THE EFFECT OF BACKGROUND MUSIC AND INDUSTRIAL MUSIC ON EMPLOYEES’ PRODUCTIVITY
Yoannes Chrysostomus Awang A. W.
ABSTRACT
This Quasi-experimental research with pretest posttest design method aims to determine the effect of background music and industrial music on employee productivity. The study hypothesis was that the background music and industrial music significantly influence employee productivity. The subjects were 30 employees in the field of industrial production broom fibers in Kulon Progo which consisted of 16 men and 14 women aged 20 to 40 years old. The data collection was done by collecting data recording/ records in the form of the number of products produced during the time of the study. Through difference test using Paired Sample t-test, t value obtained at -10.352 with a value of p=0.000 (p≤0,05) on background music hypothesis testing. Based on the difference of using the Wilcoxon test, the Z value obtained at -3.412 with p=0.001 (p≤0,05) on industrial music hypothesis testing. In conclusion, background music and industrial music significantly influence employee productivity.
PENGARUH BACKGROUND MUSIC DAN INDUSTRIAL MUSIC TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
Yoannes Chrysostomus Awang A. W. ABSTRAK
Penelitian kuasi eksperimen dengan metode pretest posttest design ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh background music dan industrial music terhadap produktivitas kerja karyawan. Hipotesis penelitian yaitu background
music dan industrial music berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas
kerja karyawan. Subjek penelitian adalah 30 orang karyawan bidang produksi industri sapu ijuk di Kulon Progo yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 14 orang perempuan yang berusia 20 tahun sampai dengan 40 tahun. Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data hasil rekaman/ catatan yang yang berupa jumlah produk yang dihasilkan selama waktu pelaksanaan penelitian. Melalui uji perbedaan menggunakan Paired Sample t-test, diperoleh nilai t sebesar -10.352
dengan nilai p = 0,000 (p≤0,05) pada uji hipotesis background music. Berdasarkan uji perbedaan menggunakan Wilcoxon, diperoleh nilai Z sebesar -3,412 dengan nilai p = 0,001 (p≤0,05) pada uji hipotesis industrial music. Kesimpulannya background
music dan industrial music berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas
kerja karyawan.
i
PENGARUH BACKGROUND MUSIC DAN INDUSTRIAL
MUSIC
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
YOANNES CHRYSOSTOMUS AWANG ADHY WIBOWO NIM: 119114149
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
“
Percayalah terang akan datang
disaat yang tidak terduga.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“
Aku persembahkan untuk
Dia yang mengajarkanku kasih
dan
vii
PENGARUH BACKGROUND MUSIC DAN INDUSTRIAL MUSIC TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
Yoannes Chrysostomus Awang A. W. ABSTRAK
Penelitian kuasi eksperimen dengan metode pretest posttest design ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh background music dan industrial music terhadap produktivitas kerja karyawan. Hipotesis penelitian yaitu background
music dan industrial music berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas
kerja karyawan. Subjek penelitian adalah 30 orang karyawan bidang produksi industri sapu ijuk di Kulon Progo yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 14 orang perempuan yang berusia 20 tahun sampai dengan 40 tahun. Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data hasil rekaman/ catatan yang yang berupa jumlah produk yang dihasilkan selama waktu pelaksanaan penelitian. Melalui uji perbedaan menggunakan Paired Sample t-test, diperoleh nilai t sebesar -10.352
dengan nilai p = 0,000 (p≤0,05) pada uji hipotesis background music. Berdasarkan uji perbedaan menggunakan Wilcoxon, diperoleh nilai Z sebesar -3,412 dengan nilai p = 0,001 (p≤0,05) pada uji hipotesis industrial music. Kesimpulannya
background music dan industrial music berpengaruh secara signifikan terhadap
produktivitas kerja karyawan.
viii
THE EFFECT OF BACKGROUND MUSIC AND INDUSTRIAL MUSIC ON EMPLOYEES’ PRODUCTIVITY
Yoannes Chrysostomus Awang A. W.
ABSTRACT
This Quasi-experimental research with pretest posttest design method aims to determine the effect of background music and industrial music on employee productivity. The study hypothesis was that the background music and industrial music significantly influence employee productivity. The subjects were 30 employees in the field of industrial production broom fibers in Kulon Progo which consisted of 16 men and 14 women aged 20 to 40 years old. The data collection was done by collecting data recording/ records in the form of the number of products produced during the time of the study. Through difference test using Paired Sample t-test, t value obtained at -10.352 with a value of p=0.000 (p≤0,05) on background music hypothesis testing. Based on the difference of using the Wilcoxon test, the Z value obtained at -3.412 with p=0.001 (p≤0,05) on industrial music hypothesis testing. In conclusion, background music and industrial music significantly influence employee productivity.
x
KATA PENGANTAR
Berangkat dari kecintaan penulis terhadap musik serta keinginan penulis
untuk mengembangkan musik kedalam ranah ilmu psikologi, maka terciptalah
karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Background Music dan Industrial Music
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan”. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat
berguna dan menjadi bahan pembelajaran serta bekal untuk langkah penulis
selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya ilmiah ini penulis
tidak sendiri. Tentunya banyak dukungan dari orang lain. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Rock ‘n Roll yang telah memberkati dan melimpahkan
kehidupan. Thanks God!
2. Pak Priyo selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
3. Pak Eddy selaku Kaprodi Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Pak Eddy selaku dosen pembimbing akademik. Tidak lupa juga kepada
Pak Adi Wijoyo selaku dosen pembimbing akademik yang sebelumnya.
5. Mbak Etta’ selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar melayani
dan mendengarkan keluh kesah selama proses penulisan skripsi ini.
6. Ibuk dan Bapak yang dengan segala-galanya memberikan dukungan yang
xi
7. Terimakasih juga untuk Dani dan Tika yang tidak henti-hentinya
memberikan semangat.
8. Seluruh subyek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu
mengikuti rangkaian penelitian dari awal hingga akhir.
9. MITRA SARI CEMPOL yang telah mengijinkan dan memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian serta membantu dalam proses
penelitian.
10.Bapak Markus Aris Rahmadi selaku pimpinan MITRA SARI CEMPOL
yang telah mengijinkan dan memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian serta membantu dalam proses penelitian.
11.Martha Veronica Sihombing, my MVS, my everythings. I can’t say
anything or bring you something. Love you so much~
12.Cah-cah kantin psikologi yang selalu menghibur. Kalian tetap punk!
13.Teman-teman Psikologi 2011, teman seperjuangan.
14.Teman-teman satu pembimbing, Bendot, Lia, Ayik, dan teman-teman lain
yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Tetap semangat!
15.ANTSC. CLOTHING EST 2016 MAKE TSHIRT NOT WAR!
16.Semua orang yang selalu ada, mendukung, mendoakan, dan membantu
penulis untuk menyelesaikan tuntutan ini yang tidak dapat penulis
xii
Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini tidaklah sempurna. Maka dari itu
penulis perlu mendapatkan saran dan masukan agar menjadi semakin baik dan
bermanfaat. Penulis sangat terbuka dan menerima dengan senang hati segala kritik
dan saran yang sifatnya membangun penelitian ini.
