• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VII : Keterampilan Hidup

B. Jenis Keterampilan Hidup

Keterampilan fisik adalah kemampuan seseorang yang ditunjukkan secara fisik, seperti melihat, bersuara, mencium, merasa, menyentuh, dan bergerak.

a. Keterampilan fisik ditandai dengan kemampuan seorang remaja untuk memilih makanan, berolah raga dan beristirahat secara seimbang.

b. Keterampilan memahami tubuh dan merespon kebutuhan tubuh sendiri.

c. Keterampilan mengatur pola makan dan olah raga

Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan makanan terutama makanan bergizi seimbang. Zat-zat gizi utama yang terkandung pada makanan adalah :

1) Karbohidrat

Karbohidrat dianjurkan 60% dari total kalori dalam sehari. Diperoleh dari nasi, jagung, gandum, tepung, terigu, sagu, roti, bihun, kentang, pasta dan umbi-umbian lainnya.

2) Protein

Protein dibutuhkan berkisar antara 20-50% dari total kalori yang diperoleh dari kacang kedelai, kacang tanah, ikan laut dan tawar,

3) Lemak

Lemak dianjurkan tak lebih dari 25% dari total kalori yang meliputi lemak hewani dan nabati, misalnya minyak goreng, mentega, alpukat, kelapa.

4) Vitamin

Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran berwarna kurang lebih 10% untuk tubuh

5) Mineral

Mineral dapat diperoleh dari buah-buahan yang banyak mengandung air dan serat sebanyak 10%

6) Air

Air dibutuhkan hingga 50% dari konsumsi tubuh. Air dapat diperoleh dari buah-buahan atau masakan berkuah selain air putih sebanyak 1,5 – 2 liter.

Disamping menjaga pola makan, remaja juga diharapkan dapat menjaga kondisi tubuhnya agar tetap bugar dan fit melalui kegiatan olah raga yang mudah dan murah, seperti jalan, lari, voli, renang, basket dan lain-lain. Manfaat olah raga bagi tubuh, berguna untuk menyehatkan diri, baik jasmani dan rohani.

d. Keterampilan mengelola tidur

Perbaikan jaringan-jaringan sel yang rusak dalam tubuh umumnya dilakukan dikala istirahat/tidur. Maka apabila kita sering kurang tidur atau tidak memiliki kualitas tidur yang baik, cepat atau lambat akan mengganggu stabilitas daya tahan tubuh kita dan memacu munculnya penyakit. Seorang remaja yang sering kurang tidur, maka tidak akan bersemangat dalam menjalankan aktifitasnya dan tidak berkonsentrasi dalam menerima pelajaran di sekolah. Kualitas fisik, mental dan emosional bisa sangat dipengaruhi oleh baik/tidaknya kualitas tidur seseorang.

2. Keterampilan Mental

a. Keterampilan mempercayai dan menghargai diri

Percaya diri diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri, serta dapat mengukur suatu perbuatan dari segi baik atau buruknya. Dengan kepercayaan

menilai apakah aktifitas yang dilakukan bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya atau bahkan sebaliknya akan merugikan orang lain dan dirinya.

b. Keterampilan berpikir positif

Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk dapat melihat sisi positif mengenai suatu hal, peristiwa, kejadian atau pengalaman. Remaja perlu mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir positif untuk membantu dirinya dan meringankan bebannya dalam menghadapi tantangan dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c. Keterampilan mengelola stres

Mengelola stres bukan sekedar mengurangi stres, tetapi juga mengelola situasi yang menyebabkan stres. Mengelola stres berarti menemukan jenis, cara, dan waktu stress yang tepat sesuai dengan ciri khas individu, prioritas, dan situasi hidupnya untuk mencapai kinerja dan kepuasan maksimal.

d. Keterampilan mengambil keputusan dan memecahkan masalah Pengambilan keputusan adalah sebuah keterampilan yang membantu remaja untuk menghadapi berbagai keputusan dalam hidup secara konstruktif. Keterampilan ini dapat dipelajari dan dipraktikkan. Ada 3 langkah sederhana untuk belajar mengambil keputusan secara efektif yaitu :

1) Jelaskan atau identifikasi dengan jelas keputusan apa yang harus diambil atau masalah yang harus dipecahkan.

2) Pertimbangkan pilihan-pilihan yang ada dan apa yang akan terjadi pada setiap pilihan.

3) Pilihlah pilihan yang paling baik. 3. Keterampilan Emosional

a. Keterampilan bersikap tegas

Asertif adalah sebuah sikap atau perilaku untuk mengekspresikan dirisecara tegas kepada pihak lain tanpa harus menyakiti pihak lain ataupun merendahkan diri di hadapan pihak lain. Sikap tegas membuat seseorang mampu menyatakan pikiran, perasaan dan

nilai-nilai mengenai sesuatu secara terbuka dan langsung, dengan tetap menghormati perasaan dan nilai-nilai pihak lain.

