• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Penyakit (Kanker) Kandungan

Dalam dokumen Sistem Pakar Diagnosa Dini Kanker Kandungan (Halaman 31-52)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kanker Dari Tinjauan Ilmu Medis

2.1.3 Jenis-Jenis Penyakit (Kanker) Kandungan

Gambar 2.2 Servix (leher rahim)

Kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim atau serviks. Serviks adalah bagian rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Kanker serviks adalah kanker nomor 2 yang paling sering menyerang perempuan di seluruh dunia. Kanker serviks adalah kanker nomor 2 yang paling sering menyebabkan kematian pada perempuan di seluruh dunia. Kanker servix merupakan

karsinoma geniologi yang terbayak diderita seorang perempuan. (Arif Masjoer, Kuspuji Triyanti, 2001: 379).

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.

Setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35-55 tahun, namun dapat pula muncul perempuan dengan usia yang lebih mudah. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kanker tersering di Indonesia (34,4 % dari kanker pada perempuan). Hampir 70 % pasien sudah pada stadium lanjut ( stadium II B ke atas) dengan angka kesintasan rendah. Diperkirakan setiap tahun terjadi 15.000 kasus baru dengan 8000 kematian per tahun. Per harinya terjadi 40-45 kasus baru dengan 20-25 kematian per hari atau satu orang meninggal tiap jamnya.

(Sumber:http://library. Kanker rahim.htm.ac.id/files/disk1/2/jbptgunadarma-gdl-course-2007-imamahmadt-66-perancis-r.pdf)

Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiaanya mempunyai hubungan kuat dengan faktor ekstrinsik, diantyaranya yang penting: jarang ditemukan pada perawan (vorgo), insidensi lebih tinggi dari mreka yang kawin dari pada yang tidak kawin,

terutama pada gadis yang koitus pertama (coitrache) dialami pada usia sangat mudah (<20 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah ( hegine seksual yang jelek, aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promis kuitas), jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat(sirkumisi ), sering ditemukan pada wanita yang terkena infeksi virus HPV. Dan kebiasaan merokok. (Hanifa Winkjosastro. 2005 : 380-381).

Gejala Kanker Serviks (Leher Rahim)

Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya sel-sel abnormal serviks yang dapat ditemukan melalui tes Pap Smear. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:

1. Pendarahan vagina yang tidak normal seperti: Pendarahan di antara periode menstruasi yang regular.

Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya.

Pendarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul. Keputihan warna putih atau purulen yang berbau dan tidak gatal. 2. Rasa sakit saat berhubungan seksual.

3. Perdarahan pasca kuitus, pendarahan sepontan dan bau busuk yang khas. (Arif Masjoer, Kuspuji Triyanti, 2001: 379).

Penanganan kanker servik: Melakukan terapi

1. Cryotherapy. Sel abnormal dimatikan dengan sejenis alat pendeteksi logam yang mengandung cairan nitrogen. Teknik ini tidak menganggu kesuburan sehingga masih terbuka peluang untuk hamil di kemudian hari.

2. Terapi laser. Sel abnormal dipanaskan dengan sinar laser agar tidak aktif lagi dan tidak berkembang lagi. Terapi ini juga tidak mempengaruhi kesuburan.

3. Pembedahan. Pembedahan bisa dilakukan pada tahap manapun dalam perawatan kanker, mulai dari diagnosa sampai perawatan peliatif. Pembedahan akan membuang sebagian jaringan abnormal atau membuang leher rahim, rahim dan jaringan sekitarnya termasuk kelenjar getah bening. (Gegg Miller, 2008:71).

Penanganan secara umum

1. Hindari merokok dan Asap rokok

2. Janngan melakukan hubungan seksual pada usia dini

3. Jangan gonta ganti pasangan seksual. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks (rahim)

4. sistem kekebalan tubuh dijaga 5. Hindarkan diri dari antiseptik

6. Hindari pemakaian bedak (talk), hindari pemakaian talk pada vagina, karena bisa mengakibatkan kanker. (Refda sabellah.2009 : 22). 2.1.3.2. Kanker Ovarium

Merupakan kanker bagian kandungan yang paling sering terjadi, yang diduga disebabkan karena meningkatnya tingkat kemakmuran pada wanita sehingga mereka enggan untuk melahirkan anak.

