• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 PENGARUH WAKTU REAKSI, VOLUME PELARUT, DAN JENIS PELARUT TERHADAP FLAVONOID

4.2.1 Jenis Pelarut Etanol, N-heksana dan Etil Asetat

Pada percobaan ini digunakan daun katuk 50 gram dengan volume pelarut 750, 1.000, dan 1.250 ml, dengan jenis pelarut etanol, N-heksana dan etil asetat dan variasi waktu ekstraksi 2, 4, 6 jam (hasil percobaan pada tabel L1.4 ).

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap Kadar Flavonoid dengan Jenis Pelarut Etanol, N-heksana dan Etil Asetat Gambar 4.4 menunjukkan hubungan waktu reaksi terhadap kadar flavonoid dengan jenis pelarut etanol dengan waktu ekstraksi 2 jam, 4 jam, dan 6 jam dengan variasi volume pelarut 750 ml, 1000 ml, 1250 ml. Dari grafik diperoleh bahwa pada volume 750 ml diperoleh hasil kadar flavonoid total dari 5,939% hingga 9,196%, volume 1000 ml diperoleh dari 12,541% hingga 1,565%, dan untuk volume 1250 diperoleh dari 5,328 hingga 27,909%. Dari grafik 4.2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu reaksi kadar flavonoid yang diperoleh semakin meningkat. semakin tinggi kadar total flavonoid yang dihasilkan berarti antioksidan yang dihasilkan dari ekstrak daun katuk itu tinggi. Pada jenis pelarut etanol dengan variasi waktu ekstraksi 2 jam, 4 jam, dan 6 jam diperoleh nilai kadar flavonoid total yang fluktuatif, dimana pada saat pada volume 750 ml dengan waktu 2 jam mengalami penurunan yang derastis menuju volume 1250 ml dengan nilai rendemen 5,939% menjadi 5,328% namun pada saat volume 1000 mengalami puncaj nilai rendemen yaitu 12,541%. Sedangkan untuk waktu 4 jam mengalami penaikan rendemen yang sangat signifikan bebentuk hgaris lurus. Dan untuk wakti 6 jam voleme pelarut terhadap rendemen diperoleh hasil yang fluktuatif dimana sama hal nya dengan

0 5 10 15 20 25 30 35 0 1 2 3 4 5 6 7 V = 750 ml V = 1000 ml V = 1250 ml V = 750 ml V = 1000 ml V = 1250 ml V = 750 ml V = 1000 ml V = 1250 ml

Waktu Ekstraksi (Jam)

K a da r F la v o no id T o ta l (%)

31

waktu 2 jam namun pada volume ini mencapai nilai volume pelarut terhadap rendemen tertinggi yaitu pada volume 1250 dengan waktu 6 jam dari 9,196% menjadi 27,909%. Sehingga diperoleh hasil rendemen tertinggi pada volume 1.250 ml dengan waktu 6 jam. dan jenis pelarut etanol dengan waktu ekstraksi 2 jam, 4 jam, dan 6 jam dengan variasi volume pelarut 750 ml, 1000 ml, 1250 ml. Dari grafik diperoleh bahwa pada volume 750 ml diperoleh hasil kadar flavonoid total dari 7,748% hingga 0,502%, volume 1000 ml diperoleh dari 0,884% hingga 0,869%, dan untuk volume 1250 diperoleh dari 1,357 hingga 1,594%. Untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi terhadap kadar flavonoid dengan jenis pelarut Etanol pada serbuk kering daun katuk, dilakukan sejumlah percobaan Pada pelarut etanol dengan variasi volume pelarut (v) 750 ml diperoleh grafik semakin meningkatnya kadar flavonoid total secara fluktuatif. Sedangkan untuk variasi volume pelarut 1000 ml diperoleh kadar flavonoid total mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan, dan untuk variasi volume pelarut 1250 ml diperoleh kadar total flavonoid yang meningkat yaitu dengan diperolehnya kadar flavonoid total tertinggi yaitu 27,9 %.

