• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Jenis Makanan Ikan Keperas (Puntius binotatus)

4.1.1 Jenis Makanan Ikan Puntius binotatus Secara Umum

Analisis jenis makanan yang terdapat pada lambung dan usus ikan dilakukan terhadap 55 ekor ikan keperas yang terdapat di seluruh stasiun penelitian. Analisis jenis makanan ikan dapat digambarkan berdasarkan perhitungan terhadap nilai Indeks Preponderance (IP) ikan tersebut (Tabel 4.1). Analisis yang dilakukan terhadap semua ikan keperas, tidak ada ditemukan usus ikan keperas yang kosong.

Tabel 4.1. Nilai Indeks Preponderance (IP) Ikan Keperas (P. binotatus) Secara Umum

NO Organisme Makanan Indek Preponderance (%)

Fitoplankton 1 Bacillariophyceae 55,5136 2 Chlorophyceae 23,8476 3 Cyanophyceae 3,1910 Zooplankton 4 Ciliophora 5,3760 5 Monogononta 6,9744 6 Detritus 5,0974

Perhitungan terhadap nilai Indeks Preponderance (IP), ikan keperas di sungai Aek Pahu Tombak, Aek Pahu Hutamosu dan sungai Parbotikan secara umum banyak memakan plankton dari kelompok Bacillariophyceae diikuti dengan Chlorophyceae Monogononta, Ciliophora, selain itu juga ditemukan potongan serangga dan beberapa organisme yang telah tercerna sebagian dan dimasukkan kedalam kelompok detritus Kelompok organisme yang paling sedikit ditemukan adalah kelompok Cyanophyceae dengan nilai IP 3.19% (Tabel 4.1).

Tingginya nilai Bacillariophyceae disebabkan karena hasil pengamatan terhadap jenis plankton yang terdapat di alam menunjukkan bahwa jenis organisme Bacillariophyceae merupakan organisme yang dominan ditemukan di seluruh lokasi tersebut, sehingga hal ini mengakibatkan ikan keperas lebih banyak mengonsumsi jenis organisme tersebut. Menurut Hariyadi (1983), Bacillariophyceae merupakan kelompok plankton yang disukai oleh ikan-ikan mujair, nila, dan ikan mas. Basmi (1999) menyatakan bahwa Bacillariophyceae bereproduksi secara seksual dan aseksual, sehingga lebih cepat dalam memperbanyak diri dan mengakibatkan jumlahnya sangat berlimpah di perairan, selain itu ukurannya yang kecil bisa masuk kedalam mulut ikan yang berukuran kecil, oleh karena itu Bacillariophyceae cenderung dipilih ikan sebagai makanannya.

Menurut kriteria yang dikemukakan Nikolsky (1963), makanan ikan yang memiliki nilai IP > 40%, maka organisme tersebut sebagai makanan utama. Jika nilai IP 4 – 40 % maka organisme tersebut sebagai makanan pelengkap. Jika nilai IP < 4 % maka organisme tersebut sebagai makanan tambahan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka Bacillariophyceae adalah makanan utama bagi ikan keperas, Chlorophyceae, Monogononta, Ciliophora dan detritus sebagai makanan pelengkap, sedangkan sebagai makanan tambahan adalah dari jenis Cyanophyceae.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan keperas memiliki usus yang lebih panjang dibandingkan dengan panjang tubuh (Lampiran 2). Hal ini didukung oleh pernyataan Huet (1971), bahwa ikan yang memiliki struktur anatomis panjang usus lebih panjang dibanding panjang tubuh adalah jenis ikan omnivora. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap usus ikan keperas, bahwa jenis organisme makanan yang ditemukan di dalam usus terdiri dari fitoplankton, zooplankton dan detritus berupa potongan kaki serangga. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ikan keperas merupakan jenis ikan omnivora. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997), bahwa ikan keperas tergolong ikan euryfagus, yaitu ikan yang jenis makanannya bermacam-macam atau campuran. Menurut Welcomme (2001), jenis makanan yang akan dimakan oleh ikan tergantung

ketersediaan jenis makanan di alam, dan juga adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus, sifat dan kondisi fisiologis pencernaan, bentuk gigi dan tulang faringeal, bentuk tubuh dan tingkah lakunya.

