• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

2. Jenis Kata

Dalam buku tata baku bahasa Indonesia, rombongan linguis bahasa Indonesia-Bambang Kaswanti Purwo, Harimuri Kridalaksana, W.H.C.M. Lalamentik, Samsuri, Surdyanto dkk mengelompokkan kata bahasa Indonesia ke dalam delapan kelas, yaitu verba, nomina, pronomina, numeralia, adjektiva, adverbia, dan kata tugas.

3.1Verba

Verba terdiri dari: (a) fungsi sebagai (inti) predikat, (b) bermakna dasar, perbuatan, proses, dan keadaan yang bukan sifat/kualitas, (c) verba yang bermakna keadaan tidak bisa diprefiksi {ter-} „paling‟.

Dilihat dari bentuknya, verba dibedakan atas: (a) asal dan (b) turunan, yang dibedakan lagi atas: (i) dasar bebas, afiks wajib, (ii) dasar bebas, afiks manasuka, (iii) dasar terikat, (vi) reduplikasi, (v) majemuk. Di

samping itu, verba dibedakan lagi berdasarkan morfologi verba dan semantisnya, serta perilaku sintaksisnya.7

3.2Nomina

Dari segi semantisnya, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Sedangkan dari segi sintaksisnya, bercirikan: (a) nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap, (b) tidak dapat diingkarkan dengan kata

tidak, melainkan dengan kata bukan, (c) umumnya secara langsung atau tidak, nomina diikut oleh adjektiva dengan perantara kata yang.8 3.3Pronomina

Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu nomina. Ada (a) pronomina persona (aku, anda, mereka), (b) pronomina penunjuk ( ini, itu, begini demikian), (c) pronomina penanya (apa, dari mana).

3.4Numeralia

Numerlia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud dan konsep. Numeralia dibedakan menjadi tiga: (a) pokok (enam, panca, tiga (orang), beribu, berbagai), (b) tingkat (pertama, keempat), dan (c) pecahan (sepersepuluh, dua koma lima).9

7

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 121.

8

Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 213.

9

3.5Adjektiva

Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara umum dapat bergbung dengan kata lebih dan sangat.10 Ciri-cirinya dikenali sebagai berikut: (1) bisa diberi keterangan pembanding

lebih, kurang, paling; (2) dapat diberi keterangan penguat sangat,

sekali, benar, terlalu; (3) dapat diingkari dengan tidak; (4) dapat diulang dengan {se-nya}, (5) pada kata tertentu berakhir dengan –er, -(w)i, -iah, -if, -al, dan –ikan. Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis terbagi lagi yaitu: pengafiksan, reduplikasi, adjektiva + kata lain, dan adjektiva + adjektiva.11

3.6Adverbia

Adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, ajektiva, proposisi, atau adverbia lain.12 Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sedangkan dalam tataran kalusa, adverbia menjelaskan fung-si-sungsi sintaksis. Adjektiva ada dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis terbagi lagi yaitu: pengulangan, pengulangan dan -an, pengulangan +se-nya, kata dasar +se-nya, dan kata dasar -nya.13

10

Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 10.

11

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 122-123.

12

Harimurti Kridalaksana, Kamus linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2.

13

3.7Kata Tugas

Di luar kata verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia, ada kata lagi yakni kata tugas. Kata ini hanya mempunyai makna gramatikal. Di samping itu, hampir semua kata tugas tidak bisa mengalami perubahan bentuk. Ada lima kelompok dalam kata tugas: (1) preposisi (dari, di, sejak, semacam, sekitar, daripada, dari bawah), (2) konjungsi (dan, atau, selagi, jika, agar, biarpun, seolah-olah, oleh karena, hingga, bahwa, baik ... maupun, sesudah itu, dalam pada itu), (3) interjeksi (bah, aduhai, astagfirullah, he, ha), (4) artikel (sang, sri, hang, para, si, dang), dan (5) partikel (lah, kah, pun, tah).14

