• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk membahas hukum pidana, kemudian bisa didapatkan bermacam-macam tindak pidana yang terjadi pada kehidupan bermasyarakat. Tindak pidana dapat dibagi sesuai dengan dasar-dasar tertentu, yaitu:42

39 Pasal 251 KUHP

40 Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. PT Raja Grafindo Persada, hlm:82

41 Ibid:83

42 Ilyas, Amir, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana sabagai Syarat Pemidanaan, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-Indonesia, Yogyakarta, hlm: 28-34

36 a. Berdasarkan sistem KUHP, dibedakan antara kejahatan yang dimuat pada Buku II dan pelanggaran yang dimuat dalam Buku III. Alasan pembedaan antara kejahatan dan pelanggaran terletak pada jenis pelanggaran lebih ringan dibandingkan dengan kejahatan. Hal tersebut terlihat dari ancaman pidana pada pelanggaran tidak ada yang diancam dengan pidana penjara, namun berupa pidana kurungan dan denda, sementara itu kejahatan lebih didominasi dengan ancaman pidana penjara.

b. Dari cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formal dan tidak pidana materiil. Tindak pidana formil ialah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti jika inti larangan yang dirumuskan tersebut yaitu melakukan sebuah tindakan tertentu. Perumusan tindak pidana formil tidak membutuhkan ataupun tidak membutuhkan munculnya sebuah akibat tertebntu dari tindakans ebagai syarat penyelesaian tindak pidana, akan tetapi semata-mata karena tindakan yang dilakukannya.

c. Menurut dengan bentuk kesalahan, dibedakan antara tindak pidana sengaja dan tindak pidana tidak secara sengaja. Tindak pidana sengaja ialah tindak pidana yang dalam rumusannya dilakukan dengan unsur kesengjaaan ataupun mengandung unsur kesengajaan. Kemudian tindak tidak sengaja yaitu tindak pidana yang dalam rumusannya mengandung unsur kesengajaan.

d. Menurut jenis-jenis tindakannya, bisa dikelompokkan menjadi tindak pidana aktif/positif bisa pula dinamakan tindak pidana komisi serta tindak pidana pasif/negative, dinamakan pula tindak pidana omisi. Tindak pidana aktif merupakan tindak pidana yang tindakannya berwujud tindakan aktif, perbuatan

37 aktif merupakan perbuatan yang dalam merelisasikannya disyarakatkan terdapat gerakan dari anggota tubuh orang yang berbuat. Lewat berbuat aktif orang melanggar larangan, perbuatan aktif ini ada baik pada tindak pidana yang dirumuskan dengan formil ataupun materil. Bagian terbesar tindak pidana yang dirumuskan pada KUHP merupakan tindak pidana aktif. Tindak pidana pasif terdapat dua macam yakni tindak pidana pasif murni serta tindak pidana pasif yang tidak murni. Tindak pidana pasif murni merupakan tindak pidana yang disusun dengan formil atau tindak pidana yang pada dasarnya semata-mata unsur perbuatannya adalah berupa perbuatan pasif. Sementara itu, tindak pidana pasif yang tidak murni berupa tindak pidana yang pada dasarnya berupa tindak pidana positif, tetapi dapat dilakukan dengan cara tidak berbuat aktif, atau tindak pidana yang mengandung suatu akibat terlarang, tetapi dilakukan dengan tidak berbuat/atau mengabaikan sehingga akibat itu benar-benar timbul.

e. Menurut dengan saat dan jangka waktu terjadinya, maka bisa dibedakan antara tindak pidana terjadi seketika dan tidak pidana terjadi dalam waktu yang lama ataupun berlangsung lama atau berlangsung terus. Tindak pidana yang dirumuskan sedemikan rupa sehingga terciptanya dalam waktu sesaat ataupun waktu singkat saja, disebut juga dengan aflopende delicten. Sebaliknya ada tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa, sehingga terjadinya tindak pidana itu berlangsung lama, yakni setelah perbuatan dilakukan, tindak pidana itu masih berlangsung terus, yang disebut juga dengan voordurende dellicten. Tindak pidana ini dapat disebut sebagai tindak pidana yang menciptakan suatu keadaan yang terlarang.

38 f. Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan tindak pidana khusus.Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam KUHP sebagai kodifikasi hukum pidana materil (Buku II dan III).

