• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang berlandaskan pada realitas sosial dan hubungan yang bersifat interaktif. Metode penelitian ini terdiri atas lokasi penelitian disertai dengan tipe dan juga dasar penelitian dilengkapi dengan sumber data, penentuan informan dan key informan dan metode analisi data61. Pada tahapan selanjutnya kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka merupakan pelengkap sehingga laporan penelitian berisikan kutipan-kutipn dari data untuk menggambarkan dan menunjukkan bukti persentasi.

Jenis penelitian kualitatif berguna dalam mengeksplorasi permasalahan yang diteliti secara lebih terperinci , valid, dan komprehensif. Penelitian ini akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif yang dapat meyakinkan yang didukung oleh data dan bukti yang diperoleh dan disusun secara teratur agar informasi dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

61Mulyana Deddy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial. (Bandung : Remaja Rosdakarya: 2006). hal.150

1.7.3. Teknik Pengumplan Data Wawancara

Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data melalui pengajuan data menggunakan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada narasumber, dan jawaban-jawaban narasumber dicatat atau direkam dengan alat perekam.62 Tujuan wawancara sendiri adalah mengumpulkan data atau informasi (keadaan, gagasan atau pendapat, sikap atau tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari pihak tertentu.63 Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan kepada anggota WALHI dan atau mantan anggota WALHI untuk memenuhi dan melengkapi kebutuhan informasi pada penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan Doni Latuparisa sebagai Direktur Eksekutif WALHIs Sumatera Utara periode 2020-2024, Khairul Bukhari sebagai Manajer Kampanye dan Penguatan Rakyat WALHI Sumut. Putra Saptian Pratama sebagai Manajer Kajian dan Advokasi WALHI Sumut.

Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi berkaitan dengan penelitian. Data yang didapatkan dari teknik ini dapat berupa cuplikan, kutipan atau penggalan-penggalan dari catatan organisasi di media, klinis atau program, memorandum-memorandum dan korespondensi, terbitan dan laporan resmi.64 Maka terkait dokumentasi pada penelitian ini akan diperoleh dari berbagai sumber seperti media online, hasil

62 Irwan Soehartono. Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011). hal.68

63 Arief Subyantoro dan FX. Suwato, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: CV.

Andi Offset, 2007).hal. 97

64 Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.(Jakarta: Prenadamedia: 2005).hal.55

penelitian, jurnal dan sebagainya, guna keperluan data terkait subjek yang diteliti.

1.7.4. Teknik Analisis Data

Bagian teknik analisis data ini, peneliti menitikberatkan pada metode deskriptif analisis. Metode ini menekankan pada pengambaran objek secara tepat sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian. Proses ini terdiri atas tiga bagian yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Mereduksi data yang dimaksud ialah mengurangi data yang tidak diperlukan dalam penelitian ini, kemudian penyajian data ialah memasukkan data yang paling dibutuhkan, kemudian penarikan kesimpulan ialah menyimpulkan dari data yang diperoleh ke dalam rangkaian kalimat.

Sekumpulan data yang didapatkan dari hasil wawancara dan dokumen yang didapat tadi, kemudian akan diolah dan dianalisis kemudian disajikan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber. Rekaman wawancara tersebut akan dituangkan ke dalam bentuk tulisan transkip, kemudian mereduksi dengan diambilnya data dan menampilkan data yang dibutuhkan saja. Dari data wawancara akan dilengkapi dari data lain seperti dokumentasi berupa data media dan sebagainya.

SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini penulis memaparkan pernyataan masalah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat tema mengenai strategi WALHI dalam Mendukung Program SDGs di Sumatera Utara. Pada bab ini juga dipaparkan perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kerangka teori, dan metodologi penelitian untuk melakukan penelitian ini

BAB II

Bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran singkat secara umum mengenai Sumatera Utara ,sejarah dan perkembangan SDGs , lalu yang terakhir profil dan sejarah WALHI

BAB III

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai memaparkan mengenai hasil dan temuan penelitian terkait ada tidaknya strategi dalam Mendukung Program SDGs di Sumatera Utara, dan apa sajakah perannya. Disajikan dalam bentuk analisis yang deskriptif dengan menggunakan konsepsi dan teori yang dipaparkan pada BAB II.

