• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis kamera Kategori Digital:

Dalam dokumen Laporan Praktikum Fotografi (Halaman 38-56)

HASIL PRAKTIKUM LAPANGAN

D. Jenis kamera Kategori Digital:

1. Kamera compact simple point and shoot

kamera ini hanya dapat melakukan Point and Shoot atau dapat dikatakan sudah diatur dalam mode auto saja tanpa dapat berkreasi lebih tinggi lagi.

2. Kamera compact standar

Dilengkapi dengan desain yang ergonomis, tubuh lebih ramping, layar LCD pada bagian belakang yang beberapa di antaranya sudah support dengan teknologi touchscreen dan memiliki kualitas sensor lensa dengan resolusi lebih besar dan berkualitas.

3. Kamera prosumer

DSLR dan juga ada fasilitas High Speed Recording sampai dengan Noise Reduction. Terdapat juga layar LCD di bagian belakang serta fasilitas pengaturan ISO di dalamnya.

5. Kamera DSLR consumer

Fasilitas mulai dari pengaturan auto atau juga manual sampai dengan fitur layar LCD di bagian belakang dan beberapa merk dapat diputar-putar untuk mencari viewfinder dan juga telah mengadopsi teknologi touchscreen.

6. Kamera hybrid atau mirrorless

Kamera mirrorless dapat dikatakan juga sebagai gabungan antara DSLR consumer, DZLR dan prosumer.

7. Kamera DSLR pro

Kamera ini sangat berkualitas dan dilengkapi dengan segudang fasilitas yang tidak dimiliki jenis-jenis kamera di bawahnya.

8. Kamera boutique atau butik

Kamera jenis ini memang memiliki desain retro dan terkesan kuno, namun sensor full frame-nya setara dengan kualitas gambar yang dihasilkan kamera DSLR semi-pro sampai profesional.

Gambar Jenis Kamera:

Gb 5.1 Kamera Film Gb 5.2 Kamera Polaroid Gb 5.3 Kamera Digital

Gb 5.7 kamera-compact-simple-point-and-shoot Gb 5.8 kamera-compact-standar Gb 5.9 kamera-prosumer

Gb 5.10 kamera-DZLR Gb 5.11 kamera-DSLR Consumer Gb 5.12 kamera-Hybrid

Sejarah dan awal perkembangan Fotografi

Sejarah fotografi di Indonesia dimulai pada tahun 1857, pada saat 2 orang juru foto Woodbury dan Page membuka sebuah studio foto di Harmonie, Batavia. Masuknya fotografi ke Indonesia tepat 18 tahun setelah Daguerre mengumumkan hasil penelitiannya yang kemudian disebut-sebut sebagai awal perkembangan fotografi komersil. Studio fotopun semakin ramai di Batavia. Dan kemudian banyak fotografer professional maupun amatir mendokumentasikan hiruk pikuk dan keragaman etnis di Batavia.

Gb 5.15 Kamera Daguerre

Masuknya fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya teknologi fotografi, maka kamera yang adapun masih berat dan menggunakan teknologi yang sederhana. Teknologi kamera pada masa itu hanya mampun merekam gambar yang statis. Karena itu kebanyakan foto kota hasil karya Woodbury dan Page terlihat sepi karena belum memungkinkan untuk merekam gambar yang bergerak.

Terkadang fotografer harus menggiring pedagang dan pembelinya ke dalam studio untuk dapat merekam suasana hirup pikuk pusat perbelanjaan. Oleh sebab itu telihat bahwa pedagang dan pembelinya beraktifitas membelakangi sebuah layar. Ini karena teknologi kamera masih sederhana dan masih riskan jika terlalu sering dibawa

melakukan pemotretan outdoor. Bisa dibilang ini adalah awal munculnya kamera modern.Karena bentuknya yang lebih sederhana, kamera kemudian tidak dimiliki oleh fotografer saja tetapi juga dimiliki oleh masyarakat awam.

