• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB   II   PENGERTIAN   PERJANJIAN   DALAM   KUHPerdata

D. Jenis – jenis Perjanjian

Secara umum perjanjian dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Perjanjian Obligatoir

2. Perjanjian non Obligatoir

Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu, sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian non obligatoir adalah perjanjian yang tidak mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu.

Perjanjian obligatoir terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik.

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi hanya pada satu pihak.

Misalnya perjanjian penanggungan (borgtocht). Sedangkan perjanjian timbal balik adalah

perjanjian yang membebankan prestasi pada kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli.25

2. Perjanjian atas beban dan perjanjian Cuma-Cuma.

Perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yag satu untuk melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang harus dilakukan oleh pihak lain. Misalnya perjanjian pinjam meminjam dengan bunga. Sedangkan perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian dimana pihak yang satu memberikan sesuatu keuntungan kepada pihak lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya. Misalnya pinjam pakai, hibah dan

penitipan barang tanpa biaya.26

      

25 Herlien Budiono, Op.cit, Hlm. 54-55. 26 Ibid. Hlm. 59.

3. Perjanjian konsesual, perjanjian riil dan perjanjian formal.

Perjanjian konsesual adalah perjanjian dimana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian riil adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang. Misalnya perjanjian pinjam pakai. Dan yang dimaksud dengan perjanjian formal adalah

perjanjian yang harus memakai akta nota riil. Misalnya perjanjian jual beli tanah.27

4. Perjanjian bernama, perjanjian tak bernama dan perjanjian campuran.

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang secara khusus diatur dalam undang-undang. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus didalam undang-undang. Misalnya perjanjian leaseing, franchising dan factoring. Sedangkan perjanjian campuran adalah perjanjian yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih perjanjian bernama. Misalnya perjanjian pekerjaan, perjanjian kost yang merupakan

perjanjian sewa menyewa dan perbuatan untuk melakukan suatu pekerjaan.28

Perjanjian yang penulis bahas jenis perjanjian kerja, yang merupakan termasuk ke golongan perjanjian bernama, dimana para pihak membuat perjanjian ini untuk hubungan kerja, dimana pihak pertama memberikan kerja kepada pihak kedua untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Yang dimaksud dengan perjanjian kerja menurut undang-undang no.13 tahun 2003 pasal 1 angka 14 adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau memberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Perjanjian kerja yang termasuk dalam perjanjian bernama tersebut merupakan kesepakatan secara tertulis maupun lisan antara pemberi kerja dengan pekerja, yang memuat

      

27 http://ranggiwirasakti.blogspot.com/2012/11/macam-macam-perjanjian-dalam-hukum.html?m=1 28 Herlien budiono, Op.Cit., Hlm.35-36

secara singkat maupun lengkap segala yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian tertulis merupakan perjanjian yang dituangkan secara jelas diatas kertas, sedangkan perjanjian lisan merupakan perjanjian secara singkat dengan dasar kepercayaan masing-masing para pihak, biasanya perjanjian ini hanya digunakan untuk perjanjian yang mudah pelaksanaannya atau tidak banyak menuntut persyaratan. Perbedaan yang mendasar antara kedua bentuk perjanjian ini adalah kekuatan hukumnya, perjanjian tertulis tentu lebih kuat, karena perjanjian tertulis itu menjadi akta otentik atau bukti tertulis dimata hukum.

Dalam perjanjian kerja tertulis harus memuat segala informasi tentang perusahaan dan calon pekerja, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut legal atau sedang dalam masalah. Identitas para pihak juga penting dalam pemenuhan hak dan kewajiban para pihak. Identitas paling tidak memuat nama perusahaan, alamat perusahaan, jenis usaha, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja, ini diatur dalam pasal 54 UU No.13 Tahun 2003.

Mengenai waktu mulai dan berakhirnya perjanjian dapat dibagi 229 yaitu :

c. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu

d. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatmya ;

b. Pekerjaan yang bersifat musiman ; atau

c. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru atau produk tambahan yang masih

dalam percobaan ;

d. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

      

29

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diadakan dalam jangka waktu paling lama 2tahun dan hanya dapat di perpanjang 1kali.

Perjanjian yang penulis bahas dalam skripsi ini termasuk ke jenis perjanjian untuk waktu tertentu, karena dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu dan dapat di perpanjang dengan membuat perjanjian baru jika masing-masing pihak sepakat untuk melanjutkan hubungan kerja tersebut.

Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat memberi masa percobaan kerja paling lama 3bulan dan calon pekerja mendapat upah sesuai dengan upah minimum yang berlaku.

Perjanjian non obligatoir terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :30

1. Perjanjian publik

Perjanjian publik adalah perjanjian yang menetapkan dipindahkannya suatu hak dari

seseorang kepada orang lain.31

2. Perjanjian pembuktian

Perjanjian pembuktian adalah perjanjian untuk membuktikan sesuatu kepada pihak lain.

3. Perjanjian liberatoir

Perjanjian liberatoir adalah perjanjian dimana seseorang membebaskan pihak lain dari

suatu kewajiban.32

4. Perjanjian untung-untungan

      

30

 Komariah, Hukum Perdata, Malang, UMM Press, 2002, Hlm. 171  

31 Ibid, Hlm.171 32 Ibid., Hlm. 172.

Perjanjian untung-untungan adalah perjanjian untuk mengakhiri keraguan mengenai isi dan luas perhubungan hukum diantara para pihak.

Dokumen terkait