• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Perubahan Bunyi

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 30-35)

Ilmu bahasa dalam bidang fonologi mempunyai beberapa kajian terkait dengan bunyi bahasa. Bunyi-bunyi pada suatu bahasa dapat mengalami gejala perubahan bunyi yang terjadi pada tataran kata, frasa, dan juga kalimat (Hadi, 2015: 46). Perubahan bunyi tersebut di antaranya sebagai berikut.

a. Pelemahan Bunyi (lenition)

Gejala perubahan bunyi berupa lenis dapat terjadi pada suatu bahasa. Pelemahan bunyi terjadi apabila terjadi proses perubahan bunyi dari bunyi-bunyi yang kuat menjadi bunyi-bunyi-bunyi-bunyi yang lemah (Crowley dan Bowern, 2010: 24). Terjadinya pelemahan bunyi tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat bunyi fonem itu sendiri. Pelemahan bunyi atau lenis menurut Kridalaksana (2008: 143) merupakan bunyi yang terjadi karena pernapasan lembut dan otot kendur. Perubahan bunyi ini terjadi pada pelemahan bunyi-bunyi

bersuara /b/ menjadi bunyi-bunyi tidak bersuara /p/ (Hadi, 2015: 47). Contoh pelemahan bunyi tersebut terjadi pada kata serapan ‘sabtu’ yang dilafalkan dalam bI menjadi ‘saptu’.

b. Penghilangan Bunyi (sound loss)

Crowley dan Bowern (2010: 26) mengatakan bahwa perubahan bunyi dalam suatu bahasa dapat terjadi dengan penghilangan satu atau lebih bunyi konsonan. Penghilangan bunyi tersebut dapat terjadi pada pelafalan kosakata di tengah atau pun di akhir silabel. Misalnya kata ‘father’ dalam bahasa Inggris orang Amerika dilafalkan menjadi bunyi [fa:ðəɹ] sedangkan dalam bahasa Inggris orang Australia menjadi [fa:ðə]. Contoh penghilangan bunyi di akhir silabel terjadi pada kata ‘niuR’ dalam bahasa Fijian menjadi ‘niu’ yang berarti ‘coconut’.

c. Reduksi Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap pada ihwal ini merupakan konsonan yang sama dan saling berdampingan dalam satu kata. Reduksi konsonan rangkap ini dapat terjadi pada perubahan bunyi dari bI ke bA dan sebaliknya. Contohnya pada kata serapan ‘mushalla’ yang dilafalkan dalam bI menjadi ‘musala’. Contoh lain terjadi pada kata bahasa Inggris ‘hand’, pelafalan kata ‘hand’ yaitu dengan menghilangkan bunyi konsonan rangkap [nd] di akhir silabel sehingga pelafalannya berbunyi [hæn].

d. Aferesis

Perubahan bunyi berupa aferesis dapat terjadi pada penghilangan kosakata, bunyi vokal, maupun bunyi konsonan. Menurut Crowley dan

Bowern (2010: 27) huruf awal dalam kosakata terkadang hilang. Kridalaksana (2008: 3) mendefinisikan aferesis sebagai penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah ujaran. Penghilangan salah satu konsonan di awal kata dapat terjadi pada kata ‘maji’ (bahasa Angkamuthi) berubah menjadi ‘aji’ yang berarti ‘food’ (bahasa Inggris). Contoh penghilangan kosakata terjadi dalam mengucapkan salam, seperti pengucapan kata ‘Selamat malam!’ menjadi ‘Malam!’.

e. Apokope (penghilangan bunyi di ujung kata)

Apokope adalah pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata (Kridalaksana, 2008: 18). Crowley (1997: 5) mengatakan perubahan bunyi yang bersifat apokope biasa terjadi dalam suatu bahasa. Pemenggalan bunyi di ujung kata biasanya terjadi karena proses penyerapan dari bA ke bI. Sebagai contoh yaitu penghilangan bunyi fonem /‘/ di akhir kata pada kata fana’ (bA) menjadi fana (bI).

f. Sinkope

Sinkope adalah penghilangan suatu bunyi atau huruf yang berada di tengah kata (Kridalaksana, 2008: 222). Menurut Crowley (2010: 5) sinkope pada umumnya terjadi pada gugus konsonan dan bunyi vokal di tengah gugus konsonan tersebut telah hilang. Bentuk perubahan bunyi yang bersifat sinkope terjadi pada penghilangan bunyi mad bA yang telah diserap ke bI. Contohnya kata ‘faidah’ dalam bA setelah terserap ke bI menjadi ‘faedah’.

