• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Media massa saat ini telah menjadi primadona masyarakat luas. Berbagai kalangan memanfaatkan kehadiran media massa sebagai sarana menyampaikan pendapat. Penyampaian ide masyarakat dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Gagasan secara lisan dapat dilakukan masyarakat melalui tayangan televisi atau radio. Adapun penyampaian ide melalui tulisan dapat dilakukan masyarakat dengan memanfaatkan media elektronik atau pun media massa cetak. Media massa cetak yang dimaksud salah satunya adalah majalah.

Penulisan suatu majalah memerlukan keberadaan bahasa. Hal ini berkaitan erat dengan salah satu fungsi bahasa, yaitu sebagai sarana komunikasi. Bahasa yang digunakan dalam majalah merupakan bahasa tulis. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat yang bagus dan menarik memanfaatkan kehadiran suatu bahasa. Kalimat-kalimat tersebut biasanya disesuaikan dengan bahasan atau topik berita yang akan disampaikan kepada pembaca. Untuk itu, bahasa memiliki peranan penting dalam media massa terutama majalah.

Majalah yang beredar di Indonesia memiliki segmen pembaca yang berbeda-beda. Segmen pembaca dalam hal ini ditujukan untuk anak-anak, remaja, orang tua, para wanita, pejabat, akademisi, maupun masyarakat biasa. Di Indonesia juga terdapat majalah yang berbahasa Indonesia, Inggris, Arab, bahkan Jawa. Penggunaan bahasa yang beraneka ragam tersebut menunjukkan adanya

(2)

tujuan pembaca yang berbeda-beda. Sebagai contoh yaitu majalah berbahasa Arab yang biasanya dinikmati oleh kedutaan Timur Tengah di Indonesia.

Bahasa Arab memiliki hubungan erat dengan bangsa Indonesia. Kontak antara bahasa Arab dan bangsa Indonesia diyakini telah berlangsung sejak penyebaran Islam di Nusantara (Junanah, 2010: 25). Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat bI) memiliki beberapa kosakata yang dipengaruhi oleh bahasa Arab (selanjutnya disingkat bA), seperti kata abad, berkah, derajat, amanat, dan kalimat (Muradi, 2015: 12). Selain itu bA juga digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai media komunikasi beribadah kepada Allah Swt ketika sedang melakukan ibadah salat. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan banyak orang Indonesia yang dapat menguasai bA lisan maupun tulisan secara aktif maupun pasif (Hadi, 2015: 16).

Bahasa Arab telah diakui sebagai bahasa asing di Indonesia sesuai kebijakan politik bahasa nasional (Muradi, 2015: 13). Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan bA setara dengan bahasa asing lainnya yang mempunyai pengaruh besar terhadap bahasa-bahasa di dunia. Salah satu bahasa yang dipengaruhi oleh keberadaan bA adalah bahasa Indonesia. Menurut Lubis (1991: 8 dalam Hadi, 2015: 3) bahasa Arab diakui sebagai bahasa asing di Indonesia sejak abad ke-17 dan ditandai dengan adanya peningkatan jumlah naskah yang ditulis dalam bA. Kemudian bA diajarkan di sekolah-sekolah dan pesantren di Indonesia untuk menunjang kemahiran bahasa tulis dan lisan.

(3)

Salah satu bentuk kemahiran bA orang Indonesia secara tertulis terlihat dalam majalah. Majalah berbahasa Arab yang ada di Indonesia di antaranya seperti majalah Wardun yang diterbitkan di Gontor dan majalah Alo Indonesia (selanjutnya disingkat AI) yang diterbitkan di Tangerang. Penelitian ini akan memfokuskan fenomena alih aksara pada proper name yang terdapat dalam majalah AI.