BAB IV

Bagian ini penulis akan menarik kesimpulan atas hasil dan temuan penelitian dari BAB IV, kemudian adanya saran-saran terhadap pembahasan yang telah di bahas.

BAB II

PROFIL WALHI DAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

2.1. Gambaran Umum Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10 40 Lintang Utara dan 980 -1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 72.981,23 km² atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat.65 Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.66

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah-tengah dari Utara ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0-12% seluas 65,51% seluas 8,64% dan di atas 40% seluas 24,28%, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 ha atau 1,57%. Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang.67

Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77% dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi. Banjir juga sering melanda

65Gambaran Umum Kondisi Daerah Sumatera Utara

https://www.sumutprov.go.id/images/tentangpemprovsu/RPJMD/RPJMD%2020092013%20Bab%

20II%20Gambaran%20Umum%20Kondisi%20Daerah.pdf . di akses 28 Mei 2021 pada pukul 20:18 WIB

66 Ibid

67 Ibid

wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis. Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau 65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.68

Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, curah hujan (800-4000) mm/ tahun dan penyinaran matahari 43%.69

Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan internasional, dekat dengan dua negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) provinsi, dengan batas sebagai berikut :70

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

Pada tahun 2009 pemekaran wilayah kabupaten/kota di Sumatera Utara terus berlanjut yang ditandai dengan pembentukan Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Labuhan Batu, serta pembentukan Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias.

Sehingga jumlah kabupaten/kota menjadi 33 kabupaten/kota terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota.71

68 Ibid

69 Ibid

70 Ibid

71 Ibid

Tabel 1 :

Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota, 201772

Kabupaten / Kota Luas (km²) Rasio Terhadap Total Kabupaten

Nias 1 842,51 2,52

Mandailing Natal 6 134,00 8,40

Tapanuli Selatan 6 030,47 8,26

Tapanuli Tengah 2 188,00 3,00

Humbang Hasudutan 2 335,33 3,20

Pakpak Barat 1 218,30 1,67

Labuhanbatu Selatan 3 596,00 4,93

Labuhanbatu Utara 3 570,98 4,89

Nias Utara 1 202,78 1,65

Sumatera Utara 72 981,23 100,00

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara tahun 2017

72 Luas Daerah Menurut Kabupaten Kota 2017

https://sumut.bps.go.id/statictable/2018/09/03/1003/luas-daerah-menurut-kabupaten-kota-2017.html di akses 29 Mei 2021 pada pukul 19:20 WIB

Tabel 2 :

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara 2010, 2018, dan 201973

Kabupaten /Kota

Sumatera Utara 12.982.204 14.415.391 14.562.549 1,02 1,28

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara tahun 2019

73 Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Distribusi Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kabupaten Kota 2010 Dan 2019 https://sumut.bps.go.id/statictable/2020/06/05/1763/penduduk-laju-pertumbuhan-penduduk- distribusi-persentase-penduduk-kepadatan-penduduk-rasio-jenis-kelamin-penduduk-menurut-kabupaten-kota-2010-dan-2019.html di akses 3 Juli 2021 pada pukul 14:31 WIB

Tabel 3 :

Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, 2010 dan 201974

Kabupaten / Kota Kepadatan Penduduk per km²

2010 2019

Sumatera Utara 177,9 199,5

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 2.2. Sejarah dan Perkembangan WALHI

Indikasi WALHI akan muncul berawal dari dilantiknya Emil Salim sebagai Menteri Lingkungan Hidup. Dua bulan setelah dilantik, Emil berdiskusi dengan beberapa kawannya, seperti Bedjo Rahardjo, Erna Witoelar, Ir.Rio Rahwartono (LIPI), dan Tjokropranolo (Gubernur DKI), untuk membicarakan agar lingkungan menjadi sebuah gerakan dalam

