• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

PEDAGANG KAKILIMA

(Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Di Kota Bogor)

S A P A R

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

PEDAGANG KAKILIMA

(Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Di Kota Bogor)

S A P A R

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Bogor) benar adanya sebagai hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas di tesis ini. Demikian tesis ini dibuat untuk digunakan dan diketahui sebagaimana mestinya.

Bogor, Januari 2006

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Mawa Kota Palopo tanggal 1 Januari 1977 sebagai anak pertama dari enam bersaudara pasangan Bapak Drs. Syafruddin (alm) dan Ibu Sitti Fatimah (alm). Pendidikan SD ditempuh di SDN No. 70 Mawa, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Palopo dan SMA Negeri 1 Palopo. Pendidikan sarjana di tempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) lulus tahun 1999. Pada tahun 2000, penulis diangkat sebagai staf akademik pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi Magister Sains pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor .

(5)

RINGKASAN

SAPAR. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor). Dibimbing oleh : RICHARD W.E. LUMINTANG dan DJOKO SUSANTO.

Tujuan penelitian adalah: (1) mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, (2) mengkaji perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, dan (3) mengkaji hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan rancangan dekriptif korelasional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – September 2005. Populasi penelitian adalah pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan di Kota Bogor. Sampel penelitian sebanyak 40 responden yang berprofesi sebagai pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan. Analisis data menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) untuk melihat hubungan antara variabel yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal pedagang kakilima menunjukkan responden berumur 20 – 30 tahun, berpendidikan formal sedang, berpendidikan non formal rendah, pengalaman berusaha tinggi serta motivasi rendah. Pada faktor-faktor eksternal tergolong sedang dalam hal: keluarga, lingkungan tempat kerja.

Perilaku kewirausahaan pedagang kakilima tergolong dalam kategori tinggi, dalam hal: sikap dan keterampilan dan sedang dalam hal pengetahuan. Pada aspek sikap dan keterampilan tergolong tinggi karena pedagang kakilima dituntut oleh lingkungan yang harus berusaha agar tetap survive dan banyaknya pengalaman dalam berusaha dagang, sedangkan pada aspek pengetahuan yang berkategori sedang disebabkan karena rendahnya pendidikan formal dan non formal.

(6)

PRAKATA

Dengan menghaturkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, tesis penelitian yang berjudul : “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) ” dapat terselesaikan

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Richard WE. Lumintang, MSEA., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ign Djoko Susanto, SKM, APU, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang selama ini tidak pernah bosan untuk selalu membimbing, mengarahkan dan mengangkat motivasi penulis untuk selalu fokus dalam menyelesaikan tesis penelitian ini.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang-orang yang penulis cintai dan sayangi serta orang-orang yang membantu penulis dalam menyelesaikan tesis penelitian ini, yaitu:

(1) Almarhum bapak, almarhumah ibu yang selalu memberikan dukungan moril dan spiritual kepada penulis

(2) Istri tercinta serta bapak dan ibu mertua yang telah banyak memberikan dorongan moril dan material dalam penyelesaian tesis penelitian ini

(3) Adik-adik penulis ( Hasrul, Syamsinar, Muh. Sainal dan St. Fauziah) yang selalu memberikan dukungan agar terus bersemangat dalam menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor

(4) Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc selaku Dekan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu penulis (5) Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, MSc selaku ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan

Pembangunan (PPN) yang selalu memonitoring studi penulis agar cepat selesai

(6) Seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu penyuluhan kepada penulis (7) Rekan-rekan keluarga besar mahasiswa PPN Khususnya Syafruddin dan

(7)

(8) Para Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha makanan yang menjadi responden dalam membantu penyelesaian tesis ini

Usaha yang maksimal dari penulis agar tesis penelitian ini dapat sesempurna mungkin, namun diakui sebagaimana manusia biasa pasti ada kelemahan dan kekurangan, Semoga tesis penelitian dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

Bogor, Januari 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... ii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Penelitian ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Hasil Penelitian ... 4

Definisi Istilah ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Wirausaha Dan Kewirausahaan ... 6

Perilaku Kewirausahaan ... 11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan ... 13

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 17

Kerangka Berpikir ... 18

Hipotesis Penelitian ... 20

METODE PENELITIAN ... 21

Rancangan Penelitian ... 21

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

Populasi dan Sampel ... 21

Operasionalisasi dan Cara Pengukuran Variabel ... 21

Pengumpulan Data ... 29

Instrumentasi ... 30

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

Deskripsi Daerah Penelitian ... 35

Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima ... 37

Faktor-Faktor Eksternal Pedagang Kakilima ... 39

Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima ... 41

Hubungan antara Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima dengan Perilaku Kewirausahaan ... 43

Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal Pedagang Kakilima dengan Perilaku Kewirausahaan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

Kesimpulan ... 47

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 32

2. Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima ... 38

3. Faktor-Faktor Eksternal Pedagang kakilima ... 40

4. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima... 42

5. Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima ... 44

(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

PEDAGANG KAKILIMA

(Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Di Kota Bogor)

S A P A R

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

PEDAGANG KAKILIMA

(Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Di Kota Bogor)

S A P A R

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Bogor) benar adanya sebagai hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas di tesis ini. Demikian tesis ini dibuat untuk digunakan dan diketahui sebagaimana mestinya.

Bogor, Januari 2006

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Mawa Kota Palopo tanggal 1 Januari 1977 sebagai anak pertama dari enam bersaudara pasangan Bapak Drs. Syafruddin (alm) dan Ibu Sitti Fatimah (alm). Pendidikan SD ditempuh di SDN No. 70 Mawa, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Palopo dan SMA Negeri 1 Palopo. Pendidikan sarjana di tempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) lulus tahun 1999. Pada tahun 2000, penulis diangkat sebagai staf akademik pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi Magister Sains pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor .

(15)

RINGKASAN

SAPAR. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor). Dibimbing oleh : RICHARD W.E. LUMINTANG dan DJOKO SUSANTO.

Tujuan penelitian adalah: (1) mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, (2) mengkaji perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, dan (3) mengkaji hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan rancangan dekriptif korelasional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – September 2005. Populasi penelitian adalah pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan di Kota Bogor. Sampel penelitian sebanyak 40 responden yang berprofesi sebagai pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan. Analisis data menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) untuk melihat hubungan antara variabel yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal pedagang kakilima menunjukkan responden berumur 20 – 30 tahun, berpendidikan formal sedang, berpendidikan non formal rendah, pengalaman berusaha tinggi serta motivasi rendah. Pada faktor-faktor eksternal tergolong sedang dalam hal: keluarga, lingkungan tempat kerja.

Perilaku kewirausahaan pedagang kakilima tergolong dalam kategori tinggi, dalam hal: sikap dan keterampilan dan sedang dalam hal pengetahuan. Pada aspek sikap dan keterampilan tergolong tinggi karena pedagang kakilima dituntut oleh lingkungan yang harus berusaha agar tetap survive dan banyaknya pengalaman dalam berusaha dagang, sedangkan pada aspek pengetahuan yang berkategori sedang disebabkan karena rendahnya pendidikan formal dan non formal.

