• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS PENDAPAPATAN DALAM APBD

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 57-62)

Tabel 3.2.

Agregat Pendapatan APBD Kaltim Tahun 2016 dan 2017 (miliar Rp)

URAIAN 2016 2017

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Pendapatan 29.464,92 28.998,16 28.194,14 24.943,12

PAD 6.465,57 6.521,79 6.681,03 6.016,48

Pajak daerah 4.038,37 4.206,84 4.353,18 4.610,90

Retribusi daerah 209,13 180,22 192,36 166,58

Hasil kekayaan daerah yang dipisahkan 257,35 251,53 335,24 324,99

Lain-lain PAD yang sah 1.960,72 1.883,20 1.800,25 914,01

Pendapatan Transfer 22.277,28 21.888,35 21.000,80 18.434,87

Transfer Pemerintah Pusat - Daper 19.552,99 19.431,62 17.590,82 15.180,24

Dana Bagi Hasil 12.802,00 12.941,12 9.806,20 7.659,85

Dana Alokasi Umum 4.115,84 4.254,78 4.902,95 4.922,83

Dana Alokasi Khusus 2.635,15 2.235,72 2.881,67 2.597,56

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 562,15 519,56 788,99 710,42

Dana Penyesuaian 422,79 380,20 555,17 477,51

Dana Desa 139,36 139,36 233,82 232,91

Transfer Pemerintah Provinsi 2.162,13 1.939,97 2.620,99 2.544,21 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 1.666,50 1.441,91 2.111,04 2.039,44

Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 5,01 4,44 0 0

Bantuan Keu dari Pemda/Provinsi 490,62 490,62 509,95 504,77

Lain-lain Pendapatan yang sah 722,06 588,20 512,31 491,76

Pendapatan Hibah 114,59 49,28 163,60 136,99

Pendapatan Dana Darurat 0 0 0 0

Pendapatan Lainnya 607,47 538,92 348,71 354,77

Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltim (diolah)

Realisasi pendapatan APBD di Kaltim 2017 secara nominal mengalami penurunan (sebesar 13,98 persen) bila dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2017 total

45

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

pendapatan yang diterima oleh seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota mencapai Rp24,94 triliun atau 88,47 persen dari target. Angka tersebut turun cukup signifikan bila dibanding 2016 yang mencapai Rp28,99 triliun.

Penurunan pendapatan di tahun 2017 terjadi di seluruh komponen pendapatan.

Angka PAD, Pendapatan Transfer dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah masing-masing hanya sebesar Rp6,01 triliun, Rp18,43 triliun dan Rp491,76 miliar. Apabila dilihat lebih rinci sebenarnya terdapat beberapa jenis pendapatan yang mengalami peningkatan seperti Pajak Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan mayoritas pendapatan transfer kecuali DBH, namun kenaikan pada jenis-jenis pendapatan tersebut tidak sebanding dengan besarnya penurunan pada pos Retribusi Daerah, Lain-lain PAD yang Sah, Dana Bagi Hasil dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif terkait pendapatan APBD di Kaltim, kami sampaikan beberapa analisis rasio sebagai berikut:

a. Rasio Realisasi PAD Terhadap Pendapatan Grafik 3.1

Rasio Realisasi PAD terhadap Pendapatan Kaltim Tahun 2016-2017

Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltim (diolah)

Rasio PAD terhadap pendapatan menunjukkan tingkat kemandirian keuangan suatu daerah dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan. Kontribusi PAD terhadap total pendapatan di masing-masing pemda menunjukkan angka yang cukup bervariasi. Kontribusi PAD yang cukup besar tercatat pada pemerintah provinsi Kaltim, yang disebabkan salah satu sumber PAD adalah dari pajak kendaraan bermotor yang dikelola oleh pemerintah provinsi. Wilayah perkotaan seperti

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Prov.KaltimSamarinda Balikpapan Kota

Bontang Kukar Kutim Kubar Paser Penajam Berau Mahulu 2015 2016 2017

46

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Samarinda dan Balikpapan juga mencatatkan rasio yang cukup tinggi. Penurunan yang cukup tajam terjadi pada rasio Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Penurunan yang terjadi pada kabupaten Kutai Timur disebabkan karena penurunan drastis pada lain-lain PAD yang sah yang mencapai 86,69 persen.

Sedangkan pada Kabupaten Penajam Paser Utara disumbang oleh penurunan tajam penerimaan pajak daerah sementara hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah mengalami peningkatan. Grafik 3.1 menunjukkan adanya variasi kenaikan dan penurunan rasio PAD terhadap pendapatan di seluruh pemda.

