• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP TINDAK PIDANA

A. Jenis-jenis Tindak Pidana Penggelapan

Dengan melihat cara perbuatan dilakukan, maka dapat dibagi kejahatan penggelapan dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Penggelapan dalam bentuk pokok

Kejahatan penggelapan ini diatur dalam pasal 372 KUHP sebagaimana telah diterangkan sebelumnya. Benda yang menjadi objek kejahatan ini tidak ditentukan jumlah atau harganya.

2. Penggelapan ringan (lichte verduistering)

Dikatakan penggelapan ringan, bila objek dari kejahatan bukan dari hewan ternak atau benda itu berharga tidak lebih dari Rp. 250, tentunya harga ini tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang ini. Namun demikian, dalam praktek disesuaikan dengan kondisi sekarang dan tergantung dari pertimbangan hakim. Kejahatan ini diatur dalam pasal 373 KUHP dengan ancaman hukuman selama-lamanya 3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900.

Pasal 373 KUHP menentukan bahwa:

Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 372, jika yang digelapkan itu bukan hewan dan harganya tidak lebih dari Rp. 250,-, dihukum, karena penggelapan ringan, dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-.

Rumusan penggelapan ringan tersebut terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur-unsur penggelapan dalam bentuk pokok (pasal 372 KUHP), b. Unsur-unsur khusus, yakni:

5. Objeknya; benda bukan ternak 6. Nilai benda tidak lebih dari Rp. 250,-

Penggelapan ini menjadi ringan, terletak dari objeknya bukan ternak dan nilainya tidak lebih dari Rp. 250,-. Dengan demikian, maka terhadap ternak tidak mungkin terjadi penggelapan ringan.

3. Penggelapan dengan pemberatan (gequalificeerde verduistering) Kejahatan ini diancam dengan hukuman yang lebih berat, yaitu selama-lamanya 5 tahun. Unsur pokok yang berakibat adanya pemberatan adalah karena hubungan pekerjaan, jabatan atau menerima upah.

Pasal 374 KUHP menyatakan bahwa:

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau jabatannya, atau karena ia mendapat upah uang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun”

Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:38

a. Unsur-unsur penggelapan dalam bentuk pokok (pasal 372 KUHP)

b. Unsur-unsur khusus yang memberatkan, yakni beradanya benda dalam kekuasaan pelaku disebabkan oleh:

1. Karena adanya hubungan kerja

38

Hubungan kerja pribadi adalah hubungan kerja yang bukan hubungan kepegawaian negeri (ambt), akan tetapi hubungan pekerjaan antara seorang buruh dengan majikannya, atau seorang karyawan/ pelayan dengan majikannya.39

2. Karena mata pencaharian

Hoge Raad dalam Arrestnya (16-2-1941) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah pekerjaan yang terjadi karena suatu perjanjian kerja, misalnya pengurus dari suatu Perseroan Terbatas.

Adalah suatu mata pencaharian atau jabatan tertentu, dimana seseorang itu melakukan pekerjaan secara terbatas dan tertentu. Pelaksanaan pekerjaan atau tugas yang terbatas dan tertentu ini adalah merupakan ciri dari suatu mata pencaharian. Seorang kasir atau bendahawaran adalah merupakan pekerjaan yang tertentu dan terbatas, ialah sebagai pemegang dan pengurus keuangan dari suatu perusahaan atau jawatan. Ia tidak berfungsi dan bertugas lain di luar tugas atau pekerjaan yang tidak menyangkut keuangan. Hubungan antara dia dengan uang yang diurus dan menjadi tangung jawabnya adalah berupa hubungan menguasai/ kekuasaan, yang timbul dari adanya jabatannya sebagai kasir atau bendaharawan. Apabila menyalahgunakan uang yang menjadi tanggung jawab dan berada dalam pengurusan itu, misalnya dibelikan sepeda untuk

39

Kartanegara, Hukum Pidana, Bagian Dua, Balai Lektur Mahasiswa, tanpa tahun, hal. 213.

anaknya, maka disini telah terjadi penggelapan. 3. Karena mendapatkan upah untuk itu

Maksud dari mendapat upah untuk itu adalah seseorang mendapat upah tertentu berhubung dengan ia mendapat kepercayaan karena suatu perjanjian atau lain-lain oleh sebab diserahi suatu benda. Hal seperti ini terjadi misalnya pada juru parkir, dimana ia mendapat upah dari orang yang menitipkan kendaraan padanya. Kendaraan yang dititipkan itu berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, melainkan karena ia mendapat upah untuk penitipan itu. Kejahatan dengan pemberatan ini juga diatur dalam pasal 375 KUHP, pasal tersebut berbunyi:

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa disuruh menyimpan barang itu, atau wali, curator, pengurus, orang yang menjalankan wasiat atau mengurus balai harta derma, tentang sesuatu benda yang ada dalam tangannya karena jabatan tersebut, dihukum penjara selama-lamanya enam tahun.”

Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur:40 a. Unsur-unsur penggelapan dalam bentuk pokok (pasal 372 KUHP),

b. Unsur-unsur khusus yang sifatnya memberatkan, yakni beradanya benda objek penggelapan di dalam kekuasaan petindaknya disebabkan oleh:

1) Suatu keadaan yang terpaksa untuk dititipkan;

Keadaan-keadaan yang dimaksud di sini ialah suatu keadan yang tidak dapat diduga terlebih dahulu, dalam keadaan mana untuk

40

keselamatan suatu benda terpaksa harus dititipkan untuk disimpan pada orang-orang tertentu yang dapat menyelamatkan/ menjaga benda itu, yang apabila tanpa adanya penitipan keselamatan benda tidak dapat terjamin.

Hal seperti ini dapat terjadi pada keadaan rumah sedang terbakar, banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan lain sebagainya.

2) Kedudukan sebagai seorang wali (voogd);

Seorang wali bertugas mengawasi anak yang ada di bawah perwaliannya, termasuk juga harta benda anak itu, seperti harta yang diperolehnya dari pewarisan. Juga seorang wali mengurus soal pendidikan anak itu dan harta bendanya.

Dalam kedudukannya sebagai seorang wali, maka hubungannya dengan harta anak yang ada di bawah perwaliannya adalah berupa hubungan kekuasaan belaka. Apabila dalam kedudukannya yang demikian itu ia menggelapkan harta benda anak yang ada di bawah perwaliannya maka kedudukannya sebagai demikian mengakibatkan penggelapan yang dilakukan itu menjadi diperberat.

3) Kedudukan sebagai pengampu (curator);

Seorang pengampu mempunyai kewajiban melakukan pengurusan dan pengawasan, baik terhadap orang yang di bawah pengampuannya maupun harta benda miliknya. Harta benda milik curandus yang berada dalam kekuasaan si pengampu itu karena

kedudukannya sebagai demikian ini, bila ia menggelapkannya, maka ia telah melanggar ketentuan pasal 375 KUHP.

4) Kedudukan sebagai seorang kuasa (bewindvoerder);

Kuasa di sini yakni seorang kuasa yang ditunjuk oleh hakim, dan yang diberi kuasa untuk mengurus harta benda milik seseorang yang ditinggalkannya tanpa ia menunjuk seorang wakil untuk pengurusan-nya, dan juga terhadap harta benda yang terlantar yang tidak diketahui dengan jelas pemiliknya.

Pemegang kuasa tersebut berkewajiban melakukan pengurusan dan pengawasan atas harta benda yang diberikan kepercayaan kepadanya. Dengan harta benda dalam pengurusannya itu, ia berada dalam hubungan kekuasaan yang apabila melakukan perbuatan memiliki atas benda itu ia dipersalahkan melanggar pasal 375 KUHP.

5) Kedudukan sebagai pelaksana surat wasiat; dan

Dalam kedudukan sebagai pelaksana surat wasiat (wasi), wasi tersebut menguasai harta benda milik almarhum pewasiat, yang apabila melakukan perbuatan memiliki harta terhadap benda tersebut, maka ia dipersalahkan melakukan penggelapan yang diperberat sebagaimana ketentuan pasal 375 KUHP.

6) Kedudukan sebagai pengurus dari lembaga sosial atau yayasan. Suatu lembaga/ badan sosial mempunyai orang-orang yang bertindak selaku pengurusnya. Dalam kedudukannya sebagai pengurus ini, ia

mengurusi harta benda milik yayasan dan berkewajiban untuk mengurus, mengamankan, mengatur penggunaannya dan sebagainya. Kedudukannya sebagai pengurus inilah yang bersifat memberatkan.

4. Penggelapan di Kalangan Keluarga

Penggelapan di kalangan keluarga diatur dalam pasal 376 KUHP. Ketentuan Pasal 376 KUHP ini pada intinya adalah memberlakukan ketentuan pasal 367 KUHP (tentang pencurian dalam keluarga).

Pasal 376 KUHP menyatakan bahwa :

“Ketentuan dalam pasal 367 KUHP berlaku bagi kejahatan yang diterangkan dalam bab ini”.

Menurut pasal ini seperti halnya dengan pencurian, maka penggelapan pun apabila dilakukan dalam kalangan kekeluargaan, berlaku pula peraturan dalam pasal 367 KUHP. kejahatan penggelapan adalah delik aduan relatif, artinya delik atau kejahatan ini adalah kejahatan bukan delik aduan, tetapi jika dilakukan oleh dan di kalangan keluarga, maka menjadi delik aduan.

Dalam kejahatan terhadap harta benda, pencurian, pengancaman, pemerasan, penggelapan, penipuan apabila dilakukan dalam keluarga, maka dapat menjadi:

a. Tidak dapat dilakukan penuntutan baik terhadap petindaknya maupun terhadap pelaku pembantunya (pasal 367 ayat 1 KUHP).

b. Tindak pidana aduan, tanpa adanya pengaduan, baik terhadap petindaknya maupun pelaku pembantunya tidak dapat dilakukan penuntutan (pasal 367 ayat 2 KUHP).41

Pada kejahatan penggelapan, baik dalam bentuk pokoknya maupun dalam bentuk yang diperberat (dan tidak dalam bentuk ringan), dalam hal penjatuhan pidana oleh hakim, kepada petindaknya dapat pula dijatuhi pidana tambahan berupa:

a. Pidana pengumuman putusan hakim; b. Pidana pencabutan hak-hak tertentu;

Jika melakukan penggelapan itu dalam menjalankan mata pencaharian/ pekerjaan, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pekerjaan itu.

Dokumen terkait