Banyak karya-karya fotografer maupun masyarakat awam yang dibuat pada masa awal perkembangan fotografi di Indonesia tersimpan di Museum Sejarah Jakarta.

A. Kassian Cephas (1844-1912): Yang Pertama, yang Terlupakan Cephas lahir pada 15 Januari 1845. Cephas banyak

menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella Steven . Cephas mulai belajar menjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia sempat magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa

Gb 5.16 Kassian Cephas

Tengah sekitar 1863-1875. Tapi berita kematian Cephas di tahun 1912 menyebutkan bahwa ia belajar fotografi kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik.

Kassian Cephas memang bukan tokoh nasional. Ia hanyalah seorang fotografer asal Yogyakarta yang eksis di ujung abad ke-19, di mana dunia fotografi masih sangat asing dan tak tersentuh oleh penduduk pribumi kala itu. Nama Kassian Cephas mungkin baru disebut bila foto-foto tentang Sultan Hamengku Buwono VII diangkat sebagai bahan perbincangan.Dulu, Cephas pernah menjadi fotografer khusus Keraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak Keraton, maka ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di Keraton pada waktu itu. Hasil karya foto-fotonya itu ada yang dimuat di dalam buku karya Isaac Groneman (seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang kebudayaan Jawa) dan buku karangan Gerrit Knaap (sejarawan Belanda yang berjudul "Cephas, Yogyakarta: Photography in the Service of the Sultan".

Gb 5.17 Karya Kassian Cephas (Sultan Hamengku Buwono VII)

Dari foto tersebut, bisa dibilang bahwa Cephas telah memotret banyak hal tentang kehidupan di dalam Keraton, mulai dari foto Sultan Hamengku Buwono VII dan keluarganya, bangunan-bangunan sekitar Keraton, upacara Garebeg di alun-alun, iring-iringan benda untuk keperluan upacara, tari-tarian, hingga pemandangan Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak itu saja, bahkan Cephas juga diketahui banyak memotret candi dan bangunan bersejarah lainnya, terutama yang ada di sekitar Yogyakarta. Berkaitan dengan kegiatan Cephas memotret kalangan bangsawan Keraton, ada cerita yang cukup menarik. Zaman dulu, dari sekian banyak penduduk Jawa waktu itu, hanya segelintir saja rakyat yang bisa atau pernah melihat wajah rajanya. Tapi, dengan foto-foto yang dibuat Cephas, maka wajah-wajah raja dan bangsawan bisa dikenali rakyatnya.

Kamera Canon EOS 600 D

Gb 5.18 Kamera Canon Eos 600D tampak depan

Beberapa penjelasan mengenai fungsi dari tombol – tombol yang terdapat pada kamera SLR dan DSLR Canon :

1. Lensamerupakan alat vital dari kamera yang berfungsi memfokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap (atau lebih umum dikenal dengan nama film). Lensa adalah kekuatan kamera SLR. Ada berbagai macam lensa di dunia fotografi.

2. Stabilizer

.

Fungsi fitur ini adalah untuk meredam getaran tangan (hand shake) saat memotret yang berpotensi membuat hasil foto menjadi blur. Prinsip kerja fitur ini adalah dengan mengandalkan sebuah gyrosensor yang mendeteksi getaran pada kamera dan melakukan kompensasi secara mekanik untuk meredam getaran itu.

3. Tombol Lensa. Tombol ini mempunyai fungsi sebagai pengunci lensa dengan bodi Kamera DSLR.

4. Tombol fokus. Ada dua mode atau cara pada tombol ini untuk mendapatkan fokus saat kita memotret yaitu Mode Autofocus dan Mode Manual Focus.

Mode Autofocus : Mode Manual :

6. Built-in Flash Light. Blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu asesori yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik.

7. Shutter. Tombol ini mempunyai fungsi untuk mengambil sebuah gambar.

8. Grip. Grip adalah bagian menonjol di bagian kanan anatomi kamera DSLR yang fungsinya sebagai pegangan kamera supaya kita bisa memegang kamera dengan kuat. Di dalam grip ini terdapatbaterai kamera.

