• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Musik ………………………………………………………..2 1

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Produktivitas Kerja Karyawan

3. Jenis Musik ………………………………………………………..2 1

Menurut Munandar (2006), musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin, dan monoton. Banyak yang berpendapat bahwa musik yang mengiringi kerja dapat meningkatkan produktivitas karyawannya.

Menurut Fox (dalam Oborne, 1995), musik dalam setting pekerjaan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Background Music

Background music tidak sama dengan noise. Noise merupakan

suara yang tidak diinginkan dan cenderung mengganggu pekerjaan. Sedangkan background music justru sebaliknya. Background music

cenderung sering dicari dan dinikmati oleh para pekerja (Oborne, 1995).

Musik mulai diperdengarkan pada tahun 1940 dibanyak perusahaan di Amerika Serikat sebagai latar belakang pada karyawan bekerja (Munandar, 2006). Schultz (dalam Munandar, 2006) mengemukakan bahwa musik sebagai latar belakang akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan. Dengan adanya musik pengiring kerja, perasaan bosan dan ketidakpuasan yang dialami tenaga kerja dapat dikurangi sehingga produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan (Sumihardi, 2000). Pada umumnya, para pekerja senang mendengarkan musik yang mengiringi kerja mereka selama berjam-jam bekerja. Mayoritas pekerja menghendaki agar diperdengarkan musik selama berjam-jam secara terus menerus tanpa henti saat bekerja.

Background music diartikan sebagai jenis musik yang sepanjang

hari muncul, seperti musik yang sering didengar dalam toko dan supermarket. Background music sangat populer di hotel, restoran, kantor, bank, dan toko karena dapat membuat konsumen tinggal lebih lama (Bitner dalam Shih et al., 2009). Background music juga sering digunakan dalam rumah sakit sebagai stimulus akustik atau

acoustic wallpaper (Oborne, 1995).

Sulit untuk mengukur pengaruh background music dalam keadaan yang sebenarnya karena pengaruh kinerja yang lain juga

sering muncul. Sehingga background music tidak hanya dapat memengaruhi perhatian dan kewaspadaan karyawan, akan tetapi juga perasaan dan kepuasan pekerja. Menurut Oborne (1995), pengaruh dari background music dapat terlihat dari pengurangan

ketidakhadiran karyawan, managemen waktu, dan turnover sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan produktivitas kerja.

b. Industrial Music

Industrial music menurut Fox (dalam Oborne, 1995),

merupakan jenis musik yang muncul pada waktu-waktu tertentu saja, misalnya pada awal pekerjaan, pertengahan, dan akhir pekerjaan.

Industrial music tidak diputar sepanjang hari, melainkan hanya pada

periode tertentu yang telah ditentukan.

Pada tahun 1945, Benson membuat program industrial music untuk perusahaan di Amerika Serikat dengan musik diputar selama jam kerja, awal kerja, dan waktu istirahat makan siang (McGehee & Gardner, 1949). Kemudian McGehee & Gardner (1949) membuat program industrial music yang mengacu pada program industrial

music yang dibuat oleh Benson, yaitu musik yang diputar saat awal

kerja, akhir kerja, dan istirahat makan siang. Menurut Oborne (1995) program industrial music dibuat untuk meningkatkan arousal pekerja. Jadi, industrial music dibuat pada waktu-waktu ketika

Penelitian tentang pengaruh industrial music terhadap produktivitas kerja dilakukan oleh Fox pada tahun 1971 dan 1983 dengan setting laboratorium dan setting industri (Oborne, 1995). Dalam setting laboratorium, subyek mengalami peningkatan performansi kerja. Sedangkan dalam setting industri, subyek menunjukkan pengurangan kesalahan, pengurangan turnover, manajemen waktu yang lebih baik, serta meningkatkan kualitas output dan kualitas produksi.

4. Fungsi dan Manfaat Musik

Menurut Banoe (2013), musik mempunyai beberapa fungsi yang bersifat:

a. Psikologis, bahwa seorang yang mendengar musik akan dapat terpengaruh jiwanya yang berarti dapat berfantasi, mengingat suatu kejadian yang telah lau, memikirkan, berasosiasi, mereproduksi dan memproduksi sesuatu.

b. Pedagogis, yaitu musik dapat bersifat mendidik sehingga musik dapat merupakan katarsis atau pembersihan jiwa manusia.

c. Sosiologis, bahwa musik berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti berlayar sambil bernyanyi, bekerja, menumbuk padi, radio, dll.

