• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK LINGKUNGAN

(Studi Kasus: Strategi WALHI Sumatera Utara dalam Mendukung Program Sustainable Development Goals di Sumatera Utara)

Disusun oleh:

Michael Parna 170906030

Dosen Pembimbing:

Warjio, MA.,Ph. D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)
(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

MICHAEL PARNA ( 170906030 )

STRATEGI WALHI SUMATERA UTARA DALAM MENDUKUNG PROGRAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS DI SUMATERA UTARA

Rincian isi Skripsi : 88 halaman, 28 buku, 3 jurnal, dan 4 situs internet.

( Kisaran buku dari 1995-2018 )

ABSTRAK

Penelitian ini membahas bagaimana kontribusi yang dilakukan oleh salah satu LSM yang bergerak pada aksi lingkungan hidup di Indonesia yakni strategi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara dalam mendukung program Sustainable Development Goals di Sumatera Utara. Menggunakan dimensi Politik Lingkungan oleh Herman Hidayat, dengan fokus pada kajian Peran Aktor Tidak Langsung. Kemudian dideskripsikan peran-peran tersebut menggunakan konsep Abdi Rahmat mengenai peran LSM antara lain peran sebagai Countervailing Power (Kekuatan Penyeimbang), Intermediary Institution (Lembaga Perantara) dan Empowerment (Pemberdayaan), serta dianalisis juga menggunakan dua pendekatan dalam teori Gerakan Sosial Baru yaitu konsep keluhan (Grievance) dan kesempatan politik (Political Opportunity). Metode yang digunakan yakni kualitatif dengan mengumpulkan data melalui cara wawancara dan studi literatur dari berbagai sumber.

Kemudian data diolah dan disajikan secara deskriptif.

Terdapat delapan isu utama lingkungan hidup di Sumatera Utara yang menjadi garis besar WALHI Sumut dalam mendukung progtam SDGS di Sumatera Utara. Delapan isu tersebut antara lain wilayah kelola rakyat, krisis ekologi, tata

(4)

ruang, dukungan publik, tata kelola organisasi, perkotaan/urban, kedaulatan pangan dan energi, dan penegakan hukum lingkungan karena delapan isu ini diindikasi sebagai komponen penting yang harus dibenahi guna mencapai tujuan tujuan SDGS di Sumatera Utara ini. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa WALHI Sumut dalam telah berhasil menekan pemerintah untuk meluncurkan program Medan Zero Waste,. Lalu keberhasilan lain WALHI Sumut juga melakukan gugatan kepada Bank of China untuk memberhentikan pendaan terhadap PLTA Batang Toru dan berhasi;. Peran Countervailing Power mereka lakukan dengan aksi protes dan gugatan, Empowerment dengan memberikan pendidikan juga kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran terkait lingkungan hidup di Sumatera Utara dan Intermediary dengan mengembangkan jaringan terkait advokasi. Membaca gerakan sosial baru dari konsep keluhan dan kesempatan politik menunjukkan bahwa gerakan lingkungan WALHI tersebut bisa dilihat atas keluhan lingkungan di Sumatera Utara kemudian didukung oleh kesempatan politik yang terbuka di era reformasi.

Kata Kunci: LSM, Sustainable Development Goals , Gerakan Sosial Baru, Politik Lingkungan, WALHI

(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi serta masa perkuliahan ini. Atas kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI WALHI SUMATERA UTARA DALAM MENDUKUNG PROGRAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS DI SUMATERA UTARA”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana (S1) pada Program Sarjana Ilmu Politik, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis sangat bersyukur karena masih dimampukan untuk menyusun skripsi ini dalam keadaan sehat walafiat, tidak kekurangan suatu apapun, dan selalu dicukupkan atas berkat pemberian Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan penulis yang sangat luar biasa.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu dengan rendah hati penulis menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk dijadikan perbaikan bagi penulis dalam referensi penelitian selanjutnya.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang paling dalam kepada keluarga terkasih yang sangat berperan besar setiap harinya dalam kehidupan penulis sebagai pembimbing untuk tetap berada di jalur kebaikan dalam hidup di dunia ini yang sanhgat besar pengaruhnya terhadap hidup penulis terkhususnya kepada Longser Simanihuruk dan Rosmaida br.Damanik selaku bapak dan ibu saya yang sangat saya sayangi yang sudah membesarkan dan merawat penulis sejak lahir serta memberikan kasih sayang, dukungan dan fasilitas untuk mengejar cita cita saya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Stanley Ruga Manihuruk dan Northon Faustinus Manihuruk selaku saudara saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada saya.

(8)

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak berkontribusi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Dr. Warjio selaku Ketua Program Studi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing saya. Terima kasih yang hanya saya dapat ucapkan kepada bapak atas bimbingan yang bapak berikan selama ini.

Terima kasih karena bapak telah memberikan semangat kepada saya dalam kegiatan kampus.

2. Terima kasih kepada Nondong beserta keluarga selaku “abang kandung”

penulis yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada saya sejak awal saya di Universitas Sumatera Utara sampai pada titik ini.

mengingatkan untuk selalu mengerjakan skripsi, dan terima kasih atas kebaikan yang telah memberikan tempat untuk bercerita keluh kesah selama masa kuliah terkhusus dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Terimakasih saya ucapkan kepada WALHI Sumatera Utara karena telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan data kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Terimakasih untuk kawan-kawan yang telah berbagi tempat tinggal dengan penulis dari awal 2017 sampai saat ini.

5. Terima kasih banyak kepada Manja Kelong atas waktu luangnya yang diberikannya. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Terima kasih kepada Bang Nico Handani Siahaan dan Bang Sanri Kevin Naibaho yang telah meluangkan waktunya.

7. Terima kasih untuk teman-teman Ilmu Politik terkhususnya stambuk 2017.

8. Terima kasih untuk orang baik yang telah muncul dikehidupan penulis.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Batasan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penulisan ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Kerangka Teori dan Konsep... 10

1.6.1 Politik Lingkungan ... 10

1.6.2 Gerakan Sosial ... 13

1.6.3 Konseptualisasi Lembaga Swadaya Masyarakat ... 16

1.6.4 Konseptualisasi Sustainable Development Goals ... 21

1.6.5 Teori Strategi Politik Pembangunan ... 26

1.7 Metodologi Penelitian ... 28

1.7.1 Metode Penelitian ... 28

1.7.2 Jenis Penelitian ... 28

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 29

1.7.4 Teknik Analisis Data ... 30

SISTEMATIKA PENULISAN ... 31

BAB II PROFIL WALHI DAN SDGS ... 32

2.1 Gambaran Umum Sumatera Utara ... 32

2.2 Sejarah dan Perkembangan WALHI ... 36

2.3 Profil WALHI Sumatera Utara ... 45

2.4 Visi , Misi , dan Peran WALHI Sumatera Utara ... 48

2.5 Nilai – Nilai Dasar WALHI Sumatera Utara ... 49

2.6 Transformasi Millenial Development Goals menjadi Sustainable Development Goals ... 49

BAB III STRATEGI WALHI SUMATERA UTARA DALAM MENDUKUNG PROGRAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS DI SUMATERA UTARA ... 56

(11)

3.1 Gerakan Sosial pada Strategi WALHI Sumatera Utara terhadap Progaram

Sustainable Development Goals di Sumatera Utara ... 56

3.2 Dimensi Politik Lingkungan WALHI Sumatera Utara pada Progaram Sustainable Development Goals ... 60

3.3 Strategi WALHI Sumatera Utara terhadap Progaram Sustainable Development Goals di Sumatera Utara ... 61

3.4 Hambatan WALHI Sumatera Utara dalam melakukan Gerakan terhadap Progaram Sustainable Development Goals di Sumatera Utara ... 79

