BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Uji Hipotesis
3. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan yaitu keanekaragaman usaha kerja masyarakat untuk mendapatkan penghasilan berupa upah, laba maupun sewa atas penggunaan barang maupun jasa masyarakat dan status ketenagakerjaan yang tidak termasuk dalam bekerja seperti ibu rumah tangga dan pelajar Desa Umbulharjo Cangkringan Sleman sebelum dan sesudah keberadaan obyek wisata Lava Tour.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis perubahan jumlah pendapatan masyarakat Desa Umbulharjo dengan adanya obyek wisata Lava Tour. 2. Untuk menguji dan menganalisis perubahan curahan kerja masyarakat
Desa Umbulharjo dengan adanya obyek wisata Lava Tour.
3. Untuk mengidentifikasi perubahan jenis pekerjaan masyarakat Desa Umbulharjo dengan adanya obyek wisata Lava Tour
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan, antara lain:
1. Bagi masyarakat sekitar
Dapat mengetahui dampak keberadaan obyek wisata lava tourpada kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Umbulharjo. 2. Bagi Pemerintah
Dapat mengetahui dampak keberadaaan obyek wisata lava tour bermanfaat bagi pendapatan daerah terutama di Desa Umbulharjo Cangkringan.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berguna bagi
mahasiswa atau siapa saja yang membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan tentang dampak keberadaaan obyek wisata Lava Tour di Desa Umbulharjo Cangkringan.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan, sarana latihan dan praktik penelitian mengenai dampak keberadaan obyek wisata lava tour terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Umbulharjo Cangkringan Sleman sebagai prasyarat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepariwisataan Sebagai Sektor Ekonomi yang Prospektif 1. Pengertian Istilah Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata “pari” berarti berkeliling atau bersama, dan kata “wisata” berarti perjalanan. Jadi pariwisata berarti perjalanan keliling dari suatu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1983:109). Menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 1 menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Sedangkan Spillane (1987:22) menguraikan bahwa suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi 3 persyaratan yaitu :
1. Harus bersifat sementara
2. Harus bersifat sukarela dalam arti tidak terjadi karena paksaan
3. Tidak melakukan pekerjaan yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran Suwantoro (2002: 3) menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat lain keluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
Berbeda dengan Suwantoro, Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya, dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar.
Hampir sama dengan Pendit, Wahab (1975:55) mengemukakan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.
Sedangkan Soekadijo (1996: 22) mengemukakan pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek: sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang mendapat perhatian paling besar dan hampir-hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap penting ialah aspek ekonomisnya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang bersifat sementara atau tidak untuk tinggal di tempat yang dikunjungi. Pariwisata sebagai “industri jasa” mempunyai beberapa dampak, baik dari segi ekonomi, sosial maupun kebudayaan. Aspek yang mendapat perhatian lebih yaitu aspek ekonomisnya.
2. Bentuk dan Jenis Pariwisata a. Bentuk Pariwisata
Pendit (1995:43) mengemukakan pariwisata dapat dibagi dalam kategori sebagai berikut :
1) Menurut asal wisatawan :
a) Dari dalam negeri biasa disebut pariwisata domestik atau pariwisata nusantara b) Dari luar negeri biasa disebut pariwisata internasional atau pariwisata
mancanegara
2) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
a) Kepergian wisatawan ke luar negeri yang memberi dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri disebut pariwisata pasif
b) Kedatangan wisatawan ke dalam negeri, memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri, disebut pariwisata aktif
3) Menurut jangka waktu
a) Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata) hanya beberapa hari saja
b) Pariwisata jangka panjang, apabila wisatawan yang berkunjung ke suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata) waktunya sampai berbulan-bulan
4) Menurut jumlah wisatawan
a) Disebut pariwisata tunggal, apabila wisatawan yang bepergian hanya seorang atau satu keluarga
b) Disebut pariwisata rombongan, apabila wisatawan yang bepergian satu kelompok atau rombongan yang bepergian untuk wisata, bisa 15-20 orang atau lebih
5) Menurut alat angkut yang digunakan a) Pariwisata udara
b) Pariwisata laut c) Pariwisata kereta api d) Pariwisata mobil
b. Jenis Pariwisata
Menurut Spillane (1987: 29), jenis-jenis pariwisata berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keingintahuanya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru,menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, dan mendapatkan ketenangan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism)
Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.
b. Sporting Tourism of The Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk
profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan
konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akanmendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi.