74 Ibid

masyarakat. “Saya pengen bola salju lingkungan hidup bisa cepat membesar,”

kata Emil waktu itu.75

Dalam hal ini Emil Salim mengambil sebuah keputusan kepada dirinya, dimana beliau belajar tentang lingkungan merupakan sebuah keharusan baginya. Hal itu terjadi dikarenakan Emil Salim mengamati bahwasannya lingkungan merupakan sesuatu hal yang masih baru dan belum mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Dengan keingin Emil Salim untuk terjun ke tengah-tengah masyarakat beliau berharap agar kedapannya isu-isu lingkungan di masyarakat bisa diselesaikan dengan solusi yang muncul dari masyarakat. Untuk itulah, ia harus mencari jalan keluar agar bola salju yang bernama ‘lingkungan’ itu menggelinding lebih besar.76

Pada akhirnya Emil Salim menemukan sebuah ide untuk mengundang kelompok-kelompok NGO dan pecinta alam untuk merealisasikan keinginannya. Beliau memilih mengundang kelompok-kelompok NGO dan pecinta alam karena kedua elemen tersebut dianggap memiliki kedekatan emosional yang cukup baik dengan masyarakat. Disamping itu Emil berharap agar kelompok NGO dan pecinta alam dapat bersinergi dengan pemerintah dalam menyelsaikan berbagai persoalan lingkungan yang ada. Di sisi lain, masyarakat yang tidak bisa menyampaikan permohonannya kepada pemerintah bisa disampaikan melalui NGO.77

Setelah itu Tjokropranolo memiliki sebuah tawaran yaitu melakukan pertemuan kelompok-kelompok NGO yang berada di seluruh Indonesia dan respon dari Emil Salim itu sendiri menerima tawaran dari Tjokropranolo untuk melakukan pertemuan kelompok-kelompok NGO seluruh Indonesia.

Pertemuan tersebut dilakukan di Lantai 13, Balaikota (Kantor Gubernur DKI Jakarta), Jalan Merdeka Selatan. Tidak dinyana sama sekali, pertemuan mendadak tersebut dihadiri sekitar 350 lembaga yang terdiri dari lembaga

75 WALHI Sumatera Utara “Sejarah”. https://www.walhi.or.id/sejarah . di akses 5 Juli 2021 pada pukul 14:22 WIB

76 Ibid

77 Ibid

profesi, hobi, lingkungan, pecinta alam, agama, riset , kampus, jurnalis, dan lain sebagainya.78

Dalam pertemuan tersebut diminta agar pertemuan tersebut tidak di sia-sia, bagaimana cara mereka mempertahankan komitmen bersama sekaligus mencari cara berkomunikasi paling efektif di antara mereka. Disaat acara akan selesai, disaat itulah muncul sebuah kesepakatan untuk memilih sepuluh kelompok NGO dari yang berhadir yang nantinya akan membantu program-program pemerintah dalam hal lingkungan hidup. Ke-sepuluh organisasi tersebut kemudian disebut dengan .Kelompok Sepuluh Pengembangan Lingkungan Hidup yang dideklarasikan pada 23 Mei 1978 di Balaikota.79 Kelompok Sepuluh dijadikan wadah untuk berbagi informasi, pikiran, dan agenda penyusunan program bersama terkait permasalah lingkungan hidup yang ada di Indonesia maupun internasional agar tercapainya kelestarian lingkungan makhluk hidup.

Anggota kelompok ini adalah 80 :

1. Ikatan Arsitek Landsekap Indonesia (IALI), - Ir. Zein Rachman 2. Yayasan Indonesia Hijau (YIH), - Dr Fred Hehuwed

3. Biologi Science Club (BCS) - Dedy Darnaedi 4. Gelanggang Remaja Bulungan -Bedjo Raharjo

5. Perhimpunan Burung Indonesia (PBI) - H. Kamil Oesman 6. Perhimpunan Pecinta Tanaman (PPT) - Ny. Mudiati Jalil 7. Grup Wartawan Iptek - Soegiarto PS