Yogyakarta,
xiii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...vi
ABSTRAK ………vii
ABSTRACT ………...viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………..ix
KATA PENGANTAR ………x
A. Produktivitas Kerja Karyawan ………....9
1. Pengertian produktivias kerja karyawan ………9
2. Pengukuran produktivitas kerja karyawan ………...11 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan ...14
a. Faktor Internal ………...14
xiv
b. Cognitivist theories ………26 c. Symbol theories ………..26 6. Pengaruh Musik ………...27
a. Aspek fisiologi ………...27
b. Aspek biokimia-imunologi ………27 c. Aspek psikologi ……….28
xv
3. Langkah-langkah penelitian ………...41
G. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………42 H. Validitas Penelitian ………...42 I. Metode Analisis Data ………...44 1. Uji Asumsi ………..44 2. Uji Hipotesis ………...44 BAB IV. Hasil dan Pembahasan ………...45
A. Pelaksanaan Penelitian ……….45
B. Deskripsi Subyek Penelitian ……….46
C. Hasil Penelitian ……….46
BAB V. Kesimpulan dan Saran ………54
A. Kesimpulan ………...54
B. Saran ……….54
DAFTAR PUSTAKA ………...55
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema pengaruh background music dan industrial music terhadap
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pretest and Posttest Design ……….36
Tabel 3.2. Daftar Lagu yang Diputar ………39 Tabel 3.3. Waktu Pemutaran Musik ………..41
Tabel 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian ………46
Tabel 4.2. Uji Normalitas Background Music dan Industrial Music ………47
Tabel 4.3. Uji Hipotesis Background Music ……….48
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed consent ………..59
Lampiran 2. Penilaian Rater ………..60
Lampiran 3. Hasil penelitian ……….61
Lampiran 4. Hasil uji normalitas ………...62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produktivitas kerja menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan
keberhasilan sebuah perusahaan. Semakin tinggi produktivias kerja
karyawannya, maka semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poniman dan Yayan (2015)
yaitu bahwa tingkat produktivitas yang bisa diraih oleh perusahaan akan
sangat menentukan tinggi rendahnya keuntungan perusahaan tersebut.
Menurut Sulistiyani dan Rosidah (dalam Puspita, dkk, 2015),
produktivitas menyangkut hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang
diperoleh didalam proses produksi. Dalam perspektif normatif,
Mangkuprawira (2007) menjelaskan produktivitas adalah jika hari ini
karyawan bekerja lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik
daripada sekarang. Mangkuprawira (2007) menyatakan bahwa produktivitas
sering kali dikaitkan dengan efektivitas dan efisiensi. Atau dengan kata lain,
produktivitas biasanya diidentifikasi sebagai rasio antara input dan output
suatu proses produksi dalam periode tertentu. Menurut Wignjosoebroto
(dalam Puspitaratna & Dwiyanti, 2013), sebagai ukuran efisiensi/
produktivitas kerja manusia, maka rasio tersebut umumnya berbentuk
dikontribusikan sebagai sumber masukan dengan rupiah atau unit produksi
lainnya sebagai dimensi tolak ukurnya.
Pada kenyataannya, perusahaan tidak selalu mendapat produktivitas
kerja karyawan yang tinggi. Tidak sedikit perusahaan yang mengalami
penurunan produktivitas kerja. Seperti yang dikeluhkan oleh Ketua Dewan
Penasihat Asosiasi Persepatuan Indonesia (API), Harjanto, yang
mengungkapkan bahwa kenaikan upah pekerja selama ini tidak berbanding
lurus dengan produktivitas mereka (dikutip dari Liputan6.com 17 Februari 2015). Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian
Perindustrian (Kemenperin), Imam Haryono, mengungkapkan bahwa
tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah jika dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan
Thailand sehingga menjadi kelemahan sumber daya manusia industri
Indonesia (dikutip dari Liputan6.com tanggal 17 Februari 2015).
Menurut Wignjosoebroto (2008), pada hakikatnya produktivitas kerja
ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu (1) faktor teknis, yaitu faktor yang
berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara
lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien,
lingkungan kerja yang mendukung, dan atau penggunaan bahan baku yang
lebih ekonomis, dan (2) faktor manusia, yaitu faktor yang mempunyai
pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam
menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya yang
(ability) dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang
merupakan pendorong kearah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja
seseorang. Kedua faktor tersebut sama-sama memegang peranan penting
dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan
(Wignjosoebroto, 2008). Jadi, bukan hanya faktor manusia saja yang harus
diperhatikan melainkan faktor teknis juga perlu diperhatikan.
Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
produktivitas suatu perusahaan adalah memperbaiki situasi lingkungan kerja
(Anorogo dan Widiyanti, 1990). Menurut Idrus (2006), lingkungan kerja
yang menyenangkan membuat sikap pegawai positif dan memberi dorongan
untuk bekerja lebih tekun dan lebih baik. Lingkungan kerja merupakan
keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non-fisik yang dapat
memberikan kesan menyenangkan, mengamankan, menentramkan, serta
memberikan kesan betah bekerja (Supardi, dalam Maya, dkk, 2015).
Lingkungan kerja sendiri, menurut Aysia dan Palit (2014), dibedakan
menjadi lingkungan kerja non-fisik dan lingkungan kerja fisik. Lingkungan
kerja non-fisik lebih mengarah pada suasana mental pekerja pada saat
bekerja. Sedangkan lingkungan kerja fisik antara lain meliputi pewarnaan,
kebersihan, pertukaran udara, penerangan, kebisingan, dan musik.
Musik hadir dalam kehidupan manusia melalui berbagai cara, antara
lain melalui televisi, radio, handphone, komputer, laptop, dll. Tidak ada satu
orang pun yang tidak menyukai musik karena tidak dapat dipungkiri bahwa
Djohan (2009), keyakinan yang terutama adalah setiap orang memerlukan
musik (tidak ada satupun masyarakat/ budaya yang tidak memiliki musik).
Musbikin (2009) mengatakan bahwa musik merupakan salah satu bagian
terpenting dalam kehidupan manusia. Djohan (2009) mengungkapkan
bahwa menurut laporan penelitian bidang medis dan neurologis bahwa
sebenarnya pada usia 38 minggu masa kehamilan janin sudah selektif
merespons musik.
Secara keseluruhan, musik dapat berpengaruh secara fisik maupun
psikologis (Musbikin, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014)
menunjukkan bahwa musik berpengaruh secara signifikan terhadap aspek
aspek yang berkaitan dengan aktivitas latihan fisik. Musik juga dapat
mempengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah,
mengurangi ketegangan otot, memperbaiki koordinasi tubuh, memperkuat
ingatan, suhu tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan
stres (Musbikin, 2009). Musik juga berpengaruh terhadap emosi, membuat
seseorang merasa senang atau sedih (Mori, Naghsh, dan Tezuka, 2014).
Sudah sejak lama budaya masyarakat Indonesia juga mengenal antara
bernyanyi dan bekerja (Anorogo dan Widiyanti, 1990). Menurut Munandar
(2006), musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada
pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin, dan monoton. Banyak yang berpendapat
bahwa musik yang mengiringi kerja dapat meningkatkan produktivitas
karyawannya. Schultz (dalam Munandar, 2006) mengemukakan bahwa
menyenangkan. Pada umumnya, para pekerja senang mendengarkan musik
yang mengiringi kerja mereka selama berjam-jam bekerja. Mayoritas
pekerja menghendaki agar diperdengarkan musik selama berjam-jam secara
terus menerus tanpa henti saat bekerja. Dengan adanya musik pengiring
kerja, perasaan bosan dan ketidakpuasan yang dialami tenaga kerja dapat
dikurangi sehingga produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan
(Sumihardi, 2000).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lesiuk (2005) dalam studi
tentang performansi kerja menunjukkan bahwa musik secara signifikan
berpengaruh terhadap suasana hati/ mood (state positive effect) dan waktu
dalam bekerja. Ketika musik dimainkan, suasana hati/ mood dan emosi akan
ikut terangkat (Kaufmann, dalam Shih et al., 2009). Suma’mur (dalam
Puspitaratna & Dwiyanti, 2013), menyatakan bahwa musik pengiring kerja
mempunyai efek stimulus terhadap tenaga kerja sehingga tenaga kerja dapat
lebih bergairah dan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya.
