• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Perilaku Belajar

2.3.1 Jenis-Jenis Perilaku Belajar

Perilaku belajar terbagi kedalam dua pembelajaran, yaitu: bersifat tatap muka dan mandiri. Menurut Abu Ahmadi (1997: 26) dari segi pengaturan siswa dapat dibedakan menjadi tiga bentuk perilaku belajar, yaitu:

1. Berilaku belajar klasikal, bila seseorang guru menghadapi kelompok besar siswa didalam kelas dan memberi pelajaran dengan satujenismetode mengajar.

2. Perilaku belajar kelompok kecil, bila siswa dalam satu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok (5-7 siswa/kelompok) dan masing-masing kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan tugas.

3. Perilaku belajar perseorangan, bila masing-masing siswa secara pribadi diberi beban belajar secara mandiri, misalnya dalam pengjaran modul.

Menurut Engkoswara (1984:70) bahwa struktur peristiwa belajar mengajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Struktur peristiwa belajar mengajar bersifat tertutup, ialah belajar mengajar yang segala sesuatunya telah ditentukan secara relatif ketat dimana guru tidak berani menyimpang dari persiapan mengajar yang telah dibuat.

b. Struktur peristiwa belajar mengajar yang bersifat terbuka, ialah proses belajar mengajar di mana tujuan, materi, dan prosedur yang akan ditempuh ditentukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Menurut Abu Ahmadi (1982:35) cara-cara belajar tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Cara belajar di dalam kelas

2. Cara membaca buku

3. Cara menghapal

4. Cara membuat ringkasan 5. Cara menghadapi ujian

Menurut Syamsu Yusuf (1992:9) terdapat dasar-dasar perbuatan belajar yaitu: 1. Mendengarkan

Mendengarkan berarti menyimak informasi dari luar yang disampaikan secara verbal. Melalui pendengaran seseorang dapat mendengar, membedakan, menghayati, atau menikmati berbagai suara (bunyi). Begitupun dalam proses belajar di sekolah, anak didik memperoleh berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral, atau agama banyak diserap atau diterima malalui pendengaran.

2. Memandang (melihat)

Setiap rangsangan visual memberi kesempatan kepada individu untuk belajar. Melalui pandangannya, seseorang dapat mengenal warna, bentuk, ukuran, dan keindahan berbagai objek yang ada. Dalam proses belajar, melalui

pandangan, siswa dapat mengenal huruf, angka, lambang, dan symbol-symbol pembelajaran lainnya.

3. Mencium

Mencium merupakan aktivitas mengenal rangsangan dari luar melalui indera pencium. Melalui aktivitas ini, seseorang dapat mengenal dan membedakan wangi setiap objek yang ada.

Meraba dan Mencicipi

Meraba dan mencicipi merupakan kegiatan sensorik, seperti halnya pada mendengarkan dan memandang. Pada proses pembelajaran, siswa dapat mengenal sifat bendan (halus-kasar, dingin atau panas), bagi yang mengalami tuna netra mereka dapat membaca huruf bryle dengan meraba.

4. Menghapal

Menghapal merupakan kegiatan untuk menerima atau mencamkan rangsangan (kesan-kesan) dengan sengaja, dikehendaki, atau sungguh- sungguh.

5. Membaca

Membaca dapat diartikan sebagai perbuatan melihat serta memahami isi dari yang tertulis, baik melisankannya maupun membaca di dalam hati.

Spears dalam Sumadi (1984):251), mengemukakan bahwa yang termasuk perilaku belajar adalah: to observe (mengamati), to read (membaca), to imitate (meniru), to trysomething themselves (mencoba sendiri tentang sesuatu), to listen (mendengarkan, dan to follow direction (mengikuti perintah).

Pada bagian lain Agoes Soejanto (1990:53) mengemukakan bahwa cara belajar siswa dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan pelajaran

b. Tahap mengikuti pelajaran

c. Aktivitas sesudah mengikuti pelajaran

1) Mengulang pelajaran

2) Mempelajari untuk materi besok

a) Mencatat pelajaran

b) Mendengarkan guru mengajar

c) Diskusi

d) Memberikan perhatian pada pelajaran

e) Ikut aktif berpartisipasi

f) Membuat kesimpulan pelajaran

Perilaku belajar juga sangat berkaitan erat dengan gaya belajar (learning style). Menurut Nasution (2000:93) gaya belajar adalah cara seseorang berintaraksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Gaya belajar dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu: 1. Tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Guru

juga mempunyai gaya mengajar masing-masing.

2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.

3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.

Penggunaan satu metode belajar tidak ada yang langsung sesuai dengan semua karakter siswa. Metode akan sangat berpengaruh pada perilaku dan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh H. Witken (1954-1970: 95) terdapat beberapa gaya belajar, diantaranya:

1. Field dependence – Field independence Tabel 2.2

Tipe Belajar Field dependence dan Field independence Type : Field dependence Type : Field independence 1. Sangat dipengaruhi oleh

lingkungan, banyak bergantung pada pendidikan sewaktu kecil.

1. Kurang dipengaruhi oleh lingkungan dan oleh pendidikan di masa lampau

2. Dididik untuk selalu memperhatikan orang lain.

2. Dididik untuk berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atau tindakan 3. Bicara lambat agar dapat

dipahami orang lain.

3. Berbicara cepat tampa

menghiraukan daya tangkap orang lain.

4. Cenderung melakukan

diskusi, demokratis

4. Cenderung untuk kuliah, menyampaikan pelajaran.

2. Impulsif – reflektif

Pada gaya belajar ini, orang akan mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya orang yang reflektif mempertimbangkannya secara alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mudah untuk diselesaikan. Gaya belajar impulsif atau reflektif menunjukkan the tendency to reflect over alternative solution possibililties, in contrast with high response uncertanity, yang dapat dikatakan seseorang

bergantung pada kecenderungan untuk merfleksi atau memikirkan alternatif- alternatif kemungkinan pemecahan masalah yang bertentangan dengan kecenderungan untuk mengambil keputusan yang impulsive dalam menghadapi masalah-masalah yang sangat tidak pasti jawabannya. Perilaku belajar orang seperti ini akan proaktif dengan informasi yang ada, baik melalui media massa cetak maupun elektronik.

3. Peseptif atau reseptif – sistematis atau intuitif

Precept artinya aturan. Orang yang prseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, Perilaku ini dapat menyaring informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan- hubungan diantaranya.

Orang yang reseptif lebih memperhatikan secara mendalam atau perincian infomasi dan tidak berusaha untuk membulatkan atau menghubungkan informasi yang satu dengan yang lain. Orang yang reseptif mengumpulkan banyak informasi tetapi tidak melihat atau membentuknya menjadi kebutuhan yang bermakna.

Orang yang sistematis mencoba melihat masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan.

Orang yang intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu tanpa menggunakan informasi secara sistematis. Orang seperti ini lebih cenderung untuk memecahkan suatu persoalan dengan cara trial and error dan mudah berpindah- pindah dari cara penyelesaiannya yang satu dengan yang lain. Perilaku orang seperti ini lebih banyak mencoba dan melakukan suatu dengan cepat. Perilaku seperti ini cenderung kurang teratur dalam melakukan sesuatu.

Dokumen terkait