Sementara itu tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana yang terdapat diluar kodifikasi KUHP.

g. Dilihat dari sudut subjektif, dapat dibedakan antara tindak pidana communia (tindak pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang) dan tindak pidana propria (tindak pidana yang harus dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu).

Pada umumnya tindak pidana itu dibentuk dan dirumuskan untuk berlaku pada semua orang, dan memang bagian terbesar tindak pidana itu dirumuskan dengan maksud yang demikian. Akan tetapi, ada perbuatan-perbuatan yang tidak patut yang khusus hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu saja, misalnya pegawai negeri (pada kejahatan jabatan) atau nakhoda (pada kejahatan pelayaran), dan sebagainya.

h. Menurut perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntut, maka dibedakan antara tindak pidana dan tindak pidana aduan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan tindak pidana biasa yaitu tindak pidana yang untuk dilakukannya penuntutan terhadap tindakannya, tidak dipersyaratkan ada pengaduan diri yang berhak, sedangkan tindak aduan yaitu tindak pidana yang bisa dilakukan penuntutan pidana jika terlebih dahulu adanya pengaduan oleh yang berhak mengadukan, yaitu korban ataupun wakilnya dalam perkara perdata, ataupun keluarga tertentu dalam kondisi tertentu ataupun seseorang yang mendapatkan kuasa khusus untuk mengadukan oleh orang yang berhak.

39 i. Menurut berat-ringannya pidana yang diancamkan, kemudian bisa dikelompokkan diantara tindak pidana bentuk pokok, tindak pidana yang diperberat serta tindak pidana yang diperingan. Dikaji berdasarkan berat ringannya, terdapat tindak pidana tertentu yang dibentuk kedalam:

1. Dalam bentuk pokok dinamakan pula bentuk sederhana maupun bisa pula dinamakan bentuk standar;

2. Dalam bentuk yang diperberat; dan 3. Dalam bentuk ringan.

Tindak pidana berupa pokok dirumuskan dengan lengkap, yang berarti seluruh unsurnya tertera pada rumusan, sedangkan dalam rumusan yang diperberat maupun diperingan, tidak mengulang lagi unsur-unsur jenis pokok itu, melainkan hanya menyampaikan kualifikasi jenis pokoknya maupun pasal bentuk pokoknya, selanjutnya disampaikan maupun meringankan dengan tegas pada rumusan.

Sebab terdapat faktor pemberatnya maupun faktor peringannya, ancaman pidana untuk tindak pidana pada bentuk yang diperberat maupun yang diperingan tersebut menjadi semakin berat maupun semakin ringan dibandingkan bentuk pokoknya.

j. Menurut kepentingan hukum yang dilindungi, maka tindak pidana macamnya tidak terbatas, sangat tergantung dari kepentingan umum yang diindungi dalam sebuah peraturan perundang-undangan. Sistematika pengelompokkan tindak pidana bab per bab dalam KUHP didasarkan pada kepentingan hukum yang dilindungi. Menurut kepentingan hukum yang dilindungi ini maka dijelaskan seperti pada buku II KUHP. Untuk melindungi kepentingan hukum ada keamanan

40 Negara, dibentuk rumusan kejahatan terhadap keamana Negara (Bab I KUHP), untuk melindungi kepentingan hukum bagi kelancaran tugas-tugas bagi penguasa umum, dibnetuk kejahatan terhadap penguasa umum (Bab VIII KUHP), untuk melindungi kepentingan hukum terhadap hak kebendaan pribadi dibentuk tindak pidana seperti Pencurian (Bab XXII KUHP), Penggelapan (Bab XXIV KUHP), Pemerasan dan Pengancaman (Bab XXIII KUHP) dan seterusnya..

k. Berdasarkan sisi berapa kali tindakan bisa menjadi sebuah larangan, dibedakan antara tindak pidana tunggal dengan tindak pidana berangkai. Tindak pidana tunggal merupakan tindak pidana yang disusun sedemikian rupa jadi bila dipandang selesainya tindak pidana serta bisa dipidananya pelaku cukup dilaksanakan satu kali tindakan saja, mayoritas tindak pidana dalam KUHP yaitu berwujud tindak pidana tunggal. Sedangkan tindak pidana berangkai yaitu tindak pidana yang disusun sedemikian rupa jadi bila dipandang selesai serta bisa dipidananya pelaku, disyarakatkan dijalankan dengan berulang.

4. Pengertian Tindak Pidana Pencabulan dan Jenisnya

Dokumen terkait