(16)

PRAKATA

Dengan menghaturkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, tesis penelitian yang berjudul : “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) ” dapat terselesaikan

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Richard WE. Lumintang, MSEA., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ign Djoko Susanto, SKM, APU, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang selama ini tidak pernah bosan untuk selalu membimbing, mengarahkan dan mengangkat motivasi penulis untuk selalu fokus dalam menyelesaikan tesis penelitian ini.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang-orang yang penulis cintai dan sayangi serta orang-orang yang membantu penulis dalam menyelesaikan tesis penelitian ini, yaitu:

(1) Almarhum bapak, almarhumah ibu yang selalu memberikan dukungan moril dan spiritual kepada penulis

(2) Istri tercinta serta bapak dan ibu mertua yang telah banyak memberikan dorongan moril dan material dalam penyelesaian tesis penelitian ini

(3) Adik-adik penulis ( Hasrul, Syamsinar, Muh. Sainal dan St. Fauziah) yang selalu memberikan dukungan agar terus bersemangat dalam menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor

(4) Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc selaku Dekan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu penulis (5) Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, MSc selaku ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan

Pembangunan (PPN) yang selalu memonitoring studi penulis agar cepat selesai

(6) Seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu penyuluhan kepada penulis (7) Rekan-rekan keluarga besar mahasiswa PPN Khususnya Syafruddin dan

(17)

(8) Para Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha makanan yang menjadi responden dalam membantu penyelesaian tesis ini

Usaha yang maksimal dari penulis agar tesis penelitian ini dapat sesempurna mungkin, namun diakui sebagaimana manusia biasa pasti ada kelemahan dan kekurangan, Semoga tesis penelitian dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

Bogor, Januari 2006

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... ii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Penelitian ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Hasil Penelitian ... 4

Definisi Istilah ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Wirausaha Dan Kewirausahaan ... 6

Perilaku Kewirausahaan ... 11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan ... 13

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 17

Kerangka Berpikir ... 18

Hipotesis Penelitian ... 20

METODE PENELITIAN ... 21

Rancangan Penelitian ... 21

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

Populasi dan Sampel ... 21

Operasionalisasi dan Cara Pengukuran Variabel ... 21

Pengumpulan Data ... 29

Instrumentasi ... 30

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

Deskripsi Daerah Penelitian ... 35

Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima ... 37

Faktor-Faktor Eksternal Pedagang Kakilima ... 39

Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima ... 41

Hubungan antara Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima dengan Perilaku Kewirausahaan ... 43

Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal Pedagang Kakilima dengan Perilaku Kewirausahaan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

Kesimpulan ... 47

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 32

2. Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima ... 38

3. Faktor-Faktor Eksternal Pedagang kakilima ... 40

4. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima... 42

5. Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima ... 44

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional pada dasarnya ditujukan untuk menyejahterakan kehidupan seluruh warga masyarakatnya, dan umumnya sangat diharapkan dari pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan. Jumlah orang yang menganggur akibat krisis ekonomi sejak tahun 1997 terus bertambah. Tahun 2001 jumlah penganggur sebanyak 6.1 juta orang, tahun 2002 meningkat menjadi 8.6 juta orang. Tahun 2003 jumlah penganggur sudah mencapai 10.3 juta orang yang merupakan bagian dari 42 juta orang pengangguran terbuka dan setengah terbuka. Center for Labor and Development Studies mencatat bahwa pengangguran sudah mencapai 42 juta orang dan 1.9 juta orang di antaranya adalah pengangguran intelektual sarjana lulusan perguruan tinggi. Diproyeksikan pengangguran terdidik lulusan perguruan tinggi menjadi 2.5 juta orang (3.7 %) pada tahun 2004.

(22)

wirausaha kecil secara kuantitas berada dalam jumlah sangat banyak dan memiliki keunggulan komparatif dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan usaha yang lebih besar. Wirausaha kecil bersifat luwes dalam usaha maupun kemampuan sumber daya manusianya, berperan sebagai penyedia barang-barang murah kebutuhan keluarga, memiliki efisiensi dan fleksibilitas usaha yang tinggi, serta keuntungan dapat diraih dalam waktu yang relatif pendek. Wirausaha kecil kurang memiliki kemampuan manajerial dalam pengembangan usaha, sehingga wirausaha kecil hanya mampu bertahan.

(23)

Masalah Penelitian

Banyak faktor yang mempengaruhi pedagang kakilima dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaannya. Namun dari sekian banyak faktor tersebut, penelitian ini memfokuskan pada beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan kewirausahaan, yaitu dari segi sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini pedagang kakilima sebagai pelaku usaha.

Faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan pedagang kakilima adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi sebagai faktor internal, sementara modal, keluarga, lingkungan kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sebagai faktor eksternal.

Tjakrawerdaya (1997) mengemukakan bahwa sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia belum dapat memenuhi ciri-ciri kewirausahaan yang ideal. Sejumlah penelitian ditemukan 10 % dari potensi kewirausahaan yang secara alamiah terwujud di dalam masyarakat, sebagian besar lainnya potensi kewirausahaan masih berupa “sleepy entrepreneur” belum bangkit. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan antara potensi dan aktualisasi, antara lain ditunjukkan dengan banyaknya industri yang masih berbentuk industri informal.

Sejalan dengan yang telah dikemukakan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu

1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima

2. Bagaimana perilaku kewirausahaan pedagang kakilima

(24)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah:

(1) Mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.

(2) Mengkaji perilaku kewirausahaan pedagang kakilima

(3) Mengkaji hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima

Kegunaan Penelitian

Hasil temuan yang diperoleh dari penelitian mempunyai kegunaan:

1) Secara akademis, sebagai salah satu sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam mengembangkan konsep teoritik mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima..

(25)

Definisi istilah

Konsep-konsep atau istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Perilaku Kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dimana polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu sikap mental, pengetahuan, dan keterampilan

(2) Pedagang kaki lima pemakai gerobak usaha makanan adalah seluruh pedagang yang memakai gerobak usaha makanan yang volume perdagangannya setiap individu relatif kecil dengan mobilitas perdagangan yang sangat terbatas jangkauannya

(3) Umur adalah usia responden

(4) Pendidikan formal adalah jumlah tahun pendidikan sekolah yang pernah diikuti

(5) Pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah yang pernah diikuti (6) Pengalaman berusaha adalah lamanya melaksanakan kegiatan usaha yang

sejenis

(7) Motivasi adalah dorongan yang membuat melakukan usahanya

(8) Modal adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha (9) Keluarga adalah jumlah anggota keluarga dengan kondisi keluarga (10) Lingkungan tempat kerja adalah keadaan lingkungan tempat berusaha

(11) Peluang pembinaan usaha adalah kesempatan untuk mendapatkan pembinaan usaha

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Wirausaha dan Kewirausahaan

Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1755. Cantillon memberikan peranan utama kepada konsep entrepreneurship dalam ilmu ekonomi. Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima resiko berusaha. (Winardi, 2003)

(27)

dalam situasi pasar, dan dengan demikian mendapatkan penghasilan untuk kelangsungan hidupnya. Pekerti (1988) memakai istilah kewirausahaan, yang diartikan tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam perangkat tindakan serta membuahkan hasil karya berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.

Pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang mendirikan, mengelola, mengembangkan dan melembagakan usaha yang dimilikinya, dan dilakukan dengan penuh kreatif, inovatif, mempertimbangkan kemampuan diri (swakendali), mampu mengambil resiko, mampu melihat kedepan, mampu memanfaatkan peluang, mampu bergaul, suka bekerja keras, penuh keyakinan dan bersikap mandiri.

Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa kewirausahaan mempunyai karakteristik yang umum serta berasal dari kelas yang sama (Suparman, 1980). Bronner ( Tawardi, 1999) mengemukakan bahwa rata-rata wirausahawan adalah anak dari orang tua yang kondisi keuangan memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berasal dari semua kelas sosial.