8. Kwarnas Gerakan Pramuka - Drs. Poernomo

9. Himpunan Untuk Kelestarian Lingkungan Hidup (HUKLI) - George Adjidjondro

10. Srutamandala (Sekolah Tinggi Publisistik).

78 Ibid

79 Ibid

80 Ibid

Namun, dalam perjalanannya, Srutamandala tidak memenuhi persyaratan sebagai anggota organisasi, karena kegiatannya bersifat individual, meskipun ada bentuk organisasinya. Sehingga jumlahnya menjadi sembilan organisasi.81

Keanggotaan tersebut dirasakan masih kurang dan harus ditambah dengan beberapa organisasi, sehingga lebih mempunyai ‘power’ untuk melakukan kegiatan. Untuk itulah dilakukan penambahan keanggot aan Kelompok Sepuluh Pengembangan Lingkungan Hidup. Kelompok ini diketuai oleh Ir. Zein Rachman (IALI), dengan Sekretaris I, yaitu Dedy Darnaedi (BSCc) dan Sekretaris II, Bedjo Rahardjo (GRJS-Bulungan).82

Pada pertengahan tahun 1980, terjadi peningkatan pencemaran merkuri di Teluk Jakarta . Dan kasus ini pun mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat. Berangkat dari hal itu di Jakarta juga melaksanakan seminar berkaitan dengan bahaya Merkuri/Hg dan pencemaran Teluk Jakarta sebagai salah satu bentuk cara untuk mengedukasi masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.

Atas prakarsa kelompok 10, dan dukungan Sri Sultan Hamengku Buwono IX lewat Indonesia Wildlife Fund, dibicarakan kemungkinan pertemuan ornop yang lebih besar untuk menanggapi isu yang lebih besar.83 Dari awal masalah lingkungan hidup itu merupakah hal yang kompleks, sehingga beberapa NGO yang sudah memiliki program di bidang lingkungan hidup mengambil tindakan untuk saling bertemu di dalam satu forum nasional.

Dalam sebuah makan siang, Emil Salim, Soerjani, dan Erna Witoelar, sepakat untuk mengikutkan forum pertemuan nasional LSM itu ke dalam Konferensi Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang pertama di Jakarta.84 Dan hal tersebut pun mendapat respon baik dari berbagai departemen. Pertemuan ini

81 Ibid

82 Ibid

83 Ibid

84 Ibid

bertujuan agar organisasi kelompok yang bergabung ikut berperan aktif dalam mengembangan dan melestarikan lingkungan di Indonesia.

Pertemuan berlangsung pada tanggal 13 – 15 Oktober 1980, di Gedung YTKI bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Pusat Studi Lingkungan (PSL) se-Indonesia.85 Pertemuan tersebut diikuti oleh 130 orang peserta dari 78 organisasi dari tiga kelompok, yaitu kelompok organisasi masyarakat (agama, sosial), organisasi pecinta alam, dan organisasi profesi.86

Pertemuan yang berlangsung itu pun berjalan alot karena adanya kecurigaan sebagian peserta forum. Sampai Kamis sore, menjelang penutupan nama organisasi yang nantinya akan dibentuk pun mencapai tidak menemukan titik temu. Oleh karena itu, pemilihan nama itu memakan waktu cukup lama. Setelah deadlock,

Setelah lama termenung-menung, walaupun agak pesimis “Bagaimana kalau Wahana?” tanya saya. “Apa artinya itu?” tanya Erna. “Artinya vehicle atau means.” Entah karena sudah mau penutupan atau memang sepakat, Erna melesat masuk ke ruangan, dan kemudian duduk di depan sidang. Ia menawarkan nama Wahana dengan penjelasan arti wahana – sehingga namanya menjadi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia87.

Nama ini dianggap independen, tidak underbow kepada salah satu organisasi/parpol, serta mencerminkan nama khas Indonesia atau bukan nama asing.88 Hamper seluruh peserta forum sepakat atas tawaran Erna yaitu dengan nama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Dan berujung pada disepakatinya naman tersebut pada Kamis malam, 15 Oktober 1980.

