• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis Rasio Keuangan Perbankan

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 26-34)

2.6 Analisis Rasio Keuangan

2.7.1 Jenis-jenis Rasio Keuangan Perbankan

Rasio-rasio perbankan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dan efisiensi perbankan di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih atau dengan kata lain bank dapat membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan (Kasmir, 2008:221). Likuiditas bank secara spesifik adalah kesanggupan bank dalam menyediakan alat-alat (harta) lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (kredit/pembiayaan) kepada masyarakat (Simorangkir, 2004:91).

34 Menurut Simorangkir (2004), pengertian likuiditas dalam perbankan dapat dilihat secara statis ataupun secara dinamis. Secara statis berarti bahwa tersedianya alat-alat likuid sebagai suatu persediaan yang harus selalu ada pada saat sekarang, disebut sebagai stock concept. Sementara itu secara dinamis berarti tidak mengandalkan persediaan alat-alat likuid atau segera dapat dikonversikan ke dalam alat-alat likuid dengan mengantisipasikan kewajiban keuangan yang akan tiba dan bersamaan dengan itu juga memproyeksikan alat-alat likuid yang akan masuk, baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun perluasan kredit yang dinamakan flow concept.

Berdasarkan pengertian di atas, likuiditas dalam dunia perbankan dapat dibedakan menjadi :

1. Likuiditas dalam menghadapi penarikan titipan, dinamakan deposit liquidity.

2. Likuiditas dalam proyeksi pemberian pinjaman, disebut portofolio liquidity.

Adapun jenis-jenis rasio likuiditas bank menurut Kasmir (2008) adalah sebagai berikut:

1) Rasio Cepat (Quick Ratio).

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik tabungan, simpanan giro dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh bank. Rasio cepat ini diperoleh dengan cara membagi aktiva kas dengan total dana nasabah (Kas dibagi dengan Total Deposito).

35 2) Investing Policy Ratio

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampua bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat- surat berharga yang dimilikinya. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi antara jumlah surat berharga yang dimiliki (sekuritas) dengan total dana nasabah.

3) Banking Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana nasabah yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka likuiditas bank semakin rendah karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil.

4) Asset to Loan Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Maki tinggi rasio ini makin rendah tingkat likuiditas bank.

5) Investment Portofolio Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas dalam

investasi pada surat-surat berharga. Dalam menghitung rasio ini, maka terlebih dahulu perlu diketahui sekuritas yang mempunyai jatuh tempo kurang dari 1 tahun yang digunakan untuk menjamin deposito nasabah jika ada.

6) Rasio Kas (Cash Ratio).

36 melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank.

7) Loan to Deposit Ratio (LDR).

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana nasabah atau dana pihak ketiga yang dimiliki.

Rasio yang tinggi dalam LDR memiliki pengertian bahwa jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari jumlah total dana masyarakat/dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank. Bila hal ini terjadi, maka bank perlu memikirkan suatu cara, agar dapat menghimpun dana masyarakat yang lebih besar, agar komposisi kredit dan total dana yang dihimpun maksimal dan berimbang. Biasanya cara yang dilakukan oleh bank untuk menarik minat masyarakat untuk berinvestasi adalah dengan menawarkan imbalan bunga yang tinggi. Tetapi, adakalanya bank memakai modal sendiri sebagai alat lancar untuk memenuhi permintaan kredit yang tinggi. Ekuitas bank pun disalurkan untuk realisasi penyaluran kredit tersebut. Semakin banyaknya kredit yang tersalur, harapannya adalah keuntungan/laba bank dari bunga pinjaman semakin besar. Namun, hal ini juga menimbulkan permasalahan baru, apabila terjadi kredit macet atau terjadi negative spread, dimana bunga simpanan lebih tinggi dari bunga pinjaman. Untuk itu bank juga harus memiliki suatu cara bagaimana supaya penyaluran kredit atas dana masyarakat bisa maksimal dan resiko kredit macet bisa ditekan serendah mungkin.

37 berhati-hati dalam penyaluran kredit atau bank kurang optimal dalam memanfaatkan dana masyarakat yang dihimpun, sehingga peluang dana tersebut untuk menghasilkan laba (dari bunga kredit atau bagi hasil) bagi bank juga tidak optimal. Karena setiap Rp. 1,- dana yang dimiliki berkesempatan menghasilkan keuntungan apabila dimanfaatkan secara maksimal.

8) Investment Risk Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur risiko yang terjadi dalam investasi surat-surat berharga, yaitu dengan cara membandingkan harga pasar surat berharga dengan harga nominalnya. Makin tinggi rasio ini, berarti kemampuan bank dalam penyediaan alat-alat likuid semakin besar.

9) Liquidity Risk Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur risiko yang dihadapi bank apabila gagal untuk memenuhi kewajibannya kepada para nasabah dengan harta yang dimilikinya.

10) Credit Risk Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan.

11) Deposit Risk Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank dalam membayar kembali dana nasabahnya.

38 b. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas.

Rasio profitabilitas atau rentabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank. Profitabilitas bank terdiri dari:

1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin).

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui persentase laba dari kegiatan usaha murni dari bank setelah dikurangi biaya-biaya.

2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin).

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasionalnya.

3) Return On Assets (ROA).

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas pengelolaan aset yang dimiliki oleh bank.

4) Return On Equity (ROE).

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perbankan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih.

5) Rate Return on Loan.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola kegiatan perkreditannya. Rasio ini dihasilkan dengan cara menghitung pendapatan bunga dibagi dengan total kredit yang disalurkan.

39 6) Leverage Multiplier.

Merupakan alat untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola asetnya dikarenakan adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat penggunaan aktiva. Rasio ini dihitung dari total aktiva dibagi dengan total ekuitas yang dimiliki.

7) Assets Utilization.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan manajemen suatu bank dalam mengelola asset nya dalam rangka menghasilkan laba baik operasional maupun non operasional.

8) Interest Expense Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase antara bunga yang dibayar kepada nasabah dengan total deposito yang ada di bank. 9) Cost of Fund.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya biaya yang dikeluarkan terhadap total deposito yang ada.

10) Cost of Efficiency.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang dilakukan oleh bank atau untuk mengukur besarnya biaya bank yang digunakan untuk memperoleh pendapatan.

c. Rasio Solvabilitas.

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan bank dalam mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan, rasio ini merupakan alat ukur

40 untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut.

Adapun rasio-rasio yang termasuk kedalam rasio solvabilitas bank adalah sebagai berikut:

1) Primary Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudan memadai atau sejaun mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh ekuitas capital. Rasio ini diperoleh dengan menghitung ekuitas capital dibagi dengan total asset.

2) Risk Assets Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemungkinan penurunan resiko asset.

3) Secondary Risk Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penurunan asset yang mempunyai risiko lebih tinggi.

4) Capital Ratio.

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.

5) Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio).

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal menutupi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam perkreditan dan perdagangan surat berharga. Rasio ini

41 diperoleh dengan cara membagi modal sendiri yang telah dikurangi dengan aktiva tetap dengan total kredit yang ditambah dengan surat berharga.

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 26-34)

Dokumen terkait