• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Teknik Pengumpulan Data

3. Jenis-jenis Skala

Pengembangan skala untuk mengukur sikap, nilai-nilai dan minat dapat meliputi beberapa macam teknik. Furhan (2007) memaparkan empat macam skala dalam pengukuran sikap, antara lain:

a) Skala Likert (Summated rating scale)

Skala jenis likert merupakan sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap. Hal ini senada dengan Sumadi Suryabrata (2000) yang mengatakan ”skala Likert tergolong skala untuk orang dan pada rancangan dasarnya disusun untuk mengukur sikap”(184). Dalam memberikan respons terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala ini, subjek menunujukan apakah ia sangat setuju, setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak setuju atau sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap pernyataan.

Skor setiap subjek ditetapkan dengan menjumlah nilai yang ditetapkan untuk tiap-tiap respons.

Skala Likert harus disusun secara sitematis sesuai dengan aturan penyusunannya. Adapun langkah-langkah penyusunan skala Likert sebagai berikut:

1) Mengumpulakan sejumlah besar pernyataan yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan tentang objek sikap,

2) Memilih dari kumpulan ini pernyataan-pernyataan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam jumlah yang kira-kira sama,

3) Memberikan butir-butir pernyataan ini kepada sejumlah individu, dan meminta mereka untuk mengemukakan pendapat terhadap tiap-tiap pernyataan itu dengan menetapkan apakah mereka sangat setuju, setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan itu,

4) Menghitung skor tiap-tiap individu dengan menggunakan cara yang sudah dijelaskan di atas,

5) Melakukan analisis butir pernyataan (item analysis)guna memilih butir- butir pernyataan yang menghasilkan diskriminasi tinggi. Melalui analisis butir pernyataan ini,

b) Skala Thurstone (Equal appearing intervals)

Skala Thurstone mengembangkan suatu metode untu menentukan nilai skala tertentu pada hal-hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang menyenangkan.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun skala Thurstone antara lain adalah:

commit to user

puluh samapi seratus orang. Mencari skala yang akan ditetapkan pada setiap nilai pernyataan dengan jalan menentukan median bobot ataukedudukan skala yang telah ditetapkan pada pernyataan itu oleh para penilai.

3) Memilih dua puluh samapi tiga puluh pernyataan yang terbesar secara merata di sepanjang skala dari satu ujung ke ujung yang lain. Pernyataan-pernyataan ini menjadi skala sikap.

c) Skala Guttman (Cumulative scale)

Teknik Guttman ini digolongkan sebagai skala berdimensi tunggal (unidimensional), bermaksud menetapkan apakah sikap yang sedang diselidiki itu benar-benar hanya menyangkut satu dimensi saja. Suatu sikap dianggap berdimensi tunggal hanya kalau sikap itu menghasilkan skala kumulatif, yaitu skala butir-butirnya berkaitan satu sama lain sedemikian rupa sehingga seorang subjek yang setuju denga pernyataan nomor 2, akan juga merasa setuju dengan pernyataan nomor 1; subjek yang setuju dengan prnyataan nomor 3, akan juga setuju dengan pernyataan nomor 1 dan 2, demikian seterusnya.

d) Skala perbedaan makna (Semantic differential scales)

Skala perbedaan makna didasarkan pada pandangan bahwa objek itu mempunyai dua macam makna bagi seseorang, yaitu makna denotatif dan konotatif yang dapat dinilai sendiri-sendiri. Makna denotatif suatu objek dapat dengan mudah dinyatakan, namun tidak begitu dengan makna konotatifnya. Bisa dan ada gunanya mengukur makna makna konotatif suatu objek secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan sejumlah kata sifat yang mempunyai dua kutub (bipolat) dan meminta beberapa orang untuk menilai objek-objek tersebut dengan berpedoman pada kata sifat ini. (hlm278-285).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis skala Likert, yang diukur disini adalah kompetensi guru sebelum diadakan workshop dan setelah diadakan workshop. Skala likert tentang kompetensi guru ini merupakan skala