Pada jenis pelarut N-heksanal dengan variasi waktu ekstraksi 2 jam, 4 jam, dan 6 jam diperoleh nilai kadar flavonoid total yang fluktuatif, pada volume 750 ml dan waktu ekstraksi 2 jam kadar flavonoid yang sangat tinggi yaitu dengan kadar flavonoid 7,748% sedangkan untuk waktu ekstraksi 4 jam dan 6 jam diperoleh kadar flavonoid yang rendah yaitu masing masing kadar flavonoid total adalah 0,631% dan 0,502%. Dan pada volume 1.000 ml pada waktu ekstraksi 2 jam diperoleh masing-masing kadar flavonoid total sebesar 0,884%, 0,992%,dan 0,869%. Dan pada volume 1.250 ml pada waktu ekstraksi 2 jam diperoleh masing-masing kadar flavonoid total sebesar 1,357%, 1,460%,dan 1,594%. Pada jenis pelarut N-heksana ini sangat tidak diinginkan karena diperoleh grafik yang tidak beraturan yaitu diperoleh nilai nilai falvonoid tertinggi pada volume 750 ml dengan waktu 2 jam. namun yang dapat dilihat sesuai teori yaitu pada waktu 6 jam yaitu dengan volume pelarut masing-masing berurutan mengalami kenaikan sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu adanya kesalahan pada saat melakukan ekstraksi yaitu salah satunya waktu ekstraksi yang berlebihan pada saat proses ekstraksi dilakukan. Hal

ini disebabkan dipengaruhi kepolaran suatu pelarut. Seperti yang dilakukan oleh

Budiyanto bahwa semakin tinggi suhu suatu ekstraksi maka akan merusak hasil flavonoid yang dihasilkan [3]. Sedangkan pada waktu ekstraksi 6 jam dengan kadar

32

flavonoid total 1,5 %. Sedangkan untuk variasi volume pelarut 1000 ml dan 1250 ml diperoleh kadar flavonoid total yang hamper tidak mengalami peningkatan kadar flavonoid total.

Pada jenis pelarut etil asetat dengan waktu ekstraksi 2 jam, 4 jam, dan 6 jam dengan variasi volume pelarut 750 ml, 1000 ml, 1250 ml. Dari grafik diperoleh bahwa pada volume 750 ml diperoleh hasil kadar flavonoid total dari 0,953% hingga 0,639%, volume 1000 ml diperoleh dari 1,466% hingga 1,485%, dan untuk volume 1250 diperoleh dari 1,745 hingga 7,688%. Pada pelarut Etil Asetat dengan variasi volume pelarut 750 ml diperoleh kadar flafonoid total terendah yaitu pada waktu ekstraksi 6 jam dengan persentasi kadar flavonoid 0,26 %. Sedangkan untuk variasi volume pelarut 1000 ml diperoleh kadar flavonoid yang cendrung menurun fluktuatif dengan waktu ekstraksi volume pelarut (v) 750 ml hal ini disebabkan oleh suhu yang tidak teratur. Seperti yang dilakukan oleh Budiyanto bahwa semakin tinggi suhu suatu ekstraksi maka akan merusak hasil flavonoid yang dihasilkan [3]. Uuntuk variasi volume pelarut 1250 ml diperoleh kadar flavonoid yang meningkat pesat searah dengan waktu ekstraksi yaitu kadar flavonoid tertinggi yaitu pada waktu ekstraksi 6 jam sebesar 7,68 %. Pada percobaan ini diperoleh bahwa waktu ekstraksi terbaik pada variasi volume pelarut etanol adalah pada waktu ekstraksi 6 jam dengan volume pelarut 1.250 ml dengan kadar total flavonoid tertinggi mencapai 27,90 %. Sedangkan pada jenis pelarut n-heksana diperoleh kadar flafonoid total tertinggi pada waktu ekstraksi 2 jam dengan volume pelarut 750 ml dengan kadar flavonoid total 7,74% dan pada jenis pelarut etil asetat diperoleh kadar flavonoid total tertinggi pada waktu ekstraksi 4 jam dengan volume pelarut 1.000 ml dengan kadar flavonoid total 4,46%. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mohamed Ali dan chang Yong lee “ seiring dengan meningkatnya waktu ekstraksi dan dengan waktu yang berkelanjutan maka akan berpotensi meningkatkan proses hilangnya pelarut dengan penguapan” [15]. Dengan demikian penggunaan kadar flavonoid digunakan untuk menentukan efesiensi ekstrak pelarut. Akan tetapi suatu pelarut memiliki kemampuan terbatas dan suhu optimum untuk mencapaiproses menghilangnya pelarut (proses penguapan), sehingga dioeroleh pelarut terbaik yang menghasilkan kadar flavonoid terbanyak dari bahan ekstrak, sehingga ekstraksi dilakukan dengan variasi pelarut lainnya.

