• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Perjanjian Pemborongan …………………………………… 3 2

BAB II PERJANJIAN PEMBORONGAN

B. Jenis-Jenis Perjanjian Pemborongan …………………………………… 3 2

Berdasarkan cara terjadinya perjanjian pemborongan pekerjaan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu:25

25

1. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang diperoleh sebagai hasil pelelangan atas dasar penawaran yang diajukan.

2. Perjanjian pemborongan pekerjaan atas dasar penunjukkan.

3. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang diperoleh sebagai hasil perundingan antara pemberi tugas dengan pemborong.

Berdasarkan cara penentuan harganya perjanjian pemborongan dapat dibedakan atas 3 bentuk utama sebagai berikut:26

1. Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga pasti (fixed price). Di sini harga pemborongan telah ditetapkan secara pasti, baik mengenai harga kontrak maupun harga satuan.

2. Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga lumpsum. Di sini harga borongan diperhitungkan secara keseluruhan.

3. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar satuan (unit price).

Di sini harga yang diperhitungkan untuk setiap unit. Luas pekerjaan ditentukan menurut jumlah perkiraan atau jumlah unit.

4. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar jumlah biaya dan upah (costplus fee).

Di sini pihak pemberi tugas akan membayar pemborongan dengan jumlah biaya yang sesungguhnya yang telah dikeluarkan ditambah dengan upahnya.

Berdasarkan usahanya perjanjian pemborongan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:27

26

1. Kontrak perencanaan konstruksi, yaitu kontrak yang dibuat oleh masing-masing pihak. Salah satu pihak yaitu pihak perencana memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi. Layanan jasa perencanaan ini meliputi rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.

2. Kontrak pelaksanaan konstruksi, yaitu kontrak antara orang perorangan atau badan usaha dengan pihak lainnya dalam pelaksanaan konstruksi. 3. Kontrak pengawasan, yaitu kontrak antara orang perorangan atau badan

usaha dengan pihak lainnya dalam pengawasan konstruksi.

Berdasarkan jangka waktunya perjanjian pemborongan dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:28

1. Tahun tunggal, yaitu pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai selama satu tahun.

2. Tahun jamak, yaitu pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai lebih dari satu tahun.

Berdasarkan cara pembayaran hasil pekerjaan perjanjian pemborongan dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:29

1. Sesuai kemajuan pekerjaan, yaitu kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan dalam beberapa tahapan dan bisa juga pembayaran dilakukan sekaligus pada saat pekerjaan fisik selesai seluruhnya. 27 Ibid., hal. 43. 28 Ibid., hal. 45 29 Ibid.,hal. 45

2. Pembayaran secara berkala, yaitu kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan secara bulanan pada setiap akhir bulan.

Berdasarkan obyeknya perjanjian pemborongan dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:30

1. Kontrak pengadaan barang, yaitu kontrak yang dibuat oleh para pihak yang objeknya berupa barang dan dipergunakan untuk kepentingan pemerintah.

2. Kontrak konsultasi, yaitu kontrak yang dibuat oleh para pihak dimana pihak penyedia jasa memberika jasa professional dalam berbagai bidang untuk mencapai sasaran tertentu yang hasilnya berupa piranti lunak. Kontrak jenis ini disusun berdasarkan kepada kerangka acuan kerja yang sistematis yang ditetapkan pengguna jasa.

C. Para pihak Dalam Perjanjian Pemborongan

1. Pemberi Tugas (bouwheer/ aanbesteder/ owner/ employer/ client/ promoter/ buyer/ kepala kantor/ satuan kerja/ pemimpin proyek/ prinsipal/ yang memborongkan)

Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi pemerintah ataupun swasta. Adapun tugas dan wewenang dari seorang pemberi tugas, yaitu:

a. Memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan pemborong. b. Menerima hasil pekerjaan.

c. Membayar harga bangunan.31

30

d. Penunjukan arsitek.

e. Wewenang dalam hubungannya dengan asuransi. f. Memberikan lokasi kepada kontraktor.

g. Kewenangan dalam hubungannya dengan ganti rugi. h. Kewenangan menetapkan pekerjaan dari kontraktor. i. Kewenangan dalam hal persertifikasian.

j. Kewenangan dalam hal arbitrase bila terjadi sengketa di kemudian hari.32

Hubungan antara pemberi tugas dengan perencana jika pemberi tugas adalah pemerintah dan perencana juga dari pemerintah maka terdapat hubungan kedinasan. Jika pemberi tugas dari pemerintah dan/atau swasta dengan perencana adalah pihak swasta yang bertindak sebagai penasihat pemberi tugas, maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal (perjanjian perencana), sedangkan apabila pemberi tugas dari pemerintah atau swasta dengan perencana dari pihak swasta yang bertindak sebagai wakil pemberi tugas (sebagai direksi) maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUHPerdata).

