahaui sebab-sebab kekurangan dalam pelayanan meskipun Calon Jemaah haji dan Umrah sendiri tidak meminta informasi tersebut, karena memang hal itu prinsip dan tujuan adanya hukum perlindungan konsumen.