• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

4. Kata Baku

Kata baku adalah kata-kata yang menjadi acuan dalam pemakaian bahasa karena kata baku tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku, pedoman ejaan yang ditetapkan, serta memiliki karakteristik cendekia, kemantapan dinamis, dan seragam.51 Kata baku akan menghasilkan bahasa baku bagi penuturnya. Kata dalam bahasa Indonesia ada juga yang merupakan kata serapan dari bahasa asing dan termasuk kata baku. Namun, penulisan dalam kata serapan tidak jarang ditemukan kata tersebut tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan sehingga kata tersebut dikatakan tidak baku.

Usaha membakukan aspek bahasa Indonesia telah banyak dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Namun, sampai saat ini baru dapat dibakukan masalah ejaan.52 Oleh karena itu, untuk mengetahui kata baku dalam bahasa Indonesia dalam pemakaian tata tulis berbahasa Indonesia seharusnya mengikuti kaidah ejaan yang berlaku.

Kata “ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyyah. Mengeja adalah membaca huruf demi huruf. Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang dibakukan. Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain, ejaan

50

Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 44.

51

Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika) (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 129.

52

adalah lambang dari bunyi bahasa.53 Misalnya fonem /a/ dilambangkan dengan huruf a, jeda dilambangkan dengan koma (,), kesenyapan dilambangkan dengan titik(.), dan sebagainya.

Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum. Menurut Mustakim, secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambang bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf yang sudah disusun menjadi kata, frasa, atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa termasuk pemisahan dan penggabungan yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.54

Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa (fonem) dengan lambang atau huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan mencatat dengan alat pengukur bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambang yang diperlukan cukup banyak dan ejaan fonemis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang diperlukan tidak banyak. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang dipakai ialah ejaan fonetis. Namun, masih terdapat beberapa fonem yang dilambangkan dengan dua tanda.55

Hal-hal yang meliputi pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, di antaranya:

53

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan bahasa indonesia (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2007), h. 17.

54

Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia Tanggapan Penutur dan Pembacanya

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 141.

55

1. Pemakaian Huruf b. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.56

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

A a a J j je S s es B b Be K k ka T t te C c ce L l el U u u D d de M m em V v fe E e e N n en W w we F f ef O o o X x eks G g ge P p pe Y y ye H h ha Q q ki Z z zet I i i R r er

Abjad Ẓ

يةَيًدىٍْىٍْا يفٍكيريٍْىا

ẓ yang digunakan dalam bahasa Arab terdiri dari 29 huruf yang berikut.57

56

M. Arifin Ciptadi, EYD-Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan

(Bandung: Nusa Media, 2009), h. 1.

57

Nama Huruf Transliterasi Posisi Berdiri Sendiri Nama Huruf Transliterasi Posisi Berdiri Sendiri Alif ā

ا

ā‟

ط

Bā‟ b

ب

ā‟

ظ

Tā‟ t

ت

„Ayn „

ع

Thā‟ th

ث

Ghayn gh

غ

Jῑm j

ج

Fā‟ f

ف

ā‟

ح

Qāf q

ؽ

Khā‟ kh

خ

Kāf k

ك

Dāl d

د

Lām l

ؿ

Dhāl dh

ذ

Mῑm m

م

Rā‟ r

ر

Nūn n

ف

Zāy z

ز

Ha‟ h

ق

Sῑn s

س

Wāw w, ū

ك

Shῑn sh

ش

Yā‟ y, ῑ

ي

ād

ص

ād

ض

c. Huruf Vokal

Menurut Matthews, konsep vokal dulunya berasal dari Yunani dan Latin. Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian manapun.58 Untuk mendefinisikan bunyi diciptakanlah sebuah sistem tanda bantu baca. Jika dicantumkan maka teksnya disebut teks bervokalisasi ata ber-harakat.59 Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o dan u.60

Pada umumnya teks-teks Arab adalah teks gundul, Eckehard Schulz membagi tanda baca untuk vokal-vokal pendek dalam bahasa arab sebagai berikut:

5. Fathah (Fatḥa)

Jika ada baris pendek miring (

ىَ

) di atas konsonan, maka setelah

konsonan tersebut dilafalkan “a” pendek:

ىب

ba,

ىف

fa,

ىك

wa. Fathah yang diikuti Alif= ā panjang:

اىم

. 6. Kasroh (Kasra)

Jika ada baris pendek miring (

ًَ

) di atas konsonan, maka setelah

konsonan tersebut dilafalkan “i” pendek:

58

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 40-41.

59

Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4.

60

Tim Penyusun Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 1.

ًب

bi,

ًؿ

li,

ًم

mi. Kasroh yang diikuti Yā’ = ῑ panjang:

ٍيًبىك

kabῑr.

7. Dlommah (Ḍamma)

Jika ada tanda dalam bentuk Wāw kecil (

يَ

) di atas konsonan,

maka setelah konsonan tersebut dilafalkan “u” pendek:

فيديم

mudun,

ميك

kum,

ميه

hum. Dlommah yang diikuti Wāw = ū

panjang:

فٍويػن

Nūn.

