• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Kelamin berdasarkan Infeksi Oportunistik

1. PNS 2. POLRI

4.3 Analisis Statistik

4.3.6 Jenis Kelamin berdasarkan Infeksi Oportunistik

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS yang berobat jalan

berdasarkan jenis infeksi oportunistik di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan berdasarkan Infeksi Oportunistik di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Infeksi Oportunistik Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

Ada infeksi oportunistik

57 74,0 20 26,0 77 100,0

Tidak ada infeksi oportunistik

23 71,9 9 28,1 32 100,0

p=0,817

Dari tabel di atas, diketahui bahwa penderita HIV/AIDS yang ada infeksi

oportunistik dan penderita yang tidak ada infeksi oportunistik paling banyak pada

pada laki-laki 57 orang (74,4%) dan 23 orang (71,9%). Berdasarkan hasil analisis

statistik dengan uji Chi-Square nilai p>0,05 (p=0,817). Hal ini menunjukkan tidak

5.1.1 Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Sosiodemografi

a. Umur dan Jenis Kelamin

Gambar 5.1 Diagram Batang Proporsi Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Dari gambar 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa distribusi penderita HIV/AIDS

berdasarkan umur dan jenis kelamin tidak berbeda hanya terdapat perbedaan jumlah

saja. Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan umur dan jenis kelamin paling

banyak pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu laki-laki (34,8%) dan perempuan

(12,0%) dan paling sedikit pada kelompok umur < 20 tahun dan kelompok umur

≥ 50 tahun yaitu perempuan (0,9%).

3,7% 21,1% 34,8% 9,2% 4,6% 0,9% 7,3% 12,0% 5,5% 0,9% < 20 20-29 30-39 40-49 ≥ 50 Jenis Kelamin U m u r (T a h u n ) Laki-laki Perempuan

Tingginya proporsi penderita HIV/AIDS pada kelompok umur 30-39 tahun

menunjukkan bahwa penderita pada kelompok umur tersebut masuk ke dalam

kelompok usia produktif yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur

yang menggunakan Napza suntik. Kasus HIV tinggi pada kelompok umur 25-49

tahun dan untuk kasus AIDS tinggi pada kelompok umur 30-39 tahun

(Kemenkes RI, 2015).

Proporsi penderita HIV/AIDS yang berobat jalan lebih banyak pada laki-laki.

Rasio antara jenis kelamin, ditemukan bahwa perbandingan antara laki-laki dan

perempuan adalah sekitar 2,7:1. Kasus HIV/AIDS pada laki-laki lebih tinggi karena

perilaku seksual yang lebih berisiko, malas memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan, dan penyalahgunaan NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif)

yang lebih sering dilakukan laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2016) di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2014 kasus HIV/AIDS tertinggi berada pada kelompok umur 30-39

b. Suku/Etnik

Gambar 5.2 Diagram Batang Proporsi Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan Berdasarkan Suku di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa suku penderita terbanyak

adalah Batak dengan proporsi 49,6% diikuti Jawa sebanyak 22,9%. Adapun terendah

adalah Nias, Ngalum dan Banjar. Provinsi Sumatera Utara memiliki heterogenitas

yang tinggi dalam hal suku. Dalam hal ini, suku bukanlah faktor yang menentukan

kejadian HIV/AIDS, namun hanya karena jumlah populasinya terbesar di Medan

sehingga proporsinya lebih tinggi dibandingkan yang lain.

Data BPS Sumatera Utara (2015) bahwa jumlah penduduk di Kota Medan

sekitar 2,3 juta jiwa dan suku Batak merupakan salah satu suku yang banyak dijumpai

di Medan (68,34%). Sementara itu, suku Nias, Ngalum, dan Banjar yang terdaftar

sebagai penderita di RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan penderita rujukan. 49,6% 22,9% 11,0% 9,2% 4,6% 0,9% 0,9% 0,9% 0 10 20 30 40 50 60

c. Tingkat Pendidikan

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.3 di atas, proporsi penderita HIV/AIDS yang berobat

jalan tertinggi adalah SLTA/Sederajat yaitu 67,8% dan terendah adalah Tidak/Belum

sekolah yaitu 3,7%. Dari gambar diatas, juga dapat dilihat bahwa penderita

HIV/AIDS juga terjadi pada semua tingkat pendidikan. Hal ini dapat disebabkan

karena pendidikan yang tinggi walaupun telah memiliki pengetahuan yang benar

tentang HIV/AIDS, tidak dengan sendirinya akan diikuti dengan tindakan positif

berupa upaya konkrit mencegah HIV/AIDS (Rustamaji, A.N., 2000). 67,8% 14,7% 8,3% 5,5%3,7% SLTA/Sederajat Akademi/Sarjana SLTP/Sederajat SD/Sederajat Tidak/Belum Sekolah

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Butar-butar (2015) di

RSUD Dr. Djasemen Saragih Pematangsiantar Tahun 2013-2014 yang menyatakan

proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi adalah

SLTA/Sederajat (55%).

d. Pekerjaan

Gambar 5.4 Diagram Batang Proporsi Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi penderita

berdasarkan pekerjaan yang tertinggi adalah Wiraswasta (42,1%) sedangkan yang

terendah adalah POLRI (1,8%). Dalam pencatatan di tempat penelitian, jenis

pekerjaan wiraswasta tidak dijelaskan secara rinci.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sidebang (2010) di Puskesmas

Tanjung Morawa bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan pekerjaan yang

tertinggi adalah wiraswasta (46,6%). 42,1% 15,6% 14,7% 10,1% 5,5% 4,6% 2,8% 2,8% 1,8% 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Siregar (2016) di RSUP H. Adam

Malik Medan diperoleh bahwa proporsi penderita HIV/AIDS menurut pekerjaan

paling banyak adalah Pegawai Swasta sebanyak 52%.

e. Status Pernikahan

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan Berdasarkan Status Pernikahan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.5 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi penderita

berdasarkan status pernikahan yang tertinggi adalah Menikah (46,7%) dan yang

terendah adalah janda/duda (8,3%). Menurut data STBP (2011) sebanyak 72% pria

potensial risti sudah menikah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lubis (2012) di

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Suliati Suroso Tahun 2011 diperoleh bahwa proporsi

penderita HIV/AIDS menurut status pernikahan paling banyak adalah menikah

(59,6%). 46,7% 45,0% 8,3% Menikah Belum Menikah Janda/Duda

f. Daerah Tempat Tinggal

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Daerah Tempat Tinggal Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.6 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi penderita

berdasarkan tempat tinggal yang lebih banyak berada di wilayah Kota Medan yaitu

84,4%. Tingginya jumlah penderita yang berasal dari dalam wilayah Kota Medan

dikarenakan RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit daerah milik

pemerintah di kota Medan dan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau karena

lokasi rumah sakit yang berada di pusat kota.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rangkuti (2013) di RSUP H. Adam

Malik Medan tahun 2012 bahwa proporsi penderita AIDS dengan Infeksi

Oportunistik berdasarkan daerah tempat tinggal yang tertinggi adalah penderita yang

bertempat tinggal di wilayah Kota Medan (52,0%). 84,4%

15,6%

Wilayah Kota Medan Luar Kota Medan

5.1.2 Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS yang berobat jalan Berdasarkan

Dokumen terkait