4.1.2 Jenis Makanan Ikan Keperas (Puntius binotatus) Berdasarkan Jenis Kelamin

Analisis jenis makanan ikan dilakukan terhadap 31 ekor ikan betina, dan 24 ekor ikan jantan di seluruh stasiun penelitian (Tabel 4.2). Pada masing-masing stasiun penelitian ditemukan 6 kelompok organisme di dalam usus ikan, baik jantan maupun betina. Dari 6 kelompok organisme yang ditemukan pada usus ikan betina dan jantan, kelompok organisme terbanyak adalah Bacillariophyceae (59,05% dan 50,57). Kelompok organisme yang ditemukan pada usus ikan jantan, Chlorophyceae, Ciliaphora, Monogononta dan detritus lebih banyak ditemukan dibanding dengan ikan betina. Jenis makanan yang ditemukan pada ikan jantan juga ditemukan pada ikan betina. Hal ini menunjukkan bahwa variasi makanan ikan betina relatif tidak berbeda dengan variasi makanan ikan jantan. Tingginya nilai Bacillariophyceae disebabkan karena pakan alami (plankton) yang terdapat di alam di dominasi dengan jenis organisme Bacillariophyceae, ketersedian pakan alami menyebabkan ikan keperas lebih memilih jenis Bacillariophyceae sebagai makanan utama. Haryadi (1983), mengatakan bahwa kesamaan komposisi makanan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, jenis kelamin, kondisi perairan, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan makanan.

Tabel 4.2. Nilai Indeks Preponderance (IP) ikan keperas (P. binotatus) Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Organisme Indeks Preponderance (%)

Betina Jantan Fitoplankton 1 Bacillariophyceae 59,0501 50,5687 2 Chlorophyceae 23,1337 24,8458 3 Cyanophyceae 3,0727 3,3565 Zooplankton 4 Ciliophora 5,0030 5,8976 5 Monogononta 5,5437 8,9748 6 Detritus 4,1968 6,3566

Karakteristik beberapa organisme makanan ikan keperas menurut Basmi (1999) adalah sebagai berikut:

Bacillariophyceae

Sel terdiri dari 2 bagian (yang satu menutupi yang lain), memiliki hiasan yang halus dan bagus. Dijumpai melimpah baik di laut maupun di perairan tawar. Dinding sel terdiri dari silikon (silikat). Umumnya kromatofora berwarna coklat keemasan, klorofil ditutupi oleh pigmen berwarna coklat. Pada umumnya uniseluler (soliter), namun pada beberapa spesies ada yang hidup berkoloni (koloni sederhanan) dan saling bergandengan satu sama lain dengan sarung lendir. Makanan cadangan adalah leukosin (sejenis karbohidrat) dan minyak (lemak) yang warnanya agak kekuningan. Stadia generatif umumnya berflagella yang tidak sama panjang. Habitatnya sangat luas dan bersifat kosmopolitan. Algae ini mampu hidup di sumber air panas hingga 600C, bahkan hidup teresterial. Reproduksi dapat secara seksual dan aseksual.

Chlorophyceae (Algae hijau)

Tubuh dapat uniseluler, koloni atau filamen; planktonis, berenang, menempel atau menetap; sel berisi plastida-plastida (butir-butir pigmen yang berada didalam kloroplast) yang umumnya pigmen klorofil dominan berwarna hijau rumput dan umumnya bercahaya; makanan cadangan adalah tepung yang terdapat di dalam pyrenoid; dinding sel ada dan sangat jelas terbuat dari bahan selulosa dan pektosa.

Cyanophyceae (Algae biru)

Tubuh uniseluler, koloni berbentuk filamen dengan cabang-cabang palsu atau tidak bercabang; tidak memiliki kloroplas; makanan cadangan diperkirakan adalah glikogen dan sejenis tepung floridean; dinding sel tipis (membran) yang terbungkus lagi oleh material berlendir (matriks) yang terletak di luar dinding sel; sering mengandung vakuola-vakuola palsu (pseudovacuola) yang membiaskan sinar, sehingga menjadikan sel-sel berwarna-warni.