Majalah AI merupakan sebuah media informasi berbahasa Arab yang diproduksi di Indonesia. Majalah ini dikelola di bawah manajemen Yayasan Media AI yang dipimpin oleh Prof. Dr. Nabilah Lubis MA. Alo Indonesia diterbitkan secara berkala setiap dua bulan sekali. Informasi dalam majalah ini ditujukan kepada pembaca yang tertarik dalam memerhatikan dunia Arab dan bahasa Arab (Thohir, 2005: 2).

Majalah AI mempunyai beberapa rubrik setiap edisinya. Rubrik yang disuguhkan dalam AI di antaranya seperti rubrik wisata, ragam budaya Indonesia, sosial, investasi, industri, resto, jendela Timur Tengah, seputar wanita, dan quick Indonesian. Apabila terdapat momen spesial yang sedang ramai dibicarakan publik di Indonesia maka redaksi AI akan memuatnya secara eksklusif sebagai laporan utama.

Keberadaan majalah berbahasa Arab di Indonesia dapat dipastikan memiliki pembaca khusus. Penikmat majalah berbahasa Arab di Indonesia dapat ditujukan untuk orang Arab yang tinggal di Indonesia, akademisi yang menyukai bahasa Arab, maupun para diplomat dari negara-negara Timur Tengah. Selain itu majalah berbahasa Arab ini memiliki tujuan untuk menyampaikan berbagai hal

(4)

mengenai keindahan Indonesia kepada khalayak umum sehingga dapat menarik wisatawan manca negara untuk berlibur ke Indonesia.

Berita yang disajikan dalam majalah AI berunsur produk wisata dan budaya Indonesia. Indonesia memiliki banyak tempat wisata beserta keragaman budaya yang indah dan menakjubkan. Hal ini tentunya mengandung penamaan-penamaan tempat yang sesuai dengan daerahnya masing-masing. Inilah yang menjadikan adanya pengalihaksaraan nama-nama tempat dari bI ke bA. Akan tetapi fenomena pengalihaksaraan tersebut dapat memunculkan beberapa masalah kebahasaan mengingat adanya perbedaan sifat antara bI dan bA. Aboelezz (2010: 101) juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara sistem penulisan yang memanfaatkan alfabet konsonan saja (aksara Arab) dan memanfaatkan alfabet lengkap (aksara Latin). Aksara Latin pada ihwal ini merujuk pada aksara Indonesia.

Pada majalah ini terdapat beberapa fenomena kebahasaan yang menonjol. Salah satu fenomena kebahasaan yang menjadi perhatian adalah fenomena pengalihaksaraan bI ke bA. Alih aksara merupakan pemindahan bentuk tulisan dari satu bahasa ke bahasa lain. Ada dua cara dalam penyebutan nama dalam bI ke bA, yaitu (1) pengalihaksaraan secara langsung seperti kata ‘Bandung’ menjadi

<

ﺞﻧوﺪﻧﺎﺑ

>, dan (2) pengalihaksaraan dengan menerjemahkan seperti kata ‘Lombok

Tengah’ menjadi <

ﻰﻄﺳﻮﻟا

كﻮﺒﻣﻮﻟ

>. Fenomena pengalihaksaraan dalam majalah AI banyak ditemukan pada penulisan proper name.

Proper name menurut Crystal (2008: 392) merupakan sesuatu yang menggambarkan nama seseorang, tempat, dsb. Mahmoud (2010: 140); (Al-Khuli,

(5)

1982: 230) menyepadankan istilah proper name dalam bahasa Arab dengan ism ‘alam. Kridalaksana (2008: 161) menyebut nama orang, tempat atau benda tertentu dengan istilah nama diri. Penulisan proper name dalam majalah AI mempunyai banyak variasi. Pada majalah AI terdapat banyak penyebutan nama daerah, nama tempat wisata, nama orang, nama negara, dan juga nama produk budaya Indonesia. Penulisan proper name yang dialihaksarakan dari bahasa lain yang dipakai harus menyesuaikan bunyi bahasa sasaran (Jamalin, 2015: 2), termasuk dalam tataran bunyi fonem.