9. Anti Red Eye. Fungsi tombol tersebut sebagai penangkal untuk menghindari mata kelihatan merah pada saat menggunakan Flash light (Lampu Flash).

Gb 5.19 Kamera Canon Eos 600D tampak belakang

10. Tombol Preview. Tombol ini berfungsi untuk melihat hasil foto yang telah diambil pada LCD.

11. Tombol Hapus. Berfungsi untuk mendelete gambar/ isi memori.

12. Tombol Navigasi. Tombol ini memiliki untuk membantu dan mengendalikan kamera serta melihat hasil gambar yang sudah di jepret. Tombol navigasi ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda, scroll , analog, dan tombol 4 arah biasa. Untuk kamera dslr canon 600D tombol 4 arah merupakan short cut white balance, jenis

o Diafragma adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Diafragma lensa biasanya membentuk lubang mirip lingkaran atau segi tertentu. Ia terbentuk dari sejumlah lembaran logam (umumnya 5, 7, atau 8 lembar) yang dapat diatur untuk mengubah ukuran lubang (disebut tingkap/aperture) dimana cahaya akan lewat. Tingkap akan mengembang dan menyempit persis pupil di mata manusia. Diafragma selalu ada dalam sebuah kamera dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi banyak tidaknya penerimaan cahaya yang ada pada sebuah foto atau gambar.

15. Tombol Zoom. Jika pada kamera digital biasa tombol ini berfungsi untuk memperbesar atau memperdekat objek yang kan kita ambil gambarnya, namun pada kamera SLR dan DSLR kedua tombol ini memiliki fungsi yang berbeda. Kedua tombol ini memang tetap berfungsi untuk memperbesar, namun hanya memperbesar gambar yang telah kita selesai ambil dan muncul pada LCD.

16. Thumb-Wheel. Tombol yang berfungsi untuk mengatur modus pemotretan.

17. Tombol Life View. Tombol ini berfungsi untuk membidik objek lewat LCD. Sebagai alternatif jika tidak ingin membidik gambar dengan menggunakan Finder.

18. View Finder. View finder merupakan istilah lain dari jendela bidik. Jadi apapun output yang dilihat akan sama hasilnya jika dilihat dari view finder atau LCD. Di view fider juga ada informasi-informasi seputar kecepatan apperture, titik focus, metering, dan sebagainya. Nah dibagian view finder ini ada bagian karet seperti bantalan yang disebut eye pieces, fungsinya untuk menahan cahaya yang masuk view finder supaya objek benar-benar real.

19. Tombol Menu dan Info. Menu sebagai pengaturan , Tombol InFo untuk mengetahui Info Gambar yang telah kita ambil.

20. Monitor LCD. Monitor LCD ini mempunyai fungsi untuk melihat gambar, melihat settingan pada kamera, dan melihat fitur-fitur pada kamera DSLR.

Gb 5.20 Kamera Canon Eos 600D tampak atas

21. Tombol ISO. ISO merupakan kemampuan atau tingkat sensifitas sensor pada kamera terhadap cahaya. Semakin besar nilai dari settingan ISO pada kamera, maka semakin sensitif dan besar cahaya yang di dapatkan.

22. Dial. Tombol yang berguna untuk mengatur kecepatan rana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Shutter Speed.

23. Tombol Display. Tombol yang berfungsi untuk menampilkan hasil foto yang telah diambil, dan akan ditampilkan pada layar LCD.

yang tidak ada di Nikon D3100). Nikon D3200 menghilangkan tombol live view dan tombol rekam video.Sebagai penggantinya adalah live view dapat di aktifkan dengan tombol di belakang kamera dimana tombol rekam yang diatur tepat di

belakang tombol shutter untuk menjadi aktif

Gb 5.21 Kamera Nikon D3200

Tampilan sisi Atas Kamera DSLR Nikon D3200

Gb 5.21.1 Kamera Nikon D3200 tampak atas

Dari sisi atas, yang menonjol adalah lampu flash D3200 dengan titik "hotshoe" yang dapat dipasang oleh beragam Speedlight flash buatan Nikon. Sebelah kiri dari sisi atas kamera terlihat kosong, sedangkan sebelah kanan dipenuhi oleh kumpulan control point

Gb 5.22 Tombol Kamera Nikon D3200 tampak atas

Tombol putar Nikon D3200 memberikan pilihan yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan D3100, yaitu movie record. Selain itu terdapat tombol on - off, tombol display, dan tombol info yang memberikan informasi tentang setting menu untuk potographer pemula.