8. Sukun ẒSukūnẓ

Jika ada bulatan kecil (

ٍَ

) di atas konsonan, maka setelah konsonan tersebut vokal tidak dilafalkan.

ىتٍىَ

tahta,

ينٍىح

nahnu,

ٍنًم

min. 9. Syaddah (Shadda)

Jika ada Sῑn kecil (

ٌَ

) di atas konsonan, maka konsonan tersebut dilafalkan dua kali. Fathah dan Dlommah dicantumkan di atas Syaddah; Kasrah bisa dicantumkan di bawah syaddah atau di bawah konsonan tersebut: (

ٌَ

)

هكاَبيش

Shubbāk,

همدىقىػت

taqaddum,

همًٌلىعيم

mu‟allim.

10. Maddah (Madda)

Jika ada tanda kecil (

~

) di atas Alif

(آ)

, maka “a” tersebut

dilafalkan panjang.

ىفآا

al-āna,

يفآٍريقٍلا

al-qur‟ān.61

d. Huruf Konsonan

Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara.62

61

Eckehard Schulz, Bahasa Arab Baku dan Modern (Yogyakarta: LKiS, 2012), h. 4.

62

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 43.

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Dalam bahasa Arab bunyi-bunyi dibedakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulsi.63

1. Pita Suara dibedakan adanya bunyi bersuara (voiced sound atau majhu:r) dan tidak bersuara (voiceless sound atau mahmu:s). Menurut Bisry, bunyi takbersuara terdiri dari 13 bunyi, yaitu:

,ح ,خ ,ؽ ,ك ,ص ,ش ,س ,ط ,ت ,ث ,ف

ھ

ء ,

begitupun dalam bunyi bersuara, menurut Bisry ada 15 bunyi, yaitu:

,ظ ,ي ,ج ,ر ,ز ,ؿ ,ف ,ض ,د ,م ,ب ,ك

غ ,ع ,ذ

2. Tempat Artikulasi

Menurut Bisry, tempat artikulasi bunyi bahasa dalam bahasa terbagi menjadi 9, yaitu:

a. Bilabial (al-Ashwât al-Syafawiyah):

ب ,م ,ك

(p, b, m, w). b. Labiodental (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Syafawiyyah):

ف

(f)

c. Interdental (al-Ashwât bain al-Asnân):

ظ ,ذ ,ث

(ts, dz, z) d. Laminoalveolar (al-Ashwât al-Asnâniyyah al-Litsawiyyah)

:

ف ,ؿ ,ض ,د ,ط ,ت

(t, t, d, d, s, n, l)

e. Apicoalveolar (al-Ashwât al-Litsawiyyah):

ص ,ز ,س ,ر

(r, s, z, s)

63

Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 43.

f. Palatal (al-Ashwât al-Hanaqiyyah):

ي ,ج ,ش

(sy, j, y) g. Velar (al-Ashwât al-Qashbah):

غ ,ك ,خ

(kh, gh, k) h. Uvular (al-Ashwât al-Lahawiyyah):

ؽ

(q)

i. Glottal (al-Ashwât al-Hanjariyyah):

ع ,ح ,ء

(h). 3. Cara Artikulasi

Berdasarkan penelitian Bisyr, cara artikulasi bahasa Arab terdapat beberapa macam bunyi, yaitu:

a. Stop (al-Waqafât; Hambat):

ع ,ك ,ؽ ,ض ,د ,ط ,ت ,ب

(p, b, t, d, k, g)

b. Nasal (al-Ashwât al-Anfiyyah; Sengauan):

م ,ف

(m, n) c. Frikatif (al-Ashwât al-ihtikâkiyyah; Geseran):

,ز ,ذ ,ف

,ح ,ك ,غ ,ص ,ش ,س

ھ

ع ,

(s, sy, gh, k, s, x, h)

d. Affrikat (al-Ashwât al-Murakkabah; Paduan):

ج

(c, j) e. Trill (al-Ashwât al-Tikrâriyyah; Getaran):

ر

(r) f. Lateral (al-Ashwât al-Jânibiyyah; Sampingan):

ؿ

(l) g. Semiwofel ( Anshâf al-Haraka:t; Hampiran):

ي ,ك

(w, y) e. Huruf Diftong

Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya.64 Diftong merupakan gabungan bunyi dalam satu suku kata.65 Dalam bahasa Indonesia, diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Contoh: pandai, saudara, amboi. Dalam bahasa Arab, diftong dilambangkan dengan Fathah yang diikuti

ك

64

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 52.

65

dan Sukun (

ٍَ

) menandakan diftong au dan Fathah yang diikuti

ي

dan Sukun (

ٍَ

)menandakan diftong ai.

f. Gabungan huruf konsonan g. Pemenggalan kata

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring 3. Penulisan Kata

4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca

Dokumen terkait