Setiap bahasa direpresentasikan dengan bunyi-bunyian. Bunyi bahasa yang dapat diteliti adalah bunyi berdasarkan alat ucap manusia. Bunyi bahasa yang dapat membedakan bentuk dan makna disebut fonem (Alwi et al., 2003: 26). Fonem dalam kajian bahasa ditulis di antara dua garis miring /.../, contohnya fonem /p/ sebagai nama fonem satuan bI (Muslich, 2014: 104).

Aksara merupakan bentuk tanda grafis yang mewakili ujaran (Kridalaksana, 2008: 5). Istilah ilmu bahasa sering menyebut aksara dengan grafem; sistem pelambangan bunyi; atau sistem ejaan (Muslich, 2014: 104). Alwi et al. (2003: 27) menyebutkan bahwa grafem dituliskan di antara dua kurung sudut <...>. Sebagai contoh, fonem /ŋ/ dinyatakan dengan dua huruf, yaitu n dan g. Lalu, dua huruf tersebut membentuk satu grafem <ng>.

Grafonologi merupakan gabungan dari bidang grafologi dan bidang fonologi. Grafologi merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tulisan (Soeparno, 2002: 26). Grafem seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni sistem ejaan. Fonologi merupakan ilmu bahasa yang membahas mengenai bunyi (Chaer,

(6)

2009: 5). Fonologi sangat berperan dalam penyusunan suatu ejaan. Seperti yang dikatakan oleh Muslich (2014: 5) bahwa ejaan dapat menggambarkan unsur segmental dan suprasegmental dalam bunyi ujar. Penulisan bunyi ujar tersebut memanfaatkan kajian fonologi, terutama kajian fonemik. Hal ini dapat terlihat dalam keragaman penulisan mengenai kaidah transliterasi Arab-Latin (Hadi, 2015: 17).

Contoh berikut menunjukkan fenomena pengalihaksaraan grafem <ng> bahasa Indonesia ke bahasa Arab dalam majalah AI.

No. bI bA Transliterasi Sumber

1 Bengawan

Solo

ﻮﻟﻮﺻ ناوﺎﻐﻴﺑ

Bi>gha>wa>n Shu>lu> E.112h.57 2 Hangawera

اﺮﻳوﺎﳒﺎﻫ

Ha>nja>wi>ra> E.106h.8 3 Kemang

ﻎﻧﺎﻤﻴﻛ

Ki>ma>ngh E.111h.50; E.113h.46 4 Singkarak

كارﺎﻜﻨﻴﺳ

Si>nka>ra>k E.107h.12, h.20 5 Bukit Tinggi

ﺠﻨ

ﺗ ﺖﻴﻛﻮﺑ

Bu>ki>t Tinji> E.107h.13

Tabel 1. Grafem <ng> dalam Bahasa Arab

Pada tabel 1 menunjukkan adanya variasi pengalihaksaraan grafem <ng> dalam bA. Grafem <ng> dalam bA dapat direpresentasikan dengan grafem <

غ

>, <

ﺞﻧ

>, <

ﻎﻧ

>, dan <

ﻚﻧ

>. Penggunaan fonem bA ini dapat terjadi karena adanya kesamaan karakteristik bunyi, pengaruh bunyi konsonan setelahnya atau pun pengaruh bahasa asal dari kosakata tersebut.

(7)

Sebagai contoh, penggunaan grafem <

غ

> untuk merepresentasikan grafem <ng> dalam bA dikarenakan adanya kesamaan titik artikulasi. Fonem /ŋ/ dalam bI memiliki karakteristik sebagai fonem konsonan dorso-velar, nasal, dan bersuara. Adapun fonem /

غ

/ termasuk konsonan dorso-velar, frikatif, dan bersuara. Untuk itu, grafem <ng> dalam bA pada contoh 1 ‘Bengawan Solo’ <

ﻮﻟﻮﺻ

ناوﺎﻐﻴﺑ

> direpresentasikan menggunakan grafem <

غ

>.

