• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pedagang kakilima penjual es 378

2. Pedagang kakilima penjual nasi goreng 152 3. Pedagang kakilima penjual gorengan 246 4. Pedagang kakilima penjual bubur ayam 137

Jumlah Total 913

Sampel

Penelitian menggunakan tehnik pengambilan sample acak distrafikasi (stratified random sampling) dengan jumlah sample 40 pertimbangan bahwa jenis pedagang kakilima pemakai gerobak yang berusaha makanan beragam jenis berdasarkan jenis makanan yang dijual. (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penarikan sampelnya sebagai berikut:

NO JENIS USAHA JUMLAH SAMPEL

1. Pedagang kakilima penjual es 378/913 X 40 17 2. Pedagang kakilima penjual nasi goreng 152/913 X 40 7 3. Pedagang kakilima penjual gorengan 246/913 X 40 10 4. Pedagang kakilima penjual bubur ayam 137/913 X 40 6

Jumlah Total 40

Operasionalisasi dan Cara Pengukuran Variabel

Penelitian ini mempunyai dua variabel atau peubah, yaitu faktor-faktor internal dan eksternal sebagai peubah bebas (independent variabel) dan perilaku kewirausahaan sebagai peubah terikat (dependent variabel). Faktor-faktor internal

tersebut dilihat dari umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi, sedangkan modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sebagai faktor eksternal.

Perilaku kewirausahaan dalam penelitian ini adalah sebagai peubah terikat dengan mengukur komponen pengetahuan, sikap mental dan keterampilan

Pedagang kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Pedagang kaki lima pemakai gerobak usaha makanan adalah seluruh pedagang yang memakai gerobak usaha makanan yang volume perdagangannya setiap individu relatif kecil dengan mobilitas perdagangan yang sangat terbatas jangkauannya.

Faktor-Faktor Internal dan Eksternal

Faktor-faktor internal dan eksternal adalah hal-hal yang berasal dari dalam dan dari luar individu responden yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. Untuk masing-masing peubah diukur dengan skala ordinal.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan diukur dengan skala ordinal dalam bentuk indeks. Indeks merupakan nilai gabungan skor yang disusun untuk mengukur peubah. Indeks merupakan akumulasi skor dari tiap pertanyaan sehingga dapat mengurutkan responden dalam urutan yang tepat menurut peubah tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Faktor internal dan eksternal diukur dengan mengetahui jumlah skor dari sembilan komponen yang diamati. Pengukuran dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang mengacu “skala peringkat” dengan memberi tiga alternatif jawaban. Jawaban dengan skor tiga mengarah pada perilaku paling baik, jawaban dengan skor satu mengarah kepada perilaku paling rendah atau jelek (Singarimbun dan Effendi, 1989)

(1) Faktor Internal Pedagang Kakilima

Faktor internal adalah ciri-ciri pribadi, status sosial dan ekonomi pedagang kakilima dalam periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini ciri pribadi dan social ekonomi pedagang kakilima yang diteliti antara lain: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendidikan non formal, (4) pengalaman berusaha, dan (5) motivasi.

X1.1 Umur

Umur adalah usia responden dan dinyatakan dalam tahun. Peubah ini diukur berdasarkan usia responden pada saat pengisian kuestionare dikonversikan dalam tahun. Dalam hal ini, umur dibagi tiga kategori yaitu : (1) muda (X<20 tahun), (2) Sedang (20 tahun < X < 30 tahun), (3) Tua (X > 30 tahun).

X1.2 Pendidikan Formal

Pendidikan Formal adalah jumlah tahun pendidikan sekolah yang pernah diikuti oleh responden. Dalam hal ini, pendidikan formal dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 5 tahun), (2) sedang (5 tahun < X < 11 tahun), dan (3) tinggi (X > 11 tahun).

X1.3 Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah yang pernah diikuti pedagang kakilima (pelatihan, kursus). Dalam hal ini, pendidikan non formal dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 1 kali/th), (2) sedang (1 kali < X < 4 kali/th), dan (3) tinggi (X > 4 kali/th)

X1.4 Pengalaman Berusaha

Pengalaman berusaha adalah lamanya responden melaksanakan kegiatan usaha yang sejenis yang dihitung dalam bulan. Dalam hal ini, pengalaman berusaha dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 3 tahun), (2) sedang (3 tahun < X < 5 tahun) dan (3) tinggi (X > 5 tahun).

X1.5 Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang membuat responden melakukan usaha dagang sebagai pedagang kakilima. Dalam hal ini, motivasi dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 1), (2) sedang (1 < X < skor 3) dan (3) tinggi (X > skor 3)

(2) Faktor Eksternal Pedagang Kakilima

Faktor eksternal adalah ciri-ciri selain dari diri pribadi pedagang kakilima, yang meliputi: status sosial dan ekonomi pedagang kakilima dalam periode usaha dagang yang dilakukannya. Dalam penelitian ini faktor eksternal yang diteliti adalah: (1) modal, (2) Keluarga, (3) lingkungan tempat kerja, (4) peluang pembinaan usaha, dan (5) ketersediaan bahan.