Packalen (2008) dalam tulisannya yang berjudul Music, Emotions, and
Truth, menerangkan teori yang dapat menjelaskan tentang musik dan emosi,
yaitu arousal theories. Arousal adalah keadaan emosi seseorang yang
berkaitan dengan gairah, nafsu, semangat, termotivasi, atau kebangkitan.
Jadi, arousal dapat bergerak dari keadaan yang penuh semangat, gairah,
atau kebangkitan, sampai pada keadaan sebaliknya yakni tidak bersemangat
bahwa musik memiliki sifat yang mampu membangkitkan emosi dan
perasaan pendengarnya (Packalen, 2008).
Menurut Yerkes-Dodson Law (dalam Suharnan, 2005), untuk
tugas-tugas yang mudah atau sederhana, seperti membungkus roti, melinting
rokok, membungkus teh, orang cenderung mencapai hasil kerja yang lebih
baik bersamaan dengan peningkatan arousal. Sebab, untuk tugas-tugas yang
mudah, seseorang lebih terfokus sehingga dapat memilah informasi yang
relevan dengan tugas. Sebaliknya, untuk tugas-tugas yang sulit, seperti
menyusun makalah, menulis buku, mengerjakan tes psikologi, orang
cenderung menunjukkan hasil kerja yang buruk bersamaan dengan
peningkatan arousal. Sebab, untuk tugas-tugas yang sulit seseorang tidak
terfokus dalam memilah informasi yang relevan dengan tugas (Suharnan,
2005).
Penelitian tentang musik, khususnya dalam perusahaan, sebenarnya
sudah dimulai sejak lama. Pada tahun 1940-an banyak perusahaan di
Amerika Serikat mulai memperdengarkan musik yang mengiringi sebagai
latar belakang pada karyawan bekerja (Munandar, 2006). Fox (dalam
Oborne, 1995) membedakan musik dalam pekerjaan menjadi dua jenis,
yaitu background music dan industrial music. Lebih lanjut, Fox (dalam
Oborne, 1995) mengartikan background music sebagai jenis musik yang
sepanjang hari muncul, seperti musik yang sering didengar dalam toko dan
supermarket. Background music sangat populer di hotel, restoran, kantor,
membuat konsumen tinggal lebih lama. Menurut Oborne (1995), pengaruh
dari background music dapat terlihat dari pengurangan ketidakhadiran
karyawan, managemen waktu, dan turnover sehingga secara keseluruhan
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Sedangkan industrial music menurut Fox (dalam Oborne, 1995),
merupakan jenis musik yang muncul pada waktu-waktu tertentu saja,
misalnya pada awal pekerjaan, pertengahan, dan akhir pekerjaan. Industrial
music tidak diputar sepanjang hari, melainkan hanya pada periode yang
telah ditentukan. Menurut Oborne (1995), penentuan waktu pemutaran
musik perlu dikaji secara empirik pada lingkungan kerja yang berbeda
karena setiap lingkungan kerja mempunyai iklim kerja yang berbeda. Akan
tetapi, industrial music diputar ketika arousal mulai menurun.
Penelitian tentang pengaruh industrial music terhadap produktivitas
kerja dilakukan oleh Fox pada tahun 1971 dan 1983 dengan setting
laboratorium dan setting industri (Oborne, 1995). Dalam setting
laboratorium, subyek mengalami peningkatan performansi kerja. Sedangkan
dalam setting industri, subyek menunjukkan pengurangan kesalahan,
pengurangan turnover, manajemen waktu yang lebih baik, serta
meningkatkan kualitas output dan kualitas produksi.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
background music dan industrial music terhadap produktivitas kerja
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh
yang signifikan antara background music dan industrial music terhadap
produktivitas kerja karyawan?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh background
music dan industrial music terhadap produktivitas kerja karyawan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, wawasan,
dan informasi dalam bidang psikologi, khususnya tentang pengaruh
background music dan industrial music dan produktivitas kerja
karyawan serta mendukung penelitian-penelitian sebelumnya.
2. Manfaat Praktis
Bagi perusahaan dan karyawan, hasil penelitian ini bermanfaat
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Produktivitas Kerja Karyawan
1. Pengertian produktivias kerja karyawan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, produktivitas mengandung
pengertian kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau daya untuk
berproduksi. Siagian (dalam Ratrinawati, 2004) mengatakan bahwa
produktivitas adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya
dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output
yang terbaik bahkan kalau mungkin dalam jumlah maksinal.
Produktivitas sering kali dikaitkan dengan efektivitas dan efisiensi
(Haslam, 2004). Produktivitas sebagai ukuran efektivitas merupakan
suatu ukuran yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat
dicapai. Landy (2004) mengemukakan bahwa efektivitas merupakan
evaluasi dari hasil kerja karyawan. Efektivitas ini berkaitan dengan
kualitas, kuantitas, dan waktu. Produktivitas kerja bukan semata-mata
ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya,
melainkan kualitas kerja juga penting untuk diperhatikan (Sinungan,
1997). Pengertian efektivitas lebih berorientasi pada keluaran,
sedangkan masukan kurang menjadi perhatian utama. Selain itu,
produktivitas juga diartikan sebagai ukuran efisiensi dalam
mengandung arti pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber
dalam memproduksi barang.
Menurut Sinungan (1997), pengertian mengenai produktivitas
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain
ialah ratio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap
keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).
b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini
lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari
hari ini.
c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari
tiga faktor esensial, yakni investasi termasuk penggunaan
pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen, dan tenaga
kerja.
Cronbach (dalam Ratrinawati, 2004) mengemukakan bahwa
ditinjau dari sudut sumber daya manusia, produktivitas kerja adalah
human resources outcomes yaitu produksi yang dapat dihasilkan oleh
manusia. Sependapat dengan Cronbach, Sulistiyani dan Rosidah (dalam
Puspita, 2015) mengemukakan hal yang sama yaitu bahwa pengertian
produktivitas kerja menyangkut hasil akhir, yakni seberapa besar hasil
semakin banyak tenaga kerja menghasilkan barang atau jasa, maka
semakin besar pula produktivitas kerjanya.
Akan tetapi, tidak setiap tenaga kerja yang menghasilkan produksi
itu produktif. Seorang tenaga kerja dikatakan atau dinilai produktif jika
mampu menghasilkan output atau keluaran yang lebih banyak dari
tenaga kerja yang lain untuk satuan waktu yang sama (Susiyatri, 2004).
Selain itu, seorang tenaga kerja dikatakan atau dinilai produktif apabila
telah menunjukkan output kerja yang paling tidak telah mencapai
ketentuan minimal (Ratrinawati, 2004). Ketentuan minimal ini
didasarkan atas besarnya output yang normal yang dikerjakan dalam
jangka waktu kerja yang layak.
Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa produktivitas kerja karyawan merupakan kemampuan karyawan
dalam menghasilkan barang atau jasa dalam proses produksi dalam
waktu tertentu yang biasanya dinyatakan dengan seberapa besar hasil
akhir yang diperoleh didalam proses produksi tanpa mengabaikan
kualitas barang atau jasa.
2. Pengukuran produktivitas kerja karyawan
Pengukuran produktivitas kerja penting dilakukan oleh suatu
perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan melakukan pengukuran
produktivitas kerja, karyawan dan perusahaan dapat mengetahui
2004) menjelaskan bahwa ada dua tujuan penilaian produktivitas kerja,
yaitu penilaian yang bersifat umum, yaitu untuk menghasilkan informasi
yang akurat dan valid berkenaan dengan produktivitas kerja; dan
penilaian yang bersifat khusus, yaitu untuk tujuan evaluatif dan untuk
tujuan pengembangan karir karyawan.
Menurut Maier (dalam Susiyatri, 2004) untuk memudahkan dalam
pengukuran produktivitas kerja, pekerjaan dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pekerjaan produksi, yang hasilnya dapat langsung dihitung dan
mutunya dapat dinilai melalui pengujian hasil sehingga standar
yang obyektif dapat dibuat secara kuantitatif.
b. Pekerjaan non-produksi, yang hasilnya dapat diperoleh melalui
pertimbangan-pertimbangan subyektif, misalnya penilaian
atasan, teman, atau diri sendiri. Menurut Siagian (dalam
Setyawan, 2004), penilaian produktivitas pada jenis pekerjaan
non-produksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Metode checklist
Dalam metode ini digunakan formulir isian yang
mengandung nama pegawai yang dinilai, bagian dimana
pegawai bekerja, nama dan jabatan penilai, tanggal
penilaian yang dilakukan, faktor-faktor yang dinilai antara
lain jam kerja yang digunakan, unit produk yang dihasilkan,
2) Metode skala peringkat
Metode ini dapat mengurangi subyektivitas penilaian karena
penilaiannya oleh karyawan yang bersangkutan, rekan
kerja, dan atasan langsung.
Menurut Ravianto (1987), pengukuran produktivitas kerja
karyawan pada umumnya adalah rasio yang berhubungan dengan
keluaran (barang dan jasa) terhadap satu atau lebih dari masukan (tenaga
kerja, modal, energy, dsb) yang menghasilkan keluaran tersebut. Secara
lebih spesifik, produktivitas kerja adalah volume barang atau jasa yang
sebenarnya dihasilkan secara fisik dibagi dengan volume masukan yang
sebenarnya secara fisik pula.
Selanjutnya Ravianto (1987) menjelaskan bahwa ukuran
produktivitas yang paling sering digunakan adalah keluaran per unit
tenaga kerja. Perhitungan dapat berupa keluaran per orang, atau per jam
kerja, per hari, per minggu, per tahun, atau per jumlah jam kerja. Dapat
pula meliputi jumlah jam yang digunakan seluruh tenaga kerja serta ada
pula yang dihitung per pekerja secara terbatas saja.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan karyawan bagian
produksi. Pengukuran produktivitas kerja karyawan yang dimaksud
adalah pengukuran kemampuan karyawan dalam menghasilkan barang
atau jasa dalam proses produksi dalam waktu tertentu yang hasilnya
mutunya dapat dinilai melalui pengujian hasil, sehingga standar yang
obyektif dapat dibuat secara kuantitatif.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu.
Wignjosoebroto (2008) menyebut faktor tersebut sebagai faktor
manusia, yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan pekerjaan
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Faktor tersebut meliputi
motivasi kerja, disiplin kerja, ketrampilan kerja, sikap/ etika kerja,
gizi dan kesehatan karyawan serta latar belakang kebudayaan dan
pendidikan.
1) Motivasi kerja
Motivas kerja adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi, mendorong kagiatan atau
gerakan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah
mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi
2) Disiplin kerja
Disiplin tenaga kerja atau karyawan sangat erat hubungannya
dengan motivasi kegairahan atau semangat kerja. Menurut
Mangkuprawira (2007), karyawan yang lebih senang dengan
waktu santai dan etos kerja kurang juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja yang rendah.
3) Ketrampilan kerja
Ketrampilan kerja sangat dibutuhkan untuk menunjang
produktivitas kerja karyawan. Syarif (dalam Ratrinawati, 2004)
menjelaskan bahwa produktivitas individu tergantung pada
ketrampilan kerjanya.
4) Sikap/ etika kerja
Etika dalam bekerja sangat penting karena dengan
tercapainya hubungan yang selaras dan serasi serta seimbang
antara perilaku dalam proses produksi tentunya akan
meningkatkan produktivitas kerja karyawan (Susiyatri, 2004).
5) Gizi dan kesehatan
Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan
sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya.
6) Latar belakang pendidikan
Pendidikan dan pelatihan menambah pengetahuan dan
ketrampilan kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu
atau faktor situasional. Faktor eksternal meliputi lingkungan kerja,
kebijaksanaan pemerintah, lingkungan internasional, dan umpan
balik.
1) Lingkungan kerja, dibagi menjadi dua yaitu,
a) Lingkungan kerja fisik, meliputi penerangan/ iluminasi,
warna, kebisingan/ noise, dan musik dalam bekerja.
i. Penerangan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
penerangan yaitu kadar cahaya, distribusi cahaya, dan
sinar yang menyilaukan.
ii. Warna
Penggunaan warna pada ruangan dan peralatan kerja
dapat digunakan sebagai upaya menghindari
timbulnya ketegangan mata, sebagai alat untuk
menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya
ruangan kerja yang memiliki efek psikologis, dan
dapat sebagai alat sandi atau sebagai alat cipta kontras
warna.
iii. Kebisingan
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara
menjengkelkan. Bising merupakan bunyi yang tidak
memiliki hubungan informasi dengan tugas atau
aktivitas yang dilaksanakan.
iv. Musik dalam bekerja
Berbeda dengan bising, musik cenderung dicari dan
diingankan oleh para pekerja. Para pekerja
berpendapat bahwa musik yang mengiringi kerja
dapat membuat perasaan senang, bekerja lebih keras,
tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada
akhir hari kerja (Munandar, 2006).
b) Lingkungan kerja non-fisik, lebih mengarah pada suasana
mental pekerja pada saat bekerja.
2) Kebijakan pemerintah, meliputi kondisi ekonomi dan
perdagangan, struktur sosial dan politik, struktur industri, tujuan
pengembangan jangka panjang, pengakuan/ pengesahan,
kebijakan ekonomi pemerintah, kebijakan tenaga kerja, dll.
3) Lingkungan internasional meliputi kondisi perdagangan dunia,
masalah perdagangan internasional, dll.
4) Umpan balik yaitu informasi yang ada pada hubungan timbal
balik masukan dan hasil dalam perusahaan. Dengan kata lain,
umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai
B. Musik
1. Pengertian Musik
Musik diartikan sebagai ilmu atau seni menyusun nada atau suara
dengan urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan
komposisi (suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan).
Musik dikatakan ilmu karena selain dapat dinikmati, musik juga dapat
dipelajari oleh manusia (Djohan, 2009).
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan musik sebagai nada
atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama,
lagu, dan keharmonisan (terutama yang mengunakan alat-alat yang
dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Bernstein & Picker (dalam Pendit,
2005) mengartikan musik sebagai suara-suara yang diorganisasikan
dalam waktu dan memiliki nilai seni serta dapat digunakan sebagai alat
untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada
pendengarnya.