Grafem <ng> yang direpresentasikan dengan grafem <

ﺞﻧ

> juga memiliki kedekatan artikulasi. Kedua bunyi tersebut sama-sama bunyi nasal (sengau). Bunyi sengau yang dimiliki grafem <

ﺞﻧ

> merupakan pengaruh dari fonem /

ن

/. Hal ini dikarenakan fonem /

ن

/ memiliki karakteristik sebagai konsonan apiko-alveolar, nasal, dan bersuara. Untuk itu, grafem <ng> pada contoh 2 ‘Hangawera’ dalam bA ditulis dengan grafem <

ﺞﻧ

> menjadi <

اﺮﻳوﺎﳒﺎﻫ

>.

Grafem <ng> dapat direpresentasikan menjadi grafem <

ﻎﻧ

>. Fonem /

ﻎﻧ

/ terdiri dari huruf /

ن

/ dan /

غ

/. Fonem /

ن

/ adalah konsonan apiko-alveolar, nasal, dan bersuara, sedangkan fonem /

غ

/ termasuk konsonan dorso-velar, frikatif, dan bersuara. Jika dilihat berdasarkan karakteristik fonem konsonan tersebut maka fonem /

ﻎﻧ

/ memiliki kemiripan sifat dengan fonem /ŋ/ dalam bI. Oleh karena itu, grafem <ng> pada contoh 3 ‘Kemang’ dalam bA ditulis dengan grafem <

ﻎﻧ

> menjadi <

ﻎﻧﺎﻤﻴﻛ

>.

Grafem <ng> juga dapat direpresentasikan dengan fonem <

ﻚﻧ

> dalam bA. Pemilihan fonem /

ﻚﻧ

/ ini dikarenakan adanya pengaruh bunyi konsonan setelah fonem /ŋ/. Pada contoh 4 menunjukkan bahwa fonem /ŋ/ diikuti fonem /k/. Pada kasus ini, fonem /ŋ/ dan /k/ mengalami perubahan bunyi, yaitu asimilasi.

(8)

Perubahan bunyi ini menjadikan bunyi didekatnya menjadi mirip. Untuk itu, grafem <ng> pada kata ‘Singkarak’ dalam bA ditulis menjadi <

كارﺎﻜﻨﻴﺳ

>.

Pengalihaksaraan grafem <ng> juga dapat dilakukan dengan cara geminasi. Bentuk geminasi pada grafem <ng> ini terjadi pada kosakata yang mengandung unsur fonem /ŋ/ yang diikuti oleh fonem /g/ seperti pada contoh 5. Pada kasus ini grafem <g> yang dialihaksarakan ke bA dilesapkan pada grafem <ng>. Hal inilah yang menjadikan penghilangan grafem <g> pada kata ‘Bukit Tinggi’ yang telah dialihaksarakan ke bA. Untuk itu, kata ‘Bukit Tinggi’ dalam bA ditulis menjadi <

ﻲﺠﻨﺗ ﺖﻴﻛﻮﺑ

>.

Pengalihaksaraan dari bI ke bA tidak hanya terjadi pada bunyi /ŋ/. Pengalihaksaraan dalam majalah AI juga ditemukan pada konsonan-konsonan bI lainnya. Bahkan, ada beberapa konsonan bI yang dialihaksarakan ke bA memiliki bentuk representasi yang bervariasi. Penelitian ini memanfaatkan adanya titik artikulasi bunyi setiap konsonan untuk mengidentifikasi fenomena pengalihaksaraan pada konsonan-konsonan tersebut. Oleh karena itu, kajian mengenai pengalihaksaraan yang terjadi pada bunyi konsonan bI ke bA sangat menarik untuk dikaji lebih dalam.