BAB IV PENUTUP ... 81

4.1 Kesimpulan ... 81

4.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA ... 87

TRANSKIP WAWANCARA ... 93

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Data Kependudukan 2020: Penduduk Indonesia ... 1

Gambar 2. Tujuan Millenium Development Goals ... 46

Gambar 3. Tujuan Sustainable Development Goals ... 48

Gambar 4. Aksi Tolak Pendanaan Bank Of China ... 60

Gambar 5. Kampanye Medan Zero Waste ... 61

Gambar 6. Pelatihan Jurnalis Lingkungan ... 68

Gambar 7. Audiensi WALHI Sumut dengan KPU ... 70

Gambar 8. Audiensi WALHI Sumut dengan KPU ... 71

Gambar 9. Audiensi WALHI Sumut dengan DPRD Sumut ... 72

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota, 2017 ... 28 Tabel 2 :Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara 2010, 2018, dan 2019 ... 29 Tabel 3 :Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, 2010 dan 2019 ... 30

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah 1.916.906,77 km² dan 16.056 pulau ( luas daerah dan jumlah pulau menurut provinsi 2019). Hal ini bisa dilihat bahwa Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sebagian dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia telah digunakan untk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia itu sendiri. Berdasarkan Data Kependudukan Semester I 2020 itu, jumlah total penduduk Indonesia per 30 Juni sebanyak 268.583.016 jiwa.1

Gambar 1. Data Kependudukan 2020: Penduduk Indonesia

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2020/08/12/15261351/data-kependudukan-2020- penduduk-indonesia-268583016-jiwa?page=all

Jika dilihat dari banyaknya sumber daya alam tersebut, hal ini bisa saja berdampak positif bagi pembangunan negara dan kesejahteraan rakyat apabila jika dikelola dengan bijak oleh pemerintah. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwasannya dengan meningkatnya kualitas hidup maka akan meningkatkan pula konsumsi sumber daya alam yang disertai dengan entropi (turunnya keteraturan)

1 Dian Erika Nugraheny. Data Kependudukan 2020: Penduduk Indonesia 268.583.016 Jiwa https://nasional.kompas.com/read/2020/08/12/15261351/data-kependudukan-2020-penduduk- indonesia-268583016-jiwa?page=all . di akses 20 Februari 2021 pada pukul 15:08 WIB

(15)

yang berdampak meningkatnya pencememaran.2 Kekayaan sumber daya alam itu sendiri meliputi pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan, serta pertambangan dan juga energi seperti yang tertuang pada Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945:3

“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Permasalahan lingkungan sampai saat ini masih menjadi topik permasalahan yang tidak pernah luput di dunia. Fenomena pemanasan global telah berdampak pada perubahan iklim (ektrem) dan penurunan kualitas lingkungan.4 Manusia merupakan bagian dari sistem ekologi (ekosistem) sebagai objek sekaligus subjek pembangunan. Permasalahan lingkungan yang sangat mendasar berkaitan dengan populasi manusia , sebab dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi pada suatu negara , kebutuhan akan pangan, bahan bakar , pemukiman dan kebutuhan dasar lainnya juga akan tinggi, yang pada gilirannya akan meningkatkan limbah domestik dan limbah industri yang mengakibatkan perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup.5 Seluruh masyarakat pun sadar bahwa lingkngan hidup merupakan isu yang penting karena berhubungan dengan keberlangsungan hidup setiap orang.

Rusaknya struktur,fungsi dasar ekosistem, kerusakan lingkungan dan sumber daya alam merupakan akibat dari massive nya kegiatan pembangunan Perusakan lingkungan hidup dan pencemarak lingkungan merupakan sebab sosial, yang menyebabkan masyarakat dan pemerintah harus terbebani untuk menanggung biaya pemulihan. Tindakan pengawasan merupakan upaya dalam pengendaluan dampak lingkungan agar ditaatinya ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang lingkungan hidup. Setiap orang akan berfikir betapa pentingnya pelestarian dan pengembangan kemampuan lingkungan hidup untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.6

2 Ir. Philip Kristanto. Ekologi Industri. (Yogyakarta: Andi: 2002). hal.40

3 Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945

4 Nirwono Joga, Greenesia, (Jakarta : PT. Gramedia: 2014). hal. xiii

5 Ir. Philip Kristanto . Ekologi Industri. (Yogyakarta: Andi: 2002) , hal.29

6 Takdir Rahmadi. Hukum Lingkungan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2015).

hal.22

(16)

Pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang secara berkesinambungan mengoptimalkan berbagai sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Di sisi lain, ketersediaan dari sumber daya itu sendiri terbatas dan tidak merata, baik dalam quantity maupun dalam quality, sedangkan permintaan sumber daya tersebut akan semakin berambah akibat meningkatnya pembangunan guna memenuhi kebutuhan tiap-tiap masyarakat,yang semakin meningkat dan beragam. Dipihak lain, daya dukung lingkungan hidup dapat terganggu dan daya tampung lingkungan hidup dapat menurun.

Kegiatan pembangunan berdampak pada pencemaran lingkungan di provinsi Sumatera Utara, seperti contohnya di Kawasan Industri di kota Medan (KIM), lalu minimnya sumber air bersih dan banyaknya limbah di wilayah PLTA Pangkalan Susu . Didaerah Mandailing Natal (Madina) dibeberapa tempat mengalami pencemaran akibat pembangnan dari kerja-kerja pendulangan emas baik dilakukan secara legal maupun illegal.7 Persoalannya bersumber pada satu mara : pembangunan.8 Meskipun produk yang dihasilkan bermanfaat bagi masyarakat, namun akses yang ditimbulkan dapat merusak lingkungan hidup sekitar yaitu adanya limbah sisa produksi. Pengelolaan limbah yang kurang baik dapat mengancam lingkungan hidup, kesehatan masyarakat sekitar, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup yang lainnya.

Metode pembuangan limbah yang sembarangan menyebabkan terkontaminasinya lingkungan sekitar dan berimbas kepada pemukiman penduduk menjadi kumuh, lalu aliran sungai menjadi tersumbat, dan tingkat kesuburan tanah pun menurun. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat karena mereka menjadi rentan terhadap penyakit terganggu oleh bau yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh limbah, dan rusaknya ekosistem.

Konsep pembangunan berkelanjutan ramah lingkungan yang mengandung arti bahwa setiap orang memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi yang akan datang dan terhadap satu generasinya, serta mengutamakan terjaganya pelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan hidup sebagai acuan bagi berkelanjutan pembangunan. Namun kenyataan menunjukkan, bahwa

7 Warjio Ph.D. Politik Pembangunan : Paradoks Teori,Aktor, dan Ideologi (Jakarta : Kencana:

2016) hal.12

8 Ibid.

(17)

fenomena perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini merupakan akibat dari degradasi atau penurunan kualitas lingkungan yang terus berlanjut antara lain pencemaran lingkungan hidup akibat limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya), limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, limbah domestik yang belum dikelola dengan baik serta pencemaran udara yang berasal dari sumber bergerak (kendaraan bermotor), sumber tidak bergerak dari cerobong asap pabrik dan kebakaran hutan.9

Untuk menangani berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi , PBB menciptakan Millenium Development Goals (MDGs) yang berisikan 8 capaian pembangunan nasional yang harus di capai oleh setiap negara terutama negara berkembang..10 The Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi yang muncul dari hasil pertemuan pada September 2000 dan dihadiri oleh 189 Negara sebagai bentuk tanggapan dunia terhadap permasalahan yang ada di dunia, yaitu salah satunya ialah permasalahan lingkungan. Targetan atas deklarasi yang muncul itu yaitu menerapkan pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kerusakan lingkungan yang ada di dunia ini. Deklarasi ini membuktikan bahwa permasalahan lingkungan masih menjadi masalah besar yang harus ditanggulangi bersama.

