• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3. Karet Remah

2.5.1. Jenis – Jenis Perekat

Pengetahuan mengenai perekat dan tipe perekat perlu diketahui sebab pemahaman yang lebih baik tentang perekat dapat membantu kualitas produk yang sekaligus mengidentifikasi bahan yang nyata dan potensial untuk menentukan perumusan dari produk – produk yang berbeda dan merupakan pemahaman konsep – konsep tentang struktur kimia materi perekat.

Ada tiga kategori perekat yang berbeda : a. Plastik, yang disebut flexible polymer b. Elastomer, yang disebut synshetic rubber c. Karet alam yang disebut natural rubber

Perekat dapat dikelompokkan dalam :

1. Perekat yang berasal dari tulang hewan serta tumbuh – tumbuhan disebut perekat Thermosetting seperti : protein hewani, protein nabati, kasein, dan perekat sintetik. Yang dapat digolongkan ke dalam Thermosetting yaitu : polyester, epoksi, fenolat, polivinil asetat dan polimer lainnya. Bentuk protein ini bisa cairan, pasta, padat atau dalam bentuk lembaran film.

2. Perekat yang dibuat secara sintetik seperti : polimer vinil, akrilik, poliamida, sellulosa, polistiren, polikarbonat-sellulosa, resin, lilin, mineral, dan sirlak. Mereka disebut Thermoplastik. Dari perekat ini dapat berbentuk emulsi padat, dan lembaran film. Perekat ini berguna untuk plastic, keramik, kayu, dan kertas.

3. Karet alam dan sintetik disebut karet Thermoplastik, seperti karet nitril, karet butyl, karet khlofoprena. Kombinasi antara resin thermoplastic dan resin thermoseting berguna untuk menyambung logam dan benda keras lainnya, dimana perekat dari resin ini menjadi pilihan utama untuk menunjang keperluan tersebut.

Resin epoksi merupakan perekat sintetik yang banyak dipaka untuk berbagai keperluan termasuk buat konstruksi bangunan. Keyakinan akan pentingnya peran epoksi buat keperluan bangunan dalam proses modernisasi menghasilkan suatu pendekatan khusus yakni pendekatan aplikasi terhadap pemakain perekat epoksi tidak sampai di situ saja penggunaanya bahkan sampai pada industry otomotif.

Didalam membuat perekat epoksi diperlukan modifikasi terhadap reaksi dengan polisulfida yang akan menghasilkan fleksibelitas dan memiliki daya rekat yang kuat tanpa bantuan bahan lain sebagai pelengkap. Perekat epoksi ini baik sekali untuk alumunium, marmer, beton, baja, kayu, keramik dan industry konstruksi pesawat terbang.

Perekat epoksi dapat menahan beban (strength bond) sampai 9000 kg/m2, dengan demikian perekat epoksi termasuk perekat superior. Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa pemakaian epoksi merupakan peranan di dalam tingkat pembangunan karena pemakaiannya yang begitu luas dan kualitas yang dapat dipercaya. (Eddy Tano., 1997)

2.6. Ammonia

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin.

Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat ammonia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ammonia )

2.7. Warna

Selain sebagai factor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditanai dengan adanya warna yang seragam dan merata.

Warna suatu bahan dapat diukur dengan menggunakan alat kolorimeter, spektrofotometer, atau alat – alat lain yang dirancang khusus untuk mengukur warna. Tetapi alat – alat tersebut biasanya terbatas penggunaannya untuk bahan cair yang tembus cahaya seperti sari buah, bir, atau warna hasil ekstraksi. Untuk bahan bukan cairan atau padatan, warna bahan dapat diukur dengan membandingkan terhadap suatu warna standar yang dinyatakan dalam angka – angka.

Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur komponen warna dalam besaran value, hue, dan chroma. Nilai value menunjukkan gelap dominan yang akan menentukan apakah warna tersebut merah, hijau, atau kuning, sedangkan chroma menunjukkan intensitas warna. Ketiga komponen ini diukur dengan menggunakan alat khusus yang mengukur nilai kromatisitas permukaan suatu bahan. Angka – angka yang diperoleh berbeda untuk setiap warna, kemudian angka – angka tersebut diplotkan ke dalam diagram kromatisitas.

Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan berwarna yaitu :

1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging.

2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula caramel atua roti yang dibakar. 3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara gugus

amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi ; misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.

4. Reaksi antara senyawa organic dengan udara akan menghasilkan warna hitam, atau coklat gelap ; misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.

5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif.

BAB 3

Dokumen terkait