Penelitian mengenai sistem penulisan telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu dengan objek dan kajian yang berbeda. Berikut ini adalah pemaparan beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan.

1. Hasbi (2016) telah melakukan penelitian dalam yang berjudul “Alfa>zu Al-Tsaqa>fiyyah Al-Indu>ni>siyyah Al-Dakhi>lah wa Tarjamatuha> min Khila>l Majalah A>lu> Indu>ni>siya>”. Penelitian ini membahas mengenai kaidah yang

(9)

digunakan oleh majalah Alo Indonesia dalam memasukkan istilah-istilah kebudayaan Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) majalah Alo Indonesia mempunyai kaidah khusus dalam penulisan huruf Latin ke bahasa Arab yang disesuaikan dengan pelafalan mayoritas orang Arab, (2) terdapat perbedaan antara kaidah majalah Alo Indonesia dan Majma’ Al-Lughah Al-‘Arabiyah dalam memasukkan istilah-istilah kebudayaan Indonesia ke dalam bahasa Arab, dan (3) teori penerjemahan yang paling banyak digunakan oleh majalah Alo Indonesia adalah teori translation couplet (translation+paraphrase).

2. Jamalin (2015) telah melakukan penelitian yang berjudul “Sistem Penulisan Jawa”. Penelitian ini membahas mengenai kaidah bentuk ortografis Arab-Jawa yang sesungguhnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur silabel bahasa Arab tidak pernah diawali dengan kluster sedangkan silabel bahasa Jawa dapat diawali dengan kluster. Oleh karena itu, pengguna Tulisan Arab-Jawa (TAJ) memodifikasi tulisan agar sesuai dengan struktur bunyi bahasa Jawa dan beberapa cara digunakan untuk mengatasi penulisan kluster. Pengguna TAJ memodifikasi huruf dengan cara menambahkan diakritik yang berupa titik satu atau tiga di atas atau di bawah huruf.

3. Gazali (2015) melakukan penelitian mengenai alih aksara dengan judul “Naqlu Churu>fi li Asma>i Indu>ni>siyyati bi Churu>fi ‘Arabiyyati: Al-Masya>kilu wa Al-Chulu>l”. Penelitian ini mengkaji transliterasi fonem dalam kata nama bahasa Indonesia ke bahasa Arab berdasarkan kajian fonologis dan grafologis serta diharapkan dapat memberikan solusi terkait masalah tersebut.

(10)

Pada penelitian ini ditemukan bahwa bahasa Arab menghadapi tantangan yang sangat kompleks, salah satunya masalah pengucapan dalam penulisan kata nama bahasa Indonesia ke bahasa Arab. Terdapat dua solusi yang ditawarkan dalam alih aksara penulisan kata nama bahasa Indonesia ke bahasa Arab, yaitu dengan menggunakan ta’rib (Arabisasi) dan huruf Jawi.

4. Gazali (2014a) juga telah melakukan penelitian dengan judul “Alih Aksara ‘G’ dan ‘NG’ dalam Nama Indonesia ke Bahasa Arab”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transkripsi simbol fonem /g/ dan /ŋ/ dalam nama Indonesia ke bahasa Arab berdasarkan pendekatan fonologi dan grafologi. Fonem /g/ tidak ditemukan dalam fonem bahasa Arab sehingga transliterasinya mempunyai berbagai macam bentuk transkripsi, seperti <

ق

>

,

<

ݢ

>

,

<

ج

>,

<

غ

>, dan <

ڠ

>. Varian transkripsi tersebut muncul karena adanya ragam dialek

dalam bahasa Arab. Seperti kata Bambang [bambaŋ] dalam bahasa Indonesia ketika dialih kode ke Arab menjadi

ﺞﻨﺒﻣﺎﺑ ، ﻎﻧﺎﺒﻣﺎﺑ ،ﻖﻧﺎﺒﻣﺎﺑ ،ﻚﻨﺒﻣﺎﺑ ،ﻖﻨﺒﻣﺎﺑ

،

ﺞﻧﺎﺒﻣﺎﺑ

ragam transkripsi tersebut telah digunakan dalam media elektronik berbahasa Arab di beberapa negara.

