BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT
C. Akuntansi Persediaan
2. Jenis-jenis Persediaan
Mulyadi (2001:554) Jenis-jenis persediaan suatu perusahaan yaitu Persediaan Produk Jadi, Persediaan Produk dalam Proses, Persediaan Bahan Baku, yaitu persediaan bahan mentah yang siap untuk diproses menjadi barang jadi, Persediaan Bahan Penolong (persediaan yang digunakan untuk melengkapi atau membantu proses produksi), Persediaan Bahan habis pakai pabrik, Persediaan suku cadang yaitu persediaan yang digunakan untuk mendukung lancarnya proses produk utama atau bahan baku.
Jenis-jenis persediaan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yaitu:
Tabel 3.1
Jenis-jenis Persediaan PTPN III (persero) Tahun 2017 No. Jenis-jenis Persediaan Jumlah (dalam rupiah) 1. Persediaan Barang Jadi/persediaan hasil:
Karet 2. Bahan pembantu dan pelengkap Rp 81.623.212.747
Total Rp 244.738.370.085
Sumber : Annual Report PT. Perkebunan Nusantara (Persero) Medan tahun 2017
Tabel 3.2
Jenis-jenis Persediaan Bahan baku dan Pelengkap tahun 2017
Rekg PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN PELENGKAP
300.00.00 Bahan Pupuk
300.00.01 Bahan Kimia Tanaman 300.00.02 Bahan Kimia Pengolahan 300.00.03 Bahan Pupuk Organik 300.01 Bahan Bakar dan Pelumas 300.01 Ban Mesin dan Perlengkapan 300.03 Persediaan dan Alat kantor 300.04 Bahan-bahan Bangunan
300.05 Alat-alat Listrik 300.06 Barang-barang Cat
300.07 Bahan Uap dan Persediaan Air 300.08 Bahan dan Alat-alat Rel 300.09 Alat-alat Pertanian 300.10 Barang-barang Bengkel
300.11 Bahan dan Alat-alatPengepakan 300.12 Alat-alat Bengkel
300.13 Perabot Rumah Tangga
300.14 Onderdil Inst. Tenaga Listrik dan Air 300.15 Onderdil Instalasi Pabrik
300.16 Onderdil Fasilitas Pengangkutan 300.17 Onderdil Perlengkapan Pertanian 300.18 Bahan Makanan Karyawan 300.19.00 Farmasi (Obt-obatan)
300.19.01 Bahan Pelengkap Rumah Sakit 300.20.00 Bahan Baku dan Pelengkap Lainnya 300.20.01 Bahan Dasar Karet
300.20.02 Bahan-bahan Compounding 300.20.03 Cangkang
300.21 Bahan Pakan Ternak
301.16 Persediaan Pupuk Compos
320 Cadangan Persediaan Barang Incourant 381 Cadangan Kerugian Persediaan
390 Barang-barang dalam Perjalanan
Sumber : Annual Report PT. Perkebunan Nusantara (Persero) Medan tahun 2017 3. Metode Pencatatan Persediaan
Mulyadi (2001:556) ada dua metode pencatatan persediaan yaitu:
1. Metode Mutasi Persediaan (Perpetual inventory method) dimana setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Metode ini cocok
digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.
2. Metode Persediaan Fisik (Physica inventory method), dalam metode ini yang dicatat hanya tambahan persediaan dari pembelian saja. Untuk mengetahui harga pokok persediaan yang dipakai atau dijual, harus dilakukan dengan perhitungan fisik sisa persediaan yang masih ada digudang pada akhir periode akuntansi.
Metode penilaian Persediaan
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga
pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir.
b. Metode masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO)
Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya.
Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya.
c.Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini, barang-barang yang dipakai untuk produksi atau penjualan akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata
dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya.
d.Metode Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biayanya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk msing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui.
Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir.
Dalam pemilihan metode persediaan tidak ada aturan yang absolut. Namun konsekuensi pajak adalah pertimbangan dalam pemilihan metode pencatatan dan penilaian persediaan yang dimiliki suatu perusahaan.
Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto (the lower of
cost or net realizable value). Nilai realisasi neto persediaan adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan penjualan. Biaya perolehan persediaan ditentukan dengan menggunakan metode biaya rata-rata bergerak (moving average method) dan penyisihan persediaan utang ditentukan
berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan persediaan pada tanggal laporan posisi keuangan.