Sikap asertif untuk kelompok remaja sangat diperlukan dalam menghadapi tekanan remaja sebaya. Tekanan itu berkaitan dengan ajakan untuk terlibat ke dalam risiko Triad KRR. Berikut ini adalah cara asertif untuk menolak ajakan tersebut, diantaranya :

Teknik Contoh

Berkata ”TIDAK” ”Tidak” atau ”Tidak, terima kasih” Katakan terus terang, apa

adanya

”Tidak, terima kasih, saya tidak merokok” atau ”tidak mau mencobanya”

Beri alasan ”Tidak, terima kasih. Saya tergesa-gesa nih, saya harus pergi”

Kesan gagah ”Tidak sekarang. Mungkin lain kali” Mengubah topik pembicaraan Katakan ”tidak” dan langsung

merubah arah pembicaraan : ”tidak, terima kasih. Kamu liat pertandingan

semalam?”

Mengulang kata Tidak Ulangi kata ”tidak” berulang-ulang atau bervariasi :

”tidak”

”tidak, terima kasih” ”tidak, saya tidak tertarik”

Pergi / berlalu Katakan ”tidak” dan langsung pergi

Angkat bahu Acuhkan atau tidak mempedulikan Menghindari situasi Jauhkan diri dari setiap situasi

dimana

ada kemungkinan kamu mendapat tekanan dari kelompok untuk merokok

atau menggunakan narkoba

b. Keterampilan berkomunikasi dengan orang lain (komunikasi interpersonal)

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerakan tubuh atau ungkapan emosi oleh seseorang kepada orang lain disekitarnya.

1) Keterampilan dalam komunikasi efektif

Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila menggunakan keterampilan berikut ini:

a) Kemampuan menerima dan memahami

• Pemberian perhatian fisik kepada lawan bicara.

• Selama pembicaraan pandangan muka sepenuhnya diarahkan kepada lawan komunikasi.

b) Kemampuan mengikuti alur cerita

• Tidak memutuskan pembicaraan dan mengalihkan perhatian orang yang sedang berbicara.

• Menggunakan sedikit dorongan dan respon sederhana yang dapat memacu pembicara untuk menyampaikan ceritanya.

• Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan, yang dapat menambah informasi dan tidak sekedar jawaban “Ya” atau “Tidak”.

• Tidak mengambil peran sebagai penyidik dan mengajukan terlalu banyak pertanyaan. Jaga suasana agar tetap tenang.

c) Kemampuan melakukan refleksi perasaan

Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu mengungkapkan kepada orang lain tentang perasaan orang tersebut sesuai dengan yang kita pahami, seperti contoh berikut ini :

• “Anda benar-benar gembira tentang proyek ini” • “Nampaknya anda marah”

• “Sepertinya anda merasa tidak bersalah” d) Kemampuan melakukan pengulangan makna

Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu menyatakan kembali pesan yang disampaikan pembicara dengan menggunakan kata-kata lain, dengan tujuan untuk mengetahui apakah yang kita dengar adalah benar, seperti ungkapan di bawah

• “Jika saya tidak salah mengerti,...” • “Jadi menurut anda bahwa ...”

• “Sepertinya anda mengatakan bahwa ...” e) Kemampuan melakukan pengulangan makna

Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu sopan meminta orang lain untuk bicara lebih fokus pada masalah utamanya, seperti ucapan berikut ini :

• “Saya mengerti bahwa semua masalah ini menjadi perhatian anda, tetapi apakah diantara masalah tersebut ada yang secara khusus bisa kita selesaikan bersama?” • “Dari semua apa yang anda katakan, masalah mana yang

paling anda risaukan?

Apabila komunikasi menyenangkan dan dapat diterima, komunikasi non-verbal berikut ini dapat menjadi pelengkap komunikasi verbal:

• Melakukan kontak mata;

• Menjaga posisi tubuh tetap tegak;

• Berdiri mendekat pada lawan bicara tetapi tetap ada jarak; • Suara yang ramah, bicara jelas, tidak berbisik dan tidak

berteriak.

2) Hambatan dalam komunikasi efektif

Komunikasi yang efektif akan mengalami hambatan apabila salah satu peserta komunikasi melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Menilai yaitu memaksakan nilai yang anda anut pada orang lain dan membentuk solusi untuk masalah mereka. Jika anda menilai, anda tidak mendengar atas apa yang diucapkan orang lain, karena anda menilai penampilan, suara dan kata-kata yang digunakan orang tersebut.