3. Pariwisata Sebagai Sektor Ekonomi
Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya (Janianton, 2006: 2).
Pariwisata sering dipandang sebagai sektor yang sangat terkemuka dalam ekonomi dunia. Apabila sektor tersebut berkembang atau mundur, maka banyak negara atau pemerintah dipengaruhi secara ekonomis. Sektor ekonomi dunia berkaitan dengan penerimaan internasional yang merupakan sektor dari pariwisata. Sektor industri pariwisata dan peranannya dalam pembangunan ekonomi dapat menjadi positif atau negatif, hal ini tergantung pada kriteria yang dipakai (misalnya pertumbuhan ekonomi melawan pemerataan pendapatan), sifat dari industri sendiri, dan sifat dari perekonomian lokal. Dampak positif pariwisata dilihat dari segi peranan pariwisata yang paling besar dan penting adalah pengaruhnya terhadap produk domestik bruto (GDP) di negara-negara yang didominasi oleh pariwisata massal (mass tourism), yaitu di negara-negara yang sangat tergantung pada pariwisata (Spillane,1994: 36).
Ismayanti (2011: 184) menguraikan dinamika dalam pariwisata ditimbulkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
a. Pengembangan dan peningkatan penggunaan perantara seperti biro perjalanan wisata sehingga memudahkan wisatawan untuk melakukan perencanaan perjalanan.
b. Pertumbuhan bauran pemasaran dalam menawarkan produk wisata sehingga peluang penjualan dan transaksi wisata semakin besar.
c. Jumlah pemain di industri yang menjanjikan semakin banyak sehingga persaingan semakin besar. Beberapa di antaranya menjalankan persaingan tidak sehat sehingga perlu ditegakkan kode etik pariwisata.
Pariwisata disambut sebagai industri yang membawa aliran devisa, lapangan pekerjaan dan cara hidup modern. Industri pariwisata memberikan keunikan tersendiri dibandingkan dengan sektor ekonomi lain karena keempat faktor berikut ini.
Pertama, pariwisata adalah industri ekspor fana (invisible export industry). Segala transaksi yang terjadi di industri pariwisata berupa pengalaman yang dapat diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat dibawa pulang sebagai cinderamata.
Kedua, setiap kali wisatawan mengunjungi destinasi selalu membutuhkan barang dan jasa tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bersih. Barang dan jasa tambahan harus diciptakan dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Ketiga, pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah (fragmented), tetapi terintegrasi dan langsung mempengaruhi sektor ekonomi lain. UU nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan secara jelas menyatakan, pariwisata berkaitan dengan banyak sektor atau multisektor. Koordinasi strategis lintas sektor terkait dengan pariwisata di antaranya dengan bidang pelayanan ke pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; bidang kemanan dan ketertiban; bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; bidang transportasi darat, laut, dan udara; dan bidang promosi pariwisata dan kerja
sama luar negeri. Kerjasama antar sektor harus diatur dengan tata kerja, mekanisme dan hubungan yang baik untuk manfaat bersama.
Keempat, pariwisata merupakan ekspor yang sangat tidak stabil. Sifat kepariwisataan yang dinamis dan musiman membuat industri ini mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Industri pariwisata rentan terhadap banyak hal, seperti politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Berikut data jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia menurut pintu masuk dan kebangsaan pada tahun 2013 dan 2014.
