• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peterson dan Seligman (dalam Nadhiroh, 2012) membedakan bersyukur menjadi dua jenis, yaitu :

a. Personal, adalah rasa berterima kasih yang ditujukan kepada individu lain yang khusus yang telah memberikan kebaikan atau sebagai adanya diri mereka.

b. Transpersonal, adalah ungkapan terima kasih kepada Tuhan, kepada kekuatan yang lebih tinggi, atau kepada dunianya. Maslow menyatakan bahwa bentuk dasarnya dapat berupa pengalaman puncak (peak experience), yaitu sebuah momen pengalaman kebersyukuran yang melimpah.

Kebersyukuran dapat diartikan sebagai bentuk penghargaan atau apresiasi terhadap bantuan pihak lain yang dapat dikategorikan menjadi kebersyukuran personal kepada sesama dan kebersyukuran transpersonal kepada Tuhan yang berupa pengalaman puncak.

C. Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus

Pengertian orangtua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa orangtua artinya ayah dan ibu. Sedangkan menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan bahwa orangtua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya (Kartono, 1982).

Orangtua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari (Gunarsa, 2003). Pendapat yang dikemukakan oleh Nasution (1986) bahwa orangtua adalah setiap individu yang bertanggung jawab dalam suatu

keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari yang disebut sebagai bapak dan ibu.

Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas, orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan memiliki tanggung jawab mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya.

2. Peran Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Gunarsa ( 1995) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :

a. Peran ibu adalah sebagai berikut :

1) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik

2) Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten 3) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak

4) Menjadi contoh dan teladan bagi anak b. Peran ayah adalah sebagai berikut :

1) Ayah sebagai pencari nafkah

2) Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman 3) Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak

4) Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat terlihat bahwa orangtua yakni ayah dan ibu mempunyai peran masing-masing dalam keluarga. Ibu

mempunyai peran untuk merawat dan mengurus keluarga sedangkan ayah sebagai pelindung keluarga.

3. Fungsi Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Soelaeman (1994) orangtua dalam melaksanakan tanggung jawab dalam keluarga mempunyai delapan fungsi, yaitu :

a. Fungsi Edukasi

Pelaksanaan fungsi edukasi keluarga merupakan realisasi salah satu tanggung jawab yang dipikul orangtua, dengan salah satu momen dari tri pusat pendidikan, keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak dalam kedudukan ini wajar kehidupan keluarga sehari-hari. Pada saat-saat tertentu beralih menjadi situasi kehidupan keluarga yang dihayati si terdidik sebagai iklim pendidikan yang mengundangnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan.

b. Fungsi Sosialisasi

Tugas keluarga dalam mendidik anak tidak saja mencakup perkembangan individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya membentuknya mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik.

Dalam rangka melaksanakan fungsi sosialisasi, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dalam kehidupan sosial dan

norma-norma sosial yang meliputi penerangan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dapat dimengerti dan ditangkap maknanya oleh anak, selanjutnya pelaksanaan fungsi sosialisasi anak memerlukan fasilitas, pola komunikasi, serta iklim psikologis yang memadai sesuai dengan tujuannya c. Fungsi Proteksi/ Fungsi Lindungan

Fungsi ini melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan pergaulannya, melindunginya dari pengaruh yang tidak baik yang mungkin mengancamnya dari lingkungan hidupnya.

d. Fungsi Afeksi

Pada saat ini masih kecil afeksi memegang peranan yang sangat penting, secara inisiatif dia bisa merasakan atau mencakup suasana perasaan orangtua saat berkomunikasi. Fungsi afeksi lebih banyak menggunakan suasana kejiwaan dari orangtua.

e. Fungsi religius

Keluarga terutama orangtua berkewajiban memperkenalkan, mengajak, serta memberikan pengertian sedini mungkin terhadap anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah agama, melainkan agar anak memiliki keyakinan yang kuat untuk menjadi insan beragama.

Dalam kaitannya dengan fungsi ekonomi keluarga memberikan pengertian kesadaran dan sikap anak dan seluruh anggota keluarga terhadap uang dan harta kekayaan pada umumnya yaitu uang dan harta sekedar alat yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan hidup.

g. Fungsi Rekreasi

Fungsi rekreasi diartikan sebagai pemberian rasa aman dan nyaman yaitu suasana yang tenang, damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai yang dapat dirasakan oleh anggota keluarga.

h. Fungsi Biologis

Dalam kehidupannya individu memiliki berbagai kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan biologis. Fungsi biologis keluarga, berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis antara anggota keluarga, di antara kebutuhan biologis ini, adalah kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupannya, keterlindungan kesehatan, keterlindungan dari rasa lapar, haus, kelelahan, bahkan juga kenyamanan dan kesegaran fisik termasuk juga kebutuhan biologis ialah kebutuhan seksual.