Metode Rata-rata Bergerak (sistem pencatatan perpetual)
Metode ini tidak membandingkan biaya per unit paling akhir dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Namun membandingkan biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir, oleh karena itu jika biaya per unit pasti meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.
1.Metode Low Cost Method (Nilai Terendah antara harga pokok atau harga pasar) dengan menetapkan nilai pasar.
a.Biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dari harga terendah b.Harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah c.Harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga tertinggi 2.Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah
yang lebih rendah.
3.Penilaian pada nilai realisasi Bersih
4.Warren, Reeve dan Fees (2008:457) “nilai realisasi adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha normal dikurangi estimasi beban penjualan”. Hal ini timbul misalnya, jika suatu barang persediaan, yang dicantumkan sebesar nilai realisasi karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah meningkat.
Dikatakan metode rata-rata bergerak karena harga per unit persediaan selalu bergerak/berubah sesuai dengan terjadinya perubahan pada jumlah unit persediaan yang dimiliki perusahaan.
Tabel 3.3
Bentuk kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak
Tgl
Diterima Dikeluarkan Persediaan (saldo)
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
1 1000 500 500.000
10 800 550 440.000 1800 522,2 940.000
18 900 522,2 469.980 900 522,2 469.980
20 700 600 420.000 1600 556,2 889.980
27 500 556,2 278.100 1100 556,2 611.820
Dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Harga (cost) per unit = (1000 x 500) + (800 x 550) 1000 + 800
= 500.000 + 440.000 =522,2 1800
Dari harga perhitungan tersebut, maka besarnya nilai persediaan akhir sebanyak
1.100 unit adalah sebesar Rp. 611.820 dengan harga per unit 522,2. Dibawah ini contoh tabel perhitungan pada kartu persediaan, dimana persediaan dinilai dengan Metode Nilai Terendah antara harga pokok atau harga pasar (Low Cost Method).
Tabel 3.3 Low Cost Method
Jenis
persediaan Biaya Per Unit (Rp) Unit
Harga Pasar
Total 3.470.000 3.552.000 3.292.000
Catatan untuk sistem persedian persediaan perpetual dapat dikelola secara manual, akan tetapi bagi perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan jumlah persediaan yang begitu besar serta transaksi pembelian dan
penjualan yang begitu banyak, sistem manual akan memakan biaya dan waktu dengan begitu penyimpanan catatan sistem persediaan perpetual dilakukan dengan sistem komputerisasian, dan pada akhir periode setelah dilakukan penghitungan secara fisik maka persediaan dibandingkan dengan saldo persediaan berjalan yang diinput kedalam komputer.
D.Sistem Informasi Akuntansi Persediaan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Sistem informasi akuntansi persediaan khususnya transaksi pengeluaran persediaan yang terjadi sebagian besar ditujukan atau digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Pembayaran persediaan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dengan cara menggunakan Cash (tunai) yaitu adanya bukti transaksi berupa kwintansi pembayaran. Cara yang dilakukan dalam sistem penjualan maupun pembelian persediaan dengan penyetoran langsung ke bank atau ke bagian sales administrasi perusahaan dengan menggunakan bukti transaksi. Dalam hal penjualan, pembeli memesan terlebih dahulu ke bagian penjualan dan sales administrasi membuat invoice, sales administrasi meneruskan faktur tersebut kebagian logistik dan barang persediaan yang dibeli tersebut diserahkan ke costumer sesuai dengan yang tertera di faktur, sales administrasi menerima pembayaran dan meneruskan ke bagian akuntansi.
Prosedur penerimaan persediaan pada PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan adalah sebagai berikut:
1.Pada saat barang masuk, petugas gudang menerima surat pengantar barang dari rekanan dan Bagian Akuntansi (Kepala Urusan Akuntansi) membuat
memorandum ke Bagian Teknis terkait untuk memeriksa spesifikasi barang secara visual yang tercantum dalam OPL/SJP.
2.Pada saat pemeriksaan, jika terdapat ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang ditentukan dalam OPL/SJP barang dikembalikan dan jika sesuai barang diterima untuk disimpan di gudang.
3.Hasil pemeriksaan dituangkan dalam acara pemeriksaan mutu barang yang ditandatangani oleh Bagian Terkait dengan Bagian Akuntansi.
4.Petugas gudang membuat bukti penerimaan barang (AU 53) barang yang diterima dan dicatat pada kartu gudang (AU 54).