Cantilon (Tjakrawerdaya, 1997) mengatakan bahwa fungsi “risk bearing” sebagai ciri utama wirausaha, dan scumpeter memperkenalkan fungsi inovasi dalam kewirausahaan. Meiner dkk (1980) mengemukakan bahwa ada lima ciri utama sifat-sifat kewirausahaan yaitu: (a) Self achievement, yaitu keinginan untuk selalu memiliki prestasi yang lebih baik, (b) Risk taking, yaitu kemampuan mengambil resiko tertentu demi mempercepat mencapai tujuan, (c) Feed back of result, yaitu keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dikerjakan, (d)

(28)

perbaikan dan kemajuan, dan (e) Planning for the future, yaitu sikap untuk bertindak berdasarkan rencana yang telah disusun terlebih dahulu.

Sukardi (1991), mendefenisikan entrepreneur adalah seseorang yang dapat memanfaatkan, mengatur, mengarahkan sumber daya tenaga kerja, alat produksi untuk menciptakan suatu produk tertentu, yakni produk tersebut ditukarkan, atau dijual dalam suatu pasar, dan dengan demikian mendapatkan sumber penghasilan untuk kelangsungan hidupnya. Senada dengan pendapat Pekerti (1988), bahwa perilaku kewirausahaan adalah sikap selalu tanggap terhadap peluang usaha-usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil karya berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.

Clelland (1987) mengemukakan ciri yang dimiliki perilaku kewirausahaan adalah mempunyai kemiripan dengan orang yang mempunyai motif berprestasi (need of achievement) yaitu: (a) senantiasa berusaha untuk mempeoleh hasil yang lebih baik dari apa yang telah diperoleh, (b) berani mengambil resiko pada taraf rata-rata, (c) mempunyai tanggungjawab pribadi, dan (d) senantiasa menginginkan segera umpan balik hasil pekerjaannya untuk mengevaluasi dan memperbaiki tindakannya dimasa depan. Lebih lanjut Mc. Clelland mengatakan, ciri orang yang mempunyai sikap kewirausahaan, salah satu diantaranya penuh semangat dan kreatif.

Miner (1989) berpendapat bahwa ciri utama perilaku kewirausahaan adalah (a) mempunyai self achievement, yaitu keinginan untuk selalu memiliki prestasi yang lebih baik, (b) Feed back of result, yaitu keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dikerjakan.

(29)

cerdik dan lihai, (d) tanggap terhadap situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, (e) mempunyai kepercayaan diri dan mampu bekerja mandiri, (f) mempunyai pandangan yang optimis dan dinamis, serta mempunyai jiwa kepemimpinan, (g) mempunyai motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik dan teguh dalam pendiriannya, (h) sangat mengutamakan prestasi, dan memperhitungkan faktor-faktor yang menghambat dan faktor penunjang, (i) memiliki disiplin diri yang tinggi, dan (j) berani mengambil resiko dengan memperhitungkan tingkat kegagalnnya.

Timmons (1974) berpendapat tentang karakteristik wirausahawan yang berhasil adalah adanya keyakinan pada dirinya, bahwa segala jerih payahnya akan membawa hasil. Keyakinan diri ini termasuk kepercayaan bahwa keberhasilannya tidaklah ditentukan oleh faktor diluar dirinya. Disamping itu mempunyai sikap kesediaan untuk secara terus menerus mencurahkan tenaganya setiap harinya untuk mencapai keberhasilan usahanya, serta kesediaan dan kesungguhan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Disini terkandung arti kekuatan kehendak pribadi (self determination) untuk menyelesaikan pekerjaan. Disamping itu, memiliki keluwesan bergaul yang merujuk pada ketersediaan wirausaha untuk berhubungan dengan semua lapisan dalam masyarakat, aneka ragam individu demi keberhasilan berusaha.

(30)

menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya, (3) selalu bergaul dengan siapa saja, membina kenalan, mencari kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, (4) dalam berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan, dan memiliki tenaga terlibat terus menerus dalam pekerjaannya, (5) optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu.

Sukardi (1991) melanjutkan ciri psikologik perilaku wirausaha yang berhasil adalah (6) tidak khawatir menghadapi situasi yang serba tidak pasti, usahanya belum tentu membuahkan keberhasilan. Berani mengambil antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Segala tindakan diperhitungkan secara cermat, (7) benar-benar memperhitungkan apa yang harus dilakukan dan bertanggungjawab pada dirinya sendiri, menunjukkan swakendali dalam mengarahkan tingkah lakunya, (8) selalu bekerja keras mencari cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya.Terbuka untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lampau, gagasan-gagasan lama, tetapi berpandangan ke depan dan mencari ide-ide baru, dan (9) apa yang dilakukan merupakan tanggungjawab pribadinya. Keberhasilan atau kegagalan dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadinya. Lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk bertindak dan tidak tergantung pada orang lain.

(31)

berhasil banyak memiliki cara yang sama, antara lain penuh energi, inovatif, berani mengambil resiko serta keinginan untuk berprestasi, selain itu juga sifat optimis dan percaya akan masa depan.

Kata kewirausahaan hingga saat ini diakui belum memiliki defenisi yang utuh dan tegas, mengingat kedua kata tersebut memiliki makna yang bersifat universal. Wirausaha pada prinsipnya memiliki makna yang khas yaitu mencerminkan karakter yang tekun, giat dan relative dalam bekerja atau berusaha, mampu mengambil prakarsa dari peluang usaha dengan mengandalkan kemampuan orang lain, berani mengambil resiko kerugian atau kegagalan tanpa harus putus asa namun bertindak sebagai motivator dan inovator (Pambudy, 1999)

Perilaku Kewirausahaan

(32)

Douglas dalam Pambudy (1999) menjelaskan ciri-ciri dari wirausaha yang berhasil antara lain: (a) memiliki tujuan yang berkelanjutan, (b) pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar tentang bagaimana suatu bisnis dapat bertahan dan berhasil, (c) memiliki kemampuan memecahkan masalah secara efektif dengan banyak akal, (d) percaya diri terhadap kemampuan untuk mencapai tujuan bisnis, (e) inovasi untuk menemukan hal-hal yang baru, (f) memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan (g) memiliki kemampuan menjual terhadap produk barang.

(33)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan

Mc Clelland (1987) mengemukakan bahwa motif berprestasi atau need for achievement akan mendorong timbulnya perilaku kewirausahaan, dan motif berprestasi dapat dipelajari dan dikembangkan. Penting diadakan pendidikan dan latihan yang dapat menumbuh dan mengembangkan motif berprestasi sejak dini. Pembentukan wiraswasta yang tangguh akan lebih dimudahkan apabila sistem pendidikan yang berlaku dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wiraswasta, disamping tentunya juga diperlukan adanya sistem yang baik pada bidang-bidang yang lain, seperti sistem perbankan, sistem perdagangan, sistem kerjasama, dan lain sebaginya (Suparman, 1980). Rogers (1980) menyatakan seseorang dalam merubah perilakunya dipengaruhi oleh: (1) kemampuan membaca dan menulis, (2) sifat kosmopolit, (3) tingkat pendidikan, (4) status sosial ekonomi, dan (5) umur.