g. Penguatan Bunyi (fortition)

Tipe penguatan bunyi merupakan kebalikan dari lenisi. Menurut Crowley (1997: 2) dalam penguatan bunyi terjadi perubahan dari bunyi-bunyi yang lemah (tidak bersuara) menjadi bunyi-bunyi-bunyi-bunyi yang kuat (bersuara). Contoh penguatan bunyi terjadi pada kata serapan ‘zaman’ menjadi ‘jaman’. Pada kata tersebut bunyi fonem /j/ dianggap lebih kuat daripada bunyi fonem /z/.

h. Pengenduran Bunyi

Perubahan bunyi berupa pengenduran bunyi terjadi pada fonem-fonem khas bA yang telah terserap ke bI. Fonem-fonem-fonem tersebut seperti /

ث

/ dengan /ts/, /

ذ

/ dengan /dz/, dan /

ض

/ dengan /dl/. Sebagai contoh yaitu pengenduran bunyi pada kata serapan ‘adzan’ menjadi ‘azan’.

i. Penambahan Bunyi (sound addition)

Penambahan bunyi lebih jarang ditemukan dari pada perubahan bunyi yang bersifat lenisi (Crowley dan Bowern, 2010: 29). Penambahan bunyi ada beberapa jenis, yaitu (1) protesis adalah penambahan vokal atau konsonan di awal kata, contohnya kosakata dalam bahasa Motu ‘au’ menjadi ‘lau’ dalam bahasa Inggris berarti ‘me’; (2) epentesis (ekskresens atau anaptiksis) adalah penyisipan bunyi atau huruf dalam suatu kata, contohnya kata ‘fahm’ menjadi ‘faham’; dan (3) paragog adalah penambahan bunyi di akhir kata, contohnya ‘sabt’ menjadi ‘sabtu’.

j. Metatesis (metathesis)

Bentuk susunan huruf-huruf dalam suatu kata dapat diubah menjadi di awal, di tengah, maupun di akhir silabel. Perubahan letak huruf-huruf tersebut tidak serta merta mengubah makna suatu kosakata, dalam ilmu bahasa disebut metatesis. Metatesis yaitu perubahan bunyi berupa perubahan letak bunyi atau huruf dalam suatu kata. Menurut Crowley (1997: 8) metatesis merupakan jenis perubahan bunyi yang tidak wajar. Contoh metatesis dalam bahasa Arab yaitu perubahan bunyi /sirwal/ menjadi /seluar/ atau /serawal/. Contoh metatesis dalam bahasa Tagalog yaitu kata ‘tubus’ menjadi ‘subut’ dalam bahasa Inggris berarti ‘redeem’.

k. Asimilasi (assimilation)

Asimilasi yaitu perubahan bunyi yang berbeda menjadi hampir sama dengan bunyi yang ada didekatnya. Perubahan bunyi ini biasanya dipengaruhi oleh lingkungan atau bunyi fonem yang lain (Crowley, 1997: 12). Contoh asimilasi yaitu kata ‘munkar’ dalam bA ketika dilafalkan menjadi ‘mungkar’ dalam bI.

l. Disimilasi (dissimilation)

Disimilasi yaitu perubahan bunyi yang merupakan kebalikan dari asimilasi. Perubahan bunyi yang bersifat disimilasi menunjukkan perubahan bunyi di antara dua bunyi yang sama berubah menjadi bunyi yang berbeda. Disimilasi menurut Crowley (1997: 19) berarti perubahan suatu bunyi menjadi bunyi lain yang sedikit memiliki bunyi hampir sama di dekatnya.

Contohnya kata ‘jumhur’ (bahasa Arab) menjadi ‘jamhur’ (bahasa Indonesia).

m. Pemecahan Vokal (vowel breaking)

Menurut Crowley (1997: 12) bentuk pemecahan vokal dalam fenomena bahasa dapat terjadi perubahan dari satu bunyi vokal menjadi dua bunyi vokal (diftong). Pemecahan vokal terjadi pada kata ‘manu’ (bahasa Kairiru) berubah menjadi ‘mian’ (bahasa Papua Nugini) yang memiliki makna ‘bird’ dalam bahasa Inggris.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 30-35)

Dokumen terkait