X2.1 Modal

Modal adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalankan usaha responden. Peubah ini diukur dengan banyaknya modal yang dimiliki responden dihitung dengan jumlah uang yang dipakai untuk menjalankan usaha dalam setiap hari. Dalam hal ini, modal dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < Rp. 45.000/hari), (2) sedang (Rp. 45.000/hari < X < Rp. 67.500/hari), dan (3) tinggi (X > Rp. 67.500/hari)

X2.2 Keluarga

Keluarga yaitu jumlah anggota keluarga responden dengan kondisi keluarga responden. Peubah ini diukur berdasarkan banyaknya jumlah tanggungan responden dalam keluarga, sikap anggota keluarga terhadap usaha yang digeluti responden. Dalam hal ini, lingkungan tempat tinggal dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 4,69), (2) sedang (skor 4,69 < X < skor 13,05), dan (3) tinggi (X > 13,05)

X2.3 Lingkungan Tempat berusaha

Lingkungan tempat berusaha yaitu bagaimana keadaan lingkungan dapat mendukung usaha, apakah banyak pembeli usaha makanan, ada tidaknya penggusuran, dsb. Indikator peubah ini adalah letaknya yang strategis untuk berjualan, banyaknya pembeli, jaminan tidak ada penertiban dan penggusuran dari aparat. Dalam hal ini, lingkungan tempat kerja dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 3,81), (2) sedang (skor 3,81 < X < skor 6,03), dan (3) tinggi (X > 6,03)

X2.4 Peluang pembinaan usaha

Peluang pembinaan usaha yaitu kesempatan responden untuk mendapatkan pembinaan usaha baik dari pemerintah maupun swasta. Indikator peubah ini adalah pernahkah responden mendapatkan pembinaan usaha seperti pelatihan kewirausahaan, bantuan-bantuan usaha. Dalam hal ini, peluang pembinaan usaha dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 0,74), (2) sedang (skor 0,74 < X < skor 1,36), dan (3) tinggi (X > skor 1,36)

X2.5 Ketersediaan bahan

Ketersediaan bahan yaitu bagaimana responden dalam mendapatkan bahan- bahan baku yang dijadikan usaha jualannya. Indikator peubah ini diukur dengan kemudahan responden dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut dan tersedia atau tidaknya bahan-bahan tersebut dalam usahanya. Dalam hal ini, ketersediaan bahan dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 1,82), (2) sedang (skor 1,82 < X < skor 2,12), dan (3) tinggi (X > skor 2,12)

(3) Perilaku Kewirausahaan

Perilaku kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan responden dimana polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu sikap mental, pengetahuan, dan keterampilan.

Perilaku kewirausahaan diukur dengan mengetahui jumlah skor dari indikator- indikator yang diamati, sedangkan pengukuran dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang mengacu “skala berjenjang” dengan memberi tiga alternatif jawaban dengan skala 1 – 3.

Adapun indikator peubah perilaku kewirausahaan tersebut meliputi: (1) pengetahuan, (2) sikap, dan (3) keterampilan

X3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah tingkat kemampuan berpikir responden dan pada umumnya ditentukan oleh tingkat pendidikan.

Parameter untuk pengetahuan adalah pengetahuan bahan baku, pengetahuan strategi berdagang, pengetahuan tentang konsumen dan pengetahuan manajemen uang. Dalam hal ini, pengetahuan dibagi dalam tiga kategori yaitu:

(1) rendah (X < skor 7,53), (2) sedang ( skor 7,53 < X < 8,77), dan (3) tinggi (X > 8,77)

X3.2 Sikap

Sikap adalah tanggapan atau situasi mental/psikologis responden jika dihadapkan pada situasi tertentu .

Parameter tersebut adalah sikap dalam berusaha, pandangan dalam menjalankan usaha dan semangat dalam berusaha. Dalam hal ini, sikap dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 10,95), (2) sedang ( skor 10,95 < X < 12,45), dan (3) tinggi (X > skor 12,45)

X3.3 Keterampilan

Keterampilan adalah suatu kemauan serta kesempatan yang ada pada diri responden untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usaha.

Parameter keterampilan adalah kemampuan dalam memilih bahan baku, keterampilan dalam merencanakan usaha, keterampilan dalam menggunakan modal dan keterampilan dalam melayani konsumen. Dalam hal ini, keterampilan dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 9,2), (2) sedang (skor 9,2 < X < 11,9) dan (3) tinggi (X > skor 11,9)

Pengumpulan Data

Beragamnya sampel baik dari segi pengetahuan, maupun segi lainnya, perlu menggunakan metode yang benar-benar mampu mengungkap data yang diperoleh sesuai dengan pokok permasalahan penelitian. Penelitian ini digunakan metode pengumpulan data dengan wawancara bebas terpimpin, pengamatan, dan dokumentasi.