Dari beberapa konsep tentang karakteristik pedagang kakilima dan karakteristik lainnya, hanya beberapa karakteristik tertentu saja yang akan diteliti, yaitu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendidikan non formal, (4) pengalaman berusaha, (4) motivasi (5) modal, (6) keluarga, (7) lingkungan tempat kerja, (8) peluang pembinaan usaha dan (9) ketersediaan bahan

Umur

(34)

seseorang itu berusia 50 tahun. Napitupulu (1975) mengemukakan bahwa umur 15 – 40 tahun memiliki produktivitas tinggi.

Pendidikan

Menurut Suparman (1980), kewiraswastaan hanya dapat dipelajari dari seorang wiraswasta, dengan demikian jelas bahwa kewiraswastaan dapat diajarkan, wiraswasta dapat dibentuk, dan ditempa, asal pada alamat dan wadah yang tepat. Pendidikan minimum sebagai perlindungan minimum bagi setiap orang perlu digali dan disajikan. Tulisan ini berkeyakinan bahwa pendidikan minimum itu adalah “pendi dikan wiraswasta.”

Selanjutnya rendahnya produktifitas tenaga kerja disebabkan faktor rendahnya pendidikan formal yang dimiliki, yang berkendala dalam menyerap informasi baru, khususnya yang berkaitan dengan proses difusi-inovasi teknologi baru sehingga upah yang diterima tenaga kerja, inilah yang menjadi salah satu sumber kemiskinan yang ada dewasa ini. Masalah kualitas tenaga kerja tersebut diatasi dengan berbagai pendidikan lanjutan seperti pelatihan, kursus-kursus, penyuluhan, magang kerja, studi lapangan, dan sebagainya (Sukartawi, 1996). Pengalaman

(35)

Motivasi

Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang. Motif yang kuat ini seringkali berkurang apabila telah mencapai kepuasan ataupun karena menemui kegagalan.

Fasilitas (Modal)

Probosutedjo (1977) menjelaskan bahwa pemerintah menyediakan fasilitas terhadap pemodal besar dapat menghasilkan pengusaha-pengusaha raksasa. Pemerintah memberikan Kredit Candak Kulak kepada usaha ekonomi lemah telah dapat dirasakan oleh masyarakat walaupun masih kecil sekali. Sumarlin (1977) menyatakan bahwa pembinaan usaha golongan ekonomi lemah dengan bantuan kredit, penyuluhan, bantuan keahlian, peyederhanaan perijinan telah dapat mendorong berkembangnya segi kewirausahaan bagi pengusaha ekonomi lemah. Tawardi (1999) menegaskan bahwa pembentukan sikap kewirausahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, fasilitas, pembinaan dan pola asuh orang tua. Variabel ekonomi berupa perangsang pasar dan stok modal sebagai penyokong tumbuh kembangnya kewiraswastaan.

Keluarga

(36)

Lingkungan Tempat Kerja

Salah satu ciri utama pedagang kakilima adalah dalam melakukan usahanya selalu berada pada tempat keramaian, dimana calon pembeli hilir mudik, karena itu dalam kota-kota besar, Pedagang Kakilima biasanya diidentikkan dengan penyebab kesemrawutan dan kemacetan. Penertiban dan penggusuran Pedagang Kakilima sering menjadi pekerjaan berat bagi aparat pemerintahan setempat.

Peluang Pembinaan Usaha

Pembinaan usaha pada Pedagang kakilima dapat dilakukan pada aspek usaha Pedagang kakilima dan Pedagang Kakilima itu sendiri. Tujuan dari pembinaan usaha ini agar terjadi pengembangan unit usaha dari informal menjadi usaha formal sedangkan pada Pedagang Kakilima itu sendiri agar terjadi peningkatan taraf hidup. Ketersediaan Bahan

(37)

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kerangka Berpikir

Menumbuh-kembangkan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima merupakan langkah awal dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menuju manusia sebagai subyek penggerak pembangunan bukannya sebagai obyek pembangunan. Tingkat perilaku kewirausahaan yang tinggi diharapkan terjadi peningkatan pendapatan pedagang kakilima.

Tingginya perilaku kewirausahaan merupakan manifestasi dari semua faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pedagang kakilima. Berbagai faktor internal dan eksternal yang mungkin berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan pedagang kalilima di kota Bogor perlu diidentifikasi, yang pada akhirnya mampu memberikan sumbangan bagi peningkatan pendapatannya.

Suparman dalam Tawardi (1999), menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku kewirausahaan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, minat, lama berusaha dan latar belakang keluarga dengan tingkat keberhasilan pengusaha industri kecil.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor internal seperti (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha dan motivasi) dan faktor eksternal yang meliputi modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan

(38)

pedagang kakilima sebagai faktor internal; dan modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sebagai faktor eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai peubah bebas, sedangkan variabel yang dipengaruhi sebagai peubah terikat.

Faktor internal (X1)

- Umur

- Pendidikan formal - Pendidikan non formal - pengalaman berusaha

- Motivasi Perilaku

Kewirausahaan - Pengetahuan - Sikap - Keterampilan

Pendapatan

Faktor eksternal (X2)

- Modal - Keluarga

- Lingkungan tempat kerja

- Peluang pembinaan usaha

(39)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara faktor internal (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi), faktor eksternal (modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan) dengan perilaku kewirausahaan Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan. Hipotesis di atas dapat dijabarkan ke dalam hipotesis kerja sebagai berikut:

(1) Terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor internal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.

(40)

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian berusaha menemukan gambaran tentang perilaku kewirausahaan pedagang kakilima dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. Oleh karena itu, penelitian dirancang secara deskriptif korelatif dengan metode survai. Peubah independent (bebas) dalam penelitian terdiri dari peubah, umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, motivasi, modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sedangkan peubah dependentnya (terikat) adalah perilaku kewirausahaan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bogor sekitar wilayah Pasar Anyar, Jembatan Merah, Terminal Baranangsiang, Stasiun Kereta Api Bogor, dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah yang jumlah pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan dan populasi usahanya cukup menonjol perkembangannya.

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan terhitung Juni - September 2005.

Populasi dan Sampel

Populasi

(41)

NO JENIS USAHA JUMLAH

1. Pedagang kakilima penjual es 378

2. Pedagang kakilima penjual nasi goreng 152 3. Pedagang kakilima penjual gorengan 246 4. Pedagang kakilima penjual bubur ayam 137

Jumlah Total 913

Sampel

Penelitian menggunakan tehnik pengambilan sample acak distrafikasi (stratified random sampling) dengan jumlah sample 40 pertimbangan bahwa jenis pedagang kakilima pemakai gerobak yang berusaha makanan beragam jenis berdasarkan jenis makanan yang dijual. (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penarikan sampelnya sebagai berikut:

NO JENIS USAHA JUMLAH SAMPEL

1. Pedagang kakilima penjual es 378/913 X 40 17 2. Pedagang kakilima penjual nasi goreng 152/913 X 40 7 3. Pedagang kakilima penjual gorengan 246/913 X 40 10 4. Pedagang kakilima penjual bubur ayam 137/913 X 40 6

Jumlah Total 40

Operasionalisasi dan Cara Pengukuran Variabel
(42)

tersebut dilihat dari umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi, sedangkan modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan sebagai faktor eksternal.

Perilaku kewirausahaan dalam penelitian ini adalah sebagai peubah terikat dengan mengukur komponen pengetahuan, sikap mental dan keterampilan

Pedagang kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Pedagang kaki lima pemakai gerobak usaha makanan adalah seluruh pedagang yang memakai gerobak usaha makanan yang volume perdagangannya setiap individu relatif kecil dengan mobilitas perdagangan yang sangat terbatas jangkauannya.