Menurut Jamalus (1988), musik adalah hasil karya seni bunyi
dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama,
melodi, harmoni, bentuk/ struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu
kesatuan. Musik merupakan hasil karya karena menurut Djohan (2009),
pada hakekatnya musik adalah produk pikiran. Respon terhadap musik
terjadi dari proses kognitif yang menyertakan emosi dalam wujud
Musik adalah bentuk konkret perilaku manusia yang unik dan
saling pengaruh-memengaruhi (Djohan, 2009). Musik dapat
mempengaruhi hidup pikiran dan hidup perasaan pendengarnya. Musik
sanggup membuat pendengarnya merasakan emosi tertentu seperti
terharu, gembira, takut, gelisah, tenang, atau bahkan geli. Musik juga
dapat meredam stress atau depresi.
Dari uraian berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
musik merupakan hasil karya seni yang diwujudkan dalam serangkaian
nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan
irama dan lagu.
2. Unsur Musik
Menurut Musbikin (2009), secara umum unsur musik terdiri dari
dinamika harmoni, alat musik, meter, melodi, ritme, tempo, dan timbre
(warna suara). Dinamika adalah istilah untuk tingkatan keras lembutnya
suara dalam musik. Harmoni merujuk pada dua pengertian, keselarasan
nada dalam pembuatan kunci/ chord dan sistem keselarasan nada yang
mengatur alur kunci/ chord.
Unsur-unsur musik menurut para ahli (Banoe, 2013):
a. Dr. Mantlehood, Dr. J. Kunst, Prof. Gehrels, berpendapat bahwa
musik itu mempunyai 3 unsur pokok yaitu, melodi, ritme, dan
b. Aaron Copland berpendapat musik mempunyai 4 unsur yaitu melodi,
ritme, harmoni, dan tone color (warna nada).
c. Bapak Drs. Suthasoma, Dosen Akademi Musik Indonesai
Yogyakarta, berpandangan bahwa musik adalah suatu totalitas atau
suatu pandangan hidup yang bila diuraikan terdiri atas 3 unsur pokok
yakni unsur yang bersifat materil seperti ekspresi, dinamis, tempo,
timre nada, metrik; unsur yang bersifat moral seperti ritme, melodi,
teks (kata-kata, syair); dan unsur yang bersifat spiritual yaitu
harmoni.
Menurut Jamalus (1988), unsur-unsur musik terdiri dari beberapa
kelompok yang secara bersama merupakan kesatuan membentuk sebuah
lagu atau komposisi musik. Pada dasarnya unsur-unsur musik itu dapat
dikelompokkan atas:
a. Unsur-unsur pokok, yang terdiri dari:
1) Irama, yaitu urutan rangkaian gerak yang menjadi unsur dasar
dalam musik dan tari. Irama dalam musik terbentuk dari
sekelompok bunyi dan diam dengan bermacam-macam lama waktu
ayau panjang pendeknya.
2) Melodi, yaitu susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran
teratur) yang terdengar berurutan serta berirama, dan
mengungkapkan suatu gagasan.
3) Harmoni atau paduan nada, yaitu bunyi gabungan dua nada atau
4) Bentuk/ struktur lagu, yaitu susunan serta hubungan antara
unsur-unsur musik dalam suatu lagu sehingga menghasilkan suatu
komposisi atau lagu yang bermakna.
b. Unsur-unsur ekspresi, yang terdiri atas:
1) Tempo, yaitu kecepatan suatu lagu dan perubahan kecepatan lagu.
2) Dinamik, yaitu tanda untuk menyatakan tingkat volume suara atau
keras lemahnya suara.
3) Warna nada, yaitu ciri khas bunyi yang terdengar
bermacam-macam yang dihasilkan oleh bahan sumber bunyi yang berbeda dan
yang dihasilkan oleh cara memproduksi nada yang
bermacam-macam.
3. Jenis Musik
Menurut Munandar (2006), musik tampaknya memiliki pengaruh
yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin, dan
monoton. Banyak yang berpendapat bahwa musik yang mengiringi kerja
dapat meningkatkan produktivitas karyawannya.
Menurut Fox (dalam Oborne, 1995), musik dalam setting pekerjaan
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Background Music
Background music tidak sama dengan noise. Noise merupakan
suara yang tidak diinginkan dan cenderung mengganggu pekerjaan.
cenderung sering dicari dan dinikmati oleh para pekerja (Oborne,
1995).
Musik mulai diperdengarkan pada tahun 1940 dibanyak
perusahaan di Amerika Serikat sebagai latar belakang pada
karyawan bekerja (Munandar, 2006). Schultz (dalam Munandar,
2006) mengemukakan bahwa musik sebagai latar belakang akan
menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan. Dengan
adanya musik pengiring kerja, perasaan bosan dan ketidakpuasan
yang dialami tenaga kerja dapat dikurangi sehingga produktivitas
tenaga kerja dapat ditingkatkan (Sumihardi, 2000). Pada umumnya,
para pekerja senang mendengarkan musik yang mengiringi kerja
mereka selama berjam-jam bekerja. Mayoritas pekerja menghendaki
agar diperdengarkan musik selama berjam-jam secara terus menerus
tanpa henti saat bekerja.
Background music diartikan sebagai jenis musik yang sepanjang
hari muncul, seperti musik yang sering didengar dalam toko dan
supermarket. Background music sangat populer di hotel, restoran,
kantor, bank, dan toko karena dapat membuat konsumen tinggal
lebih lama (Bitner dalam Shih et al., 2009). Background music juga
sering digunakan dalam rumah sakit sebagai stimulus akustik atau
acoustic wallpaper (Oborne, 1995).
Sulit untuk mengukur pengaruh background music dalam
sering muncul. Sehingga background music tidak hanya dapat
memengaruhi perhatian dan kewaspadaan karyawan, akan tetapi juga
perasaan dan kepuasan pekerja. Menurut Oborne (1995), pengaruh
dari background music dapat terlihat dari pengurangan
ketidakhadiran karyawan, managemen waktu, dan turnover sehingga
secara keseluruhan dapat meningkatkan produktivitas kerja.
b. Industrial Music
Industrial music menurut Fox (dalam Oborne, 1995),
merupakan jenis musik yang muncul pada waktu-waktu tertentu saja,
misalnya pada awal pekerjaan, pertengahan, dan akhir pekerjaan.
Industrial music tidak diputar sepanjang hari, melainkan hanya pada
periode tertentu yang telah ditentukan.
Pada tahun 1945, Benson membuat program industrial music
untuk perusahaan di Amerika Serikat dengan musik diputar selama
jam kerja, awal kerja, dan waktu istirahat makan siang (McGehee &
Gardner, 1949). Kemudian McGehee & Gardner (1949) membuat
program industrial music yang mengacu pada program industrial
music yang dibuat oleh Benson, yaitu musik yang diputar saat awal
kerja, akhir kerja, dan istirahat makan siang. Menurut Oborne (1995)
program industrial music dibuat untuk meningkatkan arousal
pekerja. Jadi, industrial music dibuat pada waktu-waktu ketika
Penelitian tentang pengaruh industrial music terhadap
produktivitas kerja dilakukan oleh Fox pada tahun 1971 dan 1983
dengan setting laboratorium dan setting industri (Oborne, 1995).