Tabel II.1
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA MENURUT PINTU MASUK DAN KEBANGSAAN
Bulan Desember 2014
No Kebangsaan
Jumlah Kunjungan Wisman Melalui 19
Pintu Utama Pertumbuhan (%) 2014 2013 1 Singapura 192,477 182,979 5.19 2 Malaysia 150,325 152,856 -1.66 3 Jepang 45,148 39,413 14.55 4 Korea Selatan 28,796 29,139 -1.18 5 Taiwan 14,437 14,174 1.86 6 Tiongkok 75,506 52,237 44.55 7 India 23,874 20,696 15.36 8 Philipina 10,683 11,641 -8.23 9 Hongkong 7,153 8,146 -12.19 10 Thailand 7,858 7,780 1.00 11 Australia 102,351 83,010 23.30 12 Amerika Serikat 20,808 19,997 4.06 13 Inggris 18,065 17,363 4.04 14 Belanda 12,122 12,266 -1.17 15 Jeman 11,629 11,172 4.09 16 Perancis 10,838 12,134 -10.68 17 Rusia 7,601 9,944 -23.56 18 Arab Saudi 7,229 7,522 -3.90 19 Mesir 733 675 8.59
20 Uni Emirat Arab 1,428 1,322 8.02 21 Bahrain 99 98 1.02 Lainnya 111,234 108,022 2.97 Total 860,394 802,586 7.20 KUNJUNGAN WISMAN MELALUI PINTU MASUK LAINNYA 54940 58069 -5.39 TOTAL KUNJUNGAN WISMAN MELALUI SELURUH PINTU MASUK 915,334 860,655 6.35
Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Pusdatin Kemenparekraf) Keterangan jenis pintu masuk : U (Udara), L (Laut), D (Darat)
Dari data di atas, terlihat bahwa pada tahun 2013 wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia sebesar 860.655 jiwa dan pada tahun 2014 naik menjadi sebesar 915.334. Kenaikan jumlah wisatawan mancanegara inilah menjadikan pariwisata di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan terutama di bidang ekonomi. Dari kegiatan pariwisata yang ada di Indonesia, mampu menaikkan devisa negara serta memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
Tabel II.2
PERKEMBANGAN JUMLAH PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA, RATA - RATA PERJALANAN, PENGELUARAN PER PERJALANAN TOTAL PENGELUARAN
2009 – 2013
Tahun Perjalanan (ribuan) Rata-rata Perjalanan (kali) Pengeluaran per perjalanan (ribu Rp) Total Pengeluaran (triliun Rp) 2009 229,731 1.92 600.30 137.91 2010 234,377 1.92 641.76 150.41 2011 236,752 1.94 679.58 160.89 2012 245,290 1.98 704.68 172.85 2013 250,036 1.92 711.26 177.84
Dari tabel di atas terlihat bahwa perkembangan jumlah perjalanan wisatawan nusantara mengalami kenaikan setiap tahunnya. Terlihat bahwa angka-angka perjalanan mengalami kenaikan yang berdampak pada pengeluaran. Sehingga dengan kenaikan perjalanan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara tersebut dapat disimpulkan bahwa prospek pariwisata sangat menjanjikan di sektor ekonomi.
B. Dampak Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Ismayanti (2011: 181) mengatakan bahwa pariwisata merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa dampak terhadap masyarakat setempat. Dampak terhadap masyarakat sekitar secara langsung terjadi akibat adanya transaksi barang dan jasa antara wisatawan dan masyarakat daerah wisata.
Dampak dari pariwisata bagi masyarakat sekitar obyek wisata pada dasarnya membawa berbagai dampak bagi masyarakat. Dampak pariwisatamenurut Soekadijo (1996: 29) bahwa dampak pariwisata bagi masyarakat lokal antara lain pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang di berbagai bagian dunia yang paling jauh, dengan berbagai bahasa, ras, kepercayaan, paham politik dan tingkat perekonomian.
Sedangkan Spillane (1994: 56 ) menguraikan dampak pariwisata di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik. Berikut dampak di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik.
Tabel II.3 Dampak Pariwisata Dampak Pariwisata
1. Dampak di bidang Ekonomi
a. Standarisasi fasilitas-fasilitas pariwisata; b. Meningkatnya keperluan akan barang dan jasa; c. Meluasnya kesempatan kerja;
d. Perubahan dalam pola kerja;
e. Adanya diet yang lebih baik dari masyarakat setempat; f. Berkembangnya aneka ragam kerajinan
2. Dampak di bidang Sosial Budaya
a. Adanya pertumbuhan penduduk yang cukup pesat di wilayah wisata sebagai akibat dari migrasi pencari kerja ke wilayah itu;
b. Berkembangnya pola hubungan sosial yang lebih bersifat impersonal;
c. Meningkatnya mobilitas kerja; d. Mundurnya aktivitas gotong-royong;
e. Berkembangnya konflik antar generasi (khususnya generasi muda dan tua);
f. Mundurnya usia kawin rata-rata dan mengecilkan jumlah anggota keluarga;
g. Adanya perubahan dalam stratifikasi sosial dan
munculnya cara-cara baru dalam menilai tinggi rendah status;
i. Masuknya ide-ide baru;
j. Terjadi gejala social deviance yang meliputi : kejahatan, bunuh diri, abortus, dan penyakit kelamin;
k. Adanya komersialisasi kebudayaan 3. Dampak di bidang
Politik
a. Hilangnya kontrol terhadap gejala pertumbuhan dan perkembangan pariwisata;
b. Berkembangnya politisasi dalam pengambilan keputusan;
c. Perubahan mekanisme pengambilan keputusan dari pola konsensus ke pola mayoritas.