Gambar 2.3 Ovarium

(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998:431-432). Tomur ganas ovarium.

Tomor ganas ovarium merupakan 20% persden dari semua alat reproduksi wanita. Insedensi rata-rata dari semua janis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahun. Kaganasan indung telur merupakan keganasan yanng sering dijumpai, tatapi sebagian besar datang ketika stadium lanjut atau ditemukan pada saat operasi.

Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut yang sangat berbahanya itu dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.

Pertumbuhan tumor primer di ikuti oleh inflitrasi jaringan yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari tiga dermoblast (ektodermal, entodermal, dan

mesodermal), dengan sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogonesis maupun klafikasinya masi sering menjadi perdebatan.

Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam keadaan reprodoksi, 10% pada usia yang jauh lebih muda. Mengandung, menyusui dan mengangkat Ovarium atau Indung telur terutama pada wanita yang beresiko tinggi pada riwayat keluarga kehamilan disertai kista ovarium.

Kehamilan dengan kista ovarium jarang dijumpai. Pada kehamilan yang disertai kistoma ovarii seolah-olah terjadi perebutan ruangan, dimana kehamilan semakin membesar. Oleh karena itu, kehamilan dengan kista dilakukan operasi untuk mengangkat kista tersebut pada umur hamil 16 minggu.

Pada kedudukan kista ovarii didaerah fundus uteri, persalinan dapat berlangsung normal, tetapi bahayanya pospartom mungkin terjadi kista, infeksi sampek akses. Oleh karena itu, segera setelah persalinan normal bila diketahui segera dilakukan laparatomi untuk mengangkat kista tersebut. (Hanifa Winkjosastro, 2005: 401).

Gejala Kanker Ovarium:

1. Perut terasa penuh, tidak nyaman dan perut menegang.

2. Susah BAB (buang air besar), kehilangan napsu makan / penurunan berat badan

4. Perasaan sebah

5. Kecenderungan untuk melakukan inplantasi dirongga, perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascitis.

6. Teraba tumor di abdomen kistik atau padat. Penanganan Kanker Ovarium

Melakukan terapi

1. Pengobatan dengan pembedahan. Terlebih dahulu apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak.

2. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal).

Kemoterapi berarti penggunaan bahan kimia untuk melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit. Dan ini adalah penggunaan obat anti kanker untuk menghancurkan sel kanker. Kemoterapi dapat merupakan pilihan tunggal atau kombinasi. Umumnya program kemoterapi berkisar 1 – 5 hari sekali yang diberikan setiap 2 – 4 minggu selama 6 – 12 kali untuk satu siklus. lewat vena, lewat port.

3. Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut) Kanker ovarium tidak akan menunjukkan gejala hingga penyakit sudah berkembang lanjut, gejala yang ada sangat umum dan tidak spesifik. (Gegg Miller, 2008:86).

Penanganan secara umum

1. Tidak menunda kehamilan, tidak melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan waktu haid

2. Pemberian obat anti inflamsinonsteroid dan inhibitor sintesis protaslandin dilakukan pada pasien dengan nyeri premensturasi yang hebat pada endometriosis.

3. Hindari pengangkatan indung telur (Arif Masjoer, Kuspuji Triyanti, 2001: 383) .

2.1.3. 3. Kanker Rahim (kanker uterus)

Kanker Rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker jaringan endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun. Rahim adalah organ reproduksi betina yang utama pada manusia.

Gambar. 2.4 Kanker Rahim

(Sumber:http://library.Kanker rahim.htm.ac.id/ 2007-imamahmadt-66-perancis-r.pdf).

Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita berusia 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya

kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah). Gejala kanker rahim (uterus):

1. Perdarahan setelah menopause. 2. Siklus menstruasi yang tidak teratur. 3. Perdarahan diantara periode menstruasi.

4. Tercium bau yang tidak biasanya (amis) dari vagina 5. Pendarahan rahim abnormal siklus mensturasi abnormal 6. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause

7. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun)

8. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)

9. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih 10. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual Penanganan Kanker Rahim:

Melakukan Terapi

1. Terapi hormonal: merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan pil progesteron.

2. Penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun terapi penyinaran.

3. Penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya. penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh. Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.