Gb 5.23 Tombol Kamera Nikon D3200 tampak depan

Sisi depan kamera Nikon D3200 memberikan tombol lampu flash multi fungsi. Tombol ini bisa ditekan untuk memakai flash, atau ditahan agak lama dan digunakan dengan kombinasi dari kontrol dial untuk mengganti kompensasi lampu flash. Tombol flash ini memberikan kemudahan dalam mengatur langsung lampu flash yang merupakan daya tarik tersendiri karena tersedia dalam entry level kamera DSLR.

Gb 5.24 Kamera Nikon D3200 tampak belakang

Dari sisi belakang, Nikon D3200 memberikan nuasana serupa tapi tak sama dengan Nikon D3100. Penambahan nya adalah adanya tombol drive mode yang letaknya ditas tombol delete disis kiri bawah body Nikon D3200

Tambahan lain dibandingkan dengan Nikon D3100 adalah tersedianya penerima sensor infra merah dibelakang yang terletak di atas kiri yang merupakan salah satu dari 2 receiver infra merah yang ada di Nikon D3200 sehingga anda bisa mengontrol kamera dari jarak jauh dengan menggunakan remote infra merah

MENGENAL MODE FOKUS PADA KAMERA DSLR

Pada saat ini hampir semua kamera DSLR dilengkapi dengan beberapa pilihan cara kamera melakukan autofokus (autofocus mode). Memotret vas bunga yang diam diatas meja tentu membutuhkan cara autofokus yang berbeda dengan memotret pemain sepak bola.

Dahulu, lensa pada kamera memerlukan pengaturan fokus secara manual. Untuk mencari fokus, kita harus memutar ring fokus pada lensa dan melihat efeknya di jendela bidik untuk mendapatkan gambar yang paling tajam menurut penilaian kita. Kemudian ditemukanlah teknologi auto fokus yang memudahkan kita dalam memotret. Dengan AF (Auto Focus), kamera secara otomatis menggerakkan elemen lensa untuk mendapat hasil terbaik, dalam waktu yang cukup singkat.

Mode fokus kamera digunakan sesuai dengan kondisi pemotretan dan gerakan obyek. AF tentu saja sangat membantu, tapi dalam kondisi cahaya yang buruk manual fokus bisa menolong. Pada kamera Nikon, hanya kamera SLR dengan fitur AF motor yang dapat auto focus dengan lensa AF non motor (lensa tipe AF atau AF-D). Sedangkan kamera entry level seperti Nikon D3100, D3200, D5100, D5200 tidak akan dapat fokus otomatis tanpa lensa tipe AF-S.

Pada kamera SLR Canon EOS bisa dibilang tidak ada batasan AF seperti di Nikon karena modul auto focus-nya sudah ditanam di lensa. Tapi kekurangan canon adalah hanya memungkinkan lensa auto focus tipe EF-S berfungsi pada kamera tipe APS-C, harus digunakan lensa EF untuk kamera full frame-nya. Sedangkan Nikon tidak peduli jenis lensa AF, AF-D dan AF-S, DX atau pun bukan dapat digunakan di kamera APS-C atau 35mm full frame dan sebaliknya dengan limitasi. Mengenai perbedaan APS-C atau DX dan full frame FX ini dan kode/simbol lensa dibahas di artikel lain. Berikut ini kita bahas mode AF atau fokus otomatis satu persatu.