Sumber : Spillane (1994 : 56 )
Sedangkan Wahab (1998: 15) mengemukakan bahwa dampak pariwisata di bidang ekonomi yaitu pertama, tingkat keuntungan bertambah bagi beberapa jenis usaha dalam industri pariwisata. Kedua, peningkatan imbalan jasa yang dibayar di masyarakat daerah tujuan wisata, sehubungan dengan permintaan tenaga kerja yang meningkat pada industri pariwisata yang makin meluas di sana. Ketiga, melonjaknya harga-harga tanah atau tingkat sewa fasilitas wisata di dalam atau sekitar kawasan wisata yang sedang dikembangkan sebagai daerah wisata.
Di Indonesia konsep formal pariwisata tercantum dalam pasal 1 Bab 1 Instruksi presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969. Dalam Inpres tersebut dirumuskan tujuan pariwisata di Indonesia adalah untuk: 1) Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya, perluasan kesempatan dan lapangan kerja serta mendorong
kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainya; 2) Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia; 3) Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.
1. Dampak Pariwisata terhadap Pendapatan Masyarakat Sekitar
Setiap kegiatan wisata menghasilkan pendapatan, khususnya bagi masyarakat setempat (Ismayanti, 2011: 190). Pendapatan itu dihasilkan dari transaksi antara wisatawan dan tuan rumah dalam bentuk pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan. Pengeluaran wisatawan terdistribusi tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat langsung dalam industri pariwisata seperti hotel, rumah makan, biro perjalanan wisata, dan pemandu wisata.
Spillane (1994: 44) mengungkapkan bahwa pendapatan merupakan manfaat pokok dari pariwisata bagi masyarakat setempat atau lokal. Pengeluaran wisatawan merupakan pendapatan langsung dan melalui akibat pengganda akan dapat memperbesar pendapatan tak langsung, sehingga pendapatan yang diciptakan akan sangat besar.
2. Dampak Pariwisata terhadap Curahan Kerja Masyarakat Sekitar
Menurut Spillane (1994: 58) ada bermacam-macam jenis pekerjaan dan mungkin tenaga kerja hanya secara parsial tergantung pada sektor pariwisata.Pekerjaan dalam sektor pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja sebagian waktu (part time), dan khusus untuk anggota keluarga atau pekerja wanita.
Banyak pekerjaaan dalam sektor pariwisata yang bersifat musiman. Akibatnya pekerjaan dapat berakibat negatif khususnya apabila pariwisata memusnahkan dasar kegiatan lain seperti kegiatan pertanian dalam masyarakat Desa.
3. Dampak Pariwisata terhadap Jenis Pekerjaan Masyarakat Sekitar
Dampak pariwisata selain terhadap pendapatan dan curahan kerja masyarakat sekitar juga mempengaruhi jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh masyarakat. Spillane (1994: 30) mengatakan lapangan kerja yang berkaitan dengan pariwisata dapat dibagi ke dalam tiga kategori: pekerjaan langsung, pekerjaan tak langsung dan pekerjaan yang berkaitan dengan investasi atau konstruksi infrastruktur. Pentingnya pariwisata sebagai sumber pekerjaan diakui oleh semua negara.
Ismayanti (2011: 189) juga mengungkapkan bahwa salah satu kontribusi pariwisata terhadap masyarakat yaitu menghasilkan pendapatan bagi masyarakat. Adanya transaksi antara wisatawan dan masyarakat sekitar obyek wisata dalam bentuk barang atau jasa menghasilkan suatu pendapatan bagi pemilik barang dan jasa.
C. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel II.4 Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Alat Analisis Kesimpulan Martinus
Irka Puji setyawan (2006)
Pembangunan obyek Wisata Ketep Pass (Y) Curahan Kerja di bidang pertanian dan nonpertanian(X1) Jenis Pekerjaan (X2) Jumlah Pendapatan (X3) Studi Kausal Komparatif
 Curahan kerja masyarakat di bidang pertanian
mengalami perubahan yang signifikan
 Curahan kerja masyarakat di bidang nonpertanian tidak mengalami perubahan yang signifikan.