Faktor-Faktor Internal dan Eksternal

Faktor-faktor internal dan eksternal adalah hal-hal yang berasal dari dalam dan dari luar individu responden yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. Untuk masing-masing peubah diukur dengan skala ordinal.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kewirausahaan diukur dengan skala ordinal dalam bentuk indeks. Indeks merupakan nilai gabungan skor yang disusun untuk mengukur peubah. Indeks merupakan akumulasi skor dari tiap pertanyaan sehingga dapat mengurutkan responden dalam urutan yang tepat menurut peubah tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1989).

(43)

(1) Faktor Internal Pedagang Kakilima

Faktor internal adalah ciri-ciri pribadi, status sosial dan ekonomi pedagang kakilima dalam periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini ciri pribadi dan social ekonomi pedagang kakilima yang diteliti antara lain: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendidikan non formal, (4) pengalaman berusaha, dan (5) motivasi.

X1.1 Umur

Umur adalah usia responden dan dinyatakan dalam tahun. Peubah ini diukur berdasarkan usia responden pada saat pengisian kuestionare dikonversikan dalam tahun. Dalam hal ini, umur dibagi tiga kategori yaitu : (1) muda (X<20 tahun), (2) Sedang (20 tahun < X < 30 tahun), (3) Tua (X > 30 tahun).

X1.2 Pendidikan Formal

Pendidikan Formal adalah jumlah tahun pendidikan sekolah yang pernah diikuti oleh responden. Dalam hal ini, pendidikan formal dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 5 tahun), (2) sedang (5 tahun < X < 11 tahun), dan (3) tinggi (X > 11 tahun).

X1.3 Pendidikan Non Formal

(44)

X1.4 Pengalaman Berusaha

Pengalaman berusaha adalah lamanya responden melaksanakan kegiatan usaha yang sejenis yang dihitung dalam bulan. Dalam hal ini, pengalaman berusaha dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < 3 tahun), (2) sedang (3 tahun < X < 5 tahun) dan (3) tinggi (X > 5 tahun).

X1.5 Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang membuat responden melakukan usaha dagang sebagai pedagang kakilima. Dalam hal ini, motivasi dibagi tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 1), (2) sedang (1 < X < skor 3) dan (3) tinggi (X > skor 3)

(2) Faktor Eksternal Pedagang Kakilima

Faktor eksternal adalah ciri-ciri selain dari diri pribadi pedagang kakilima, yang meliputi: status sosial dan ekonomi pedagang kakilima dalam periode usaha dagang yang dilakukannya. Dalam penelitian ini faktor eksternal yang diteliti adalah: (1) modal, (2) Keluarga, (3) lingkungan tempat kerja, (4) peluang pembinaan usaha, dan (5) ketersediaan bahan.

X2.1 Modal

(45)

X2.2 Keluarga

Keluarga yaitu jumlah anggota keluarga responden dengan kondisi keluarga responden. Peubah ini diukur berdasarkan banyaknya jumlah tanggungan responden dalam keluarga, sikap anggota keluarga terhadap usaha yang digeluti responden. Dalam hal ini, lingkungan tempat tinggal dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 4,69), (2) sedang (skor 4,69 < X < skor 13,05), dan (3) tinggi (X > 13,05)

X2.3 Lingkungan Tempat berusaha

Lingkungan tempat berusaha yaitu bagaimana keadaan lingkungan dapat mendukung usaha, apakah banyak pembeli usaha makanan, ada tidaknya penggusuran, dsb. Indikator peubah ini adalah letaknya yang strategis untuk berjualan, banyaknya pembeli, jaminan tidak ada penertiban dan penggusuran dari aparat. Dalam hal ini, lingkungan tempat kerja dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 3,81), (2) sedang (skor 3,81 < X < skor 6,03), dan (3) tinggi (X > 6,03)

X2.4 Peluang pembinaan usaha

(46)

X2.5 Ketersediaan bahan

Ketersediaan bahan yaitu bagaimana responden dalam mendapatkan bahan-bahan baku yang dijadikan usaha jualannya. Indikator peubah ini diukur dengan kemudahan responden dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut dan tersedia atau tidaknya bahan-bahan tersebut dalam usahanya. Dalam hal ini, ketersediaan bahan dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 1,82), (2) sedang (skor 1,82 < X < skor 2,12), dan (3) tinggi (X > skor 2,12)

(3) Perilaku Kewirausahaan

Perilaku kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan responden dimana polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu sikap mental, pengetahuan, dan keterampilan.

Perilaku kewirausahaan diukur dengan mengetahui jumlah skor dari indikator-indikator yang diamati, sedangkan pengukuran dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang mengacu “skala berjenjang” dengan memberi tiga alternatif jawaban dengan skala 1 – 3.

Adapun indikator peubah perilaku kewirausahaan tersebut meliputi: (1) pengetahuan, (2) sikap, dan (3) keterampilan

X3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah tingkat kemampuan berpikir responden dan pada umumnya ditentukan oleh tingkat pendidikan.

(47)

(1) rendah (X < skor 7,53), (2) sedang ( skor 7,53 < X < 8,77), dan (3) tinggi (X > 8,77)

X3.2 Sikap

Sikap adalah tanggapan atau situasi mental/psikologis responden jika dihadapkan pada situasi tertentu .

Parameter tersebut adalah sikap dalam berusaha, pandangan dalam menjalankan usaha dan semangat dalam berusaha. Dalam hal ini, sikap dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 10,95), (2) sedang ( skor 10,95 < X < 12,45), dan (3) tinggi (X > skor 12,45)

X3.3 Keterampilan

Keterampilan adalah suatu kemauan serta kesempatan yang ada pada diri responden untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usaha.

Parameter keterampilan adalah kemampuan dalam memilih bahan baku, keterampilan dalam merencanakan usaha, keterampilan dalam menggunakan modal dan keterampilan dalam melayani konsumen. Dalam hal ini, keterampilan dibagi dalam tiga kategori yaitu: (1) rendah (X < skor 9,2), (2) sedang (skor 9,2 < X < 11,9) dan (3) tinggi (X > skor 11,9)

Pengumpulan Data

(48)

Metode wawancara bebas terpimpin digunakan karena metode ini merupakan gabungan dari wawancara bebas atau tak terpimpin dengan wawancara terpimpin. Metode ini mengatasi kelemahan wawancara bebas yang acapkali tidak terarah, dan wawancara terpimpin yang bersifat kaku dan kadang-kadang kurang dimengerti oleh responden. Metode ini masih tetap berpedoman pada serangkaian daftar pertanyaan yang telah disiapkan, tetapi dalam penyampaiannya kepada responden tidak selalu sama persis seperti di dalam pertanyaan, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, tanpa menyimpang dari data yang ingin dituju. Metode wawancara bebas terpimpin digunakan sebagai metode pokok dalam pengumpulan data, karena dapat menggali data yang seobyektif mungkin dengan mengetahui reaksi langsung secara spontan dari responden. Selain itu, menjelaskan apabila kata-kata atau kalimat yang kurang jelas dalam instrumen, juga dapat berhubungan langsung secara harmonis dan horisontal, sehingga data diperoleh dengan akurat.

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dari dekat secara seksama akan fenomena yang timbul. Metode ini untuk mengungkap data yang belum terjaring melalui wawancara bebas terpimpin.

Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah pedagang kaki lima, potensi daerah, jumlah penduduk, lembaga ekonomi dan jenis lainnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Metode ini digunakan untuk memperkuat metode wawancara misalnya tentang keaktifan anggota dalam organisasi masyarakat.

(49)

Instrumentasi

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan peubah-peubah yang diteliti dalam kegiatan penelitian.

Validitas instrument adalah sebagai tingkat kesesuaian antara konsep dengan hasil pengukuran dari konsep yang bersangkutan. Dikatakan ada kesesuaian karena mengadakan semacam perbandingan antara konsep nominal dengan defenisi operasional. Validitas daftar pertanyaan diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Validitas yang telah dilakukan adalah bangun pengertian (Construct validity), berkenaan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya.

Menurut Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1989) bahwa alat ukur dikatakan sahih (valid) bila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Selanjutnya dikemukakan bahwa terdapat beberapa cara untuk menetapkan kesahihan suatu alat ukur yang dipakai, yaitu (1) validitas konstruk, artinya peneliti menyususn tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep yang akan diukur tersebut, (2) validitas isi, dimana alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep, dan (3) validitas eksternal, artinya alat ukur baru yang akan digunakan tidak berbeda hasilnya jika dibandingkan dengan alat ukur yang sudah valid.

(50)

kuesioner disesuaikan dengan konsep dan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, disamping itu melakukan konsultasi secara intensif dengan pihak yang dianggap menguasai tentang materi daftar kuesioner yang digunakan.

Reliabilitas instrument adalah tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur tersebut mempunyai sifat konsisten, stabil atau ketepatan jika alat tersebut digunakan berulangkali terhadap suatu gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini diuji dengan test-retest, yaitu pengujian alat ukur terhadap responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi. Pengujian alat ukur dilaksanakan di Jakarta dan Bogor terhadap 4 orang responden yang kedudukannya sebagai pedagang kakilima pemakai gerobak usaha makanan dengan selang waktu 7 hari.

Hasil pengukuran menggunakan korelasi product moment untuk mengetahui reliabilitas dan kelayakan instrument/kuesioner dengan rumus sebagai berikut:

N • X Y – (• X ) (• Y )

R

XY =

• { N • X² - (• X ) ² } { N • Y² - ( • Y )² }

Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi product moment X = Variabel bebas

(51)
[image:51.612.125.504.119.230.2]

Tabel 1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. Peubah Penelitian Koefisien Reliabilitas

1. Faktor Internal 0, 83

2. Faktor eksternal 0, 76

3. Perilaku Kewirausahaan 0,77

Keterangan: N = 4

Analisis Data

Dalam menentukan kriteria atau kelas kategori tingkat perilaku kewirausahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi didasarkan atas perhitungan selisih antara nilai harapan tertinggi dan nilai harapan terendah, yang dibagi menjadi tiga dengan skala yang sama, sehingga diperoleh kelas kategori sebagai berikut: (1) Rendah,

(2) Sedang, (3) Tinggi,

Pengukuran keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan perhitungan korelasi peringkat Spearman (Siegel, 1997).

Perhitungan keeratan hubungan tersebut digunakan program SPSS. Rumus persamaan korelasi peringkat Spearman adalah sebagai berikut:

n

6

• di

²

i = 1 rs = 1 -

N3 – N

(52)

r

s = koefisien korelasi peringkat spearman

di = perbandingan peringkat N = banyaknya subyek

Pengujian signifikansi rs pada taraf nyata tertentu adalah dengan

membandingkan nilai Zhitung dengan nilai Ztabel yang ada pada tabel nilai kritis Z

(Walpore, 1995) dengan rumus sebagai berikut:

Dengan interpretasi sebagai berikut:

♣ Jika Zhitung

<

Z 0,05, maka korelasi tidak nyata

♣ Jika Z 0,05

<

Zhitung

< Z

0,01, maka korelasi nyata

♣ Jika Zhitung

>

Z 0,01, maka korelasi sangat nyata
(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Demografi Kota Bogor

Kota Bogor termasuk di dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis Kota Bogor terletak antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata.

Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut.

Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu terendah 21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.

Luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT dan dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut:

(54)

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

Visi dan Misi Kota Bogor

Visi Kota Bogor adalah Kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintahan amanah.

Misi Kota Bogor adalah

a. Mengembangkan perekonomian masyarakat dengan titik berat pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.

b. Mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan berketerampilan

d. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi supremasi hukum.

Program Kota Bogor

Program untuk Pemberdayaan Pedagang Kakilima adalah

a. Penciptaan skema kredit khusus untuk para pedagang kakilima dari bank konvensional

(55)

c. Pembuatan rencana tata kota yang menitikberatkan pada tersedianya sarana dan prasarana untuk pedagangkakilima

d. Kajian tentang hukum, peraturan daerah, penguatan aparat, sosialisasi peraturan daerah, dan pengawasan

Faktor-Faktor Internal Pedagang Kakilima

Faktor-faktor internal meliputi : umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi. Tabel 2 menunjukkan faktor-faktor internal Pedagang Kakilima

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) responden berusia 20 – 30 tahun, dan sebesar 20 % berumur > 20 tahun dan < 30 tahun. Hal ini menunjukkan sebagian besar umur responden tergolong dalam kategori relaif muda. Gambaran umur tersebut, dapat dijelaskan bahwa rata-rata pedagang kakilima di Bogor mempunyai umur yang relatif produktif dalam melakukan suatu kegiatan ekonomi sehingga diharapkan hasil yang diperoleh juga relatif maksimal dibandingkan dengan umur yang relatif tidak produktif.

(56)
[image:56.612.139.513.102.437.2]

Tabel 2 Faktor-faktor Internal Pedagang Kakilima

Jumlah

No. Faktor-faktor Internal Kategori Rentang

Jiwa (%)

Muda < 20 th 8 20

Sedang 20 - 30 24 60

1 Umur (X1.1)

Tua > 30 8 20

Rendah < 5 th 8 20

Sedang 5 - 11 th 21 52.5

2 Pendidikan Formal (X1.2

Tinggi > 11 11 27.5

Rendah < 0.54 21 52.5

Sedang 0.54 - 4.26 12 30

3 Pendidikan non formal (X1.3)

Tinggi > 4.26 7 17.5

Rendah < 3 thn 10 25

Sedang 3 thn – 5 thn 14 35

4 Pengalaman berusaha (X1.4)

Tinggi > 5 thn 16 40

Rendah 1 34 85

Sedang 2 4 10

5 Motivasi (X1.5)

Tinggi 3 2 5

Keterangan : n = 40

(57)

kerjasama dengan pihak lain dan bagaimana membangun akses dengan pihak pemerintah dan perbankan.

Sebesar 40% responden mempunyai pengalaman berusaha dikategorikan tinggi sebagai pedagang kaki lima > 5 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden melakukan usahanya dengan waktu yang sudah lama, sehingga dari pengalaman berusaha yang lama tersebut memberikan proses pendidikan yang cukup memadai untuk menjalankan usahanya.

Pada Tabel 2 digambarkan bahwa sekitar 85% responden mempunyai motivasi berusaha rendah hal ini disebabkan rata-rata responden menjalankan usahanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (kebutuhan fisiologis) dan sebanyak 5% responden yang berkategori tinggi, responden ini adalah yang dapat menamatkan perguruan tinggi dan pernah mengikuti kursus/pelatihan tentang kewirausahaan.