33

Pada jenis pelarut etil asetat dengan variasi waktu ekstraksi 4 jam mengalami penurunan nilai kadar total flavonoid, sedangkan untuk waktu ekstraksi 2 jam dan 6 jam diperoleh kadar total flavonoid mengalami kenaikan hasil kadar total flavonoid. Sedangkan untuk waktu 4 jam diperoleh volume pelarit dan kadar flavonoid yang tidak beraturan namun pada saat waktu 6 jam volume pelarut meningkat seiring dengan meningkatnya waktu ehinggda diperoleh kadar flavonoid sebesar 7,668%. Apabila telah diperoleh kadar flavonoid total dari bahan yang diekstrak dan mempunyai titik maksimum pada waktu reaksi tertentu, sehingga ekstraksi dilakukan dengan menggunakan waktu ekstraksi dan jenis pelarut lainnya sehinga diperoleh kadar total flavonoid dari masing-masing variabel. Setelah senyawa polifenol pada ekstrak diperoleh, maka polifenol (flavonoid) yang dihasilkan dapat digunakan sebagai antioksidan yang digunakan untuk menetralisir radikal bebas pada antioksidan dan kemudian akan menghasilkan nilai bilangan peroksida. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mandana Bimark,”semakin banyak volume pelarut, maka semakin besar rendemen hasil dari ekstrak”. Dengan demikian maka volume pelarut digunakan untuk menentukan nilai rendemen tertinggi untuk senyawa flavonoid [22]. Akan tetapi jika volume pelarut terlalu banyak digunakan maka kadar rendemen akan turun karena semakin banyak pelarut digunakan dan semakin waktu reaksi akan semakin akan menyebabkan perubahan sifat dan komposisi dari ekstrak sehingga mudah menguap dan akhirnya terkondensasi [20].

Dari hasil percobaan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa jenis pelarut terbaik pada proses ekstraksi adalah pelarut etanol dengan waktu maksimum ekstraksi adalah 6 jam, semakin lama waktu ekstraksi maka rasio pelarut akan semakin padat karena adanya proses penguapan pada pelarut [3]. Untuk mengetahui perbandingan standar kadar flavonoid total ekstrak daun katuk dengan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Jenis Pelarut

Kadar Flavonoid Total (%) Hasil Penelitian

(Pengaruh waktu Ekstraksi, Volume Pelarut dan Jenis Pelarut terhadap Rendemen dan Kadar Flavonoid Total pada Ekstraksi Daun Katuk)

Hasil Literatur [27]

Etanol 27,90 30,33

N-heksana 7,748 6,277

34

BAB V

KESIMPULAN

5.1 KESIMPUAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap rendemen ekstrak daun katuk terbaik pada proses ekstraksi daun katuk diperoleh pada watu ekstraksi 6 jam dengan pelarut etanol dan volume pelarut 1250 jam yaitu sebesar 0,24%.

2. Pengaruh volume pelarut terhadap rendemen pada ekstraksi daun katuk terbaik diperoleh pada volume pelarut 1250 ml dengan jenis pelarut etanol yaitu sebesar 0,243%

3. Pengaruh jenis pelarut terhadap rendemen ekstraksi daun katuk diperoleh adalah jenis pelarut etanol pada waktu 6 jam yaitu sebesar 0,243%

4. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap kadar flavonoid terbaik pada proses ekstraksi daun katuk diperoleh pada watu ekstraksi 6 jam dengan pelarut etanol dengan volume pelarut 1250 jam yaitu sebesar 27,909%.

5. Pengaruh volume pelarut terhadap kadar flavonoid terbaik pada proses ekstraksi daun katuk menjadi flavonoid diperoleh pada pelarut etanol dengan volume pelarut 1.250 ml, pada waktu 6 jam yaitu sebesar 27,909%.

6. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap kadar flavonoid terbaik pada proses ekstraksi daun katuk menjadi flavonoid diperoleh pada watu ekstraksi 6 jam dengan pelarut etanol dengan volume pelarut 1250 jam yaitu sebesar 27,909%.

7. Pengaruh waktu ekstraksi, volume pelarut, dan jenis pelarut terhadap rendemen diperoleh waktu ekstraksi terbaik pada saat 6 jam dengan volume pelarut 1250 ml dengan jenis pelarut etanol.

8. Dari waktu ekstraksi, volume pelarut, dan jenis pelarut terhadap kadar flavonoid total diperoleh waktu ekstraksi 6 jam dengan volume pelarut 1250 ml dengan jenis pelarut etanol.

35

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat mencari cara untuk menghilangkan kandungan zat warna yang masih terdapat di dalam antioksidan daun sirih seperti menggunakan karbon aktif atau bahan lainnya yang mampu mengurangi kadar warna antioksidan.

2. Perbanyak variabel uji seperti pengaruh kecepatan pengadukan saat ekstraksi, pengaruh suhu ekstraksi, perbandingan jenis bahan baku (sampel) sebagai antioksidan, dan lain sebagainya.

6

BAB II

Dokumen terkait