 Jenis pekerjaan mengalami perubahan yang signifikan  Jumlah Pendapatan
mengalami perubahan atau meningkat Fransiska Jeni Mawar (2014) Adanya Obyek Wisata Rohani Gua Maria Lawangsih (Y) Status Sosial Ekonomi (X1) Kesempatan Berusaha (X2) Interaksi Sosial Antar Warga (X3) Studi Kausal Komparatif
 Terdapat perbedaan status sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Gua Maria Lawangsih  Terdapat perbedaan
kesempatan berusaha sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Gua Maria Lawangsih  Tidak Terdapat perbedaan
interaksi sosial antar warga sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Gua Maria Lawangsih Urbanus Yulianto Kurniawan (2007) Penetapan Desa-Desa di Kabupaten Sleman sebagai Desa Wisata (Y) Pendapatan Keluarga (X1) Curahan Kerja (X2) Kesempatan Berusaha (X3) Kesempatan Kerja (X4) Keluarga Miskin di Masyarakat (X5) Studi Perbandingan (Comparative Study)  Jumlah pendapatan masyarakat di desa wisata menjadi meningkat dan mengalami perubahan yang signifikan.
 Keberadaan desa wisata memberikan dampak : 1. Di bidang pertanian tidak
mengalami perubahan yang signifikan
2. Di bidang non-pertanian juga tidak mengalami perubahan yang signifikan  Keberadaan desa wisata
D. Kerangka Berpikir Teoritik dan Hipotesis
Secara singkat adanya Obyek Wisata Lava Tour tersebut berdampak kepada kehidupan sosial ekonomi masyarakat melalui :
1. Pendapatan Masyarakat
Pemdapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diterima masyarakat yang berupa upah sebagai pekerja, laba usaha atas usaha yang dijalankannya serta sewa yang diterima akibat dari peminjaman asset atau harta kepada orang lain. Keberadaan obyek wisata Lava Tour memberikan dampak secara langsung mempengaruhi pendapatan masyarakat sekitar. Banyaknya pengunjung obyek wisata Lava Tour semakin meningkatnya kesempatan kerja yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya angkatan kerja yang terserap dalam berbagai jenis pekerjaan.
 Keberadaan desa wisata memberi dampak pada semakin banyaknya kesempatan berusaha bagi warga masyarakat.
 Keberadaan desa wisata memberikan perubahan pada jumlah keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, jumlah keluarga miskin berkurang menjai lebih sedikit.
memberikan peluang bagi masyarakat untuk menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meningkatnya kemajuan suatu usaha akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang membawa kepada kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut.
- Jumlah pendapatan masyarakat Desa Umbulharjo meningkat menjadi lebih besar daripada sebelum adanya Obyek Wisata Lava Tour.
2. Curahan Kerja
Curahan kerja adalah waktu yang digunakan oleh warga Desa Umbulharjo dalam melakukan aktivitas kerja untuk mendapatkan penghasilan berupa upah, sewa maupun laba setiap harinya. Sebelum adanya Obyek Wisata Lava Tour. Waktu yang digunakan warga sebelum dan sesudah adanya wisata Lava Tour tentu mengalami perbedaan. Sehingga dapat menjadi salah satu dampak yang dapat dilihat akibat adanya Obyek Wisata Lava Tour.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut.
- Curahan kerja masyarakat di Desa Umbulharjo meningkat menjadi lebih besar daripada sebelum adanya Obyek Wisata Lava Tour.
3. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dimaksud adalah variasi pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan berupa upah, laba maupun sewa. Warga yang sebelumnya mayoritas bekerja sebagai petani, peternak dan penambang pasir setelah adanya Obyek Wisata Lava Tour mengalami perbedaan jenis pekerjaan dimana banyak warga bekerja sebagai pemilik warung oleh-oleh, penyedia jasa Jeeep dan guide, serta pekerjaan lain yang dikerjakan warga untuk mendapatkan penghasilan.
- Jenis pekerjaan masyarakat Desa Umbulharjo meningkat menjadi lebih banyak daripada sebelum adanya Obyek Wisata Lava Tour.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan model penelitian sebagai berikut.
Gambar II.1Bagan Kerangka Teoritik Keberadaan Obyek Wisata Lava Tour