Setelah berakhirnya The Millenium Development Goals (MDGs) , pada tanggal 2 Agustus 2015, PBB dalam rapat umumnya mengumumkan resolusi A/RES/70/1 dengan tema ‘Transforming Our World: the 2030 Agenda for Suistainable Development’. Resolusi ini berisi 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs) dengan 169 capaian yang disahkan pada tanggal 25 September 2015. SDGs dibuat dengan upaya meneruskan dan memantapkan capaian-capaian MDGs . 11 Idealnya pembangunan

9 Takdir Rahmadi. Hukum Lingkungan Di Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2015).

hal.21

10 Claudia Karina Putri . Peran AIESEC Local Committee (LC) Bandung , dalam mendukung Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGS) . Global Political Studies Jurnal . Vol.2 No.1 April 2019 hal. 42

11 Ibid.

(18)

bukan hanya mencakup ekonomi, sosial dan politik, namun juga terdapat isu lingkungan, yang di dalamnya penuh dengan kepentingan-kepentingan politik.12

Rencana sustainabile devolepment (pembangunan berkelanjutan), merupakan suatu hal yang sanag diperlukan oleh suatu daerah untuk meminimalisir terjadinya dampak degradasi lingkungan, yang wajar terjadi di provinsi Sumatera Utara. Dalam menjalankan pembangunan yang berkelanjutan, yang perlu dilakukan yakni bagaimana mengatasi kerusakan lingkungan namun tidak menyingkirkan kebutuhan negara akan pembangunan ekonomi13. Sustainabile Devolepment meliputi berbagai aspek yakni memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan untuk generasi sekarang, tanpa membahayakan generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan mereka di masa mendatang.14

Dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan ekologis dibutuhkan good environmental governance yaitu tata pemerintahan yang baik dalam pengelolaan sumberdaya lingkungan.15 Sustainabile Devolepment merupakan suatu proses yang mana terdapat eksploitasi sumber daya alam, tujuan investasi, orientasi pengembangan teknologi, perubahan institusional, semua ini harus berjalan dan berkembang secara harmonis untuk meningkatkan potensi pembangunan hari ini dan tidak melupakan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup di masa depan.16

Kaitan tentang persoalan kepentingan lingkungan dalam agenda politik, diperlukan gerakan-gerakan untuk memperjuangkan lingkungan, karena aspek lingkungan tidak jarang dikesampingkan oleh pihak pemerintah. Sementara itu sangat kecil kemungkinan dalam mengharapkan partai-partai politik menjadi inisiator perjuangan lingkungan, dan terlebih belum ada partai politik di Indonesia yang mengusung ideologi hijau yang masuk secara struktural dalam

12 Iwan Nugroho dan Rokhman Dahuri. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. (Jakarta: LP3ES: 2012). hal.232

13 Masriah DR dan Mujahid DR. Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan. (Malang:

Penerbit Universitas Malang, 2011). hal.147

14 Takashi Inoguchi, ed. Kota dan Lingkungan: Pendekatan Baru Masyarakat Berwawasan Lingkungan (Jakarta: LP3ES, 2003). hal.281

15 Siti Sujatini . Keberlanjutan Ekologis: Proses Pembangunan Kawasan Hunian Sebagai Sustainable Development Goals (SDGS). Ikraith-Teknologi, Vol. 2, No. 2, Juli 2018.hal.30

16 C.P.F Luhulima. “Politik Pembangunan Manusia dan Lingkungan” dalam Carunia Mulya Firdausy, ed,. Dimensi Manusia dalam Pembangunan Berkelanjutan (Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetehauan Indonesia, 1998). hal.11

(19)

pemerintahan. Padahal untuk memperjuangkan lingkungan secara mutlak diperlukan keberpihakan ideologis dan gerakan yang sistematis.17

Berbicara perihal aktor pada gerakan lingkungan dalam bentuk institusi partai yang dapat mengartikulasikan kepedulian lingkungan di Indonesia memang belum masuk secara struktural dalam pemerintahan. Oleh karenanya peran aktor sangat diperlukan dalam politik lingkungan. Empat aktor itu, sebagai berikut :18

1. Negara 2. Swasta

3. Masyarakat Sipil (LSM) 4. Individu

Saat ini sudah ada gerakan yang berkembang dan memperjuangkan lingkungan dari luar pemerintahan, seperti apa yang telah diperjuangkan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), ORMAS (Organisasi Masyarakat), dan juga komunitas-komunitas.

Berbagai organisasi memiliki perhatian tersendiri terhadap lingkungan seperti Greenpeace yang merupakan salah satu LSM yang bergerak pada skala internasional yang juga memiliki representatif di Indonesia. Sedangkan pada konteks di Indonesia khususnya, organisasi gerakan lingkungan yang berdiri di Indonesia dan menjadi salah satu yang terbesar yakni WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia). WALHI menempati posisi pertama organisasi atau LSM lingkungan hidup di Indonesia yang paling sering melakukan protes kolektif.

Penulis tertarik dan memutuskan WALHI Sumatera Utara sebagai subjek penelitian karena WALHI dinilai sebagai organisasi lingkungan terdepan dalam aksi penyelamatan lingkungan dan satu-satunya LSM dalam bidang lingungan yang memiliki legal standing di Indonesia . WALHI merupakan organisasi yang aktif menyuarkan kepentingan lingkungan di Indonesia. Misalnya, pada Desember 1989 dengan kondisi politik era Orde Baru, WALHI berani untuk menggugat

17 Rachmad K Dwi Susilo. Sosiologi Lingkungan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008). hal.139

18 Warjio Ph.D. Politik Pembangunan : Paradoks Teori,Aktor, dan Ideologi (Jakarta : Kencana:

2016). hal.216

(20)

enam pejabat negara karena mengizinkan pembangunan pabrik pulp dan rayon, PT Inti Indorayon Utama di Porsea, Sumatera Utara.19

Gerakan WALHI tersebar di banyak daerah di Indonesia antara lain; 20 1. Kawasan Sumatera terdapat (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung dan Lampung),

2. Kawasan Jawa (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur),

3. Kawsan Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantann Timur,

4. Kawasan Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara),

5. Kawasan BANUSRAMAPA (Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timurm Maluku Utara dan Papua.

Sumatera Utara merupakan daerah yang menjadi salah satu provinsi yang menjadi target gerakan lingkungan WALHI, karena permasalahan lingkungan di Sumatera Utara tak kalah kompleks dari daerah lainnya. Sebagai LSM Lingkungan, WALHI juga yang menyatakan diri bahwa mereka merupakan bagian dari Gerakan Sosial, berikut pernyataan yang dikutip dari website resmi WALHI:

“WALHI membuka seluas-luasnya partisipasi masyarakat untuk berperan aktif, baik dengan menjadi anggota WALHI maupun dengan menjadi donatur terhadap kegiatan-kegiatan penyelamatan lingkungan. Dengan hal ini, jelas bahwa WALHI bukan hanya oleh dan untuk kelompok lingkungan, namun WALHI menjadi milik publik. Di mana publik secara bersama-sama membangun kekuatan untuk melawan ancaman yang tidak hanya datang dari dalam namun juga ancaman yang datangnya dari luar.”21

19 WALHI, “Advokasi: Mengubah Haluan, Menantang Pemerintah”. https://walhi.or.id/sejarah/. di akses 20 Februari 2021 pada pukul 17:00 WIB

20 WALHI, “Eksekutif Daerah” . https://walhi.or.id/eksekutif-daerah/. di akses 20 Februari 2021 pada pukul 17:20 WIB

21 WALHI, “Menjadi Gerakan Sosial” . http://www.walhi.or.id/sejarah/ . di akses 20 Februari 2021 pada pukul 20:08 WIB

(21)

Keterkaitan Sustainable Development Goals (SDGs) dan WALHI ialah bahwa SDGs merupakan salah satu program penting untuk melakukan pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dari 17 tujuan yang akan di capai dalam program SDGs , terdapat tujuan target yang berkaitan dengan lingkngan guna membendung degradasi lingkungan yang terjadi.