Terdapat 2 (dua) pemda yang mengalami penurunan rasio, 7 (tujuh) pemda mengalami kenaikan dan sisanya 2 (dua) pemda stabil. Apabila dianalisa secara lebih detil, kenaikan rasio di 7 (tujuh) pemda tersebut besar bukan diakibatkan oleh kenaikan PAD, tetapi lebih dikarenakan total pendapatan yang berkurang, mengingat nominal PAD 2017 di wilayah tersebut turun.

b. Rasio Realisasi PAD terhadap Target PAD Grafik 3.2

Rasio Realisasi PAD terhadap Target PAD Kaltim Tahun 2015-2017

Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltim (diolah)

Pada tahun 2017, secara rata-rata seluruh pemda di Kaltim hanya mampu mencapai realisasi PAD sebesar 83,09 persen dari yang target yang ditetapkan. Capaian tersebut turun dari rata-rata tahun 2015 dan 2016 yang mencapai 92,67 dan 98,64 persen. Penurunan rasio di tahun 2017 terhadap tahun 2016 yang signifikan tercatat di Kabupaten Mahakam Ulu, di mana rasio 2017 turun sebesar 68,26 persen dari tahun 2016.

83,09%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

2015 2016 2017 Rerata 2015 Rerata 2016 Rerata 2017

47

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Selama tiga tahun terakhir, Kabupaten Mahakam Ulu secara konsisten mencatatkan penurunan rasio realisasi PAD terhadap target, dengan angka penurunan yang cukup signifikan. Tren tersebut tentunya perlu mendapat perhatian serius oleh pemda yang bersangkutan mengingat PAD adalah alternatif utama pendanaan APBD untuk mengantisipasi tren penurunan dana transfer pusat yang terus terjadi belakangan ini. Kondisi ini semakin diperberat dengan proses pencairan dana transfer yang tidak tepat waktu dan bahkan baru terealisasi di akhir tahun anggaran 2017, sehingga tidak mungkin lagi untuk dibelanjakan pemda.

Grafik 3.2 menunjukkan bahwa terdapat beberapa daerah dengan rasio realisasi PAD yang jauh di atas atau di bawah target. Pada daerah dengan PAD jauh di bawah target seperti Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Penajam Paser Utara, dan Mahulu, diperlukan extra effort dalam rangka optimalisasi penarikan PAD. Di sisi lain, perlu juga dilakukan perbaikan terhadap proses perencanaan sehingga target yang ditetapkan bisa lebih realistis dan terukur, tidak terlalu optimis dibandingkan potensi yang ada. Di sisi lain, pada daerah dengan PAD yang jauh di atas target seperti Kutai Timur dan Paser, di masa datang perlu evaluasi atas penetapan target yang dalam RAPBD yang cenderung pesimis sehingga under-estimate dibanding dengan potensi riil.

c. Rasio DBH Terhadap Pendapatan

Grafik 3.3

Rasio DBH terhadap Pendapatan Kaltim Tahun 2015-2017

Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltim (diolah)

Rasio DBH terhadap pendapatan menunjukkan tingkat ketergantungan keuangan suatu pemerintah daerah terhadap alokasi dana dari pemerintah pusat untuk 30,96%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Prov.KaltimSamarinda Balikpapan Kota

Bontang Kukar Kutim Kubar Paser Penajam Berau Mahulu

2015 2016 2017 Rerata 2015 Rerata 2016 Rerata 2017

48

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

menjalankan tugas pemerintahan daerah. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kontribusi DBH terhadap pendapatan APBD di seluruh Pemprov/Kota/Kabupaten di Kaltim mengalami penurunan. Kondisi yang menunjukkan perbaikan tersebut bisa dilihat dari rata-rata kontribusi DBH terhadap Pendapatan yang turun dari sekitar 52,04 persen di tahun 2015 dan 44,30 persen di tahun 2015 menjadi hanya 30,96 persen di tahun 2016. Penurunan rasio DBH terhadap Pendapatan tahun 2017 yang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya tercatat terjadi di Kota Samarinda, Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Paser, dan Provinsi Kaltim yang mengalami penurunan lebih dari 35 persen.

Tren penurunan rasio DBH terhadap Pendapatan di Kaltim yang terus terjadi dalam tiga tahun terakhir hendaknya menjadi perhatian besar bagi para pengelola keuangan daerah. Para pengambil kebijakan/pengelola keuangan daerah harus segera mencari alternatif dan meningkatkan sumber pendapatan lain serta langkah-langkah kebijakan sebagai antisipasi atas tren penurunan tersebut. Apabila tidak dilakukan, maka pada akhirnya provinsi, kabupaten dan kota di regional ini tidak akan mampu lagi membiayai kebutuhan belanja. Padahal, selain untuk membiayai pelayanan dan pembangunan, saat ini APBD di Kaltim menjadi tumpuan harapan untuk bisa menjadi stimulus ekonomi regional yang baru saja memasuki periode pemulihan pasca pertumbuhan negatif.

49

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 57-62)

Dokumen terkait