Coliophora

Ciliophora merupakan protista bersel satu yang permukaan tubuhnya ditumbuhi rambut getar. Ciliophora merupakan hewan yang bergerak dengan menggunakan alat bantu rambut getar (silia) yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ciliophora hidup bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun air laut. Ciliophora dapat hidup secara baik parasit maupun simbiosis.

Monogononta (Cladocera)

Panjang 0,2-0,3 mm, segmen tidak jelas, pada umumnya bagian tubuh (toraks dan abdomen) tertutup oleh sebuah kulit luar atau karapas yang tampak seperti dua tutup (bivalve), namun sebenarnya adalah selembar kulit yang melipat dan terbuka secara ventral (terbuka kearah perut). Biasanya terdapat sebuah duri kecil (spinula) pada ujung bagian belakang tubuhnya. Spesies-spesies yang limnetik (hidup di danau dan air tawar) biasanya berwarna cerah dan tembus cahaya, sementara spesies-spesies yang hidup di kolam, litoral, dan di dasar perairan biasanya berwarna lebih gelap, berkisar mulai dari coklat kekuningan cerah sampai coklat kemerahan, keabu-abuan, atau gelap sekali.

4.1.3 Jenis Makanan Ikan Puntius binotatus Jantan dan Betina Berdasarkan Stasiun Penelitian

Jenis organisme yang ditemukan di dalam usus ikan pada masing-masing stasiun tidak berbeda (Tabel 4.3). Pada stasiun 1, 2 dan 3 yang ditemukan didalam usus ikan keperas betina adalah kelompok organisme jenis Bacillariophyceae (66,93%) diikuti dengan Chlorophyceae, Monogononta, Ciliophora, Cyanophyceae dan detritus. Pada kelompok ikan jantan di stasiun 1 ditemukan organisme yang dominan adalah dari jenis Chlorophyceae (41,90%), diikuti dengan Bacillariophyceae, Ciliophora, Detritus, Monogononta, dan terendah Cyanophyceae, sementara stasiun 2 dan 3 di dominasi oleh kelompok organisme Bacillariophyceae (56,46%), diikuti dengan Chlorophyceae, Monogononta, Ciliophora, Detritus dan Cyanophyceae. Perbedaan variasi makanan disebabkan oleh faktor pakan alami yang tersedian di alam, dari hasil pengamatan diperoleh bahwa jenis Bacillariophyceae merupakan kelompok yang

dominan ditemukan di alam, sementara jenis Cyanophyceae merupakan kelompok yang lebih sedikit di temukan di alam. Variasi komposisi organisme makanan tergantung pada kondisi perairan disetiap stasiun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) yang menyatakan bahwa adanya makanan dalam perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik, ditentukan pula oleh kondisi abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.

Makanan merupakan faktor penentu bagi jumlah populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan (Lagler, 1961). Effendie (2002), mengatakan bahwa makanan merupakan salah satu faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kelimpahan makanan di dalam suatu perairan selalu berfluktuasi dan hal ini disebabkan oleh daur hidup, iklim dan kondisi lingkungan. Menurut Lagler et al., (1977), pengetahuan mengenai makanan suatu jenis ikan dapat digunakan untuk mengetahui kedudukan ikan tersebut, sebagai predator atau kompetitor, serta makanan utama dan makanan tambahan ikan tersebut.

Tabel 4.3 Nilai Indeks Preponderance (IP) ikan keperas (P. binotatus) Betina dan Jantan Berdasarkan Stasiun Penelitian

No Jenis Organisme Makanan Indeks Preponderance (%) Betina Jantan St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 Fitoplankton 1 Bacillariophyceae 62,6962 66,9346 57,7961 33,0584 56,4623 49,5299 2 Chlorophyceae 29,4594 21,4042 22,9350 41,9041 25,5985 26,7492 3 Cyanophyceae 2,6491 0,4081 3,0650 4,5520 2,0413 2,7623 Zooplankton 4 Ciliophora 1,2950 5,5154 6,2195 7,5866 4,7455 5,9770 5 Monogononta 2,8586 2,7565 8,6211 5,4560 8,6752 11,8483 6 Detritus 1,0416 2,9811 1,3634 7,4429 2,4772 3,1332 Keterangan : St = Stasiun