Dalam bahasa Arab, Ni‟mah membagi kelas kata dalam bahasa Arab menjadi 3: (1) nomina (ism), (2) verba (fi’il), dan (3) partikel (harf).15

1. Nomina (ism)

Nomina (ism) adalah kata yang menunjukkan makna benda secara langsung tanpa membutuhkan bantuan dari kata atau lafal lainnya, dan isim tidak terkait dengan waktu.16 Isim dalam bahasa arab sama pengertiannya dengan kata benda dalam bahasa Indonesia. kategori ism

meliputi tiga unsur: nama, sifat, dan kata ganti.

14

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesa Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 123.

15

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 62.

16

Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 16.

Wright membagi nomina menjadi nomina primitif dan nomina derivatif. Nomina primitif merupakan kata benda, seperti

هليجىر

(lelaki). Nomina derivatif bisa berupa kata benda atau ajektifa, deverba yang diderivasikan dari verba, seperti

مٍيًسٍقىػت

dari kata

ىمىسىق

(membagi), atau denominatif yang diderivasikan dari nomina

ةىدىسىأىم

(tempat yang dipenuhi singa) dari kata

هدىسىأ

(singa).17

Ism mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kata-kata yang lain. Adapun ciri-ciri ism adalah sebagai berikut:

1. Terdapat huruf jar di depan kata. Contoh:

ًةىسىرٍدىمٍلا ىًَا يبىهٍذىأ

(Saya pergi ke sekolah.

2. Terdapat huruf Alif dan Lam (

ؿا

). Contoh:

يليجَرلا

3. Berharakat tanwin. Contoh:

هر ٍػيًبىك هد ًجٍسىم

4. Diawali oleh huruf nida‟ Ẓhuruf yang berfungsi memanggilẓ.

Contoh:

يدَمىيُ اىي

5. Mempunyai kalimat mubtada‟ dan khabar.

6. Mempunyai kalimat idhafah.18

Isim ditinjau dari jenisnya, yaitu: mudzakkar dan muannats.19

همٍسًا رَكىذيم

(maskulin)

ثَنىؤيم

(feminin)

17

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 63.

18

Ulin Nuha, Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 17-18.

19

Akhmad Munawari, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2008), h. 1.A.

Mudzakkar (nomina maskulin) tidak mempunyai tanda khusus. Seperti:

يمًلٍسيما.

Sedangkan Muannats (nomina femini), menurut Haywood dan Nahmad, nomina yang dianggap feminin adalah (1) nomina yang secara makna dianggap muannats, seperti

ميأ

/ ibu; (2) nomina yang berjenis muannast dilihat dari bentuknya yang biasanya terdapat sufiks

ة

Ẓta:‟ marbuthahẓ, seperti

هةىسىرٍدىم

/ sekolah; berakhiran

-

ل

dan

ا –

, seperti

لىوٍىَ

/ rahasia; berakhiran

ءا –

, seperti

ءأىدٍيىػب

/ gurun; atau disepakati sebagai kata berjenis muannats, seperti kata

هشٍىَ

/ matahari.20

Menurut Haywood dan Nahmad, Nomina dalam bahasa Arab memiliki ciri jumlah. Jumlah dalam bahasa Arab ada tiga: tunggal

Ẓmufradẓ, dual Ẓmutsanna:ẓ dan plural Ẓjama‟ẓ. Bentuk Plural terbagi menjadi tiga: maskulin teratur Ẓjama‟ mudzakkarẓ feminin teratur Ẓjama‟ mu‟annatsaẓ netral-salin suara, yang dibentuk dari perubahan

internal kata, biasanya dengan perubahan prefiks dan sufiks Ẓjama‟

taksi:r).21

20

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 67.