5. Gazali (2014b) melakukan penelitian kembali dengan kasus yang sama berjudul “Alih Aksara ‘C’ dalam Nama Indonesia ke Bahasa Arab”. Penelitian tersebut membahas mengenai penulisan transliterasi nama dalam bahasa Indonesia ke bahasa Arab berdasarkan fonologi dan grafologi. Fonem /C/ merupakan salah satu fonem yang tidak ditemukan dalam bahasa Arab dan menimbulkan munculnya variasi transkripsi dari fonem Latin ke fonem bahasa Arab seperti <

خ

,

س

,

ك

,

ش

,

ق

> dan <

ﺶﺗ>.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa

(11)

dalam konteks huruf <c> Indonesia dalam kata ‘Ciputat’, menggunakan huruf <

س

> dan <

ش

> serta <

ﺶﺗ

> sebagai padanan yang banyak digunakan sekalipun ketiganya secara fonetis tidak menyerupai fonem /c/ dalam bahasa Indonesia. 6. Syaifullah (2013) telah melakukan penelitian mengenai majalah Alo Indonesia

yang berjudul “Qawa>’idu Al-Rasmi Al-‘Arabi> li Al-Kalima>ti Al-Indu>ni>siyyati fi> Majalati Alu> Indu>ni>siyyah”. Penelitian tersebut membahas mengenai istilah-istilah budaya dalam majalah Alo Indonesia edisi 2010-2011 yaitu dengan memperhatikan masuknya unsur-unsur bahasa Asing ke dalam bahasa Arab yang kemudian diarabkan sesuai lisan orang Arab dengan mengganti lafal-lafal asing yang paling dekat dengan lafal bahasa Arab. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syaifullah, penelitian tersebut menemukan: (1) ketentuan ta’rib fonetik majalah Alo Indonesia, (2) inkonsistensi istilah ta’rib dalam majalah Alo Indonesia, dan (3) tawaran ketentuan ta’rib dalam majalah Alo Indonesia. 7. Thohir (2005) juga telah melakukan penelitian mengenai majalah Alo

Indonesia yang berjudul “Prosedur Penerjemahan Rubrik-rubrik Majalah Alo Indonesia”. Penelitian ini membahas mengenai masalah proses penerjemahan rubrik dan analisis isi rubrik majalah Alo Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) analisis pada rubrik-rubrik majalah Alo Indonesia meliputi analisis sintaksis, semantik, dan transposisi, (2) metode-metode penerjemahan (Indonesia-Arab) yang digunakan penerjemahan majalah Alo Indonesia dalam menerjemahkan menerapkan pola penerjemahan harfiah dan bebas.

(12)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Gazali, konsonan yang ditelitinya hanya sebatas beberapa konsonan bI saja. Akan tetapi, penelitian ini berusaha mengkaji pengalihaksaraan fonem konsonan yang lebih luas. Gazali hanya meneliti variasi fonem /ŋ/, /g/, dan /c/ dari nama-nama Indonesia ke bahasa Arab. Gazali menemukan adanya bentuk variasi penulisan fonem-fonem tersebut di dalam bA. Menurut Gazali, variasi fonem-fonem yang telah ditelitinya berdasarkan beberapa website dari negara Timur Tengah dipengaruhi oleh adanya ragam dialek. Penelitian ini akan membahas mengenai pengalihaksaraan konsonan pada proper name yang terdapat dalam teks Arab secara grafonologi. Adapun data penelitian ini adalah proper name yang terdapat dalam majalah AI tahun 2014-2015.