Metode wawancara bebas terpimpin digunakan karena metode ini merupakan gabungan dari wawancara bebas atau tak terpimpin dengan wawancara terpimpin. Metode ini mengatasi kelemahan wawancara bebas yang acapkali tidak terarah, dan wawancara terpimpin yang bersifat kaku dan kadang-kadang kurang dimengerti oleh responden. Metode ini masih tetap berpedoman pada serangkaian daftar pertanyaan yang telah disiapkan, tetapi dalam penyampaiannya kepada responden tidak selalu sama persis seperti di dalam pertanyaan, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, tanpa menyimpang dari data yang ingin dituju. Metode wawancara bebas terpimpin digunakan sebagai metode pokok dalam pengumpulan data, karena dapat menggali data yang seobyektif mungkin dengan mengetahui reaksi langsung secara spontan dari responden. Selain itu, menjelaskan apabila kata-kata atau kalimat yang kurang jelas dalam instrumen, juga dapat berhubungan langsung secara harmonis dan horisontal, sehingga data diperoleh dengan akurat.

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dari dekat secara seksama akan fenomena yang timbul. Metode ini untuk mengungkap data yang belum terjaring melalui wawancara bebas terpimpin.

Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah pedagang kaki lima, potensi daerah, jumlah penduduk, lembaga ekonomi dan jenis lainnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Metode ini digunakan untuk memperkuat metode wawancara misalnya tentang keaktifan anggota dalam organisasi masyarakat.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup berbagai variabel yang diteliti, diperoleh dari pedagang kaki lima setempat. Data sekunder meliputi gambaran umum wilayah penelitian diperoleh dari monografi yang ada di kantor walikota Bogor, kantor BAPEDA, dan kantor Statistik kodya Bogor.

Instrumentasi

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan peubah-peubah yang diteliti dalam kegiatan penelitian.

Validitas instrument adalah sebagai tingkat kesesuaian antara konsep dengan hasil pengukuran dari konsep yang bersangkutan. Dikatakan ada kesesuaian karena mengadakan semacam perbandingan antara konsep nominal dengan defenisi operasional. Validitas daftar pertanyaan diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Validitas yang telah dilakukan adalah bangun pengertian (Construct validity), berkenaan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya.

Menurut Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1989) bahwa alat ukur dikatakan sahih (valid) bila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Selanjutnya dikemukakan bahwa terdapat beberapa cara untuk menetapkan kesahihan suatu alat ukur yang dipakai, yaitu (1) validitas konstruk, artinya peneliti menyususn tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep yang akan diukur tersebut, (2) validitas isi, dimana alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep, dan (3) validitas eksternal, artinya alat ukur baru yang akan digunakan tidak berbeda hasilnya jika dibandingkan dengan alat ukur yang sudah valid.

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan cara validitas konstruk, yaitu menyusun tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep dengan cara pemahaman atau logika berpikir atas dasar pengetahuan ilmiah di mana isi

kuesioner disesuaikan dengan konsep dan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, disamping itu melakukan konsultasi secara intensif dengan pihak yang dianggap menguasai tentang materi daftar kuesioner yang digunakan.

Reliabilitas instrument adalah tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur tersebut mempunyai sifat konsisten, stabil atau ketepatan jika alat tersebut digunakan berulangkali terhadap suatu gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini diuji dengan test-retest, yaitu pengujian alat ukur terhadap responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi. Pengujian alat ukur dilaksanakan di Jakarta dan Bogor terhadap 4 orang responden yang kedudukannya sebagai pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan dengan selang waktu 7 hari.

Hasil pengukuran menggunakan korelasi product moment untuk mengetahui reliabilitas dan kelayakan instrument/kuesioner dengan rumus sebagai berikut:

N • X Y – (• X ) (• Y )

R

XY =

• { N • X² - (• X ) ² } { N • Y² - ( • Y )² }

Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi product moment X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat N = banyaknya kasus Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. Peubah Penelitian Koefisien Reliabilitas

1. Faktor Internal 0, 83

2. Faktor eksternal 0, 76

3. Perilaku Kewirausahaan 0,77

Keterangan: N = 4

Analisis Data

Dalam menentukan kriteria atau kelas kategori tingkat perilaku kewirausahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi didasarkan atas perhitungan selisih antara nilai harapan tertinggi dan nilai harapan terendah, yang dibagi menjadi tiga dengan skala yang sama, sehingga diperoleh kelas kategori sebagai berikut: (1) Rendah,

(2) Sedang, (3) Tinggi,

Pengukuran keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan perhitungan korelasi peringkat Spearman (Siegel, 1997).

Perhitungan keeratan hubungan tersebut digunakan program SPSS. Rumus persamaan korelasi peringkat Spearman adalah sebagai berikut:

n

6

• di

²

i = 1 rs = 1 - N3 – N Keterangan:

r

s = koefisien korelasi peringkat spearman

di = perbandingan peringkat N = banyaknya subyek

Pengujian signifikansi rs pada taraf nyata tertentu adalah dengan

membandingkan nilai Zhitung dengan nilai Ztabel yang ada pada tabel nilai kritis Z

(Walpore, 1995) dengan rumus sebagai berikut:

Dengan interpretasi sebagai berikut:

♣ Jika Zhitung

<

Z 0,05, maka korelasi tidak nyata

♣ Jika Z 0,05

<

Zhitung

< Z

0,01, maka korelasi nyata

♣ Jika Zhitung

>

Z 0,01, maka korelasi sangat nyata

Dokumen terkait