• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

C. Analisis Rasio Keuangan

1. Jenis-jenis rasio keuangan

Menurut Kasmir (2010 : 110) terdapat enam rasio keuangan yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan yaitu meliputi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, dan rasio penilaian.

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo.

b. Rasio Leverage (Leverage Ratio)

Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Hal ini berarti besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.

c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalan suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.

e. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham.

f. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)

Rasio penilaian merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.

2. Analisis Rasio Likuiditas a. Pengertian Rasio Likuiditas

Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan

rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Hal ini berarti apabila perusahaan ditagih, perushaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

b. Tujuan dan Manfaat Likuiditas

Menurut Kasmir (2010 :132) ada 9 tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas.

a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Hal ini berarti, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

b. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Hal ini berarti, jumlah

kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

c. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

d. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

e. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

f. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang.

g. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

h. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki persahaan dari masing komponen yang ada di aktiva lancar dan hutang lancar.

i. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga.

c. Jenis Rasio Likuiditas

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan ada tiga, yaitu rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), dan rasio kas (cash ratio).

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Rumus dari current ratio:

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Hal ini berarti nilai sediaan diabaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lma untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.

Rumus dari quick ratio:

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio Kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rumus dari Cash Ratio:

Berdasarkan laporan keuangan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yaitu neraca dan laporan laba rugi selama dua tahun, mulai dari tahun 2012 s.d tahun 2013, maka selanjutnya peneliti melakukan analisis dan evaluasi terhadap tingkat rasio likuiditas pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebagai berikut:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Current Ratio adalah untuk menghitung sejauh mana perusahaan

Perhitungannya adalah dengan membandingkan total aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rumus untuk menghitung rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Current Ratio Komponen Laporan Keuangan 2012 2013 Current Assets 2.326.765.730.890 2.112.986.995.642 Current Liabilities 1.724.098.937.216 1.787.946.591.654

Pada tahun 2012 current ratio diperoleh sebesar 134% sedangkan pada tahun 2013 current ratio diperoleh sebesar 118%. Dari hasil analisis, terlihat bahwa current ratio perusahaan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 16% dibandingkan pada tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktiva lancar dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sedangkan untuk current liabilities pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 8,85%. Ini menunjukkan menurunnya kemampuan perusahaan dalam membayar utang janka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan aktiva lancar yang paling likuid.

Rumus untuk menghitung rasio lancar atau quick ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Quick Ratio

Komponen Laporan Keuangan 2012 2013

Current Assets 2.318.056.053.351 2.126.848.464.533 Inventory 335.573.693.725 274.217.700.726 Current Liabilities 2.126.848.464.533 2.135.704.102.534

Quick Ratio pada tahun 2012 sebesar 93%, sedangkan pada tahun 2013

quick ratio diperoleh sebesar 86%. Dari hasil analisis, terlihat bahwa quick ratio

mengalami penurunan dari tahun 2012 ketahun 2013 sebesar 7%. Hal ini disebabkan oleh current assets yang mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 dan inventory juga mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sedangkan untuk current liabilities mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 8,85%. Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

3. Rasio Kas (cash ratio)

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan menggunakan kas.

Rumus untuk menghitung rasio lancar atau cash ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Current Ratio Komponen Laporan

Keuangan

2012 2013

Cash or Cash Equivalent 1.793.333.369.398 1.476.285.474.034 Current Liabilities 2.126.848.464.533 2.135.704.102.534

Cash ratio pada tahun 2012 sebesar 84%, sedangkan pada tahun 2013 cash

ratio sebesar 69%. Dari hasil analisis, terlihat bahwa cash ratio mengalami

penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 15%. Hal ini disebabkan oleh penurunan cash pada tahun 2013 menjadi Rp 1.317.047.895.364 dan disertai pula naiknya current liabilities sebesar 8,85%. Penurunan rasio ini juga sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

E. Persentase Rasio Likuiditas

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka rasio likuiditas pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Persentase Rasio Likuidi