Alasan proper name dalam majalah AI dijadikan sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, majalah AI merupakan majalah berbahasa Arab di Indonesia yang dinikmati oleh berbagai kalangan pembaca. Kedua, majalah AI memuat berita-berita di wilayah Indonesia dan terdapat proper name yang telah dialihaksarakan ke dalam bA.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan secara utuh mengenai fenomena pengalihaksaraan dalam teks berbahasa Arab. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengucapan dan penulisan kosakata asing yang ditulis dengan bahasa Arab, dalam hal ini berkaitan erat dengan kajian fonologi.

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dihasilkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana alih aksara bunyi konsonan yang sepadan titik artikulasi pada proper name dalam majalah Alo Indonesia?

2. Bagaimana alih aksara bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasi pada proper name dalam majalah Alo Indonesia?

3. Bagaimana alih aksara bunyi konsonan yang berbeda titik artikulasi pada proper name dalam majalah Alo Indonesia?

4. Bagaimana alih aksara gugus dan deret konsonan dalam bahasa Arab?

C.

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan alih aksara bunyi konsonan yang sepadan titik artikulasi pada proper name dalam majalah Alo Indonesia.

2. Menjelaskan alih aksara bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasi pada proper name dalam majalah Alo Indonesia.

3. Memaparkan alih aksara bunyi konsonan yang berbeda titik artikulasi pada proper name dalam majalah Alo Indonesia.

(14)

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu penelitian bertujuan supaya penelitian dapat terfokus dan terarah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Fonem konsonan yang dialihaksarakan ke bahasa Arab pada nama diri, nama kota, nama tempat wisata di Indonesia, nama produk budaya, dan nama negara. 2. Konsonan-konsonan tersebut dibatasi sesuai karakteristik titik artikulasi yang

dimiliki, yaitu sepadan, berdekatan, atau berbeda.

E.

Teori

Kajian teori dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Pada bagian ini dijelaskan secara rinci mengenai kajian grafonologi. Grafonologi terdiri dari kajian grafologi dan fonologi. Grafologi merupakan ilmu tentang tulisan, sedangkan grafem menunjukkan satuan terkecil dalam suatu sistem aksara (Kridalaksana, 2008: 73). Muslich (2014: 104) mengatakan grafem atau sistem pelambangan bunyi disebut sistem ejaan. Adapun fonologi menurut Kridalaksana (2008: 63) adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya; fonemik. Kajian teori yang terkait dalam penelitian ini di antaranya seperti konsep konsep ism ‘alam atau proper name bA, fonem dalam bA, fonem dalam bI, pedoman transliterasi Arab-Latin, dan jenis perubahan bunyi.

(15)

1. Proper Name

Al-Khuli (1982: 334) menyepadankan istilah ism ‘alam dengan proper name; proper noun; dan name word. Kridalaksana (2008: 161) mengenalkan istilah proper name dengan nama diri. Senada dengan hal itu, Lailiyah (2014: 23) menyebutkan bahwa ism ‘alam yaitu ism yang menunjukkan kepada nama orang, contoh:

ﺪﻤﳏ

.

Al-Ghulayaini (2010: 82) mendefinisikan ism ‘alam dalam kitab Ja>mi’ud-Duru>s al-‘Arabiyyah sebagai berikut.

ﻢﻠﻌﻟا

:

ﲔﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﱡلﺪﻳ ٌﻢﺳا

,

ﻗ ﻼﺑ ﻪﻌﺿو ﺐﺴﲝ

ﺔﻨﻳ

:

ﻞﻴﻨﻟاو َﻖﺸﻣدو ﺔﻤﻃﺎﻓو ﺪﻟﺎﺨﻛ

.

و رﺎﺤﺒﻟاو رﺎ ﻷاو ﻞﺋﺎﺒﻘﻟاو لوﱡﺪﻟاو صﺎﺨﺷﻷاو دﻼﺒﻟا ءﺎﲰأ ﻪﻨﻣو

لﺎﺒﳉا

.