Kemudian WALHI merupakan salah satu LSM yang bergerak dengan agenda penyelamatan lingkungan di Indonesia, sehingga menarik untuk dikaji bagaimana kontribsin LSM Lingkungan seperti WALHI Sumatera Utara dalam mendukung program SDGs di Sumatera Utara.

Berangkat dari pemaparan pernyataan masalah di atas, dari permasalahan lingkungan yang terjadi di provinis Sumatera Utara, sehingga membuat penulis tertarik mengambil fokus untuk mengkaji lingkungan hidup di Sumatera Utara.

Untuk mengkaji persoalan Lingkungan Hidup dapat dilihat dari berbagai perspektif bidang keilmuan, mulai dari lingkup sains yang bersifat eksak hingga perspektif sosial dan politik.

Dalam keilmuan sosial dan politik, penelitian dapat melihat dari berbagai macam kacamata dan sudut pandang, dari sosiologi, kesejahteraan sosial, administrasi, ketatanegaraan, hingga politik. Kemudian kaitannya dengan gerakan yang dilakukan WALHI dan keterkaitan strategi WALHI sebagai aktor gerakan lingkungan hidup dan sekaligus sebagai representasi dari kalangan masyarakat atau non lembaga pemerintah dalam mendukung program Sustainable Development Goals di Sumatera Utara, dikemas dengan bingkai Politik Lingkungan .

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi WALHI Sumatera Utara dalam Mendukung Program SDGs di Sumatera Utara?

2. Apa hambatan yang ditemukan WALHI dalam menjalankan strateginya?

(22)

1.3. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah yaitu dimana penelitian ini hanya membahas bagaimana strategi yang dilakukan oleh salah satu LSM yang bergerak pada aksi lingkungan hidup di Indonesia yakni Strategi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara dalam Mendukung Program SDGs dalam aspek lingkungan hidup.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian skripsi ini bertujuan guna mengetahui bagaimana strategi WALHI Sumatera Utara dalam mendukung Program SDGs di Sumatera Utara.

Menjelaskan secara deskriptif hal-hal yang dilakukan WALHI Sumut sebagai salah satu LSM yang bergerak dibidang lingkungan khususnya terhadap persoalan lingkungan di Sumatera Utara sendiri.

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat Akademis

Manfaat secara akademis dari penilitan ini diharapkan dapat memberikan informasi terutama pada ranah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lain yang berhubungan selanjutnya. Lalu kemudian bisa memberikan sumbangan pengembangan referensi dalam program studi ilmu politik khususnya topik mengenai Politik Lingkungan, mengingat penelitian pada tema Politik Lingkungan ini masih sedikit, khususnya di Universitas Sumatera Utara terkhusus pada program studi Ilmu Politik.

Manfaat Praktis

Penelitian yang dilakukan diharapakan secara praktis diharapkan bisa memberikan strategi khususnya dalam hal pemahaman informasi dan gagasan yang diberikan kepada pembaca yang membaca penelitian skripsi ini tentang persoalan lingkungan di Sumatera Utara, khususnya bagaimana bagaimana

(23)

strategi WALHI Sumatera Utara dalam mendukung program SDGs di Sumatera Utara.

1.6. Kerangka Teori dan Konsep 1.6.1. Politik Lingkungan

Perlu memahami secara mendasar apa itu Lingkungan Hidup sebelum membahas mengenai Politik Lingkungan,. Lingkungan Hidup dalam bahasa Yunani disebut Oikos, yang memiliki arti habitat, tempat tinggal atau rumah tempat tinggal. Pertama, Lingkungan hidup di pahami sebagai alam semesta, bumi tempat tinggal di bawah atmosfer yang menunjang segala kehidupan menaunginya. Kedua, Lingkungan hidup dipahami sebagai sebuah ekosistem, seluruh kehidupan yang hidup dan berkembang di dalamnya menjadi rangkaian interaksi saling mempengaruhi satu sama lain di dalam satu kesatuan yang utuh.22

Adapun pengertian Lingkungan Hidup menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut:23

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

Membahas permasalahan lingkungan hidup dalam aspek politik dibutuhkan konsep dan teori yang bisa menjelaskan suatu kejadian.

Konsep Politik Lingkungan telah berkembang dalam ruang lingkup ilmu sosial, dan memiliki istilah yang bervariasi seperti; Political Ecology, Green Politics and Environmental Politics. Akan tetapi istilah-istilah tersebut juga sama digunakan dalam pembahsan keilmuan sosial-politik.

22 Alexander Sonny Keraf. Filsafat Lingkungan hidup: Alam sebagai sebuah sistem kehidupan.

(Yogyakarta PT Kanisius, 2014). hal.42

23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(24)

Pembahasan Lingkungan Hidup dalam Politik Lingkungan yang dimaksud seperti; kerusakan hutan, eksploitasi tambang, kerusakan lingkungan perkotaan yang diakibat oleh pembangunan yang tidak baik, pencemaran udara, limbah dari pabrik, pencemaran di sungai, sanitasi air dan sebagainya.

Menurut Michael Watts, “Political ecology is the complex relations between nature and society through a careful analysis of what one might call the forms of access and control over resources and their implications for environmental health and sustainable livelihoods.”24 Politik Lingkungan merupakan cara memahami hubungan kompleks antara alam dan masyarakat dengan analisis dari apa yang disebut bentuk akses dan kontrol atas sumber daya dan implikasinya terhadap kesehatan lingkungan dan kehidupan berkelanjutan.

Kemudian definisi Political Ecology menurut Lamont C. Hempel,

“the study of interdependence among political units and of interrelationships between political units and their environment, concerned with the political consequences of environmental change, with goals to explore community level and regional political 28 action in the global sphere, in response to local and regional and scarcity.”25

The study of human-environment interactions has a long history from different disciplines. Political Ecology (PE) is an emerging interinterdisciplinary approach to study human-environment interactions with a critical lens. In general, it is focused on how power inequalities relate to environmental changes, and to the distribution of their costs and benefts. A central feature of political ecology is the politicization of environmental problems.

This means that environmental problems are seen as problems of distribution and the exercise of political and economic power, marked by conficts over alternative futures and clashes between alternative values and imaginaries. Recognizing this means that environmental problems one has to attend to political and

24 Paul Robbins, Political Ecology: Second Edition. (Oxford: John Wiley & Sons Ltd, 2012).

hal.16

25 Ibid.

(25)

economic problems: problems of democracy, of economy, of ideology, etc.26

Kajian mengenai interaksi manusia dan lingkungan memiliki sejarah panjang dari berbagai disiplin ilmu. Politik Lingkungan merupakan pendekatan interdisiplin untuk meneliti hubungan manusia dan lingkungan dengan kacamata kritis. Pada umumnya, fokus pada ketidaksetaraan kekuasaan yang berkaitan dengan perubahan lingkungan, dan distribusi kerugian dan keuntungan.

Karakteristik utama Politik Lingkungan adalah politisasi permasalahan lingkungan. Ini berarti bahwa permasalahan lingkungan dilihat sebagai permasalan distribusi dan pelaksanaan kekuatan politik dan ekonomi, ditandai dengan permasalahan konflik atas alternatif masa depan dan perselisihan antara nilai alternatif dan imajinasi, Menyadari hal ini berarti bahwa lingkungan merupakan satu yang harus dihadapi politik dan ekonomi: masalah demokrasi, ekonomi, ideologi, dan sebagainya.