5.Meneruskan bukti penerimaan barang (AU 53) yang telah dicatat pada kartu gudang (AU 54) ke Urusan Akuntansi Kantor Direksi untuk proses posting.
6.Melakukan penyimpanan barang menurut golongan barang secara baik, dan melengkapi label barang untuk identifikasi barang.
7.Bukti penerimaan Barang (AU 53) yang telah ditandatangani tersebut diteruskan ke Admin Finansial untuk diposting.
8.Dalam penerimaan barang dan bahan material dan dari rekanan harus
memperhatikan aspek K3 (menghindari tumpahan, ceceran, kebocoran, dan kerusakan).
9.Petugas pelaksana yang menangani penerimaan harus memperhatikan aspek K3 serta menggunakan alat pelindung diri.
Prosedur pengeluaran persediaan pada PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan adalah sebagai berikut:
1.Gudang menerima bon permintaan dan pengeluaran barang (AU 58) yang telah disetujui oleh pejabat yang berwenang.
2.Gudang memeriksa persediaan barang.
3.Barang tersedia, kepala gudang menyerahkan barang yang diminta dan
sipenerima menandatangani (AU 58) pada kolom penerimaan sesuai PK- 3.05 01
4.“Pengadaan Barang/Bahan Melalui PB-16 di Distrik, Kebun/Unit dan Kantor Direksi”.
5.Jika barang tidak tersedia Kepala Gudang membuat memo permintaan barang PB-16 sesuai PK-3.05-01 “Pengadaan Barang/Bahan Melalui PB-16 di Distrik, Kebun/Unit dan Kantor Direksi”.
6.PB-16 selanjutnya diteruskan ke bagian yang berwenang untuk menerbitkan OPL sesuai PK-3.05-01 “Pengadaan Barang/Bahan Melalui PB-16 di Distrik, Kebun/Unit dan Kantor Direksi”.
7.Setelah barang diterima, mengacu kepada instruksi kerja “Penerima ATK, Bahan Baku, Perlengkapan Barang Inventaris di Kantor Direksi”.
8.Setelah barang dikeluarkan sesuai bon AU 58 bagian gudang membukukannya pada kartu gudang (AU-54).
9.Kemudian Bon AU 58 yang telah selesai dicatat lalu dikirim kebagian urusan akuntansi untuk proses pembukukan pada kartu finansial (AU-55).
10.Kepala gudang mengarsipkan file AU-58 secara baik.
11.Khusus pengiriman barang ke Distrik/Kebun/Unit berdasarkan pembagian dan instruksi bagian terkait Gudang Akuntansi mengirim barang ke
Distrik/Kebun/Unit dengan membuat surat pengantar barang AU-58.02.
12.,Pengiriman barang angkutan harus dipisah antara bahan kimia cair dengan bahan kimia tepung, bahan kimia padat dan barang teknik guna menghindari terjadinya kerusakan/penurunan mutu.
13.Memeriksa barang yang akan dikirim apakah ada yang rusak/koyak pada kemasannya, kurang/tidak lengkap dan jika cocok diserah-terimakan kepada
supir angkutan.
14.Membukukan barang yang dikirim ke Distrik, Kantor direksi, Kebun/Unit kedalam bon barang-barang (AU-58) dan kartu Gudang (AU-54).
Sistem informasi akuntansi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sangat mendukung operasi perusahaan, fungsi kepengurusan serta mendukung para pengambil keputusan karena dalam pengolahan data akuntansi lebih mudah, lebih menghasilkan informasi yang baik, lebih menghemat biaya serta membantu memperbaiki pengendalian akuntansi.
E. Pengendalian internal atas persediaan
Sistem Pengendalian internal meliputi struktur organisasi serta metode yang dikoordinasikan untuk menjaga asset perusahaan, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Pengendalian internal (internal control) adalah proses yang dijalankan untuk menyediakan jaminan memadai bahwa tujuan-tujuan pengendalian telah dicapai (Romney dan Steinbart, 2015:226). Tujuan pengendalian tersebut adalah:
1. Menggunakan aset mencegah atau mendeteksi perolehan, penggunaan, atau penempatan yang tidak sah.
2. Mengelola catatan dengan detail yang baik untuk melaporkan aset perusahaan secara akurat dan wajar.
3. Memberikan informasi yang akurat dan reliable.
4. Menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
5. Mendorong dan memperbaiki efisien operasional.
6. Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditentukan 7. Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Prosedur Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur, selain dari lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi, yang dibuat manajemen untuk memenuhi tujuannya. Banyak kebijakan yang diterapkan oleh suatu satuan usaha.