Faktor-Faktor Eksternal Pedagang Kakilima

Faktor-faktor eksternal meliputi : (1) modal, (2) keluarga, (3) lingkungan tempat kerja, (4) peluang pembinaan usaha, dan (5) ketersediaan bahan. Pada Tabel 3 digambarkan faktor-faktor eksternal pedagang kakilima

(58)
[image:58.612.130.506.99.468.2]

Tabel 3 Faktor-faktor Eksternal Pedagang kakilima

Jumlah No. Faktor-faktor Eksternal Kategori Rentang

Jiwa (%) Rendah < 45.0 10 25.0 Sedang 45 – 67.5 15 37.5

1 Modal (X2.1)

Tinggi > 67.5 15 37.5 Rendah < 4.69 9 22.5 Sedang 4.69 – 13.05 25 62.5 2 Keluarga (X2.2)

Tinggi > 13.05 6 15.0 Rendah < 3.81 4 10.0 Sedang 3.81 – 6.03 19 47.5 3 Lingkungan Tempat Kerja (X2.3)

Tinggi > 6.03 17 42.5 Rendah < 0.74 14 35 Sedang 0.74 – 1.36 10 25 4 Peluang Pembinaan Usaha (X2.4)

Tinggi > 1.36 16 40 Rendah < 1.82 13 32.5 Sedang 1.82 – 2.12 13 32.5 5 Ketersediaan Bahan (X2.5)

Tinggi > 2.12 14 35.0

Keterangan : n = 40

Berkaitan dengan keluarga, sebanyak 62.5% responden dalam kategori sedang, Anggota keluarga baik itu pasangan maupun anak-anak membantu dalam berusaha dagang, seperti keterlibatan anggota keluarga dalam membuat barang dagangan yang akan dijual.

(59)

Tabel 3 dideskripsikan bahwa terdapat 40% responden mendapatkan peluang pembinaan usaha yang berkategori tinggi. Peluang pembinaan usaha hanya berupa pinjaman berupa kredit dari lembaga pemberi kredit seperti koperasi simpan pinjam. Pada ketersediaan bahan baku yang akan dijual, sebanyak 35% responden yang mendapatkan bahan baku secara mudah dengan alasan dekat dengan pasar, akses transportasi yang mudah.

Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima

Tabel 4 menunjukkan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima. Pada aspek pengetahuan (pengetahuan bahan baku, pengetahuan strategi berdagang, pengetahuan tentang konsumen, pengetahuan manajemen uang) sebanyak 40% responden dalam kategori sedang dalam perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, sedangkan sebanyak 32.5% responden berkategori rendah dan hanya 27.5% responden yang memiliki pengetahuan berkategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pengetahuan pedagang kakilima sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan baik formal maupun non formal yang relatif rendah, kurangnya mendapatkan pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus yang dapat menambah pengetahuan akan kewirausahaan sangat berpengaruh pada aspek pengetahuan tersebut. Pada Tabel 4 digambarkan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.

(60)
[image:60.612.134.504.193.358.2]

dalam berusaha, dan semangat untuk bekerja keras, hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang menuntut harus tetap “survive” sehingga terafirmasi dalam alam bawah sadar pedagang kakilima.

Tabel 4 Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima Jumlah No. Perilaku Kewirausahaan Kategori Rentang

Jiwa (%) Rendah < 7.53 13 32.5 Sedang 7.53 – 8.77 16 40.0 1 Pengetahuan (Y1.1)

Tinggi > 8.77 11 27.5 Rendah < 10.95 10 25.0 Sedang 10.95 – 12.45 11 27.5

2 Sikap (Y1.2)

Tinggi > 12.45 19 47.5 Rendah < 9.2 11 27.5 Sedang 9.2 – 11.9 12 30.0 3 Keterampilan (Y1.3)

Tinggi > 11.9 17 42.5 Keterangan: n = 40

[image:60.612.132.503.194.357.2]
(61)

Hubungan antara Faktor-Faktor Internal Dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima

Hubungan antara faktor-faktor internal pedagang kakilima dengan perilaku kewirausahaan dalam penelitian ini dikaji guna melihat seberapa jauh faktor-faktor internal berhubungan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima dilihat dari tiga aspek yaitu: (1) pengetahuan (pengetahuan bahan baku, pengetahuan strategi berdagang, pengetahuan tentang konsumen, pengetahuan manajemen uang), (2) sikap (sikap dalam berusaha, pandangan dalam menjalankan usaha, dan semangat dalam berusaha), (3) keterampilan (keterampilan dalam memilih bahan baku, keterampilan dalam merencanakan usaha, keterampilan dalam menggunakan modal, dan keterampilan dalam melayani konsumen). Sebagian besar peubah faktor-faktor internal pedagang kakilima memiliki hubungan yang sangat nyata secara statistik dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima (Tabel 5). Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor internal pedagang kaki lima (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman

berusaha, dan motivasi) dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima

[image:61.612.131.535.612.716.2]

diterima, karena antara umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, dan motivasi) dengan perilaku kewirausahaan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pedagang kakilima berhubungan sangat nyata.

Tabel 5. Hubungan Antara Faktor-Faktor Internal Dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima

Perilaku Kewirausahaan Faktor-Faktor Internal

(62)

Keterangan:

n = 40; P = Peluang Kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada á = 0.01 * Berhubungan nyata pada á = 0.05

Hasil Tabel 5 menunjukkan hubungan perilaku kewirausahaan pedagang

kakilima sangat nyata pada (á = 0.01) berhubungan dengan umur, pendidikan

formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha dan motivasi.

Tabel 5 menunjukkan bahwa umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha

dan motivasi berhubungan sangat nyata pada (á = 0.01) dalam aspek pengetahuan,

sikap dan keterampilan. Motivasi dengan aspek sikap dan keterampilan pada perilaku kewirausahaan berhubungan nyata pada (á = 0.05). Pendidikan non formal pada aspek sikap dari perilaku kewirausahaan berhubungan sangat nyata pada (á = 0.01)

(63)

Hubungan antara Faktor – Faktor Eksternal dengan Perilaku Kewirausahaan

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa aspek perilaku kewirausahaan pedagang kakilima berhubungan sangat nyata dengan beberapa peubah faktor-faktor eksternal pedagang kakilima (Tabel 6), yaitu lingkungan tempat kerja dan peluang pembinaan usaha. Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara faktor-faktor eksternal (modal, keluarga, lingkungan tempat kerja, dan

peluang pembinaan usaha dengan perilaku kewirausahaan pedagang kaki lima

diterima, karena pada lingkungan tempat kerja dengan sikap serta keterampilan dan peluang pembinaan usaha pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan berhubungan sangat nyata.

Tabel 6 dapat dilihat hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan perilaku kewirausahaan pedagang kaki lima.

Tabel 6 menunjukkan bahwa lingkungan tempat kerja dengan sikap pada

perilaku kewirausahaan berhubungan sangat nyata pada á = 0.05 sedangkan pada

aspek keterampilan berhubungan sangat nyata pada á = 0.01. Dengan lokasi yang

berada pada keramaian, rasa aman dalam menjalankan usahanya serta tidak adanya penggusuran dapat meningkatkan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.