Keseluruhan dari 6 kelompok organisme makanan terdapat di setiap stasiun dan di setiap ikan baik jantan maupun betina. Namun tingkat kesukaan terhadap makanan itu berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa ikan cenderung mencari makan pada daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukainya (Nikolsky, 1963). Perbedaan strategi makanan ditentukan kebiasaan dalam

memanfaatkan dan memilih makanan dan ketersediaan makanan di perairan (Hinz et al., 2005), jenis kelamin dan perbedaan tingkat aktivitas (Garcia & Geraldi, 2005).

Tabel 4.4. Nilai Indeks Preponderance (IP) ikan keperas (P. binotatus) Seluruh Stasiun Penelitian

No Jenis Organisme

Makanan

Indeks Preponderance (%)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Fitoplankton 1 Bacillariophyceae 56,1185 58,1351 52,8633 2 Chlorophyceae 26,9475 22,2894 23,3692 3 Cyanophyceae 3,5150 2,4085 3,6826 Zooplankton 4 Ciliophora 4,0307 5,3531 6,1947 5 Monogononta 4,2089 6,0902 9,3889 6 Detritus 5,1796 5,7236 4,5013

Secara umum dapat dilihat bahwa jenis makanan ikan keperas pada setiap stasiun tidak berbeda jauh yaitu terdiri dari kelompok organisme Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Monogononta, Detritus, Ciliophora, dan Cyanophyceae (Tabel 4.4). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan utama bagi ikan keperas adalah organisme kelompok Bacillariophyceae, dan sebagai makanan pelengkap adalah Chlorophyceae, Monogononta, Detritus, Ciliophora, dan makanan tambahan adalah dari jenis Cyanophyceae. Hal ini sesuai dengan pakan alami yang terdapat di alam, bahwa organisme jenis Bacillariophyceae merupakan jenis yang dominan terdapat di alam, sementara jenis yang lebih sedikit ditemukan adalah organisme jenis Cyanophyceae. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie, (1997) bahwa suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanannya, ikan tersebut dapat bertahan hidup jika terdapat jenis makanan yang disukainya. Jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya bergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran, umur, musim serta habitat hidupnya. Menurut Nykolsky (1963), ikan cenderung mencari makan pada daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukainya. Dari hasil pengukuran faktor fisik kimia di setiap stasiun penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara stasiun penelitian tersebut. Hasil pengukuran tersebut masih cocok untuk kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut, baik ikan maupun biota air lainnya.

Urutan kebiasaan makanan ikan terdiri atas: (1) makanan utama, yaitu makanan yang biasa dimakan dalam jumlah yang banyak; (2) makanan sekunder, yaitu makanan yang biasa dimakan dan ditemukan dalam ususnya dalam jumlah yang lebih sedikit; (3) makanan insidental, yaitu makanan yang terdapat pada saluran pencernaan dengan jumlah yang sangat sedikit; serta (4) makanan pengganti, yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia (Nikolsky, 1963). Menurut Roberts (1989), ikan keperas memakan zooplankton, larva serangga, dan akar beberapa jenis tanaman. Hasil penelitian Rahardjo (1987) di Rawa Bening menjelaskan bahwa ikan ini sangat menyukai detritus, selain memakan phytoplankton dan zooplankton serta larva serangga.