Ada lima kategori prosedur pengendalian (Amin Widjaja, 1995:27) :
1.Pemisahan tugas yang cukup, yaitu prosedur yang dilakukan untuk mencegah salah saji baik yang disengaja maupun tidak disengaja seperti pemisahan pemegang (custody) aktiva dari akuntansi, pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang bersangkutan, dan pemisahan tanggung jawab
operasional dari tanggung jawab pembukuan.
2.Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktiva, yaitu menyusun kebijakan bagi organisasi untuk ditaati.
3.Dokumen dan catatan yang memadai adalah objek fisik untuk transaksi
dimasukkan dan diikhtisarkan, seperti faktur penjualan, permintaan pembelian, buku tambahan, jurnal penjualan, dan kartu absen (time card).
4.Pengendalian fisik ats aktiva dan catatan, misalnya gudang harus berada dalam pengawasan yang kompeten agar keusangan persediaan menjadi minimum.
5.Pengecekan independen atas pelaksanaan, yaitu independensi dari orang yang bertanggung jawab menyimpan data.
Tujuan pengendalian internal adalah untuk memberikan kepastian yang wajar,
tetapi tidak mutlak mengenai perlindungan harta terhadap kerugian yang
disebabkan oleh penggunaan atau penjualan harta yang tidak diotorisasikan, dan daya andal catatan keuangan serta pertanggungjawaban atas harta.
Pengendalian Proses Pengolahan persediaan di Pabrik Kelapa Sawit dan Karet
1.Direksi melalui Bagian Keuangan menerbitkan Surat Ederan untuk pembuatan RKO.
2.Distrik Manajer, Manajer dan Kepala Bagian terkait membuat dan membahas RKO.
3.RKO yang sudah dbahas oleh bagian terkait dikirim ke seluruh Kebun/Unit.
4.Kebun/Unit melaksanakan permintaan alat/bahan dengan menggunakan P4T, DPBB dan BPAB.
5.Distrik Manajer, Manajer melaksanakan dan menentukan jumlah serta harga pembelian TBS Kelapa Sawit sesuai ketentuan.
6.Distrik Manajer menginstruksikan kepada Asisten Laboratorium agar memonitor penerimaan TBS Kelapa Sawit sesuai kriteria matang panen dan menganalisa mutu pengiriman produk akhir.
F. Unsur-unsur Pengendalian Internal Persediaan
Unsur-unsur pokok sistem pengendalian internal (Mulyadi, 2001:164) 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini :
a) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan misalnya pembelian. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
b) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap suatu transaksi.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah :
a) Penggunaan bukti berupa formulir bernomor urut bercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir
merupakan alat yang memberikan otorisasi terlaksananya transaksi.
b) Dilakukan pemeriksaan secara mendadak (surprised audit) tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
c) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu
orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang/atau unit organisasi lain.
d) Perputaran jabatan (job rotation) yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari.
e) Keharusn mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.
f) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan. Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya.
g) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian yang lain.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Unsur Pengendalian Internal dalam sistem penghitungan Persediaan digolongkan kedalam 3 kelompok:
1.Organisasi
a. Perhitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang terdiri dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitungan dan fungsi pengecek.
b. Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selain karyawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan, karena karyawan dikedua fungsi inilah yang justru dievaluasi tanggung jawabnya atas persediaan
2.Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
a. Daftar hasil penghitungan fisik Persediaan ditandatangani oleh Ketua Panitia penghitungan fisik Persediaan.
b. Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaan didasarkan atas kartu penghitungan fisik yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu penghitungan fisik.
c. Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik berasal dari kartu persediaan yang bersangkutan.
d. Adjustment terhadap kartu persediaan didasarkan pada informasi (kuantitas maupun harga total) tiap jenis persediaan yang tercantum dalam daftar penghitungan fisik.
3. Praktik yang sehat
a. Kartu penghitungan fisik bernomor urut tercetak dan penggunaannya dipertanggung jawabkan oleh pemegang kartu pemegang fisik.
b. Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan 2 kali secara independen, pertama oleh penghitung dan kedua kali oleh pengecek.
c. Kuantitas dan data persediaan yang lain tercantum dalam bagian ke-3 dan bagian ke-2 kartu penghitungan fisik dicocokkan oleh fungsi pemegang kartu perhitungan fisik sebelum data yang tercantum dalam bagian ke-2 kartu perhitungan fisik dicatat dalam daftar hasil perhitungan fisik.
d. Peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung kuantitas persediaan harus dijamin ketelitiannya (Mulyadi, 2001:581).