1. Nikon Single AF (AF-S), Canon One Shoot AF

AF-S yang dimaksud di sini adalah mode fokus, bukan tipe lensa Nikon. Pada Single AF fotografer menentukan lokasi fokus yang diinginkan dengan memindahkan titik fokus kemudian menekan tombolshutter setengah. Biasanya fotografer menggunakan aperture/bukaan besar misalnya f/2.8 yang dikombinasikan dengan mode ini untuk menghasikan foto bokeh atau pemotretan portrait. Mode AF-S sangat direkomendasikan untuk semua situasi yang tidak memfoto obyek yang bergerak cepat karena fotografer diharap dapat menentukan titik fokus yang tepat.

2. Nikon Continuous AF (AF-C), Canon AI Servo

Mode ini khusus untuk menangani obyek foto yang bergerak seperti anak-anak yang sedang bermain, foto human interest dengan manusia yang aktif bergerak, mobil balap atau olahraga cepat lainnya juga termasuk burung terbang atau hewan liar. Fotografer cukup sekali menentukan obyek fotonya dan fokus dengan menekan tombol shutter setengah alias half pressed, selanjutnya cukup mengarahkan kamera agar tetap dapat otomatis mengikuti gerakan dari obyek foto.

Jika obyek foto bergerak cepat dan kamera dapat fokus dengan tepat maka dapat dihasilkan foto dengan background atau latar kabur yang terarah/motion blur. Efek seperti ini sangat penting untuk fotografi olahraga. Keefektifan dari fokus seperti ini juga dipengaruhi oleh sistem fokus kamera; Semakin canggih kamera yang digunakan, semakin akurat tracking-nya.

Gb 5.27 tampilan pemilihan mode auto focus secara manual pada kamera dslr canon

3. Nikon Automatic AF (AF-A), Canon AI Focus

Mode ini akan memberikan keputusan pada kamera apakah akan menggunakan AF-S atau AF-C seperti yang dijelaskan di atas. Kamera akan memutuskan hal ini berdasarkan gerakan obyek foto yang ditangkapnya.

Gb 5.28 tampilan pemilihan mode auto focus pada kamera dslr nikon

4. Nikon Manual Focus (MF), Canon Manual Focus

Pada situasi tertentu, misalnya kurang cahaya atau obyek foto terlalu datar atau teksturnya terlalu mulus, kamera dapat tidak mampu mengunci fokus atau fokus ke obyek yang salah. Kita dapat mengaktifkan AF assist, menggunakan flash untuk mengatasi hal ini atau menambahkan cahaya bantu lainnya seperti dari lampu atau reflektor. Flash tambahan seperti Nikon SB-800 atau SB-900 memiliki AF assist yang sangat dapat diandalkan, dalam situasi gelap sekalipun. Tetapi bila tidak memungkinkan maka gunakan manual fokus.

Fokus seperti ini cukup menyulitkan terlebih pada lensa tele; Untuk membantu mempermudah manual fokus maka gunakan diafragma atau aperture kecil f/4, f/5.6 atau lebih kecil lagi dan gunakan live view jika mungkin. Semua lensa AF bisa diset menjadi manual fokus, tetapi tidak sebaliknya. Lensa manual tidak akan pernah bisa auto focus dan belum tentu didukung oleh kamera untuk metering dan indikator fokusnya. Sedangkan bila kita memanualkan sebuah lensa AF kita tetap dapat melihat indikator fokus atau tidaknya obyek yang kita pilih menurut kamera.

Auto focus kamera tingkat lanjut biasanya juga menawarkan pilihan jumlah titik fokus yang aktif. Pilihan standar adalah tidak mengaktifkan semua titik fokus kamera tapi hanya sekelompok bagian pada frame, biasanya di tengah dan dalam kebanyakan situasi sangat dapat diandalkan. Hanya pada mode AF-C saja direkomendasikan pengaktifan semua titik fokus pada pemotretan tracking obyek bergerak, agar dapat mengantisipasi gerakan obyek foto yang tak biasa.

Dalam dokumen Laporan Praktikum Fotografi (Halaman 38-56)

Dokumen terkait