4. Terapi tambahan: Radiasi dan atau Kemoterapi diperlukan apabila kanker sudah menyebar ke jaringan sekitarnya (metastasis). Radiasi dapat mencegah kambuhnya kembali kanker rahim. Perawatan diberikan 5 hari seminggu selama beberapa minggu (biasanya sebagai bagian rawat jalan) – untuk melindungi sel sehat maka dosis radiasi dibagi-bagi. Istirahat di akhir minggu memberi kesempatan sel normal untuk memperaiki diri.

5. Operasi, bisa dilakukan operasi secara partial histerektomi (pengangkatan rahim sebagian) dan radikal histerektomi (pengangkatan seluruh rahim).

6. Hindari Rokok dan Asap rokok

7. Janngan melakukan hubungan seksual pada usia dini

8. Jangan gonta ganti pasangan seksual. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks (rahim)

9. sistem kekebalan tubuh dijaga

2.1.3.4. VULVA

Pembangunan berhasil meningkatkan kesehatan, sehingga dapat mencapai usia lanjut dengan kemungkinan mendapatkan keganasan semakin besar, terutama pada golonngan sosial ekonomi rendah. Daerah vulva yang sering terserang karsinoma adalah bibir besar (labium mayus) dan klitoris. Pada kasus yang sudah lanjut terdapat metastae tumor ganas berbentuk olkus denngan pinggir agak padat, tumbuh eksifitik seperti bunga kol, dan kerusakan jaringan nekrosis dan berbau.

Gambar. 2.5 Vulva (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998: 427).

80-85% terdapat pada wanita bagi (pasca mopause), terutama dalam dekade ke-7 sebagai puncak insidensi, paling tidak mengenai 30% wanita kelompok umur 27-70 tahun, terbanyak umur 50-70 tahun dan merupakan 3-4% dari semua keganasan genelogik. Karsinoma vulva jarang ditemukan pada golongan umur < 45 tahun dari jauh lebih jarang lagi pada wanita hamil (dalam kepustakaan perna dilaporkan pada wanita hamil berusia 29 tahun). Umumnya ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah dengan hegiene seksual yang kurang dapat perhatian, obesitas dan hepertensi (>50%). Paritas dan suku/ras tidak mempunyai peran. (Hanifa Winkjosastro, 2005: 367).

Etiologi tidak banyak diketahui mengenai faktor etiologi jenis kanker /tomur ganas ini. Meskipun tentang lambatnya menarche (15-17 tahun), dan awalnya monupause 40 tahun dalam riwayat penyakitnya. Faktor eknik tidak berpengaruh, miskipun lesi granulomatosa sering ditemokan pada suku negro.

Patologi, Lensi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif (ulkeru-granolating) atau sebagai tumbuhan eksofitik (wart kutil), dengan tepat predeleksi terutama di labia mayora, labia minora, klitoris dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang, bahkan kedua labia mayora dapat semetris terkena (kissing). Histologik lebih dari 80% adalah eperdimoid dengan deferensiasi baik, sedang sisanya yang 10% karsesuma basosisulare, adenokarsinoma, fibrokarsoma, atau mosarkoma, tumor campuran (silindroma dan melanoblastoma) yang merupakan 1-2% dari semua karsinoma vulva.