21

دىرٍفيم

(tunggal)

مٍسًا َّىػثيم/ةىيًنٍثىػت

(dual)

عىىَ

(plural)

ًلاٌسلا رَكىذيما عىىَ

(maskulin)

ًلاٌسلا ثَنىؤيما عىىَ (

feminin)

ٍيىسٍكىت عىىَ

(prefiks dan sufiks)

Kata bentuk

دىرٍفيم

, yaitu: (1) Kata Shahih akhir dan munsharif,

kedudukan marfu‟ dengan dhammah, manshub dengan fathah, dan

majrur dengan kasrah, (2) Kata maqshur, (3) Kata manqus, dan (4) Kata Ghairu Munsharif dan kata Mamdud.

Kata bentuk

َّىػثيم/ةىيًنٍثىػت

, yaitu: marfu‟ ditatsniyahkan dengan

menggunakan

ا

dan

ف

, dan manshub atau majrur ditatsniyahkan dengan menggunakan

ي

dan

ف

.

Kata bentuk

رَكىذ

يما عىىَ

ًلاٌسلا

, yaitu: marfu‟ dengan menggunakan

ك

dan

ف

, dan manshub atau majrur dengan menggunakan

ي

dan

ف

.

Kata bentuk

ًلاٌسلا ثَنىؤيما عىىَ

, yaitu: marfu‟ ditandai dengan

harakat dhammah, dan manshub atau majrur ditandai dengan harakat

kasrah. Sufiksnya menggunakan

ا

dan

ت.

Kata bentuk

ٍيىسٍكىت عىىَ

, yaitu: marfu ditandai dengan harakat dhammah, manshub ditandai dengan harakat fathah, dan majrur ditandai dengan harakat kasrah.22

22

Nomina dilihat dari aspek ketentuan cakupan makna terbagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Indefinite/

هةىرًكىن

(tidak tertentu). Seperti:

هليجىر

lelaki,

هتٍيىػب

rumah. b. Definite/

هةىفًرٍعىم

(tertentu). Seperti:

يدًجٍسىمٍلىا

masjid,

يةىدٍيًرىٍْىا

majalah.23

Dilihat dari distribusinya, nomina dapat menempati posisi sebagai subjek, predikat, pelengkap, dan aposisi. Dilihat dari infleksinya, nomina dapat dibubuhi tanda penunjuk jumlah, jenis, definitif, vokal rangkap, dan preposisi.24

2. Verba (Fi’il)

Verba (Fi’il) adalah kata kerja yang menunjukkan arti pekerjaan, atau peristwa yang terjadi pada waktu tertentu, baik di masa lampau, sekarang, atau yang akan datang.25 Pengertian verba (fi’il) hampir sama dengan istilah kata kerja dalam bahasa Indonesia. Fi’il (kata kerja/verbaẓ terdapat tiga macam, yaitu mâdhî, mudhâri‟, dan amar.

Ketiga bentuk tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Bentuk mâdhî, digunakan untuk mengungkapkan aktivitas lampau (telah, sudah)

b. Bentuk mudhâri‟, digunakan untuk menyatakan aktivitas yang sedang berlangsung atau yang akan datang

23

Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 70-71.

24

Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 53.

25

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 58.

c. Bentuk amar, bentuk ini digunakan untuk menyatakan perintah (imperatif) atau untuk membuat kalimah perintah.26

Berdasarkan bentuknya, verba dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, verba asal, yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh:

ىسىلىج ,ىأىرىػق ,ىعىجىر

dan lain sebagainya. Kedua, verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau berupa penggabungan paduan bentuk dasar.27 Cohtoh:

يسًلٍىَ ,يأىرٍقىػي ,يعًجٍرىػي

.

Berdasarkan segi sintaksis verba (fi’il) terbagi lagi menjadi infleksi (al-Tashri:f al-Lughawi), dan derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi)

1. Infleksi (al-Tashri:f al-Lughawi)

Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab. berikut adalah pola infleksi dalam bahasa Arab:

a. Infleksi pada Verba Perfektif (Fi’il Ma:dhi:)

Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi apabila verba tersebut disandangi sufiks pronomina terikat (dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah subjek (PS).28

26

Nurul Huda, Mudah belajar bahasa Arab (Jakarta: Amzah, 2012), h. 14.