Dalam PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Sistem Pengendalian internal mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian intern dalam perusahaan yang dilaksanakan dengan disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari:
1. Integritas, nilai etika dan kompetensi karyawan 2. Filosofi dan gaya manajemen
3. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan tanggungjawabnya
4. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia 5. Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Direksi
b. Pengkajian terhadap pengelolaan risiko usaha yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi, mengnalisis, menilai pengelolaan risiko yang relevan.
c. Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan yang dilakukan terhadap kegiatan perusahaan pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas, dan keamanan terhadap aset perusahaan.
d. Sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional, finansial, serta ketaatan dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan oleh BUMN.
e. Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian intern, termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal.
G. Hubungan Sistem Informasi Akuntansi dengan Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sistem informasi akuntansi dirancang agar dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang tepat waktu, relevan dan dapat dipercaya. Dalam suatu sistem informasi akuntansi terkandung unsur-unsur pengendalian, maka baik buruknya sistem informasi akuntansi sangat mempengaruhi fungsi manajemen dan fungsi lainnya dalam melakukan pengendalian internal, karena informasi yang dihasilkannya akan dijadikan salah satu dasar dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan.
Penerapan sistem informasi akuntansi sangat diperlukan dalam suatu perusahaan untuk memperoleh informasi yang relevan dan dapat dipercaya yang perlu dijadikan dasar dalam mengambil keputusan menyangkut aktivitas dan kelangsungan hidup perusahaan. Jika pengendalian internal tidak dijalankan dengan baik, tidak menutup kemungkinan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Jika penyimpangan dan kecurangan sudah terjadi otomatis aset yang dimiliki perusahaan terancam keselamatannya dan aktivitas yang dilakukan menjadi tidak berjalan dengan baik serta tidak akan mencapai tujuan perusahaan.
Setiap perusahaan tidak menginginkan penyelewangan terjadi, sehingga dapat diperlukan pengawasan pengendalian internal yang baik oleh Dewan direksi. PT.
Perkebunan Nusantara III (persero) adalah perusahaan publik yang memiliki komite audit (audit commitee) dari dewan luar dan independen. Komite audit akan bertanggung jawab atas pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan,
pengendalian internal, serta perekrutan dan pengawasan baik auditor internal maupun eksternal, yang melaporkan seluruh kebijakan dan praktik akuntansi penting kepada komite tersebut.
Berdasarkan SKPTS Nomor: 3.08/SKPTS/15/2014 tanggal 26 april 2014 tentang perampingan Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III bagian satuan pengawasan internal adalah Kepala Bagian, Pengawas wilayah, Ketua Tim, Staf Pengawas dan Staf Urusan administrasi. Dalam pengendaliaN internal
khususnya dibidang akuntansi, para dewan harus menyetujui strategi perusahaan dan meninjau kebijakan-kebijakan keamanan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan atau penerapan sistem informasi akuntansi persediaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sudah cukup baik dan telah sesuai dengan unsur pengendalian internal dimana komite audit melaksanakan pemeriksaan serta internal audit pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN untuk menghindari penyelewengan penanganan persediaan. Pemilihan sistem pencatatan dengan menggunakan sistem perpetual. Metode untuk menentukan biaya atau harga pokok persediaan juga telah sesuai untuk perusahaan tersebut, dengan memilih metode biaya rata-rata bergerak (moving average method) dan persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto (the lower of cost or net realizable value). Sistem informasi akuntansi yang digunakan sangat membantu operasi perusahaan khususnya pada akun persediaan.
B. Saran
1. Penggolongan persediaan yang tetap dan sistematis akan memudahkan pencatatan dan pengawasan persediaan. Hal ini perlu diteruskan, khususnya jika terjadi penambahan persediaan karena pembelian maupun produksi.
2. Untuk menghindari adanya pemalsuan terhadap data yang ada pada buku gudang dengan jumlah persediaan yang ada digudang, maka dibutuhkan
2. Untuk menghindari adanya pemalsuan terhadap data yang ada pada buku gudang dengan jumlah persediaan yang ada digudang, maka dibutuhkan