Dalam setting laboratorium, subyek mengalami peningkatan
performansi kerja. Sedangkan dalam setting industri, subyek
menunjukkan pengurangan kesalahan, pengurangan turnover,
manajemen waktu yang lebih baik, serta meningkatkan kualitas
output dan kualitas produksi.
4. Fungsi dan Manfaat Musik
Menurut Banoe (2013), musik mempunyai beberapa fungsi yang
bersifat:
a. Psikologis, bahwa seorang yang mendengar musik akan dapat
terpengaruh jiwanya yang berarti dapat berfantasi, mengingat suatu
kejadian yang telah lau, memikirkan, berasosiasi, mereproduksi dan
memproduksi sesuatu.
b. Pedagogis, yaitu musik dapat bersifat mendidik sehingga musik
dapat merupakan katarsis atau pembersihan jiwa manusia.
c. Sosiologis, bahwa musik berguna dalam kehidupan sehari-hari,
seperti berlayar sambil bernyanyi, bekerja, menumbuk padi, radio,
d. Kultural, yaitu bahwa musik sendiri dapat membangun budaya baru
melalui proses akulturasi yang tidak lepas dari 3 dimensi hidup yakni
masa dulu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Menurut Campbell (dalam Dewi, 2009), musik memiliki beberapa
manfaat, yaitu: (1) Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak
menyenangkan; (2) Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan
gelombang otak; (3) Musik mempengaruhi pernapasan; (4) Musik
mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah; (5)
Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta
koordinasi tubuh; (6) Musik juga mempengaruhi suhu badan; (7) Musik
dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres; (8) Musik
dapat memperkuat ingatan dan pelajaran; (9) Musik mengubah persepsi
kita tentang waktu; (10) Musik dapat meningkatkan produktivitas; (11)
Musik meningkatkan asmara dan seksualitas; (12) Musik merangsang
pencernaan; (13) Musik meningkatkan daya tahan; (14) Musik
meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme; dan (15)
Musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera.
5. Teori tentang Musik
Packalen (2008) dalam tulisannya yang berjudul Music, Emotions,
and Truth, menerangkan bahwa ada tiga teori yang dapat menjelaskan
tentang musik dan emosi, yaitu arousal theories, cognitivist theories,
a. Arousal theories
Dasar dari arousal theories yaitu bahwa musik memiliki sifat
yang mampu membangkitkan emosi dan perasaan pendengarnya
(Packalen, 2008). Arousal adalah keadaan emosi seseorang yang
berkaitan dengan gairah, nafsu, semangat, termotivasi, atau
kebangkitan. Jadi, arousal dapat bergerak dari keadaan yang
penuh semangat, gairah, atau kebangkitan, sampai pada keadaan
sebaliknya yakni tidak bersemangat tidak bergairah sama sekali
atau malas.
b. Cognitivist theories
Dalam cognitivist theories, ekspresi terhadap musik dijelaskan
sebagai pengalaman kesamaan antara musik dan ekspresi emosi
manusia (Packalen, 2008). Jadi, musik sebagai ekspresi emosi
manusia mempunyai sifat yang dalam beberapa cara
mengingatkan manusia terhadap ekspresi emosinya, bukan untuk
membangkitkan emosi dan perasaan manusia.
c. Symbol theories
Dalam symbol theories, jika musik memiliki konten emosional,
konten tersebut merupakan simbol; musik bukanlah penyebab
atau penghilang perasaan, akan tetapi merupakan ekspresi yang
6. Pengaruh Musik
Musik dapat berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan
manusia, antara lain aspek fisiologi, aspek biokimia-imunologi, dan
aspek psikologi.
a. Aspek fisiologi
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) menunjukkan
bahwa musik berpengaruh secara signifikan terhadap
aspek-aspek yang berkaitan dengan aktivitas latihan fisik. Beberapa
aspek fisik yang dihubungkan dengan musik antara lain denyut
jantung, nilai power-output tertentu, running task, dan kadar
asam laktat. Musik juga dapat mempengaruhi pernapasan,
denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot,
memperbaiki koordinasi tubuh, memperkuat ingatan, suhu
tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan
stress (Musbikin, 2009).
b. Aspek biokimia-imunologi
Yeh et al (dalam Putra, 2014) dengan penelitiannya
mengenai efek latihan dengan musik terhadap imunitas pada
subyek wanita paruh baya mendapatkan hasil bahwa latihan
dengan musik meningkatkan fungsi limfosit pada sampel
subyek tersebut. Dilihat dari aspek biokimia dan imunologi,
terdapat beberapa variabel yang diteliti seperti kadar hormon
keadaan stress dan fungsi limfosit sebagai penanda kekebalan
tubuh. Kondisi mendengarkan musik yang tidak menyenangkan
terbukti merangsang kecemasan. Konsentrasi hormon
testosteron, vasopressin, dan aldosteron sedikit meningkat
sebagai respon terhadap stress dan peningkatan kecemasan.
c. Aspek psikologi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lesiuk (2005) dalam
studi tentang performansi kerja menunjukkan bahwa musik
secara signifikan berpengaruh terhadap suasana hati/ mood
(state positive effect) dan waktu dalam bekerja. Ketika musik
dimainkan, suasana hati/ mood dan emosi akan ikut terangkat
(Kaufmann, dalam Shih et al, 2009). Suma’mur (dalam
Puspitaratna & Dwiyanti, 2013) menyatakan bahwa musik
pengiring kerja mempunyai efek stimulus terhadap tenaga kerja
sehingga tenaga kerja dapat lebih bergairah dan bersemangat
dalam melakukan pekerjaannya. Musik juga dapat berpengaruh
terhadap emosi, membuat seseorang merasa senang atau sedih
C. Pengaruh Background Music dan Industrial Music Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Musik merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan
manusia. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena menurut Djohan (2009)
keyakinan yang terutama adalah setiap orang memerlukan musik (tidak ada
satupun masyarakat/ budaya yang tidak memiliki musik). Sudah sejak lama
budaya masyarakat Indonesia juga mengenal antara bernyanyi dan bekerja
(Anorogo dan Widiyanti, 1990).
Fox (dalam Oborne, 1995) membedakan musik dalam pekerjaan
menjadi dua jenis, yaitu background music dan industrial music.
Background music diartikan sebagai jenis musik yang sepanjang hari
muncul, seperti musik yang sering didengar dalam toko dan supermarket.
Background music sangat populer di hotel, restoran, kantor, bank, toko, dan
rumah sakit (Bitner dalam Shih et al., 2009) karena dapat membuat
konsumen tinggal lebih lama. Sedangkan industrial music menurut Fox
(dalam Oborne, 1995), merupakan jenis musik yang muncul pada
waktu-waktu tertentu saja, misalnya pada awal pekerjaan, pertengahan, dan akhir
pekerjaan. Industrial music tidak diputar sepanjang hari, melainkan hanya
pada periode yang telah ditentukan.
Sebagai salah satu bagian terpenting, musik tentunya memberikan
banyak pengaruh terhadap kehidupan manusia. Secara keseluruhan, musik
dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis (Musbikin, 2009).
berpengaruh secara signifikan terhadap aspek aspek yang berkaitan dengan
aktivitas latihan fisik. Musik juga dapat mempengaruhi pernapasan, denyut
jantung, denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot,
memperbaiki koordinasi tubuh, memperkuat ingatan, suhu tubuh, serta
mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres (Musbikin, 2009).