d. Kultural, yaitu bahwa musik sendiri dapat membangun budaya baru melalui proses akulturasi yang tidak lepas dari 3 dimensi hidup yakni masa dulu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

Menurut Campbell (dalam Dewi, 2009), musik memiliki beberapa manfaat, yaitu: (1) Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan; (2) Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak; (3) Musik mempengaruhi pernapasan; (4) Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah; (5) Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh; (6) Musik juga mempengaruhi suhu badan; (7) Musik dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres; (8) Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) Musik mengubah persepsi kita tentang waktu; (10) Musik dapat meningkatkan produktivitas; (11) Musik meningkatkan asmara dan seksualitas; (12) Musik merangsang pencernaan; (13) Musik meningkatkan daya tahan; (14) Musik meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme; dan (15) Musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera.

5. Teori tentang Musik

Packalen (2008) dalam tulisannya yang berjudul Music, Emotions,

and Truth, menerangkan bahwa ada tiga teori yang dapat menjelaskan

tentang musik dan emosi, yaitu arousal theories, cognitivist theories, dan symbol theories.

a. Arousal theories

Dasar dari arousal theories yaitu bahwa musik memiliki sifat yang mampu membangkitkan emosi dan perasaan pendengarnya (Packalen, 2008). Arousal adalah keadaan emosi seseorang yang berkaitan dengan gairah, nafsu, semangat, termotivasi, atau kebangkitan. Jadi, arousal dapat bergerak dari keadaan yang penuh semangat, gairah, atau kebangkitan, sampai pada keadaan sebaliknya yakni tidak bersemangat tidak bergairah sama sekali atau malas.

b. Cognitivist theories

Dalam cognitivist theories, ekspresi terhadap musik dijelaskan sebagai pengalaman kesamaan antara musik dan ekspresi emosi manusia (Packalen, 2008). Jadi, musik sebagai ekspresi emosi manusia mempunyai sifat yang dalam beberapa cara mengingatkan manusia terhadap ekspresi emosinya, bukan untuk membangkitkan emosi dan perasaan manusia.

c. Symbol theories

Dalam symbol theories, jika musik memiliki konten emosional, konten tersebut merupakan simbol; musik bukanlah penyebab atau penghilang perasaan, akan tetapi merupakan ekspresi yang logis (Packalen, 2008).

6. Pengaruh Musik

Musik dapat berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, antara lain aspek fisiologi, aspek biokimia-imunologi, dan aspek psikologi.

a. Aspek fisiologi

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) menunjukkan bahwa musik berpengaruh secara signifikan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan aktivitas latihan fisik. Beberapa aspek fisik yang dihubungkan dengan musik antara lain denyut jantung, nilai power-output tertentu, running task, dan kadar asam laktat. Musik juga dapat mempengaruhi pernapasan, denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot, memperbaiki koordinasi tubuh, memperkuat ingatan, suhu tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress (Musbikin, 2009).

b. Aspek biokimia-imunologi

Yeh et al (dalam Putra, 2014) dengan penelitiannya mengenai efek latihan dengan musik terhadap imunitas pada subyek wanita paruh baya mendapatkan hasil bahwa latihan dengan musik meningkatkan fungsi limfosit pada sampel subyek tersebut. Dilihat dari aspek biokimia dan imunologi, terdapat beberapa variabel yang diteliti seperti kadar hormon testosteron, vasopressin, dan aldosteron sebagai penanda

keadaan stress dan fungsi limfosit sebagai penanda kekebalan tubuh. Kondisi mendengarkan musik yang tidak menyenangkan terbukti merangsang kecemasan. Konsentrasi hormon testosteron, vasopressin, dan aldosteron sedikit meningkat sebagai respon terhadap stress dan peningkatan kecemasan. c. Aspek psikologi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lesiuk (2005) dalam studi tentang performansi kerja menunjukkan bahwa musik secara signifikan berpengaruh terhadap suasana hati/ mood (state positive effect) dan waktu dalam bekerja. Ketika musik dimainkan, suasana hati/ mood dan emosi akan ikut terangkat

(Kaufmann, dalam Shih et al, 2009). Suma’mur (dalam

Puspitaratna & Dwiyanti, 2013) menyatakan bahwa musik pengiring kerja mempunyai efek stimulus terhadap tenaga kerja sehingga tenaga kerja dapat lebih bergairah dan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Musik juga dapat berpengaruh terhadap emosi, membuat seseorang merasa senang atau sedih (Mori, Naghsh, dan Tezuka, 2014).

C. Pengaruh Background Music dan Industrial Music Terhadap

Dokumen terkait