Berdasarkan penjelasan tersebut, orangtua dalam keluarga mempunyai delapan fungsi yang harus dipenuhi. Fungsi tersebut antara lain fungsi edukasi, fungsi sosialisasi, fungsi proteksi/ fungsi lindungan, fungsi religius, fungsi ekonomis, fungsi rekreasi, fungsi biologis.

Menurut Hadits (2006), anak berkebutuhan khusus yang dulu disebut sebagai anak luar biasa didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi keindividuan mereka secara sempurna. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial dan atau emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus (Jannah dan Darmawanti, 2006).

Anak berkebutuhan khusus juga didefinisikan sebagai anak yang secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan baik fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus (www.ditplb.or.id)

Geniofam (2010) mengemukakan, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik, yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain : tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat dan anak dengan gangguan kesehatan, autis dan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders).

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik berbeda yaitu pada ketidakmampuan mental,

emosi atau fisik. Perkembangan anak berkebutuhan khusus juga lebih lambat dari anak seusianya sehingga membutuhkan layanan yang khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat meliputi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat dan anak dengan gangguan kesehatan, autis dan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders).

5. Tahapan Reaksi Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus

Wardhani (dalam Purwanta, 2005) menyatakan ada 5 rentang tahapan reaksi orangtua ketika mengetahui anaknya mengalami kekhususan, yaitu : a. Shock / Terkejut

Shock atau terkejut, merupakan reaksi paling awal ketika orangtua menerima hasil diagnosis anaknya yang disampaikan oleh ahli. Periode ini relatif lama, karena dapat tumpang tindih dengan reaksi lanjutan yang muncul, yaitu penolakan akan apa yang didiagnosiskan pada anaknya. Pengalaman orangtua, banyaknya informasi dan tingkat kesehatan jiwa orangtua akan mempengaruhi proses lamanya tahapan terkejut.

b. Penolakan

Penolakan merupakan reaksi emosional. Dinamika yang terjadi adalah ketika secara rasional sesungguhnya orangtua dapat melihat dan menyadari realita keberadaan anak mereka dengan segala keterbatasannya. Namun, secara emosional masih kuat pengharapan akan kondisi yang disampaikan dalam diagnosis adalah salah, sehingga secara emosional

menolak hal tersebut. Kondisi ini dapat berlangsung untuk rentang waktu yang relatif lama. Reaksi ini biasanya disertai dengan keinginan untuk mencari informasi dan pembenaran lainnya. Tindakan yang ada seringkali disertai dengan pencarian data-data pendukung sebanyak mungkin sehingga dapat melihat lebih detail sesungguhnya apa terjadi pada internal anaknya.

Pada tahap ini seringkali orangtua mencari opini lain dengan harapan diagnosis yang muncul akan berbeda atau bahkan mungkin salah. Semakin orangtua dapat berfikir lebih jernih dan memiliki pandangan yang positif, maka semakin cepat berkurang penolakan ini.

c. Sedih dan marah

Akhir dari tahap penolakan akan muncul perasaan sedih dan marah. Perasaan sedih terjadi karena kecemasan yang mendalam terhadap kondisi anaknya.

Orangtua merasa bersalah terhadap hal-hal yang terjadi pada anaknya, Kadangkala, pada tahap ini orangtua juga timbul rasa marah sebagai reaksi “berontak” terhadap kondisi anaknya. Rangkaian perasaan sedih, cemas, marah, dan disertai perasaan bersalah ini akan diikuti dengan reaksi menarik diri, karena sebagai orangtua tidak ingin individu lain mengetahui kondisi anaknya. Hal inilah yang pada akhirnya akan membatasi ruang gerak anak mereka.

Tahap berikutnya setelah sedih dan marah adalah tahap keseimbangan. Pada tahap ini merupakan tahapan penerimaan awal mengenai keberadaan anak dan lebih realistis memandang kondisi anak. Pada tahap ini orangtua mulai lebih dapat memahami kebutuhan anak, merasa empati terhadap anaknya.

e. Reorganisasi

Tahap akhir dari reaksi orangtua adalah reorganisasi. Pada tahap ini orangtua lebih mulai terbuka dan kooperatif untuk menerima dan menata pola pendekatan terhadap anaknya sesuai dengan kebutuhan anak. Interaksi timbal balik antara orangtua, lingkungan praktisis, dan pihak lain yang terkait dalam memberikan dukungan pada anak akan lebih dapat terjadi dan tertata.

Dapat disimpulkan bahwa ketika orang tua mengetahui anak memiliki kekhususan terdapat rentang tahapan yang dilalui, antara lain yaitu shock atau terkejut, penolakan, sedih dan marah, keseimbangan serta reorganisasi.

D. Pengaruh Kebersyukuran terhadap Subjective Well Being Orangtua Anak

Dokumen terkait