Herman Hidayat berpendapat , salah satu pendekatan terkait hal Politik Lingkungan yaitu pendekatan gerakan aktor (pelaku), memperhatikan gerakan para aktor sebagai pelaku dalam mengelola lingkungan untuk menentukan jangkauan aktor atau pelaku tersebut dalam berstrategi terhadap pengelolaan lingkungan. Aktor dalam Politik Lingkungan menurutnya terbagi menjadi dua, yakni: 27

1. Peran Aktor Langsung

Negara adalah Aktor Langsung dalam menciptakan pembangunan yang diimbangi dengan pelestarian lingkungan dan dapat menjadi sebagai aktor yang memiliki pengaruh yang kuat dan bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan, karena negara memiliki wewenang untuk membuat kebijakan dan berperan dalam pembuatan kebijakan, eksekutor atau implementator, pengawas, pengelola sampai dengan evaluasi.

2. Peran Aktor Tidak Langsung

Lembaga keuangan internasional (World Bank, International Monetary Fund, Asian Development Bank, dan sebagainya), akademisi atau peneliti, LSM/NGO (lokal, nasional, dan internasional) merupakan

26 Diego Andreucci, dkk., Political Ecology for Civi Society, (ENTITLE ‐ European Network of Political Ecology, 2016) diunduh pada 22 Februari 2021 dari http://www.politicalecology.eu/documents/events/94-entitle-manual-may-2016/file. hal.5

27 Herman Hidayat. Politik Lingkungan.(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia :2011).hal.15

(26)

Aktor tidak langsung. Institusi keuangan internasional seperti World Bank (Bank Dunia) adalah salah satu aktor tidak langsung, karena berperan dalam berstrategi sebagai penyedia keuangan dan memfasilitasi bantuan secara teknis untuk membantu proyek-proyek dalam mengatasi degradasi lingkungan hidup.

Lalu akademisi dan LSM berperan sebagai aktor yang kritis, menjadi penyemibang untuk memberi respon atas kebijakan pemerintah.

Selanjutnya cara lainnya ialah memberikan kesadaran umum atas permasalahan lingkungan seperti kerusakan hutan, climate change, pencemaran, banjir, sampai kepunahan flora dan fauna.

Memahami peran LSM dalam hubungan krisis lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Adanya LSM pada tingkat lokal di Indonesia seperti WALHI, Kopasude,ELSAKA Sumatera Utara dan sebagainya, dapat dijadikan acuan untuk menggambarkan munculnya kekuasaan masyarakat sipil berhadpan dengan negara pada akhir 1970-an.

Berdasarkan definisi dan konseptualisasi Politik Lingkungan yang dijelaskan tersebut, penelitian pada skripsi ini berfokus pada peran apa saja yang dilakukan WALHI sebagai salah satu LSM di Indonesia pada aspek lingkungan hidup, dan dalam hal ini pada fokus pada Strategi WALHI Sumut dalam mendukung program SDGs di Sumatera Utara.

1.6.2. Gerakan Sosial

Ada hal yang harus dipahami sebelum masuk kepada konsep Gerakan Sosial Baru (New Social Movement), yaitu pada pemahaman terkait Gerakan Sosial (Social Movement) secara umum terlebih dahulu.

Ada banyak definisi gerakan sosial yang dicetuskan oleh para teoritisi ilmu sosial.

Salah satunya Anthony Giddens yang memaparkan bahwa Gerakan Sosial dilihat sebagai upaya kolektif demi menggapai terwujudnya kepentingan bersama, mencapai tujuan bersama dengan cara tindakan kolektif (collective action) dan memposisikan diri sebagai

(27)

gerakan yang berada di luar pemerintahan.28 Sejalan dengan Giddens, Metta Spencer juga memaparkan bahwa gerakan sosial merupakan sebuah upaya kolektif yang dilakukan demi terwujudnya perubahan dan tatanan kehidupan baru. Spencer memaparkan sifat utama gerakan sosial adalah adanya upaya kolektif yang diarahkan untuk mewujudkan perubahan baru ke tatanan kehidupan yang lebih baik dari tatanan yang sudah ada.29

Donatella Della Porta dan Mario Diani juga membagi organisasi gerakan sosial ke dalam dua jenis golongan, diantaranya organisasi gerakan sosial profesional dan organisasi gerakan sosial partisipatif.

Organisasi Gerakan Sosial Professional merupakan organisasi yang tidak menjadi bagian dari masyarakat korban, kemudian golongan ini memiliki unsur profesional, karena terdapat struktur formal dan sistem manajemen yang memiliki kecakapan dalam hal teknis untuk keperluan gerakan, ciri ini melekat pada LSM.30

Organisasi Gerakan Sosial Partisipatif merupakan bagian dari masyarakat korban, golongan ini tidak memiliki unsur profesional, tidak terdapat struktur formal dan sistem manajemen. Misalnya pada organisasi protes massa, kelompok buruh, tani, dan pelayan, kelompok akar rumput dan lain sebagainya.31

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan tersebut, terdapat persamaan bahwasannya gerakan sosial bisa diartikan sebagai suatu gerakan kolektif yang dilakukan bersama untuk mencapai suatu tujuan kolektif dengan cara melakukan upaya-upaya tertentu untuk kepentingan bersama.

Rajendra Singh memaparkan perkembangan studi teoritik tentang gerakan sosial (social movement) dapat dikelompokan ke dalam tiga perspektif, yakni:32

28 Suharko, “Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol.10 No.1 (Juli 2006). hal.3

29 Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing, 2016). hal.4

30 Donatella Della Porta and Mario Diani, Social Movements: An Introduction 2nd edition, (Malden, USA: Blackwell Publishing, 2006). hal.145

31 Ibid.

32 Rejedra Singh. Gerakan Sosial Baru. Penerjemah Eko P. Darmawan (Yogyakarta: Resist Book, 2010).hal.111

(28)

1. Klasik (Classical): Gerakan Sosial perspektif klasik meliputi sebagian besar studi-studi tentang perilaku kolektif dari kerumunan (crowd), kerusuhan (riot) dan kelompok pemberontakan (rebel groups), hasil studi yang dilakukan terutama oleh para psikolog sosial Barat era sebelum tahun 1950-an.

2. Neo-klasik (The Neo-Classical): dikaitkan dengan tradisi utama dalam studi-studi Gerakan Sosial Lama (Old Social Movements). Pada umumnya, tulisan–tulisan tradisi neo- klasik banyak dipublikasikan setelah era tahun 1950-an.

3. Kontemporer (Contemporary): dikaitkan dengan era Gerakan Sosial Baru (New Social Movement). Studi ini muncul mempelajari masyarakat di Amerika dan Eropa pada tahun 1960-an dan 1970-an, ketika menyaksikan munculnya gerakan skala besar seputar isu-isu yang mendasar di kehidupan masyarakat, meliputi beberapa aspek yakni humanis (humanist), kultural (cultural) dan non-materialistik (non-materialistic).

Para teoritisi gerakan sosial sepakat bahwa momentum Revolusi Perancis dan Konstitusi Polandia 3 Mei 1791 (Polis Constitution of May 3, 1791) pada abad ke 18 sebagai awal dari munculnya gerakan sosial di dunia. Kemudian gerakan sosial sepanjang abad 19 dipenuhi oleh gerakan- gerakan perjuangan kelas, gerakan buruh dan proletariat yang bertujuan membentuk negara komunis, atau setidaknya organisasi dan partai sosialis.33

Pada abad 20-an, muncul gerakan dan perlawanan terhadap dominasi politik yang lebih variatif dan kompleks dengan intensitas semakin bertambah. Muncul gerakan memperjuangkan hak sipil di Amerika Serikat pada tahun 1955-1968, setelah itu banyak bermunculan

33 Suharko. Gerakan Sosial Baru di Indonesia: Repertoar Gerakan Petani. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol.10 Nomor 1 Juli 2016. hal.7

(29)

gerakan memperjuangkan anti-perang, lingkungan, feminisme dan lain sebagainya.34

Gerakan feminisme tercatat muncul dan semakin menggeliat setelah Deklarasi PBB Hak-Hak Asasi Manusia pada tahun 1984.35 Gerakan anti-perang terjadi signifikan pada tahun 1960an di Amerika menghadapi isu Perang Vietnam. Gerakan lingkungan muncul pada 1970- an dengan munculnya LSM Lingkungan dan juga Partai Hijau yang berdiri di negara-negara Eropa Barat.36

Perkembangan studi teori Gerakan Sosial memasuki era baru pada perode 1960-an di Amerika dan Eropa Barat. Teori Gerakan Sosial Baru memiliki beberapa ciri utama yang pertama, menempatkan aksi gerakan sosial menjadi suatu aksi kolektif yang memiliki nilai positif dan rasional.

