• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran produktivitas kerja karyawan ………………………...1 1

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Produktivitas Kerja Karyawan

2. Pengukuran produktivitas kerja karyawan ………………………...1 1

Pengukuran produktivitas kerja penting dilakukan oleh suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan melakukan pengukuran produktivitas kerja, karyawan dan perusahaan dapat mengetahui kekurangan serta kelemahan yang ada. Simamora (dalam Setyawan,

2004) menjelaskan bahwa ada dua tujuan penilaian produktivitas kerja, yaitu penilaian yang bersifat umum, yaitu untuk menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan produktivitas kerja; dan penilaian yang bersifat khusus, yaitu untuk tujuan evaluatif dan untuk tujuan pengembangan karir karyawan.

Menurut Maier (dalam Susiyatri, 2004) untuk memudahkan dalam pengukuran produktivitas kerja, pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Pekerjaan produksi, yang hasilnya dapat langsung dihitung dan mutunya dapat dinilai melalui pengujian hasil sehingga standar yang obyektif dapat dibuat secara kuantitatif.

b. Pekerjaan non-produksi, yang hasilnya dapat diperoleh melalui pertimbangan-pertimbangan subyektif, misalnya penilaian atasan, teman, atau diri sendiri. Menurut Siagian (dalam Setyawan, 2004), penilaian produktivitas pada jenis pekerjaan non-produksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Metode checklist

Dalam metode ini digunakan formulir isian yang mengandung nama pegawai yang dinilai, bagian dimana pegawai bekerja, nama dan jabatan penilai, tanggal penilaian yang dilakukan, faktor-faktor yang dinilai antara lain jam kerja yang digunakan, unit produk yang dihasilkan, dan jumlah bahan baku yang dipakai.

2) Metode skala peringkat

Metode ini dapat mengurangi subyektivitas penilaian karena penilaiannya oleh karyawan yang bersangkutan, rekan kerja, dan atasan langsung.

Menurut Ravianto (1987), pengukuran produktivitas kerja karyawan pada umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan keluaran (barang dan jasa) terhadap satu atau lebih dari masukan (tenaga kerja, modal, energy, dsb) yang menghasilkan keluaran tersebut. Secara lebih spesifik, produktivitas kerja adalah volume barang atau jasa yang sebenarnya dihasilkan secara fisik dibagi dengan volume masukan yang sebenarnya secara fisik pula.

Selanjutnya Ravianto (1987) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas yang paling sering digunakan adalah keluaran per unit tenaga kerja. Perhitungan dapat berupa keluaran per orang, atau per jam kerja, per hari, per minggu, per tahun, atau per jumlah jam kerja. Dapat pula meliputi jumlah jam yang digunakan seluruh tenaga kerja serta ada pula yang dihitung per pekerja secara terbatas saja.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan karyawan bagian produksi. Pengukuran produktivitas kerja karyawan yang dimaksud adalah pengukuran kemampuan karyawan dalam menghasilkan barang atau jasa dalam proses produksi dalam waktu tertentu yang hasilnya dapat dihitung secara langsung, yaitu keluaran per unit tenaga kerja dan

mutunya dapat dinilai melalui pengujian hasil, sehingga standar yang obyektif dapat dibuat secara kuantitatif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu. Wignjosoebroto (2008) menyebut faktor tersebut sebagai faktor manusia, yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Faktor tersebut meliputi motivasi kerja, disiplin kerja, ketrampilan kerja, sikap/ etika kerja, gizi dan kesehatan karyawan serta latar belakang kebudayaan dan pendidikan.

1) Motivasi kerja

Motivas kerja adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kagiatan atau gerakan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan (Machrany, dalam Ravianto, 1985).

2) Disiplin kerja

Disiplin tenaga kerja atau karyawan sangat erat hubungannya dengan motivasi kegairahan atau semangat kerja. Menurut Mangkuprawira (2007), karyawan yang lebih senang dengan waktu santai dan etos kerja kurang juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja yang rendah.