27

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 68.

28

يتٍرىصىن انا ىتٍرىصىن ىتنا ىرىصىن وه

اىنٍرىصىن نح اىيٍُرىصىن امتنا اىرىصىن ام

ٍيتٍرىصىن متنا اٍكيرىصىن مه

ًتٍرىصىن ًتنا ٍتىرىصىن يه

اىيٍُرىصىن امتنا اىتىرىصىن ام

َنيتٍرىصىن ٌتنا ىفٍرىصىن ٌنه

b. Infleksi pada Verba Imperfektif (Fi’il Mudha:ri’)

Infleksi pada Verba Perfektif bahasa Arab terjadi apabila verba tersebut disandangi konfiks pronomina terikat (dhami:r muttashil) yang berfungsi sebagai pemarkah subjek (PS).29

يريصٍنىأ انا يريصٍنىػت ىتنا يريصٍنىػي وه

يريصٍنىػن نح ًفاىريصٍنىػت امتنا ًفاىريصٍنىػي ام

ىفاٍكيريصٍنىػت متنا ىفاٍكيريصٍنىػي مه

ىنٍيًريصٍنىػت ًتنا يريصٍنىػت يه

ًفاىريصٍنىػت امتنا ًفاىريصٍنىػت ام

ىفٍريصٍنىػت ٌتنا ىفٍريصٍنىػت ٌنه

29

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 69.

1. Derivasi (al-Tashri:f al-Ishthila:hi)

Derivasi adalah proses pembentukan kata-kata batu, atau dapat diartikan perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain. Contoh pada kata

ىبىتىك

„menulis‟,

هبًتاىك

„penulis‟,

هبىتٍكىم

„meja‟. Kata

ىبىتىك

merupakan verba dan

هبًتا ىك

merupakan nomina. Keduanya merupakan dua kelas kata yang berbeda, jadi hunbungan antara keduanya adalah hubungan derivasi.30

Pola dalam derivasi dalam bahasa Arab yaitu: (1) derivasi verba trikonsonantal takberimbuhan (Tsula:tsi Mujarrad), (2) derivasi verba trikonsonantal (Tsula:tsi Mazi:d), (3) derivasi verba Kuadrikonsonantal takberimbuhan (Ruba:’i: Mujarrad), dan (4) verba kuadrikonsonantal derivatif (Ruba:’i: Mazi:d).

Berdasarkan objeknya fi‟il dibedaka menjadi dua bagian, yaitu

verba transitif (Fi’il Muta’addi:), dan verba intransitif (Fi’il La:zim).31 a. Verba transitif (Fi’il Muta’addi:)

Menurut Mattews, kontruksi transitif sebgai, “satu verba

yang berhubungan sedikitnya dengan dua nomina atau yang sepadan, yang secara semantik memiliki karakteristik salah satunya sebagai pelaku dan lainnya sebagai sasaran.32 Dalam

30

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 70.

31

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 78.

32

bahasa Arab verba trasitif disebut Fi’il Muta’addi:. Fi’il Muta’addi: adalah kata kerja yang membutuhkan objek.33

Contoh:

ىزٍػبيٍْىا هدٌمىيُ ىلىكىأ

: Muhammad makan roti.

Lebanon mengurai secara lebih luas konsep verba transitif dalam bahasa Arab dengan membaginya ke dalam lima bagian: (1) verba yang langsung diikuti oleh objeknya, (2) verba yang diikuti oleh a (hamzah yang diletakkan di depan verba) yang berfungsi menjadikan verba sebagai transitif, (3) verba yang menjadi transitif dengan cara mendobelkan (geminasi) huruf kedua pada verba, (4) verba yang menjadi transitif dengan bantuan preposisi, (5) verba yang menjadi transitif dengan bantuan adverbia (yang menandakan tempat dan waktu.34

b. Verba intransitif (Fi’il La:zim).