Kedua, mengoreksi serta mengkontekstualisasikan teori-teori gerakan sosial pada era-era sebelumnya, misalnya teori eksploitasi kelas oleh Karl Marx menjadi teori keluhan yang lebih cocok digunakan di era kontemporer, bahwa aksi-aksi kolektif tidak hanya didorong oleh eksploitasi kelas terhadap buruh oleh pemilik alat produksi. Ketiga, kajian gerakan sosial kian beraneka ragam karena semakin banyaknya praktik gerakan dan studi gerakan sosial di luar wilayah Amerika dan Eropa.

Keempat, Gerakan Sosial Baru mampu mengidentifikasi faktor yang memfasilitasi berkembangnya gerakan, kekuatan atau kelemahan dan keberhasilan atau ketidak berhasilan dari suatu gerakan sosial.37

Gerakan Sosial Baru secara esensial bersifat universal, yakni diarahkan memberikan perlindungan dan mempertahankan kondisi kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Berbeda dengan Gerakan Sosial Lama, maka model gerakan sosial baru tidak terjebak ke dalam diskursus ideologi seperti anti-kapitalisme (anticapitalism), revolusi kelas

34 ibid

35 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 60

36 Hein Anton Van Der Heijden, “Political Parties and NGOs in Global Environmental Politics,”

International Political Science Review Vol.23 No.2: 187-201, 189

37 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 25

(30)

(class revolution), dan perjuangan kelas (class struggle).38 Perubahan bentuk gerakan sosial dipengarauhi oleh terjadinya perubahan bentuk masyarakat. Perkembangan masyarakat dari masyarakat modern (modernist society) menuju masyarakat pasca-modernitas (post- modernist/post-society) menggambarkan terjadinya perubahan bentuk dari Gerakan Sosial Lama (Old Social Movement) yang meliputi klasik dan neo-klasik menuju bentuk Gerakan Sosial Baru (New Social Movement).39

Terdapat beberapa pendekatan teori dalam Gerakan Sosial Baru yang biasanya digunakan untuk membaca suatu gerakan sosial yaitu Teori Keluhan, Teori Struktur Kesempatan Politik, Teori Struktur Mobilisasi, dan Teori Proses Framing. Namun untuk membatasi pisau analisis pada penelitian, maka skripsi ini menggunakan pendekatan yang paling relevan, yakni Teori Keluhan dan Teori Struktur Kesempatan Politik.

1. Teori Keluhan

Sidney Tarrow dan beberapa akademisi gerakan sosial memodifikasi konsep eksploitasi kelas (yang muncul pada gerakan sosial lama) menjadi teori keluhan dan kemudian digunakan sebagai pisau analisis dalam membaca gerakan sosial dan berbagai bentuk politik perlawanan lainnya.40 Menurut Alberto Melucci, Gerakan Sosial Baru merupakan suatu gerakan yang dibentuk atas reaksi dari keluhan baru.41

Menurut Joe Fowerker, keluhan baru mendorong terbentuknya gerakan sosial baru. Dalam konteks negara-negara di Eropa Barat, keluhan itu berupa bentuk baru subordinasi kapitalisme, komersialisasi kehidupan sosial, ekspansi kapitalisme yang mengkooptasi budaya, kebahagiaan dan seksualitas, birokrasi di masyarakat, homogensi kehidupan masyarakat melalui intervensi media massa. Sedangkan di

38 Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial, 124

39 Sukmana, Gerakan Sosial, 119

40 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 25

41 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 27

(31)

Amerika Latin keluhan baru menstimulasi gerakan sosial baru, akibat dari gagalnya pembangunan, tindakan represif militer, penolakan kebijakan populis atau dukungan terhadap kebijakan populis seperti pendidikan gratis bagi masyarakat miskin adalah bentuk-bentuk keluhan baru yan digunakan oleh para aktor-aktor baru dalam membangun gerakan sosial

Donatella Della Porta dan Mario Diani berpendapat bahwa teori keluhan juga bisa digunakan untuk memahami dan menjelaskan fenomena gerakan lingkungan pada abab 20, karena sudah hal yang pasti ketika ada keluhan baru akan muncul gerakan baru. Munculnya gerakan sosial di bidang lingkungan hidup di sebagian besar negara di dunia termasuk di Indonesia, diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup seperti pencemaran perairan,pencemaran tanah dan pencemaran udara juga, atau berkurangnya kawasan hutan yang kemudian menimbulkan berbagai bencana alam seperti tanah tanah longsor, banjir di berbagai daerah, bencana kekeringan dan perubahan iklim.

Pencemaran lingkungan dan menurunnya tutupan hutan menjadi salah satu penyebab munculnya keluhan baru masyarakat dan mendorong berkembangnya gerakan lingkungan hidup.42

2. Teori Struktur Kesempatan Sosial

Pada dekade 1960-an para akademisi gerakan sosial tidak sependapat lagi perihal penggunaan teori keluhan sebagai satu- satunya teori utama dalam menjelaskan fenomena gerakan sosial di Amerika Utara dan Eropa Barat.43 Di Indonesia beriringan dengan proses demokratisasi dan keterbukaan informasis saat era reformasi ada kemungkinan untuk gerakan lingkungan terus bertumbuh dan berkembang , lalu membuka peluang untuk

42 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) 31

43 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 32

(32)

melakukan kritik terhadap kebijakan yang diduga dapat merusak lingkungan.

Doug Mc Adam dan Sidney Tarrow mengembangkan variabel-variabel teori kesempatan politik. Pertama, ketika sistem politik mulai terbuka dan akses terhadap lembaga-lembaga politik mudah, maka gerakan sosial mudah berkembang. Kedua, saat negara mengalami ketidakseimbangan politik di sisi lain keseimbangan baru mulai terbentuk. Ketiga, ketika para elit politik sedang mengalami konflik, kemudian konflik tersebut menjadi suatu kesempatan yang digunakan oleh para aktor gerakan sosial melakukan perubahan. Keempat, saat para aktor gerakan sosial mencari dukungan dari para elit politik yang berada di dalam sistem untuk melakukan perubahan44

Teori struktur kesempatan politik bisa dipakai untuk menganalisis bagaimana pengaruh kesempatan politik dalam perkembangan gerakan sosial atas ketidakadilan lingkungan yang terjadi di Indonesia dengan menggunkan aspek-aspek teori sktruktur kesempatan politik yang dijelaskan sebelumnya.