Peniupan lilin yang dilakukan oleh Erna merupakan tanda berakhirnya acara tersebut.

85 Ibid

86 Ibid

87 Ibid

88 Ibid

Kelahiran Walhi sebagai sebuah forum mempunyai kekuatan cukup besar, secara bertahap di tahun 83-an jumlahnya sudah mencapai 350 lembaga.89 Hal ini membuat WALHI harus diperhitungkan atas kelahiran dan gerakan WALHI. .Gerakan pertama yang dilakukan WALHI di awal kepengurusannya yaitu dengan memperkenalkan WALHI ke masyarakat luas, baik pemerintah, pers, perusahaan,para artis, mahasiswa, dan lain lain, juga dirangkul oleh WALHI. Lalu selanjutnya WALHI melakukan public awareness dan diperlukan peran serta masyarakat yang aktif untuk mewujudkan lingkungan hidup yang lestari.

Bukti tersebut terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan, di antaranya adalah melakukan pendidikan lingkungan di berbagai lembaga dan pecinta alam, kolaborasi isu lingkungan dengan para seniman, seperti Iwan Fals, Sam Bimbo, Ully Sigar Rusady, dan lain-lain. Selain sosialisasi, langkah yang ditempuh adalah edukasi, yaitu memberikan pendidikan konservasi alam di beberapa kampus, dan melakukan seminar tentang lingkungan, mengadakan berbagai perlombaan, misalnya,menggambar, menciptakan lagu, dan karya tulis ilmiah. Perlahan Walhi mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan pemerintah.90

Walhi mulai mendapatkan legitimasinya sebagai representasi LSM lingkungan seluruh Indonesia dan diundang DPR dalam pembahasan UU Lingkungan Hidup. WALHI juga membuat laporan tahunan yang dan diterbitkan untuk masyarakat luas agar masyarakat tau akan kinerja dan informasi dari WALHI itu sendiri. Keterbukaan bagi WALHI sangat penting karena masih ada tuduhan-tuduhan yang menyatakan bahwa WALHI condong pada kepentingan luar negeri (asing) dan bukan kepada rakyat91. Dan berangkat dari laporan yang yang dipublikasi WALHI, masyarakat dapat mengetahui apakah WALHI berpihak pada kepentingan asing atau kepada kepentingan lingkungan dan demokratisasi di Indonesia.

89 Ibid

90 Ibid

91 Ibid

Mengawali tahun 2000, WALHI terus bergerak maju dan konsisten dengan perjuangan penegakan lingkungan.92 Semakin bertumbuhan maka akan membawa juga perkembangan dalam keragaman isu dan gerakan lingkungan itu sendiri. WALHI dengan tidak ada kompromi terhadap pelaku perusak lingkungan membuat mereka semakin diperhitungkan. Selaras dengan hal tersebut, sikap kritis WALHI terus bertumbuh dalam melihat berbagai kebijakan dan eksploitasi sumberdaya alam yang merugikan masyarakat luas.

Kampanye terhadap dampak pertambangan di PT. Freeport Indonesia mengawali langkah WALHI dalam hard campign, di mana sikap tegas dan tidak kompromi terhadap perusak lingkungan menjadi ciri khas WALHI selanjutnya.93 Pada tahun 1988, Badan Eksekutif WALHI mulai mengkampanyekan tentang Reformasi Lingkungan Hidup fokus pada hal-hal makro yang meliputi kebijakan lingkungan dan kelembagaan lingkungan.