yang telah diujicobakan oleh seorang dosen UNY yaitu ibu Sari Rusdiyati di sekolah-sekolah inklusi yang ada di Yogyakarta yang terdiri dari 108 item yang masing-masing menilai tentang kompetensi pedagogik terdiri atas 43 item, kompetensi kepribadian terdiri atas 21 item, kompetensi sosial terdiri atas 9 item, dan kompetensi professional terdiri atas 35 item. Skor dari skala terdiri dari 5 pilihan yaitu 5 menunjukkan sangat baik, 4 menunjukkan baik, 3 menunjukkan cukup, 2 menunjukkan kurang, dan 1 menunjukkan sangat kurang.

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Pengukur Komponen Kompetensi Guru Sekolah Inklusif

Komponen Indikator Jumlah

Pedagogik

1.1. Kemampuan melakukan identifikasi dan asesmen tentang AB/ABPK.

4 1.2. Kemampuan menguasi teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran AB/ ABPK.

3 1.3. Kemampuan mengembangkan kurikulum yang terkait dengan

mata pelajaran yang diampu sesuai dengan kebutuhan dan kondisi AB/ABPK.

6

1.4. Kemampuan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik bagi AB/ABPK.

6 1.5. Kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk kepentingan pembelajaran AB/ABPK.

3 1.6. Kemampuan memfasilitasi pengembangan potensi

AB/ABPK untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

commit to user

1.8. Kemampuan menyelenggarakan asesmen akademik, penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar bagi AB/ABPK.

7 1.9. Kemampuan memanfaatkan hasil asesmen akademik,

penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran AB/ABPK.

4

1.10. Kemampuan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran AB/ABPK.

3 1.11. Kemampuan melaksanakan pembelajaran kompensatoris

bagi AB/ABPK.

3

Kepribadian

2.1. Memiliki keyakinan, nilai dan sikap positif terhadap pendidikan inklusi bagi AB/ABPK.

2 2.2. Memiliki keyakinan bahwa AB/ABPK memiliki kemampuan

belajar dan dapat dididik secara inklusi.

2 2.3. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social, dan

kebudayaan nasional Indonesia dalam mendidik AB/ABPK.

2 2.4. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak

mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat serta dalam memperlakukan AB/ABPK.

3

2.5. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,dan berwibawa dalam mendidik AB/ABPK.

2 2.6. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru sekolah inklus bagi AB/ABPK.

3 2.7. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru sekolah inklusi bagi

AB/ABPK.

2 2.8. Memiliki sikap yang terbuka, ramah, hangat, dan bersahaja

terhadap semua peserta didik termasuk AB/ABPK.

2 2.9. Menjunjung tinggi hak-hak AB/ABPK untuk memperoleh

kesetaraan pendidikan.

Sosial

3.1. Bersikap inklusi, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif terhadap AB/ABPK karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosal-ekonomi.

2

3.2. Kemampuan berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, masyarakat dan AB/ABPK.

3

3.3. Kemampuan beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yag memiliki keragaman sosial budaya dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan inklusi bagi AB/ABPK.

2

3.4. Kemampuan berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lsan dan tulisan atau bentuk lain, dalam meningkatkan kualitas pendidikan inklusi bagi AB/ABPK.

2

Profesional

4.1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, bagi AB/ABPK.

2

4.2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, bagi AB/ABPK.

3

4.3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif dalam pembelajaran AB/ABPK.

2 4.4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan melakukan tindakan reflektif dalam pembelajaran AB/ABPK.

4

4.5. Kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

commit to user

4.6. Kemampuan memahami peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku terkait dengan permasalahan AB/ABPK.

2

4.7. Kemampuan melakukan pembelajaran adaptif bagi AB/ABPK.

4 4.8. Kemampuan melakukan pembelajaran kolaboratif bagi

AB/ABPK.

6 4.9. Kemampuan melakukan pembelajaran akomodatif bagi

AB/ABPK.

4 4.10. Kemampuan melakukan pembelajaran kontekstual bagi

AB/ABPK.

6

JUMLAH 108

(Sumber data : data primer 2012)

Dokumen terkait