Dengan menggunakan teori ini, dapat dilihat frekuensi dan besaran aksi-aksi kolektif maupun gerakan lingkungan hidup pasca reformasi.45

1.6.3. Konseptualisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Definisi Lembaga Swadaya Masyarakat

Mansour Fakih berpendapat bahwa LSM dilihat sebagai sebuah gerakan sosial yang terorganisir (organized social movement). Perkembangan LSM yang sangat pesat sebagai gerakan sosial terorganisir (organized social movement) di Indonesia sejak era tahun 1970-an masih sedikit sekali gerakan

44 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 34

45 Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) 37

(33)

sosial atau kelompok non pemerintah secara aktif menangani masalah-masalah pembangunan.46 LSM biasanya biasanya bergerak pada bidang-bidang seperti hak-hak asasi manusia, lingkungan hidup dan konservasi, pembangunan dan perdamaian, dan sebagainya.47

Menurut definisnya, LSM atau Organisasi Non Pemerintah (ORNOP) merupakan organisasi yang dibentuk suatu kelompok dan bersifat mandiri, tidak bergantung dengan pemerintah terutama dalam soal pendanaan serta sarana maupun prasarana.48 Organisasi yang didirikan atas komitmen warga negara yang peduli terhadap isu-isu yang muncul dari berbagai sektor dalam kehidupan bermasyarakat, dari sosial, ekonomi sampai politik.49

Masalah keberpihakan biasanya LSM memihak orang yang lemah (dengan kata lain masyrakat yang tidak masuk dalam suprastuktur pemerintah) untuk melawan mereka yang menghambat terjadinya pembangunan yang tepat.50

Terdapat perubahan penyebutan istilah dari LSM, dimana sebelumnya disebut dengan Organisasi Non Pemerintah atau disingkat ORNOP yang berasal dari terjemahan dalam bahasa inggris yaitu Non-Government Organization (NGO). Di akhir tahun 1970, istilah LSM mulai dipakai di Indonesia.

Perubahan penhyebutan menjadi LSM disebabkankan penyebutan sebelumnya yaitu NGO/ORNOP memiliki konotasi negatif, yang seakan istilah ini dipahami sebagai organisasi dibentuk sebagai lawan dari pemerintah. Padahal organisasi tersebut secara sadar

46 Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan ideologi LSM di Indonesia. (Yogyakarta: Insist Press: 2010). hal.3

47 Lisa Jordan dan Peter Van Tuijl, ed. Akuntabilitas LSM: Politik, Prinsip dan Inovasi (Jakarta:

LP3ES, 2009). hal.13

48 Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 200

49 Ibid. hal 201

50 John Clark, NGO dan Pembangunan Demokrasi. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), 63

(34)

dibangun dan bergerak di atas landasan dan misi posifif membangun kemandirian dan keswadayaan.51

Tipologi Lembaga Swadaya Masyarakat

Tipologi yang dikenal luas di Indonesa dikembangkan oleh Philip Eldridge, usulannya mengenai kerangka teoritis untuk memahami dan mendefinisikan LSM berdasarkan kegiatan- kegiatannya. Eldridge membagi gerakan LSM Indonesia mengelompokkan ke dalam dua kategori, yakni:52

1. LSM Pembangunan

Organisasi dengan aktifitas yang memfokuskan pada agenda pemberdayaan masyarakat secara mendasar atau konvensional, seperti pertanian, irigasi, peternakan, kesehatan, kesenian, kerajinan dan lain sebagainya.

2. LSM Mobilisasi

Organisasi dengan aktifitas yang memfokuskan agendanya pada mobilisasi masyarakat misalnya seputar hak asasi manusia, perempuan, hak masyarakat, pengetahuan hukum, sampai isu lingkungan. WALHI merupakan LSM yang termasuk dalam tipologi LSM mobilisasi. Terkait pada program SDGs, WALHI lebih menekankan pada kesadaran akan isu lingkungan dan hak masyarakat akan lingkungan yang baik dan lestari.

Tipologi LSM berdasarkan strategi program pembangunan yang dituangkan oleh David Korten dalam kajiannya The Third Generation of NGO’S (1987), Korten menyimpulkan bahwa strategi pembangunan LSM dapat digolongkan menjadi tiga generasi:53

1. Generasi pertama disebut generasi “bantuan dan kesejahteraan”, banyak di antara LSM generasi ini awalnya

51 Mansour Fakih.Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial. (Pustaka Pelajar : 1996).hal.5

52 Ibid. hal.111

53 Ibid. hal.109

(35)

concern kepada masalah bencana alam dan keadaan pengungsi yang berkaitan dengan banjir, kelaparan dan perang. Perhatian utamanya adalah memenuhi kebutuhan mendesak melalui aksi langsung seperti distribusi pangan, pengiriman tim kesehatan, dan penyediaan tempat penampungan.

2. Generasi kedua disebut “skala kecil dan swadaya” LSM generasi ini muncul sebagai reaksi atas keterbatasan pendekatan bantuan dan kesejahteraan sebagai strategi pembangunan. Perbedaan dengan generasi pertama terletak pada penekanannya pada swadaya lokal, dengan maksud bahwa keuntungan-keuntungan dapat berlanjut pada periode bantuan LSM. Menurut definisinya, strategi generasi kedua tidak berupaya menunjukkan sebab-sebab ketidak memadainya penyedia layanan lainnya.

3. Generasi ketiga disebut “pembangunan sistem keberlanjutan”. Generasi ketiga adalah lapisan LSM yang mulai meninjau kembali isu strategi dasar yang berkaitan dengan keberlanjutan, dan luasnya dampak. Gerakan-gerakan yang dilakukan WALHI mengarah pada agenda-agenda penyelamatan lingkungan yang merupakan, sehingga WALHI dapat dikategorikan pada LSM generasi ketiga.

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat

Pada dimensi politik, Andra L. Corrothers dan Estie W.

Suryatna mengidentifikasi LSM dengan empat peranan yang bisa dimainkan, yakni:54

1. Katalisasi (proses mempercepat) Perubahan Sistem. Melalui cara mengangkat beberapa masalah penting yang ada di masyarakat, membentuk sebuah kesadaran secara global, menjalankan advokasi dalam rangka mewujudkan perubahan,

54 Gaffar, Politik Indonesia, 203

(36)

kebijakan negara, mewujudkan politik berbasis kerakyatan dan mengadakan eksperimen untuk mendorong inisiatif dari masyarakat.

2. Melakukan peninjauan terhadap negara dan pelaku pasar terhadap pelaksanaan sistem, cara penyelenggaraan sistem, cara penyelenggaraan negara, bahkan sampai melakukan aksi protes. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga, mengawasi dan memantau terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hukum, terutama yang dilakukan oleh elit politik dan pengusaha.

3. Memfasilitasi rekonsiliasi antara masyarakat dengan Lembaga Peradilan. Sebab seringkali masyarakat menjadi korban atas ketidakadilan yang dilakukan oleh elit yang berkuasa, sehingga NGO perlu berperan proaktif dalam memberi pembelaan terhadap masyarkat sebagai korban.

4. Implementasi program pelayanan. Organisasi memposisikan diri menjadi aktor yang menciptakan beberapa program untuk diaplikasikan ke masyarkat.

Noeleen Hayzer memaparkan tiga jenis peranan yang dapat dimainkan LSM, yaitu:55

1. Melakukan pemberdayaan masyarakat pada tingkat

“grassroots” dari yang sangat mendasar, untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

2. Meningkatkan pengaruh politik dengan cakupan yang luas melalui jaringan kerja sama pada suatu negara bahkan dengan organisasi-organisasi internasional lainnya.

3. Berpartisipasi ikut serta mengambil bagian dalam menentukan tujuan dan perencanaan pembangunan.

55 Op.cit. Afan Gaffar. hal.203

(37)

Adi Suryadi Culla menjelaskan konsep mengenai peran LSM dalam bukunya, dengan mengadaptasi kerangka konseptualisasi yang dipaparkan oleh Abdi Rahmat, terdapat tiga peranan yang biasanya dilakukan LSM yakni: 56

1. Countervailing Power (Kekuatan Penyeimbang); LSM berperan sebagai kekuatan penyeimbang dalam mengendalikan, melawan dan menekan kekuasaan serta tipu daya yang dilakukan oleh elit politik dan korporasi kepada masyarakat. Peran ini bersifat politis, kritis, konfliktual dan transformatif. Peran ini biasanya dijalankan melalui advokasi kebijakan, lobi, pernyataan politik, petisi, aksi protes dan aksi unjuk rasa.