Musik juga berpengaruh terhadap emosi, membuat seseorang merasa
senang atau sedih (Mori, Naghsh, dan Tezuka, 2014). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lesiuk (2005) dalam studi tentang performansi kerja
menunjukkan bahwa musik secara signifikan berpengaruh terhadap suasana
hati/ mood (state positive effect) dan waktu dalam bekerja. Ketika musik
dimainkan, suasana hati/ mood dan emosi akan ikut terangkat (Kaufmann,
dalam Shih et al., 2009). Suma’mur (dalam Puspitaratna & Dwiyanti, 2013),
menyatakan bahwa musik pengiring kerja mempunyai efek stimulus
terhadap tenaga kerja sehingga tenaga kerja dapat lebih bergairah dan
bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Hal tersebut tentunya akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan sehingga produktivitas
Gambar 1. Skema pengaruh background music dan industrial music terhadap produktivitas kerja karyawan
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengajukan hipotesis penelitian
bahwa (1) background music berpengaruh secara signifikan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan (2) industrial music
berpengaruh secara signifikan dapat meningkatkan produktivitas kerja
karyawan.
Musik dalam setting perusahaan:
1. Background music
2. Industrial music
Meningkatkan gairah/ arousal
karyawan
Produktivitas kerja karyawan
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu/
quasi-experimental research, yaitu penelitian yang menerapkan prosedur
eksperimen namun tidak memungkinkan untuk menerapkan penempatan
subyek secara acak ke dalam suatu kondisi tertentu (Coolican dalam
Hutagalung, 2005). Menurut Seniati (2009), penelitian eksperimen semu
tidak memenuhi tiga karakteristik atau syarat utama dari suatu penelitian
eksperimen, yaitu manipulasi, kontrol, dan randomisasi. Tujuan penelitian
eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan/ atau memanipulasikan semua variael yang relevan (Suryabrata, 2006).
Desain penelitian ini disebut juga dengan istilah penelitian lapangan/
field experiment, yaitu penelitian yang tidak dilakukan dalam sebuah
laboratorium, melainkan penelitian ini dilakukan dalam situasi nyata, yaitu
pada lapangan tempat penelitian dilaksanakan (Coolican dalam Hutagalung,
2005). Penelitian eksperimen ini mudah dilakukan karena pengendalian
terhadap variabel ekstra tidak begitu ketat karena penelitian tidak dilakukan
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Menurut MacLin dan Solso (2008), variabel bebas merupakan
variabel yang dimanipulasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
musik yang dibagi menjadi dua kelompok manipuasi yaitu background
music dan industrial music.
2. Variabel Tergantung
Menurut MacLin dan Solso (2008), variabel tergantung merupakan
variabel yang reaksinya sedang diamati atau diukur. Variabel tergantung
adalah segala respon yang diukur sebagai akibat dari variasi variabel
bebas (Seniati, 2009). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah
produktivitas kerja karyawan.
C. Definisi Operasional 1. Musik
Musik merupakan hasil karya seni yang diwujudkan dalam
serangkaian nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
menghasilkan irama dan lagu. Musik dalam penelitian ini yaitu berupa
lagu/ kumpulan lagu yang akan diputar selama waktu pelaksanaan
penelitian berlangsung sesuai dengan rancangan penelitian.
Musik dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua bentuk
manipulasi yaitu background music dan industrial music. Pemutaran
Sedangkan pemutaran industrial music dilakukaan diawal pekerjaan, saat
jam istirahat siang, dan pada akhir pekerjaan. Durasi waktu pemutaran
musik pada program industrial music menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi tempat bekerja.
2. Produktivitas kerja karyawan
Produktivitas kerja karyawan merupakan kemampuan karyawan
dalam menghasilkan barang atau jasa dalam proses produksi dalam
waktu tertentu yang biasanya dinyatakan dengan seberapa besar hasil
akhir yang diperoleh didalam proses produksi tanpa mengabaikan
kualitas barang atau jasa. Peneliti menggunakan karyawan bagian
produksi, sehingga pengukuran produktivitas kerja karyawan yang
dimaksud adalah pengukuran kemampuan karyawan dalam
menghasilkan barang atau jasa dalam proses produksi dalam waktu
tertentu yang hasilnya dapat dihitung secara langsung, yaitu keluaran per
unit tenaga kerja dan mutunya dapat dinilai melalui pengujian hasil,
sehingga standar yang obyektif dapat dibuat secara kuantitatif. Setiap
karyawan yang mengikuti penelitian ini akan dihitung produktivitas
kerjanya baik waktu pretest maupun waktu posttest. Kemudian
dibandingkan antara hasil pretest dan hasil posttest untuk mengetahui
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 30 orang karyawan bidang produksi industri
sapu ijuk di Kulon Progo. Penelitian dilakukan pada karyawan bidang
produksi karena dalam bidang tersebut berkaitan langsung dengan proses
produksi untuk menghasilkan produk-produk industri dan berkaitan
langsung dengan produktivitas kerja karyawan.
Pemilihan subyek penelitian menggunakan metode purposive sampling.
Metode ini digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel,
terutama orang-orang yang dianggap ahli (Prasetyo, 2008). Peneliti memilih
subyek penelitian yaitu karyawan bagian produksi yang minimal telah
bekerja selama satu tahun, dengan jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan, dengan rentang usia 20 tahun sampai 40 tahun. Karyawan yang
telah bekerja minimal satu tahun akan lebih menguasai pekerjaannya,
mengetahui kondisi pekerjaan, dan telah beradaptasi secara cukup dengan
lingkungan pekerjaannya. Dengan demikian subyek telah bekerja secara
rutin dan monoton. Rentang usia 20 tahun sampai 40 tahun merupakan
rentang usia produktif manusia dalam bekerja sehingga akan mencapai
E. Desain Penelitian
Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah pretest and posttest
design. Christensen (dalam Seniati, 2009) menyebut desain ini dengan
before-after design. Pada rancangan ini, diawal penelitian dilakukan
pengukuran terhadap variabel tergantung yang telah dimiliki subyek.
Setelah diberikan manipulasi/ perlakuan, dilakukan pengukuran
kembali terhadap variabel tergantung. Simbol dari desain ini adalah:
Pengukuran (O1) Manipulasi (X) Pengukuran (O2)
Efektivitas atau pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel
tergantung dilihat dari perbedaan antara pretest (O1) dengan posttest (O2).
Tabel 3.1. Pretest and Posttest Design
Subyek
Manipulasi 1
Subyek
Manipulasi 2
O1 X O2 O1 X O2
N1 N16
. .
. .
. .
. .
F. Prosedur Penelitian 1. Pemilihan musik
Penelitian diawali dengan melakukan survey terhadap lagu yang akan
dipakai/ diputar. Peneliti melakukan survey dengan menyebar angket
kepada 71 orang karyawan bagian produksi yang terdiri dari 30 subyek
dari Mitra Sari Cempol dan 41 orang sisanya dari dua perusahaan yang
lain. Subyek diminta untuk menyebutkan genre musik yang mereka
sukai dan yang ingin mereka dengar. Survey dilaksanakan pada tanggal
9 November 2016 sampai tanggal 13 November 2016. Dari hasil survey
diperoleh presentase genre musik yang paling banyak disukai oleh
subyek dan juga lagu-lagu yang paling banyak ingin didengar oleh
subyek. Genre musik dan lagu-lagu tersebut yang nantinya akan diputar
untuk program background music dan industrial music.