Gejala Kanker Vulva:

1. Pendarahan atau mengeluarakna bau tak sedap.

2. Iritasi vulva atau pruritus (gatal-gatal) vulva sulit sembuh. 3. Ditemukan benjolan.

4. Ulkus atau lesi berdarah

5. Nyeri bila lesinya terdapat dekat dengan klitoris atau uretra, dan pedih waktu kencing.

6. Tumbuh benjolan kecil kemerahan, keputihan atau berpigmen agak tinggi.

7. Hygene seksual yang tidak baik.

8. Terasa seperti terbakar dan kehilangan pigmen kulit. Solusi/Penanganannya

Pada tingkat klinik 0 (KIS/ interpitelial karsinoma) dikerjakan vulvektomi dengan mengangkat kedua labia mayora, labia minora sebagai mons veneris danhimen. Untuk mengembalikan bentuk yang baik dari vulva, dapat dikerjakan beda rekontruksi. Pemberian obat-obatan secara rutin pada pasien dan membersihkan vulva dan sekitar vulva. (Hanifa Winkjosastro, 2005: 368)

Dialakukan juga pembedahan

1. Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal di sekitar kanker

2. Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening

3. Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker.

4. Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kanker

5. Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva 6. Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva 7. Salep yang mengandung obat kemoterapi

2.1.3.5. VAGINA

Vagina adalah saluran sepanjang 7,5-10 cm ujung atasnya berhubungan dengan serviks (leher rahim/bagian terendah dari rahim), sedangkan ujung bawahnya berhubungan dengan vulva. Dinding vagina dilapisi oleh epitelium yang terbentuk dari sel-sel skuamosa. Di bawah epitelium terdapat jaringan ikat, otot involunter, kelenjar getah bening dan persarafan. Dinding vagina memiliki banyak lipatan yang membantu agar vagina tetap terbuka selama hubungan seksual atau proses persalinan berlangsung.

Vagina adalah saluran yang menghubungkan mulut dan leher rahim dengan bagian luar tubuh. Kanker yang menyerang vagina biasanya ditemukan disaluran vagina atau pada dinding dalam vagina. Umumnya kanker ini mnyerang perempuan yang memasuki usia menopause, Sekalipun demikian bukan berarti perempuan yang tidak mungkin terkena penyakit ini. Resiko besar juga dihadapi oleh perempuan yang tidak menjaga kebersihan vagina serta perempuan yang sering melakukan hubungan seksual gonta ganti pasangan.

Sekitar 50% penderita karsinoma skuamosa adalah wanita berusia 60 tahun keatas. Sebagian besar kasus kanker vagina ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dicurigakan. (Refda sabellah. 2009 : 84).

Terbanyak hampir 99 % adalah squamous cell carcinoma (eperdimoid karsinoma), tomor primer vagina jauh lebih jarang dibandingkan dengan tumor sekunder yang berasal dari penyebaran

jaringan disekitarnya. Dan ini terjadi kebanyakan pada wanita usia 50-70 tahun. Biasanya lesi muncul pada epertiga bagian progsimal diding belakang vagina, yang kemudian melibatkan septum reuktovagina.

Penyebab kanker vagina

1. Masa menopause, Kebiasaan merokok 2. Perempuan pengidap kanker rahim

3. Perempuan yang melakukan hubungan seksual dengan pasangan berbeda-beda

4. Hubungan seksual pada usia dini

5. Infeksi HPV (human papiloma virus), sejenis virus yang menular melalui hubungan seksual.

Gejala kanker vagina:

1. Yeri atau kesulitan dalam berkemih 2 . Sekresi (keluar)cairan encer dari vagina.

3 . Mengeluarkan cairan encer, dapat bercampur darah. 4 . Keluar cairan abnormal dari vagina

5 . Benjolan pada vagina bila kanker sudah berukuran besar, bisa mempengaruhi fungsi kandung kemih dan rectum sehingga penderita mengalami nyeri ketika berkemih.

6. Pendarahan vagina yang disebabkan kerusakan pada lapisan vagina dan membentuk luka terbuka

Penangananya:

• Basuhlah bagian luar vagina dengan air hangat bersih. Hindari pemakaian produk-produk seperti cairan pembersih vagina (douching) atau bedak. Ingat, douching akan membuat pH vagina menjadi tidak seimbang dan mematikan bakteri komensal (bakteri yang hidup dalam vagina) yang merupakan "penjaga" vagina .

• Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginiktomi (pengangkatan vagina), elektrokoteresasi, bedah krio (cryo surgery), penggunaan sitostika topikal atau sinar leser. Vaginektomi. Setelah vaginektomi mungkin harus dilakukan pencangkokan kulit untuk memperbaiki kerusakan pada vagina.