2. Pemborong (kontraktor/ rekanan/ developer/ annamar)

Pemborong bisa perseorangan, badan hukum, swasta, maupun pemerintah. Tugas pemborong adalah:

a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak. b. Menyerahkan pekerjaan.

31

F. X. Djumialdji, Op.Cit., hal. 8.

32

Penunjukan sebagai pelaksana oleh pemberi tugas dapat terjadi karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan, pemborong dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut kepada pemborong lain yang merupakan subkontraktor berdasarkan perjanjian khusus.

Subkontraktor adalah pihak ketiga yang dilibatkan oleh pihak kontraktor utama untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang terbit dari kontrak konstruksi antara pihak bouwheer dengan pihak kontraktor utama, pekerjaan mana dilakukan oleh subkontraktor untuk dan atas nama pihak kontraktor utama.33 Secara yuridis hubungan hukum subkontraktor hanya dengan kontraktor utamanya saja. Apabila dilakukan pengangkatan subkontraktor maka kontraktor harus meminta persetujuan dari pengguna jasa serta menyatakan secara rinci jenis pekerjaan yang diberikan kepada subkontraktor. Pihak pemborong tetap bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan dalam mensubkontrakkan pekerjaan. Apabila terbukti bahwa pelaksanaan pekerjaan kontraktor tidak sesuai dengan perencanaan, maka kontraktor akan dikenakan sanksi-sanksi yaitu: denda, penangguhkan pembayaran, diadakan pembongkaran atau penggantian, memasukkan nama perusahaan kontraktor ke dalam daftar hitam rekanan dan pemutuskan kontrak dengan kontraktor.

Penunjukan pada pihak subkontraktor dapat dilakukan dengan cara penunjukan sendiri oleh pihak kontraktor utama atau penunjukan subkontraktor dengan partisipasi pihak bouwheer. Pihak bouwheer campur tangan dalam

33

menentukan subkontraktor dengan alasan bouwheer hanya percaya pada kemampuan pihak kontraktor semata-mata, ketersediaan keahlian yang cukup pada kontraktor tertentu, dan ketersediaan peralatan yang cukup pada kontraktor tertentu. Apabila pihak subkontraktor gagal memenuhi kewajibannya maka pihak bouwheer dapat mengajukan klaim atas kerugiannya kepada pihak kontraktor, kecuali kontrak yang bersangkutan dengan tegas menentukan sebaliknya.34 Untuk menghindari terjadinya kerugian maka kontraktor harus benar-benar memilih subkontraktor yang memilih reputasi yang baik, bertanggung jawab dan memiliki kemampuan yang dapat diandalkan.

3. Perencana (arsitek)

Arsitek adalah perseorangan atau badan hukum yang berdasarkan keahliannya memiliki tugas, yaitu:

a. Sebagai penasihat

Di sini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambaran proyek sesuai dengan pesanan pemberi tugas (bouwheer).

b. Sebagai wakil

Di sini perencana bertindak sebagai pengawas dengan tugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Perencana juga dapat menunjuk orang lain untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan (ada subsitusi).35 Sebagai wakil perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu apabila ditariknya kembali kuasanya si kuasa, dengan

34

Ibid., hal. 186-188.

35

pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si kuasa, dengan meninggalnya si pemberi kuasa maupun si kuasa, dengan pengampuannya si pemberi kuasa maupun si kuasa, dengan pailitnya si pemberi kuasa maupun si kuasa, dengan perkawinannya si perempuan yang memberikan atau menerima kuasa (Pasal 1813 KUHPerdata).

4. Pengawas (Direksi)

Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborong. Di sini pengawas memberi petunjuk-petunjuk memborongkan pekerjaan, memeriksa bahan-bahan, waktu pembangunan berlangsung dan akhirnya membuat penilaian opname dari pekerjaan. Selain itu pengawas bertugas untuk mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan, memberikan penjelasan mengenai Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) untuk pemborongan-pemborongan atau pembelian dan membuat berita acara penjelasan, melaksanakan pembukuan surat penawaran, mengadakan penilaian dan menetapan calon pemenang serta membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.36 Fungsi mewakili yang terbanyak dari direksi adalah pada fase pelaksana pekerjaan dimana direksi bertindak sebagai pengawas terhadap pekerjaan pemborong, jadi kewenangan mewakili dari direksi ini ada selama tidak ditentukan sebaliknya oleh pemberi tugas secara tertulis dalam perjanjian yang bersangkutan bahwa dalam hal-hal tertentu hanya pemberi tugas yang berwenang menanganinya.

36

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan

Dokumen terkait