Setelah peneliti melakukan survey, didapat hasil bahwa musik yang
paling disukai dan yang paling ingin didengar yaitu jenis musik dangdut.
Maka jenis musik inilah yang akan diputar selama penelitian
berlangsung. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap tiga orang
yang berkompeten/ profesional dalam bidang seni musik pada tanggal 15
November 2016 untuk mengetahui kriteria musik seperti apa yang dapat
membangkitkan semangat. Hasilnya, musik yang dapat membangkitkan
semangat adalah musik dengan beat cepat. Menurut Mudjilah (2010),
beat atau pukulan yaitu getaran yang teratur. Getaran tersebut dapat
Selanjutnya peneliti mengumpulkan lagu-lagu dangdut untuk
selanjutnya akan didengarkan kemudian diberikan penilaian oleh penilai.
Penilai adalah tiga orang yang berkompeten/ profesional dalam bidang
seni musik, yang terdiri dari satu orang mahasiswa seni musik dan dua
orang guru/ pengajar seni musik. Kriteria penilaian lagu meliputi beat
cepat dan dapat membangkitkan semangat. Penilai memberikan nilai “1”
untuk “Sangat Tidak Setuju” sampai “5” untuk “Sangat Setuju”.
Setelah penilai mendengarkan lagu dan memberikan penilaian, didapat
hasil 15 lagu dengan perolehan nilai paling tinggi. Jumlah lagu
menyesuaikan dengan waktu program musik yaitu ± 1 jam. Berikut
Tabel 3.2. Daftar Lagu yang Diputar
Oplosan Wiwik Sagita 7:22
6.
Masbuloh Sarah Brilian 4:04
7.
Jarang Pulang Sita Saputri 5:04
8.
Bara Bere Wiwik Sagita 4:42
9.
Berondong Tua Sita Saputri 5:31
10.
Masa Lalu Suliana 5:36
11.
Munaroh Ina Samantha 4:43
12.
Bukak Sithik Joss Eny Sagita 5:42
13.
Gelombang Asmara Nurbayan 3:54
14. Aku Ra Popo Anjar Agustin 5:08
15.
Sayidan Deviana Safara 4:11
2. Pemutaran musik
Penelitian dilakukan selama enam hari dalam dua minggu. Tiga hari
minggu pertama untuk pretest dan tiga hari lagi minggu kedua untuk
posttest. Peneliti membagi subyek ke dalam dua kelompok untuk
perlakuan background music dan satu kelompok lagi mendapatkan
perlakuan industrial music. Pemilihan waktu disesuaikan dengan jadwal
pabrik dan karyawan. Selama tiga hari pretest, hasil kerja karyawan akan
dihitung dan diambil rata-rata penghasilan. Begitu pula saat posttest
dilakukan.
Pemutaran background music dilakukan seharian penuh saat
karyawan bekerja. Pemutaran background music akan diulang ketika
daftar lagu yang dimainkan habis. Sedangkan pemutaran industrial
music dilakukaan diawal pekerjaan, saat jam istirahat siang, dan pada
akhir pekerjaan. Durasi waktu pemutaran musik pada program industrial
music menyesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat bekerja. Untuk
itu peneliti melakukan wawancara awal kepada pemilik pabrik pada
tanggal 15 November 2016 untuk menentukan durasi waktu pemutaran
musik. Sehingga nantinya akan diperoleh waktu pemutaran musik yang
sesuai dengan situasi dan kondisi pabrik tempat peneliti melakukan
penelitian. Setelah dilakukan wawancara terhadap pemilik pabrik, maka
ditentukan bahwa program industrial music akan diputar selama kurang
lebih satu jam pemutaran pada awal pekerjaan, saat jam istirahat siang,
Tabel 3.3. Waktu Pemutaran Musik
a. Pemilik pabrik membagi subyek secara acak ke dalam dua kelompok
untuk masing-masing mendapatkan satu perlakuan. Satu kelompok
mendapat perlakuan background music, dan satu kelompok lagi
mendapatkan perlakuan industrial music. Masing-masing kelompok
terdiri dari 15 subyek.
b. Peneliti memberikan informed consent pada subyek.
c. Penelitian dilakukan selama enam hari dalam dua minggu. Tiga hari
minggu pertama untuk pretest dan tiga hari lagi minggu kedua untuk
posttest.
d. Pemutaran background music dilakukan seharian penuh saat karyawan
bekerja. Sedangkan pemutaran industrial music dilakukaan diawal
pekerjaan, saat jam istirahat siang, dan pada akhir pekerjaan.
e. Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi dan
wawancara untuk mengetahui situasi dan kondisi selama penelitian
f. Peneliti mengumpulan data penelitian dengan cara pengumpulan data
hasil rekaman/ catatan yang telah dilakukan oleh pihak lain.
G. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
pengumpulan data hasil rekaman/ catatan yang telah dilakukan oleh pihak
lain. Data diperoleh dari catatan atau arsip perusahaan mengenai tingkat
produktivitas kerja karyawan yang berupa skor hasil/ jumlah produk yang
dihasilkan selama waktu pelaksanaan penelitian.
H. Validitas Penelitian
Menurut Seniati (2009), validitas penelitian berkaitan dengan
hubungan sebab akibat yang dihasilkan. Berbeda dengan validitas alat ukur,
validitas penelitian tidak berkaitan dengan perhitungan statistik seperti pada
validitas alat ukur, melainkan berkaitan dengan kontrol terhadap variabel
sekunder.
Ada dua jenis validitas dalam penelitian, yaitu validitas internal dan
validitas eksternal (Seniati, 2009). Dalam penelitian eksperimen, validitas
yang ingin dicapai adalah validitas internal karena penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang memberikan VB untuk dilihat pengaruhnya
terhadap VT. Dengan kata lain, penelitian eksperimen ingin membuktikan
hubungan sebab-akibat antara VB dan VT. Validitas internal berkaitan
ditemukan dalam penelitian. Semakin kuat hubungan sebab-akibat antara
VB dan VT maka semakin besar validitas internal suatu penelitian.
Sedangkan validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian,
yaitu sejauhmana hasil penelitian dapat diterapkan atau digeneralisasikan
pada subyek, situasi, dan waktu yang berbeda.
Kontrol terhadap variabel sekunder dilakukan dengan mengontrol
faktor proactive history, yaitu faktor perbedaan individu yang dibawa
kedalam penelitian, yang merupakan faktor bawaan maupun sesuatu yang
telah dipelajari sebelumnya antara lain usia, jenis kelamin, kepribadian,
inteligensi, dll (Seniati, 2009). Dalam penelitian ini, faktor proactive history
yang dimaksud adalah usia. Kontrol terhadap usia dilakukan dengan teknik
kontrol konstansi, yaitu peneliti menggunakan subyek dengan rentang usia
yang sama pada masing-masing kelompok eksperimen. Hal tersebut
dilakukan untuk meminimalkan faktor perbedaan individu yang dibawa
kedalam penelitian.
Kontrol terhadap variabel sekunder yang selanjutnya dilakukan
dengan mengontrol faktor retroactive history, yaitu perubahan yang dialami
subyek selama penelitian berlangsung karena subyek mengalami
pengukuran VT sebanyak dua kali. Kontrol terhadap faktor retroactive
history dilakukan dengan memberikan waktu antara pretest dan posttest
yaitu tiga hari minggu pertama untuk pretest dan tiga hari lagi minggu