• Tidak ada hasil yang ditemukan

Banyak kemasan atau wadah merupakan unit penanganan yang efisien untuk membawa hasil dari kebun ke gudang pengemasan lanjut, untuk memudahkan pengangkutan atau sebagai unit penjualan eceran; pengemasan yang baik dapat melindungi produk segar dari pengaruh lingkungan (sinar matahari, kelembaban) dan dari pengaruh-pengaruh lain (Hardenburg, 1997). Pada kemasan untuk konsumen, jika karakteristik bahan dan karakteristik permeabilitas adalah sesuai, suatu kondisi atmosfir dapat berevolusi secara pasif karena konsumsi O2

dan produksi CO2 selama respirasi (Kitinoja dan Kader, 2002). Sayur potong

segar atau sawi yang diproses secara minimum dapat dikemas dalam kantong plastik ketebalan 5 mil, setelah sebagian udara dibuat vakum, campuran gas 30- 50% O2 dan 4-6% CO2 dimasukkan ke dalam kantong dan selanjutnya ditutup

(Kitinoja dan Kader, 2002). Kubis bunga dapat disimpan selama 11 hari pada suhu 4.4 oC atau 13 hari pada suhu 21.14 o

Untuk pasar domestik, keranjang plastik krat menyediakan perlindungan yang baik untuk produk dan ventilasi yang memadai selama penanganan, pendinginan, pemindahan dan penyimpanan. Beberapa krat plastik dapat dirangkai bila ditumpuk untuk penanganan yang mudah saat kosong. Krat seharusnya bersih dicuci dengan larutan klorin dan deterjen secara beraturan untuk mengurangi kesempatan penyebaran pembusuk dari satu kemasan ke kemasan lainnya (Kitinoja dan Kader, 2002). Hasil penelitian Dewi (2008) menghasilkan bahwa penggunaan jenis kemasan karton pada pak-choi secara teknis merupakan salah satu alternatif yang baik untuk transportasi darat karena memberikan penurunan mutu yang lebih rendah dibandingkan dengan kemasan keranjang plastik dan polietilen. Namun penggunaan kemasan karton tersebut secara ekonomis belum layak untuk pengiriman lokal karena harganya masih mahal dan kurang tahan terhadap perlakuan kasar dibandingkan dengan keranjang platik dan polietilen.

C apabila dikemas akan mengalami kehilangan bobot 1.6% dan apabila tidak dikemas akan mengalami kehilangan bobot 11.3%.

Kerusakan mekanis selama pemanenan bisa menjadi masalah yang serius, karena kerusakan bisa membuat hasil pertanian menjadi cepat busuk, membuat

13

makin banyak air yang susut, dan makin cepatnya laju respirasi dan produksi etilen yang mengarah pada kerusakan yang makin cepat. Wadah yang digunakan oleh para pemetik di lapangan haruslah bersih, memiliki permukaan bagian dalam yang halus dan tanpa adanya ujung/bagian yang kasar. Keranjang-peti plastik yang dapat disusun secara tumpukan, meski terasa mahal awalnya, dapat bertahan lama, dapat digunakan berulang kali dan dapat dengan mudah dibersihkan. Keranjang-peti kayu adalah kemasan yang jauh lebih baik, namun hanya jika tidak diisi secara belebihan sebelum keranjang-peti ini disusun dalam tumpukan. Untuk tujuan studi kepustakaan, keranjang-peti plastik berventilasi akan digunakan sebagai unit kemasan, yang bisa memuat 20 kg hasil pertanian. Namun, yang sering digunakan adalah karton dan/atau keranjang-peti yang bisa memuat 5 kg, 7 kg atau 10 kg lebih sesuai untuk sayur-sayuran yang bersifat halus (cabai, labu taiwan, serai, dll) dan buah-buahan seperti buah naga (Kitinoja, 2008).