Menurut Alwi dkk. verba intransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina dibelakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.35 Dalam bahasa Arab verba intransiti fdisebut Fi’il La:zim. Fi’il La:zim adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek. Artinya, kata kerja tersebut hanya membutuhkan sujek, sehingga dalam susunan kalimatnya hanya terdiri atas subjek dan predikat.36

33

Ibid., h. 78

34

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 77-78.

35

Ibid., h. 80.

36

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 79.

Contoh:

يدىٍْىأ ىبىهىذ

: Ahmad telah pergi.

Kategori ini memiliki beberapa ciri khusus. Dilihat dari distribusnya, verba dapat menempati posisi predikat dan pelengkap dalam bahasa Indonesia. dilihat dari proses infleksinya, verba dapat diubah untuk menujukkan waktu dan aspek melalui proses afiksasi.37

Kata kerja dalam bahasa Indonesia juga mempunyai kategori, yaitu: (1) berdasarkan bentuk, (2) berdasarkan banyak kata yang mendampingi, (3) berdasarkan hubungan kata kerja dan kata benda, dan (4) berdasarkan hubungan kata benda dengan penddampingnya. Dalam contoh di atas termasuk kata kerja berdasarkan hubungan kata kerja dan kata benda yaitu kata kerja aktif.38

3. Partikel (Harf)

Menurut Syekh Al-Ghalayain, huruf adalah sesuatu yang bisa menunjukkan makna (bermakna) jika bergandeng dengan (kata atau kalimat) yang lainnya.39 Huruf adalah kata/kalimah

dalam bahasa Arab selain isim dan fi‟il.

37

Syihabuddin, Penerjemah Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 53.

38

Tim Lima Adi Sekawan, EYD Plus (Jakarta: Limas, 2011), h. 173.

39

Ustadz Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat! (Yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 21.

Menurut Syaibah, harf terbagi menjadi tiga: (1) harf yang mendampingi ism; (2) harf yang mendampingi fi‟il; Ẓ3ẓ harf yang

mendampingi ism dan fi‟il.40

يمىسىقٍلا ك ٌرىٍْا يفٍكيريح

اىهيػتاىوٍخىاىك ٌفإ يفٍكيريح

ًمٍسًٍْا ىىلىع يليخٍدىت يفٍكيريح ءاىدًٌنلا يفٍكيريح

ءاىنٍػثًتٍسًٍْا يفٍكيريح

ةَيًعىما يكاىك يفٍكيريح

يفٍكيريٍْىا ءىادًتٍبًٍْا يمىا يفٍكيريح

ًبٍصٌنلا يفٍكيريح

ًمٍزىٍْا يفٍكيريح

ًلٍعًفٍلا ىىلىع يليخٍدىت يفٍكيريح اىم/ ىا

ٍدىق

ىفٍوىس/ يٍيًٌسلا

ًفىطىعٍلا يفٍكيريح

يخٍدىت يفٍكيريح

ًلٍعًفٍلاىك ًمٍسًٍْا ىىلىع يل ًماىهٍفًتٍسًٍاا يفٍكيريح

ًؿاىٍْا يكاىك

ًمىسىقٍلا يمىا

Harf yang mendampingi ism biasanya berfungsi sebagai preposisi (

ٌرىٍْا يفٍكيريح

); partikel vokatif (

ءاىدًٌنلا يفٍكيريح

). Harf yang mendampingi fi‟il biasanya merupakan partikel akusatif Ẓ

يفٍكيريح

40

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 83.

ًبٍصٌنلا

); partikel jusif (

ًمٍزىٍْا يفٍكيريح

). Dan harf yang bisa

mendampingi ism dan fi‟il biasanya berupa konjungsi Ẓ

يفٍكيريح

ًفىطىعٍلا

); partikel tanya (

ًماىهٍفًتٍسًٍاا يفٍكيريح

); dan lain sebagainya.41

Dokumen terkait