Contoh:

• Mengkritik : “Anda tidak paham” • Mencap : “Itu karena anda malas”

• Mendiagnosis : “Anda tidak sunguh-sungguh dengan masalah ini”

• Memuja untuk memanipulasi : “Dengan sedikit usaha lagi, anda dapat mengerjakan dengan baik”

b) Mengirim solusi yaitu memotong pembicaraan sebelum pembicara selesai. Hal ini juga akan mendorong ketergantungan orang lain pada kita dalam memecahkan masalah dan menolak adanya kesempatan untuk mempraktikkan pengambilan keputusan. Tipe komunikasi seperti ini akan menunjukkan kepada mereka bahwa perasaan, nilai-nilai dan masalah mereka adalah tidak penting. Contoh:

• Memerintah : “Kamu akan belajar dua jam tiap malam” • Menakut-nakuti : “Jika kamu tidak melakukan ini,...” • Moralis : “Kamu harus lakukan ini, ....”

• Pertanyaan berlebih : “kamu akan kemana? Apa yang akan kamu lakukan? Dengan siapa kamu pergi?”

• Mengakhiri kalimat-kalimat yang akan diucapkan pembicara.

c) Mengabaikan perhatian orang lain, dimana perasaan dan perhatian individu tidak diperhitungkan.

Contoh:

• Menasehati : “Akan baik bagimu jika kamu ....”

• Mengalihkan pembicaraan : “Olahraga apa yang kamu lakukan sekarang?”

• Argumentasi logis : “Satu-satunya jalan untuk meningkatkan nilaimu adalah dengan belajar lebih giat” • Meyakinkan : “Semua akan selesai”

4. Keterampilan Spiritual

a. Keterampilan Memahami Kehidupan Spiritual

Keterampilan memahami spiritualitas adalah kemampuan memahami bahwa semua kegiatan jasmani, pikiran dan emosi manusia yang digerakan atas dasar suara hati nurani dan diarahkan untuk memperoleh keridhoan Tuhan Penciptanya.

b. Keterampilan Menyadari Kehidupan Spiritual

Kemampuan spiritual itu akan terlihat pada perkembangan kesadaran dan pemahaman manusia terhadap diri, orang lain, dan alam, yang berujung pada peningkatan kesadaran dan pemahaman akan kebesaran Penciptanya. Artinya, spiritualitas muncul pada konteks hubungan manusia dengan dirinya, orang lain, alam dan Penciptanya.

c. Keterampilan Melaksanakan Kehidupan Spiritual

Makna umum dari kegiatan spiritual adalah semua kegiatan baik jasmani, pikiran, dan emosi yang dilaksanakan atas dorongan suara hati nurani untuk mendapatkan keridhoan Tuhan YME. Keterampilan spiritual dalam sembahyang terletak pada kemampuan meresapi makna dari setiap ucapan yang dibaca dalam sembahyang.

5. Keterampilan Kejuruan

Keterampilan kejuruan adalah kemampuan atau keterampilan khusus yang dimiliki oleh remaja dan mahasiswa dalam bidang non akademik, yakni berupa kemampuan remaja dan mahasiswa dalam berwirausaha sesuai dengan bakat, minat dan hobinya untuk mendapatkan penghasilan, sehingga remaja dan mahasiswa bisa hidup dengan bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya.

Tujuan keterampilan kejuruan adalah agar remaja dan mahasiswa mampu mengembangkan potensi dirinya, bakat dan hobinya sehingga dapat mendatangkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

6. Keterampilan Menghadapi Kesulitan: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan pernah lepas dari hambatan, masalah, dan tantangan. Kita melihat ada orang-orang yang bisa mengatasi dan meninggalkan kesulitan masa lalunya ada juga yang menyerah dan menyalahkan masa lalunya.

Kemampuan orang dalam menghadapi hambatan, masalah, dan tantangan dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu :

a. Tipe Cepat Menyerah

Tipe cepat menyerah adalah orang yang apabila menghadapi kesulitan langkah pertama yang diambil adalah menghindari, memilih untuk keluar, mundur, dan berusaha berhenti terkait dengan kesulitan dan tantangan itu.

b. Tipe Cepat Istirahat

Tipe Cepat Istirahat adalah tipe orang yang apabila menghadapi kesulitan dan tantangan hidup mencoba mengatasinya, namun dengan kesulitan yang semakin besar cepat mengambil tindakan untuk berhenti dari usahanya.

c. Tipe Terus Mendaki

Tipe Terus Mendaki adalah sebutan untuk orang yang dalam pendakiannya menghadapi tantangan hidup tidak pernah menyerah. Pendakian terus dilakukan dengan semangat yang tinggi dan strategi yang cerdas. Mereka memilih untuk terus bertahan dan berjuang menghadapi kesulitan dalam kehidupannya.

Dokumen terkait