• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

B. Jenis – Jenis Sapi

2. Jenis – jenis Sapi Lokal

Sapi lokal adalah sapi yang sudah lama dan berkembang secara turun temurun terdapat di Indonesia. Berikut ini adalah jenis – jenis sapi yang biasa digunakan sebagai bakalan ntuk usaha penggemukan (Nuansa Aulia, 2009; hal 21 - 23 ).

commit to user

19 a. Sapi Ongole

Sapi Ongole merupakan sapi yang berasal dari India. Sapi ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal abad ke- 20 dan diternakkan secara turun – temurun di Pulau Sumba, sehingga sapi ini juga dikenal sebagai Sumba Ongole. Sapi Ongole ini memiliki ciri – ciri dengan postur tubuh lebih besar dibandingkan sapi – sapi lokal lainnya. Warna bulunya dari putih sampai putih keabu – abuan dengan campuran kuning orange ke kelabu. Sapi Ongole memiliki tubuh yang besar, kuat, tahan panas, dan makanannya sederhana. Sapi ini mudah dikenal dengan ponok bulat dan besar; gelambir lebar dan bergantung mulai dari leher melelui perut hingga skrotum. Bobot badan yang jantan sekitar 600 – 700 kg dan betina sekitar 450 – 650 kg. Pertambahan bobot badan sekitar antara 0,47 – 0,81kg / hari.

b. Sapi Peranakan Ongole ( PO )

Sapi Peranakan Ongole ( PO ) adalah sapi hasil perkawinan sapi Ongole dengan sapi – sapi lokal yang telah dilakukan di Sumatera dan Pulau Jawa. Poster tubuh maupun berat badan sapi ( PO ) ini lebih kecil dibandingkan dengan sapi Ongole.

c. Sapi bali

Sapi Bali merupakan sapi hasil keturunan dari sapi liar yang sudah mengalami proses yang cukup lama. Sapi Bali memiliki bulu halus,

commit to user

20 pendek – pendek, dan mengkilap. Pada saat muda, warna bulunya yang cokelat akan berubah menjadi hitam. Sapi Bali dapat mencapai bobot badan jantan dewasa antara 350 – 400 kg dan betina dewasa antara 250 – 300 kg.

d. Sapi Madura

Sapi Madura merupakan sapi yang diperkirakan sebagai hasil perkawinan antara sapi Bali dengan sapi India ( Bos Indicus ). Perkiraan ini didasarkan pada tanda – tanda kesesuaian ponok dan bulu yang diturunkan dari kedua jenis sapi tersebut.

C. Berbagai Sistem Penggemukan

Pada prinsipnya, perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Di luar negeri, penggemukan sapi dikenal dengan sistem pasture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kereman (Sori Basya Siregar, 2008; hal 32 - 40).

a. Pasture Fattening

Pasture fattening merupakan suatu sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi dipadang penggembalaan. Dengan demikian, teknik pemberian pakan dalam sistem ini adalah dengan penggembalaan. Tidak ada penambahan

commit to user

21 pakan berupa konsentrat maupun biji – bijian sehingga pakan yang tersedia hanya berasal dari hijauan yang terdapat di padang penggembalaan.

Oleh karena itu, hijauan yang terdapat di padang penggembalaan di samping rumput - rumputan yang ada, harus ditanami leguminosa agar kualitas hijauan yang ada di padang penggembalaan itu lebih tinggi. Kandang pada sistem penggemukan sapi pasture fattening hanya berfungsi sebagai tempat berteduh sapi – sapi pada malam hari atau pada waktu hari sedang sangat panas. Penggemukan dengan sistem pasture fattening memerlukan padang penggembalaan yang relatif luas sehingga sulit bila dilaksanakan di daerah – daerah yang padat penduduknya seperti di Pulau Jawa.

b. Dry lot fattening

Dry lot fattening merupakan sistem penggemukan sapi dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji – bijian seperti jagung, sorgum, atau kacang – kacangan. Di Amerika Serikat, penggemukan sapi dengan sistem dry lot fattening dilakukan pada daerah pusat produksi jagung yang dikenal dengan corn belt. Pemberian jagung yang telah digiling dan ditambah dengan pemberian hijauan yang berkualitas sedang pada penggemukan sapi sudah memberikan pertambahan bobot badan yang lumayan. Namun, belakangan ini penggemukan sapi dengan sistem dry lot fattening

commit to user

22 bukan hanya memberikan satu jenis biji – bijian saja, tetapi sudah merupakan suatu bentuk yang diformulasi dari berbagai jenis bahan konsentrat.

c. Kombinasi pasture dan dry lot fattening

Penggemukan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening banyak dilakukan di daerah – daerah subtropis maupun tropis dengan peritmbangan musim dan ketersediaan pakan. Di daerah subtropis, pada musim dingin sebelum salju turun, sapi digemukkan dengan sistem pasture. Setelah turun salju, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem dry lot.

Di daerah tropis, pada musim banyak produksi hijauan ataupun rumput, penggemukan sapi dilakukan dengan pasture. Pada musim tertentu pada musim kemarau, sewaktu produksi sijauan sudah sangat menurun, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem dry lot. Penggemukan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening dapat pula diartikan dengan menggembalakan sapi – sapi pada padang – padang penggembalaan di siang hari selama beberapa jam, sedangkan pada sore dan malam hari sapi – sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat secukupnya. Dibandingkan dengan sistem penggemukan sapi pasture fattening, lama penggemukan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening lebih singkat, tetapi lebih lama dibandingkan dengan sistem pasture fattening.

commit to user

23

d. Kereman

Penggemukan sapi dengan sistem kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi – sapi dalam kandang secara terus – menerus salama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandingan yang tergantung pada ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat. Apabila hijauan tersedia banyak maka hijauanlah yang lebih banyak diberikan, sebaliknya, apabila konsentrat mudah diperoleh, tersedia banyak, dan harganya relatif murah maka pemberian konsentratlah yang diperbanyak.

Penggemukan sapi dengan sistem kereman hanya terdapat di Indinesia dan banyak dilakukan di daerah – daerah Magetan, Wonogiri, Wonosobo, Lamongan, Bondowoso, Banyuwangi, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

Dokumen terkait