Pada Tabel 6 ditunjukkan bahwa peluang pembinaan usaha berhubungan

sangat nyata pada á = 0.01 pada perilaku kewirausahaan (pengetahuan, sikap dan

(64)
[image:64.612.131.535.113.248.2]

Tabel 6 . Hubungan Antara Faktor-Faktor Eksternal Dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima

Perilaku Kewirausahaan Faktor-Faktor Internal

Pengetahuan P Sikap P Keterampilan P Modal 0.061 0.708 0.183 0.258 0.163 0.314 Keluaga 0.285 0.074 0.074 0.651 0.057 0.727 Lingkungan Tempat

Kerja 0.165 0.308 0.331* 0.037 0.443** 0.004 Peluang Pembinaan

Usaha 0.791** 0.001 0.743** 0.001 0.705** 0.001 Ketersediaan Bahan 0.275 0.085 0.305 0.056 0.305 0.056 Keterangan:

n = 40; P = Peluang Kesalahan (galat)

** Berhubungan sangat nyata pada á = 0.01

* Berhubungan nyata pada á = 0.05

(65)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

(1) Faktor-faktor internal dan eksternal pedagang kaki lima yang diamati merupakan faktor yang mendorong peningkatan perilaku kewirausahaan.

(2) Perilaku kewirausahaan pedagang kakilima di Kota Bogor tergolong cukup tinggi dalam aspek sikap dan keterampilan namun dalam aspek pengetahuan berkategori sedang.

(3) Faktor-faktor internal dan eksternal pedagang kakilima berhubungan nyata dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima.

Saran

Dari hasil penelitian ini, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Penyuluhan perilaku kewirausahaan terhadap pedagang kakilima dibutuhkan

untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga pedagang kakilima.

(2) Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pedagang kakilima khususnya pada aspek produktifitas dan tingkat pendapatan.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A. 1995. “Perbandingan Sikap Kewirausahaan Diantara Pengusaha Industri Kecil Yang Berhasil, Statis, dan Tidak berhasil,” Tesis Magister Sains, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Jakarta

Dahama, O.P dan Bhatnagar, O.P, 1980. Education and Communication for Development. Oxford & IBH Publishing Co., New Delhi

Mc. Clelland, C. Davit. 1987. Memacu Masyarakat Berprestasi, Mempercepat Laju Pertumbuhan Ekonomi melalui Peningkatan Motif Berprestasi. Jakarta

Meredith, G. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Pustaka Binaman Presindo. Jakarta

Miner, J.B. 1989. Role of Entrepreneurial Task in Growth of Technologycally Innovativ Firm. Journal Applied Psychology. Vol. 74 No. 4

Mustofa, 1996. Tehnik Wiraswasta Dalam Keluarga. Rineka Cipta. Jakarta

Pambudy, R. 1999. “Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak Dan Penyuluh Dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam.” Disertasi Doktor, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Probosutedjo, 1977. “Petunjuk Bagi Peng usaha Kecil Seluruh Indonesia.” Hasil Simposium Nasional KADIN. Jakarta

Pekerti, A. 1988. Pendidikan Formal Untuk Wira Usaha. Akademi Wiraswasta Dewantara. Jakart

Rogers F. dan Shoemaker. 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Penerbit Usaha Nasional Surabaya

Rusli R, 1992. Sektor Informal Perkotaan Pedagang Kaki Lima. Ind-Hill.Co Jakarta Setiawan, I. 2003. “Analisis Pendapatan dan Perilaku Wirausaha Pedagang Sate di

Kota Bekasi”. Skripsi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

(67)

Soekanto, S. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta

Sukartawi, 1996. Pembangunan Pertanian Untuk Mengentaskan Kemiskinan. UI Press Jakarta

Suparman, S. 1980. Membina Sikap Mental Wiraswasta. Gunung jati Jakarta Suryana. 2001. Kewiraswastaan. Salemba Empat. Jakarta

Sukardi,S. 1991. “Intervensi Terencana Faktor -Faktor Lingkungan Terhadap Pembentukan Sifat-Sifat Entrepreneur.” Disertasi Doktor, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Jakarta

Sumarlin. 1977. “Petunjuk Bagi Pengusaha Kecil Seluruh Indones ia.” Hasil Simposium Nasional Pengusaha Kecil Seluruh Indonesia. BP2K. KADIN Indonesia Jakarta

Tawardi, B. 1999. “Sikap Kewirausahaan Anggota Kelompok Belajar Usaha dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya,” Tesis Magister Sains, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Timmons, 1974. New Ventura Creation A Guide to Small Business Development, Richard D. Irwin Inc. Ontario

Tjakrawerdaya, S. 1997. “Strategi Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Memasuki Abad 21”. Makalah yang disajik an pada acara Studium General IPB. 30 Juli 1997. Bogor

Wijandi. 1988. Pengantar Kewirausahaan. Sinar Baru. Bandung

(68)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

PEDAGANG KAKILIMA

(Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Di Kota Bogor)

S A P A R

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(69)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

PEDAGANG KAKILIMA

(Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan

Di Kota Bogor)

S A P A R

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(70)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Bogor) benar adanya sebagai hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas di tesis ini. Demikian tesis ini dibuat untuk digunakan dan diketahui sebagaimana mestinya.

Bogor, Januari 2006

(71)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Mawa Kota Palopo tanggal 1 Januari 1977 sebagai anak pertama dari enam bersaudara pasangan Bapak Drs. Syafruddin (alm) dan Ibu Sitti Fatimah (alm). Pendidikan SD ditempuh di SDN No. 70 Mawa, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Palopo dan SMA Negeri 1 Palopo. Pendidikan sarjana di tempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) lulus tahun 1999. Pada tahun 2000, penulis diangkat sebagai staf akademik pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi Magister Sains pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor .

(72)

RINGKASAN

SAPAR. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor). Dibimbing oleh : RICHARD W.E. LUMINTANG dan DJOKO SUSANTO.

Tujuan penelitian adalah: (1) mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan pedagang kakilima, (2) mengkaji perilaku kewirausahaan

Gambar

Tabel 1. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Tabel 2 Faktor-faktor Internal Pedagang Kakilima
Tabel  3 Faktor-faktor Eksternal Pedagang kakilima
Tabel 4 Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima
+7

Referensi

Dokumen terkait

obesitas, kebiasaan merokok, stres, dan olahraga dengan hipertensi pada lansia yang berobat di puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru tahun 2013. Disarankan kepada lansia

Program Diploma Eksekutif yang ditawarkan pada awalnya tanpa akreditasi telah.. melalui fasa transformasi apabila MQA mengemukakan garis panduan

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh McCullough, dkk (1998), Hall, dkk (2006), Allemand, dkk (2007), Gunderson, dkk (2008), dan Sari, (2012)

Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa hasil terbaik pada deposisi lapisan nikel adalah pada penggunaan 3 persen berat glukopon pada larutan deposisi. Semakin

Apabila melihat ketentuan tersebut maka pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan secara normative (masih) menggunakan Permendagri No.5 Tahun 2007 tentang

: Oke, kalau di PKBI itu nanti yang turun ke lapangan dihendel sama relawan-relawan, Cuma masalahnya adalah ketika mereka turun lapangan ada 4 tugas, yang pertama itu cuma sekedar

Oleh karena itu, meskipun nilai dosis masih dibawah dosis ambang yang dapat menyebabkan rusaknya lensa mata, akan tetapi upaya untuk menurunkan dosis yang diterima

Admin Menu Pendapatan Penerima Pendapatan Usaha Menu Beban Pembayaran Beban Usaha &lt;extends&gt; &lt;extends&gt; &lt;extends&gt; Penerimaan Pendapatan Pembayaran