• Pembedahan Bedah laser

- Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sebagian jaringan di sekitarnya. Untuk memperbaiki vagina bisadilkukan pencangkokan kulit yang diambil dari bagian tubuh lainnya.

- Vaginektomi (pengangkatan vagina).

Jika kanker telah menyebar keluar vagina, dilakukan vaginektomi dan histerektomi radikal (pengangkatan rahim, ovarium/indung telur dan tuba falopii/saluran indung telur). Pembedahan tersebut bisa disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening.

- Eksenterasi dilakukan jika kanker telah menyebar keluar vagina dan organ wanita lainnya. Pada pembedahan ini dilakukan pengang katan

kolon bawah, rektum atau kandung kemih (tergantung lokasi penyebaran tumor) disertaipengangkatan serviks/leher rahim, rahim dan vagina. Setelah pembedahan ini mungkin perlu dilakukan pencangkokan kulit dan bedah plastik untuk membuat vagina buatan.

• Terapi penyinaran

Pada terapi penyinaran digunakan sinar X dosis tinggi atau sinar berenergi tinggi lainnya untuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor. Penyinaran yang berasal dari sebuah mesin disebut radiasi eksterna, sedangkan penyinaran yang berasal dari sebuah kapsul/tabung yang mengandung zat radioaktif dan dimasukkan ke dalam vagina radiasi interna. Radiasi bisa digunakan secara terpisah atau sesudah pembedahan.

• Kemoterapi

Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi tersedia dalam bentuk pil atau suntikan intravena (melalui pembuluh darah). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah dan bergerak ke seluruh tubuh serta membunuh sel-sel kanker yang berada diluar vagina. Pada kemoterapi intravagina, obat kemoterapi dimasukkan langsung ke dalam vagina. (Hanifa Winkjosastro, 2005: 376-378).

2.1.3.6. Tuba fallopi (saluran telur)

untuk pembuahan. Tumur ganas primer dituba sangat jarang lebih banyak yang sekunder yang berasal dari tumor ganas ovarium, uterus, klorektal, lambung dan payudara. Paling jarang diantara keganasan alat reproduksi wanita (< 0,1%): Ditemukan 1:1000 kasus operasi genikologik abdominal, dapat dijumpai pada semua umur mulai dari 20- 80 tahun, dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun. Kejadian paling sering ialah pada kelompok umur seperti pada karsinoma endometrium. Kelainan pada tuba seperti akibat radang atau neoplasma hampir tidak memungkinkan kehamilan. Apabila pembuahan terjadi juga, maka akan menghasilakan kehamilan diluar uterus. ( Hanifa Winkjosastro, 2005: 396-397).

Gejala Tuba fallopi:

1. Perasaan nyeri terus menerus dan menjalar kepangkal paha, punggung bagian bawah dan berdarah.

2. Mengalami infeksi gonokokus. Penanganannya:

Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP. Dan kemoterapi profilaksis, dinding perut harus logitodinal di lenia mediana, cukup panjang untuk memungkinkan mengadakan eksplorasi secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya didaerah subdiafgramatika dan mengirimkan sampel cucian rongga perut untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatis. Bila perlu dapat dilakukan biopsi pada jaringan yang dicuriga. (Hanifa Winkjosastro, 2005: 398-399).

2.1.3.7. Trofoblas

Penyakit trofoblas sekelompok penyakit yang berasal dari jaringan trofoblas karena penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada kehamilan. Penyakit troblas disebabkan karena kekurangan protein. Kematian modigah menyebabkan perubahan pada vili korealis yang mengalami heperplasia dan mengisap cairan, sehingga membentuk gelembung. Kelainan pada sel troblas (Prak) , bahwa sel troblas mengalami pertumbuhan abnormal, mengisap cairan dan mengalami kematian. Penyakit troblas banyak dijumpai pada masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, paritas tinggi dan umur kehamilan wanita dibawah 20 tahun. dan kehamilan diatas umur 35 tahun. Untuk menurunkan kejadian penyakit troblas tidak dapat hanya pemberian penobatan klinis, tetapi harus diikuti dengan perbaikan sosial ekonomi masyarakat, serta meneriama program keluarga berencana. (Ida Bagos Gde Manuaba,1998 l: 422-423).