4.2 Indeks Pilihan Ikan Keperas (Puntius binotatus) Terhadap Suatu Jenis Makanan

Indeks pilihan merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan (Tabel 4.5). Indeks pilihan ikan keperas terhadap suatu jenis makanan tertera pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.5. Jenis Organisme Makanan yang Terdapat di Alam dan di Lambung/Usus Ikan Keperas (Puntius binotatus)

NO Jenis Organisme

Makanan

Terdapat di Alam

(ind/L) Terdapat di Lambung dan Usus Ikan

St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 B J B J B J Fitoplankton 1 Bacillariophyceae 3150 1650 850 342 129 360 262 480 196 2 Chlorophyceae 2100 1400 1750 162 65 120 121 191 107 3 Cyanophyceae 150 300 0 20 9 10 15 33 15 Zooplankton 4 Ciliophora 50 300 100 19 15 35 28 51 27 5 Monogononta 350 350 150 22 14 18 44 73 47 TOTAL 5800 4000 2850 565 232 543 470 828 392 Keterangan : St = Stasiun B = Betina J = Jantan

Hasil pengamatan terhadap organisme makanan yang terdapat di alam dengan organisme yang terdapat di lambung dan usus diperoleh bahwa organisme jenis Bacillariophyceae adalah organisme yang ditemukan lebih dominan baik di alam maupun di lambung dan usus ikan keperas. Faktor yang menyebabkan organisme Bacillariophyceae ditemukan melimpah selain karena bereproduksi secara seksual dan aseksual, di dukung juga oleh faktor fisik kimia lingkungan yang masaih mendukung bagi kehidupan organisme tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ikan keperas lebih memilih organisme jenis Bacillariophyceae sebagai makanan utamanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie, (1997) bahwa suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan makanannya, ikan tersebut dapat bertahan hidup jika terdapat jenis makanan yang disukainya. Jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya bergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran, umur, musim serta habitat hidupnya. Menurut Welcomme (2001), jenis makanan yang akan dimakan oleh ikan tergantung ketersediaan jenis makanan di alam, dan juga adaptasi fisiologis ikan tersebut misalnya panjang usus, sifat dan kondisi fisiologis pencernaan, bentuk gigi dan tulang faringeal, bentuk tubuh dan tingkah lakunya.

Tabel 4.6. Indeks Pilihan Ikan keperas (P. binotatus) Terhadap Suatu Jenis Makanan

No. Jenis Organisme

Makanan

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

Fitoplankton 1 Bacillariophyceae -0,8041 -0,9213 -0,6418 -0,7259 -0,2782 -0,6252 2 Chlorophyceae -0,8568 -0,9400 -0,8421 -0,8409 -0,8032 -0,8848 3 Cyanophyceae -0,7647 -0,8868 -0,9355 -0,9048 1 1 Zooplankton 4 Ciliophora -0,4493 -0,5385 -0,7910 -0,8293 -0,3245 -0,5748 5 Monogononta -0,8817 -0,9231 -0,9022 -0,7766 -0,3453 -0,5228

Berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan Effendie (1997), bahwa nilai indeks pilihan makanan (E) berkisar antara +1 sampai -1, dimana nilai 0<E<1, berarti pakan digemari, -1<E<0 pakan tersebut tidak digemari, dan nilai E = 0 berarti tidak ada seleksi ikan terhadap pakannya. Dari hasil perhitungan nilai indeks pilihan makanan sesuai dengan kriteria diatas, maka pakan yang terdapat di stasiun 1 dan stasiun 2 tidak digemari oleh ikan keperas, sementara pada stasiun 3 pakan yang

digemari oleh ikan keperas adalah organisme Cyanophyceae. Pada stasiun 3 organisme Cyanophyceae tidak ditemukan di alam, sementara ditemukan di usus ikan keperas, hal ini dikarenakan oleh sifat ikan yang bergerak bebas dan tingkah laku ikan yang hidup diperairan berarus lebih aktif berenang, sehingga pergerakan ikan tersebut lebih luas dalam mencari makanan. Menurut Effendie (1997), penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya sangat relatif. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah penyebaran organisme makanan ikan, ketersediaan makanan, pilihan ikan terhadap makanannya serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan.

Ikan memakan makanan yang tersedia di sekitarnya ataupun mencerna makanan tersebut dengan baik. Faktor-faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenis organisme makanan oleh ikan antara lain: (1) ukuran makanan, (2) ketersediaan makanan, (3) warna makanan, dan (4) selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu spesies ikan tergantung kepada kebiasaan makanan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan, serta suhu air, juga kondisi umum dari spesies ikan tersebut (Beckman, 1962).

Dokumen terkait