2. Empowerment (Pemberdayaan); peran ini dijalankan melalui kegiatan mengembangkan kapasitas, produktivitas dan kemandirian kelompok- kelompok masyarakat, kemudian menumbuhkan kesadaran pada masyarakat dalam membangun keswadayaan, menjaga kemandirian, menggalang keikutsertaan berpartisipasi, dan memperkuat hak-hak warga negara. Peran ini biasanya dijalankan melalui pendidikan, pelatihan, pengorganisasian, pengerahan dan metode alternatif sesuai kepentingan masyarakat.

3. Intermediary Instituion (Lembaga Perantara); sebagai lembaga perantara LSM menghubungkan masyarakat dengan pemerintah atau negara maupun dengan aktor non-negara seperti dunia usaha. Peran ini bisa dambil dengan cara menghubungkan masyarakat dengan LSM, LSM dengan LSM, atau membangun jaringan kerja sama.

56 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia.

(Jakakarta: LP3ES, 2006).hal.31

(38)

1.6.4. Konseptualisasi Sustainable Development Goals Definisi Sustainable Development Goals

SDGs merupakan komitmen bersama yang jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan MDGs. Penekanan tujuan tidak hanya pada outcome dari pembangunan itu sendiri yang berujung pada peningkatan kesejahteraan, tetapi juga pada aspek keadilan dan inklusivitas serta cara dalam pencapaian tujuan.

SDGs menekankan pada pemenuhan Hak Asasi Manusia, non- diskriminasi, perhatian terhadap kaum marjinal dan difabel, pentingnya partisipasi dan kolaborasi semua pemangku kepentingan pembangunan: pemerintah, dunia usaha, LSM, perguruan tinggi dan masyarakat.57

Manfaat Sustainable Development Goals

Sustainable Development Goals bertumpu pada tiga pilar: (1) pilar Sosial, pembangunan manusia dalam ruang lingkup sosial; (2) pilar Ekonomi, pembangunan ekonomi; (3) pilar Lingkungan, termasuk Keanekaragaman hayati. Dan ketiga-tiga pilar ditopang oleh landasan institusi tata-kelola. Ketiga-tiga pilar dan landasan institusi ini bertumpu pada 17 Sustainable Development Goals yang diurai dalam 169 target - sasaran dan 241 indikator yang saling pengaruhmempengaruhi.

Tampak dalam pola pendekatan Sustainable Development Goals agar pembangunan ekonomi dilaksanakan dalam konteks sosial masyarakat dan semua ini kemudian bermuara dalam ruang lingkup ekosistem sumber daya alam dan lingkungan hidup.58

57 Armida Salsiah . Tujuan Pembangnan Berkelanjtan di Indonesia: Konsep , Target, dan Implementasi . (Bandung : Unpad Press : 2018).hal.13

58 Ibid.hal.iv

(39)

1.6.5. Teori Strategi Politik Pembangunan

Untuk mengetahui siapa yang berperan dalam politik pembangunan, maka diperlukan pendekatan dalam politik pembangunan. Pendekatan politik pembangunan ini juga akan membantu kita apakah politik pembangunan yang dijalankan melibatkan kepentingan atas, kepentingan bawah dan campuran keduanya. Berdasarkan pada pemikiran tersebut, terdapat tiga pendekatan, sebagai berikut:59

1. Pendekatan Top-Down 2. Pendekatan Bottom-up 3. Pendekatan Campuran

Penjelasan masing-masing dari pendekatan-pendekatan diatas adalah sebagai berikut:60

1. Pendekatan Top-Down

Pendekatan top-down adalah pendekatan yang berpusat pada “aktor atas”. Pendekatan top-down menggariskan bahwa perumusan strategi pembangunan disatukan dan dikoordinasikan pimpinan tertinggi dan diturunkan pada tingkat/level bawah.

Strategi pembangunan ini bersifat menyeluruh yang digunakan sebagai penentu sasaran pembangunan secara menyeluruh (Nurman, 2015: 158). Ini merupakan satu pendekatan yang digunakan untuk menerapkan pembangunan dengan cara mengklarifikasi persoalan pembangunan dan kemudian melakukan pembangunan dengan kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh “orang-orang atas”. Mereka ini adalah penguasa; pemerintah. Pendekatan top-down biasanya menegaskan bahwa peran pemerintah dirasa sangat penting karena masyarakat biasanya dalam posisi yang lemah dalam berbagai aspek.

2. Pendekatan Bottom-Up

59Warjio, Politik Pembangunan: Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi (Jakarta: Kencana, 2016). Hal 178

60 Ibid

(40)

Pendekatana bottom-up adalah satu pendekatan yang berasal dari bawah. Pendekatan bottom-up sering juga disebut pendekatan populistik. Pendekatan bottom-up adalah kebalikan dari pendekatan top-down. Dalam pendekatan bottom-up, rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Pendekatan bottom-up menggariskan bahwa inisiatif strategi pembangunan berasal dari berbagai unit yang disampaikan dari tingkat bawah sampai tingkat atas.

Pendekatan ini juga lebih dikenal dengan pendekatan populistik. Pendekatan populistik mengatakan bahwa masyarakat desa pada dasarnya tertarik perubahan-perubahan dan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup mereka, jika para birokrat dan para politisi tidak melakukan campuran tangan. Menurut pandangan ini, masyarakat desalah yang paling mengetahui kondisi-kondisi hidup mereka.

3. Pendekatan Campuran

Pendekatan campuran adalah pendekatan yang menggabungkan pendekatan atas dan pendekatan bawah. Para aktor pembangunan di level atas (top-down) akan berkolaborasi dengan aktor bawah (bottom-up). Uphoff dan Esman (Budi Winarno, 2003) menjelaskan bahwa kombinasi strategi top-down dan bottom-up dapat menjelaskan organisasi-organisasi desa efektif dalam menunjang pembangunan desa. Di satu pihak, pengawas yang ketat dari pemerintah, misalnya terhadap pemerataan distribusi input-input produksi sangat dibutuhkan. Di lain pihak, melalui organisasi-organisasi desa, penduduk desa dapat mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan dan tuntutan- tuntutan ataupun keluluhan-keluluhan kepada pemerintah.

Pemerintah yang menjalankan pembangunan juga sering kali menggunakan pendekatan campuran untuk memaksimalkan program pembangunan dan capaian pembangunan yang ingin dicapai dengan segera. Biasanya program pembangunan yang digagas dari pemerintah (top-down) kemudian diminta juga

Gambar

Gambar 1. Data Kependudukan 2020: Penduduk Indonesia
Gambar 2. Tujuan Millenium Development Goals
Gambar 3. Tujuan Sustainable Development Goals
Gambar 4. Aksi Tolak Pendanaan Bank Of China
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bahwa sehubungan dengan butir (1) diatas, perlu diterbitkan keputusan Dekan tentang Pedoman Pendidikan jurusan/program studi S1 yang memberikan arah pelaksanaan pendidikan akademik

[r]

[r]

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Dames Group Laras Budaya di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, serta

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi

peneliti menyimpulkan bahwa ketika lansia melakukan gerakan Latihan gerak sendi lutut secara bertahap maka akan berdampak pada penurunan nyeri sendi dikarenakan

Sedangkan kualitias air pelanggan PDAM Kota Moiokerto yang bersumber dari air sungai Brantas, pada 0 km untuk parameter wama rerata 15,25 TCU dimana 50% diantaranya

penelitian ini, soal open ended yang diberikan adalah soal yang memiliki lebih. dari satu jawaban atau cara penyelesaian