Gejala Troblas: 1. Rahim Membesar 2. Pendarahan dan syok

3. Ekspulsi gelembung mola hidatidosa 4. Pendarahan dari vagina yang tidak teratur 5. Kadar HCG yang meningkat

Penangananya:

1. Penangananya yaitu, dengan pengobatan intensif mola hidatidosa sehingga kario karsinoma dapat diturunkan.

2. pemberian pengobatan klinis, tetapi harus diikuti dengan perbaikan sosial ekonomi masyarakat, serta meneriama program keluarga berencana.

3. Pengobatan penyakit Trofoblas ganas dilakukan terutama dengan kemoterapi/sitostatika (obat pembunuh sel kanker). Pada saat iti sudah ditemukan sebuah obat sitostatika yang sangat ampuh untuk keberhasilan pengobatan penyakit Trofoblas ganas, yaitu Methotrexate.

4. Semakin dini Penyakit Trofoblas Ganas ditemukan semakin baik hasil pengobatannya. Walaupun penyakit Trofoblas ganas telah menyebar ke paru, kemungkinan untuk sembuh masih besar.

5. Setelah pengobatan penyakit Trofoblas ganas, pemeriksaan berkala oleh dokter tetap dibutuhkan.

6. Dianjurkan untuk menunda kehamilan sesuai dengan petunjuk dokter.

2.1.3.8. Kanker Mulut Rahim

Mulut Rahim adalah merupakan keganasan wanita yang paling banyak. Perkembangan keganasan mulut rahim berjalan sangat lambat, tetapi ironisnya, sebagian besar kedatangan penderiata sudah dalam stadium lanjud, sehingga pengobatanya tidak memuaskan. Umur

keganasan mulut rahim antara 20, 30-60 tahun bahkan cenderung lebih muda. (Ida Bagos Gde Manuaba,1998: 427).

Gejala Mulut Rahim:

1. Beser putih yang sulit sembuh. 2. spotting gangguan patrum mensturasi 3. Beser putih berdarah darah

4. Beser putih yang berbau

5. Pendarahan yang berkelanjutan dan disertai gejala anak sebar (metastase) keganasan

Penangananya:

Lakukan pemeriksaan paska persalinan yaitu hari ke-42 (enam minggu) karena perlukaan servix dapat menjadi awal terjadinya kanker mulut rahim. Dengan pengobatan nitra sagerti tingtura, albutyl tingtura, termokauter, komisasi dan dianjurkan periksa Pap Smear. (Ida Bagos Gde Manuaba.1998l: 428).

2.1.3.9. Korpus Uteri (Badan Rahim)

Keganasan korpus uteri terjadi pada usia lanjut, sekitar 40-80 tahun setelah melewati mati haid (menopause). Kejadiannya makin meningkat sejalan dengan banyaknya wanita mencapai usia lanjut.

Gejala Korpus Uteri:

1. Beser putih kadang bercampur darah 2. Beser putih yang berbau serta campur darah 3. Pendarahan setelah beberapa tahun mati haid 4. Keluhan sesak di abdomen bagian bawah Penanganannya:

1. Di lakukan pemeriksaan papsemear 2. Melakukan pemeriksaan dalam

3. Pemberian obat klinis, dan terutama dengan kemoterapi/sitostatika (obat pembunuh sel kanker). Pada saat ini sudah ditemukan sebuah obat sitostatika yang sangat ampuh untuk keberhasilan pengobatan penyakit. Kemoterapi dapat merupakan pilihan tunggal atau kombinasi. Umumnya program kemoterapi berkisar 1 – 5 hari sekali yang diberikan setiap 2 – 4 minggu selama 6 – 12 kali untuk satu siklus. lewat vena, lewat port.

2.1.4. Penyebaran Penyakit (Kanker)

Dalam dokumen Sistem Pakar Diagnosa Dini Kanker Kandungan (Halaman 31-52)

Dokumen terkait