Kebijakan tersebut dilandasi oleh pernyataan bahwa kebijakan lingkungan harus memenuhi rasa keadilan, melindungi lingkungan, dan bisa dinikmati oleh masyarakat. Sedangkan dalam hal kelembagaan didasarkan pada kelembagaan yang dibangun dan dikembangkan agar dapat menjalankan kebijakan tersebut. Dalam melakukan advokasi, tidak jarang WALHI harus

‘berhadapan’ dengan pemerintah atau perusahaan besar. Akhir tahun 1988, ketika pertama kalinya forum ini menggugat pemerintah dan memasukkan nama menteri lingkungan hidup dalam daftar para tergugat. Saat itu, George Aditjondro dengan terburu-buru menyatakan bulan madu Emil Salim dan LSM sudah berakhir. Emil Salim saat itu tidak berdaya karena Soeharto terlebih B.J. Habibie juga memberikan ijin.94

Pada bulan Desember 1989, WALHI menggugat enam pejabat negara karena mengijinkan pembangunan pabrik pulp dan rayon, PT Inti Indorayon Utama di Porsea. Kasus ini pertama kalinya NGO melakukan legal standing.

Ini merupakan catatan pembaharuan hukum acara di Indonesia, karena

92 Ibid

93 Ibid

94 Ibid

sebelumnya Indonesia menganut “asas tiada gugatan tanpa kepentingan hukum”.95 Walaupun dari pengalaman beberapa sidang di pengadilan, legal standing WALHI selalu saja dibicarakankan, tetapi dalam perjalanannya, akhirnya legal standing LSM ini diakomodir dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang diartikan sebagai Hak Gugat Organisasi Lingkungan.96 Pada akhirnya pun WALHI memang kalah, akan tetapi klaim mereka sebagai organisasi lingkungan hidup yang mewakili lingkungan (legal standing) diterima oleh pengadilan. Inilah awal mula LSM Indonesia diakui melakukan legal standing.

Selanjutnya hal tersebut menjadi tonggak sejarah Walhi untuk legal standing untuk melawan pemerintah atau menggugat.97 Dari beberapa kasus gugatan lingkungan yang dilayangkan oleh WALHI, hanya ada satu kasus yang berhasil dimenangkan, yaitu Hak Atas Informasi. Karena dalam putusannya, Majelis hakim mengabulkan gugatan yang dilayangkan WALHI sebagian dan mengakui bahwasannya PT Freeport Indonesia telah melakukan perbuatan yang melawan hukum. Kemenangan ini pun menjadi catatan sejarah tersendiri bagi semuanya, bahwasannya kita dapat memenangkan gugatan atas lingkungan walaupun harus melewati perjalanan panjang.

Sejak UU Lingkungan diundangkan, kritik aktivis LSM semakin tajam kepada Emil Salim. Karena beliau yang dulu merupakan salah satu penggiat WALHI tetapi pada saat gugatan dilayangkan ke pemerintah, Emil malah menyarankan untuk WALHI tidak melakukan hal tersebut.

Sesaat setelah melakukan advokasi, baik secara langsung ataupun tidak langsung, WALHI telah bergesekan dengan elit elit negara. Persoalan Lingkungan di Indonesia pada dasarnya adalah persoalan politik karena semua kerusakan lingkungan merupakan imbas dari produk kebijakan-kebijakan yang diolah dari berbagai kepentingan dan arah politik itu sendiri

95 Ibid

96 Ibid

97 Ibid

Oleh karenanya, WALHI akan selalu tetap kritis terhadap persoalan-persoalan politik.

Semua kerusakan lingkungan itu merupakan dampak kebijakan-kebijakan yang ada. Dan diperparah dengan tidak ada satupun partai politik yang mempunyai kepedulian pada lingkungan. Walaupun dalam pada saat kampanye, persoalan lingkungan menjadi buah bibir dalam agena beberapa partai politik. Hasil Riset WALHI tahun 1999 menunjukkan bahwa 48 partai politik peserta Pemilu, hanya ada empat partai politik yang menempatkan lingkungan sebagai agenda utama, yaitu PDI Perjuangan, PAN, PK, dan PKB. Sayangnya, tidak satu partai pun yang merealisasikan agenda tersebut, termasuk PDI Perjuangan, sebagai partai pemenang Pemilu.98

Melihat kondisi itu, WALHI kemudian terlibat dalam pendidikan

Melihat kondisi itu, WALHI kemudian terlibat dalam pendidikan

Dokumen terkait