3) Ketrampilan kerja

Ketrampilan kerja sangat dibutuhkan untuk menunjang produktivitas kerja karyawan. Syarif (dalam Ratrinawati, 2004) menjelaskan bahwa produktivitas individu tergantung pada ketrampilan kerjanya.

4) Sikap/ etika kerja

Etika dalam bekerja sangat penting karena dengan tercapainya hubungan yang selaras dan serasi serta seimbang antara perilaku dalam proses produksi tentunya akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan (Susiyatri, 2004). 5) Gizi dan kesehatan

Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya. 6) Latar belakang pendidikan

Pendidikan dan pelatihan menambah pengetahuan dan ketrampilan kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu atau faktor situasional. Faktor eksternal meliputi lingkungan kerja, kebijaksanaan pemerintah, lingkungan internasional, dan umpan balik.

1) Lingkungan kerja, dibagi menjadi dua yaitu,

a) Lingkungan kerja fisik, meliputi penerangan/ iluminasi, warna, kebisingan/ noise, dan musik dalam bekerja.

i. Penerangan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penerangan yaitu kadar cahaya, distribusi cahaya, dan sinar yang menyilaukan.

ii. Warna

Penggunaan warna pada ruangan dan peralatan kerja dapat digunakan sebagai upaya menghindari timbulnya ketegangan mata, sebagai alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan kerja yang memiliki efek psikologis, dan dapat sebagai alat sandi atau sebagai alat cipta kontras warna.

iii. Kebisingan

Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak diinginkan, mengganggu, dan

menjengkelkan. Bising merupakan bunyi yang tidak memiliki hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.

iv. Musik dalam bekerja

Berbeda dengan bising, musik cenderung dicari dan diingankan oleh para pekerja. Para pekerja berpendapat bahwa musik yang mengiringi kerja dapat membuat perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja (Munandar, 2006).

b) Lingkungan kerja non-fisik, lebih mengarah pada suasana mental pekerja pada saat bekerja.

2) Kebijakan pemerintah, meliputi kondisi ekonomi dan perdagangan, struktur sosial dan politik, struktur industri, tujuan pengembangan jangka panjang, pengakuan/ pengesahan, kebijakan ekonomi pemerintah, kebijakan tenaga kerja, dll. 3) Lingkungan internasional meliputi kondisi perdagangan dunia,

masalah perdagangan internasional, dll.

4) Umpan balik yaitu informasi yang ada pada hubungan timbal balik masukan dan hasil dalam perusahaan. Dengan kata lain, umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi.

B. Musik

1. Pengertian Musik

Musik diartikan sebagai ilmu atau seni menyusun nada atau suara dengan urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan). Musik dikatakan ilmu karena selain dapat dinikmati, musik juga dapat dipelajari oleh manusia (Djohan, 2009).

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan musik sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang mengunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Bernstein & Picker (dalam Pendit, 2005) mengartikan musik sebagai suara-suara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni serta dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada pendengarnya.

Menurut Jamalus (1988), musik adalah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/ struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Musik merupakan hasil karya karena menurut Djohan (2009), pada hakekatnya musik adalah produk pikiran. Respon terhadap musik terjadi dari proses kognitif yang menyertakan emosi dalam wujud perilakunya.

Musik adalah bentuk konkret perilaku manusia yang unik dan saling pengaruh-memengaruhi (Djohan, 2009). Musik dapat mempengaruhi hidup pikiran dan hidup perasaan pendengarnya. Musik sanggup membuat pendengarnya merasakan emosi tertentu seperti terharu, gembira, takut, gelisah, tenang, atau bahkan geli. Musik juga dapat meredam stress atau depresi.

Dari uraian berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa musik merupakan hasil karya seni yang diwujudkan dalam serangkaian nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan irama dan lagu.

Dokumen terkait