Penggunaan film plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan banyak variasi dan serbaguna seperti melindungi, mengawetkan, memproses, menyimpan, mengukur, menyampaikan, memamerkan hasil (Hall et al., 1997). Banyak film plastik tersedia untuk pengemasan, tapi sangat sedikit yang mempunyai permeabilitas sesuai untuk MAP; plastik polyethylene dan polyvinyl chloride dengan kerapatan rendah adalah plastik film utama yang dipakai untuk pengemasan buah dan sayuran kemudian plastik saran dan polyester memiliki permeabilitas gas yang rendah yang hanya cocok untuk produk segar dengan laju respirasi rendah (Kitinoja dan Kader, 2002). Permeabilitas memberi gambaran tentang mudah tidaknya gas, uap, cairan, ion-ion dan molekul-molekul terlarut menembus suatu material tanpa memperhatikan mekanismenya; difusi seperti yang terjadi melalui film homogen yang terdiri dari bahan-bahan polimer sangat tergantung pada sifat uapnya, daya larut dan daya difusi uap yang terlarut dari dalam polimer, dengan demikian selama difusi, uap larut di dalam polimer, berdifusi menembus film dan menguap dari permukaan sebenarnya (Hall et al., 1997).

14

Tabel 2. Permeabilitas plastik film untuk produk segar

Jenis film Permeabilitas (cc/m

2 Rasio

/mil/hari) pada 1 atm

CO2 : O2

CO2 O2

Polyetylene: kerapatan rendah 7700 - 77000 3900 - 13000 2,0 – 5,9 Polyvinyl chloride 4263 - 8138 620 - 2248 3,6 – 6,9 Polypropylene 7700 - 21000 1300 - 6400 3,3 – 5,9 Polystyrene 10000 - 26000 2600 - 7700 3,4 – 3,8 Saran 52 - 150 8 - 26 5,8 – 6,5 Polyester 180 - 390 52 - 130 3,0 – 3,5 Selopan (divernis) 15 – 95 15 - 77 1,0 - 1,2 Pliofilm 520 - 5200 130 - 1300 4

Sumber : Kitinoja dan Kader (2002) dan Hall et al. (1997)

Material yang menyerap air pada permukaannya akan mempunyai permeabilitas lebih tinggi daripada daya difusinya, seperti pada selopan (Hall et al., 1997). Biasanya plastik film lebih permeabel untuk CO2 daripada untuk O2,

sehingga laju akumulasi CO2 dari respirasi lebih sedikit daripada laju penyusutan

O2 (Hall et al., 1997). Menurut Zagory (1995) bahwa film plastik yang ideal bagi

pengemasan buah dan sayuran segar adalah film plastik yang mempunyai permeabilitas CO2 3-5 kali lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas O2,

film plastik seperti ini akan menyebabkan laju akumulasi CO2 hasil dari kegiatan

respirasi akan lebih lambat dibandingkan dengan laju penyusutan O2.

Tabel 3. Permeabilitas gas, energi aktivasi dan rasio permeabilitas dari beberapa film kemasan (Rokhani et al., 2000)

Kemasan film Suhu (o Koefisien permeabilitas (ml.mm/m C) 2 Interval suhu ( .d.atm) o Energi aktivasi (kJ/mol) C) Rasio permeabilitas O2 CO2 O2 CO2 Polypropylene 25 8,58 x 101 1,73 x 102 8 – 26 14,0 29,4 2,0 Polyetylene-stretch wrap 25 2,05 x 10 8,28 x 10 2 8 – 26 2 20,7 25,2 4,0 Polyetylene-low densitya) 25 2,07 x 10 9,03 x 10 2 0 - 25 2 42,6 38,9 4,4 Polypropylene- oriented (PP)b) 21 3,90 x 10 1,13 x 10 1 - 2 - - 3,9 Polyvinyl chloride (TPM-87)c) 25 6,73 x 10 3,85 x 10 1 0 – 22 1 38,4 39,3 5,7 Polyetylene-low densityd) 25 2,78 x 10 1,42 x 10 2 3 - 43,1 34,3 5,1

a) Dari Mannapperuma dan Singh (1989) c) Dihitung ulang dari Rokhani (1992) b) Dari Geeson et al. (1985) d) Dihitung ulang dari Exama et al. (1993)

Gunadnya (1993) menyatakan bahwa nilai β untuk film propilen densitas

15

1,00; nilai β ini merupakan perbandingan koefisien permeabilitas film kemasan

antara gas CO2 dengan O2. Pemilihan jenis film kemasan brokoli dilakukan

setelah konsentrasi gas optimum diketahui. Nilai permeabilitas bahan kemasan yang diperlukan selanjutnya berdasarkan konsentrasi O2 dan CO2 optimum yang

diperoleh dari hasil penelitian Rokhani (1995) kemudian diplotkan pada kurva permeabilitas beberapa film kemasan terhadap gas O2 dan CO2 sehingga

diperoleh jenis kemasan yang sesuai dengan komposisi atmosfir optimum.

Dokumen terkait