Keterangan 2012 2013

Rasio Likuiditas

Current Ratio 134% 118%

Quick Ratio 93% 86%

Cash Ratio 84% 69%

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

1. Current Ratio

Pada tahun 2012 current ratio diperoleh sebesar 134%, sedangkan pada tahun 2013 current ratio diperoleh sebesar 118%. Dari hasil analisis, terlihat bahwa current ratio perusahaan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 16% dibandingkan pada tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktiva lancar dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sedangkan untuk current liabilities pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 8,85%. Current ratio perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk perusahaan jasa karena

current ratio yang baik yaitu 100% (1:1), sebaliknya perusahaan menghindari

2. Quick Ratio

Quick ratio pada tahun 2012 sebesar 93%, sedangkan pada tahun 2013

quick ratio diperoleh sebesar 86%. Dari hasil analisis, terlihat bahwa quick ratio

mengalami penurunan dari tahun 2012 ketahun 2013 sebesar 7%. Hal ini disebabkan oleh current assets yang mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 dan inventory juga mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sedangkan untuk current liabilities mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 8,85%. Quick ratio perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk perusahaan jasa karena quick ratio yang baik yaitu 100% (1:1), sebaliknya perusahaan menghindari utang lancar yang berlebihan agar perusahaan menjadi likuid.

3. Cash Ratio

Cash ratio tahun 2012 sebesar 84%, sedangkan pada tahun 2013 cash

ratio diperoleh sebesar 69%. Dari hasil analisis, terlihat bahwa cash ratio

mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 15%. Hal ini disebabkan oleh penurunan cash pada tahun 2013 menjadi Rp 1.317.047.895.364 dan disertai pula naiknya current liabilities sebesar 8,85%. Cash ratio perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk perusahaan jasa karena

cash ratio yang baik yaitu 100% (1:1), sebaliknya perusahaan menghindari utang

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari analisis dan evaluasi yang sudah dilakukan pada BAB III, maka peneliti memberi kesimpulan terhadap perkembangan keuangan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dan saran-saran yang mungkin berguna dalam suatu peningkatan operasional PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

a. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari current ratio PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan pada tahun 2012 ke tahun 2013, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengalami penurunan yaitu dari 134% ke 118% di tahun 2013. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan current ratio sebesar 16%. Ini menunjukkan menurunnya kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. 2. Berdasarkan quick ratio PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengalami penurunan dari 84% menjadi 69% di tahun 2013. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan quick ratio sebesar 15%. Hal ini tejadi karena kenaikan persediaan yang menyebabkan berkurangnya total aktiva lancar untuk melunasi utang jangka pendeknya. Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

3. Dilihat dari cash ratio PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan pada tahun 2012 dan tahun 2013, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan juga mengalami penurunan dari 84% menjadi 69% di tahun 2013. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan cash ratio sebesar 15%. Terjadinya penurunan cash ratio ini disebabkan karena turunnya total kas atau setara kas pada tahun 2013 menjadi Rp 1.317.047.895.364 dan disertai pula naiknya current liabilities pada tahun tersebut. Penurunn rasio ini juga sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

b. Saran

saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk current ratio dan quick ratio, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengurangi total current assets yang ada.

2. Untuk quick ratio, sebaiknya PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengurangi total persediaan agar current liabilities dapat terpenuhi.

3. Untuk cash ratio, sebaiknya PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan lebih menjaga jumlah kas yang tersedia serta memerlukan kehati-hatian dalam melakukan aktivitas dan kegiatan perusahaan. Seperti dalam melakukan pinjaman jangka pendek agar perusahaan dapat memperhatikan

nilai aktiva yang dimiliki sebagai pertimbangan atas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga, Aksara, Jakarta, 2002.

Irawati, Susan, 2005, Manajemen Keuangan, Pustaka, Bandung.

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga, Rjawali Pers, Jakarta, 2010.

Munawir, S, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas, Liberty, Yogyakarta.

Sundjaja, Ridwan S, Inger Barlian, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, Intan Sejati, Klaten, 2003.

Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Teori Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Ekonosia, Yogyakarta.

Dokumen terkait