Al-‘alamu: ismun yadullu ‘ala> mu’ayyanin, bichasbi wadh’ihi bila> qari>natin: ka kha>lidin wa fa>thimata wa dimasyqa wa naili. Wa minhu asma>ul bila>d wa asykhasy wa ad-dhuwwal wa al-qaba>il wa al-anha>r wa al-bacha>r wa al-jiba>l.

“Al-‘alam adalah kata benda yang menunjukkan sesuatu tertentu, tanpa membutuhkan perantara. Contoh: Khalid, Fathimah, Damaskus, dan Nil. Di antaranya adalah nama-nama negara, nama orang, nama suku, nama sungai, nama-nama laut, dan nama-nama-nama-nama gunung.”

Al-Ghulayaini (2010: 83) membagi ism ‘alam menjadi sepuluh (10) jenis, yaitu ismu al-‘alam mufrad seperti ‘Ahmad’ dan ‘Salim’, ismu al-‘alam murakkab idha>fiy seperti <

ﷲا ﺪﺒﻋ

> ‘Abdullah’, ismu al-‘alam murakkab mazjiy seperti <

ﻚﺒﻠﻌﺑ

> ‘Ba’labak’, ismu al-‘alam murakkab isnadiy seperti <

ﺎﻫﺎﻧﺮﻗ بﺎﺷ

> ‘Syaba Qarna>ha>’, ismu al-‘alam kunyah seperti <

ﺮﻜﺑ ﻮﺑأ

> ‘Abu Bakrin’, ismu al-‘alam laqab seperti <

ﻖﻳّﺪﺼﻟا

> ‘Ash-shiddi>q’, ismu al-‘alam a’sy-syakhash seperti <

ﺪﻟﺎﺧ

> ‘Kha>lid’, ismu al-‘alam al-jinsiy seperti <

ىﺮﺴﻛ

> ‘Kisra>’, ismu

(16)

al-‘alam al-murtajal seperti <

ﺮﻤﻋ

> ‘Umar’, dan ismu al-‘alam manqu>l seperti <

ﱘﺮﻛ

> ‘Kari>m’.

Proper name adalah penyebutan suatu kata yang sudah bersifat khusus, biasanya berupa kata benda. Proper name yang ada dalam bI menunjukkan nama-nama orang, nama suatu daerah, nama suatu kebudayaan, dan juga nama tempat wisata. Nama-nama yang termasuk proper name tersebut sudah dikenali kebanyakan orang sehingga dalam penyebutan nama-nama itu tidak memerlukan informasi tambahan lagi.

2. Fonem Bahasa Arab

Fonem bA terdiri atas fonem vokal dan fonem konsonan. Anis (1999: 26) mengatakan bahwa jenis bunyi vokal dalam bA disebut ashwa>tu al-lain dan bunyi konsonan disebut al-ashwa>tu’s-sa>kinah. Fonem vokal dalam bA berbeda dengan fonem vokal bI. Anis (1999: 36-40) juga menyebutkan bahwa vokal dalam bA ada dua, yaitu harakat dan mad. Vokal pendek dalam bA ditulis menggunakan harakat dan vokal panjang dalam bA ditulis dengan menambahkan huruf mad.

Vokal dalam bA (Harakat)

Nama Vokal dalam bA

Lambang dalam bI

َ◌

Fathah /a/

ِ◌

Kasrah /i/

ُ◌

dhammah /u/

(17)

Huruf Mad Nama Huruf Mad dalam bA

Lambang dalam bI

ْا

alif sukun /a>/

ْي

ya’ sukun /i>/

ْو

wawu sukun /u>/

Tabel 3. Vokal Panjang Bahasa Arab

Selain itu, bA juga mempunyai bunyi vokal rangkap (diftong). Vokal rangkap dalam bA ialah /ai/ dan /au/ (Hadi, 2015: 22). Diftong /ai/ dalam bA direpresentasikan dengan harakat fathah yang diikuti oleh huruf ya’ sukun (

ْي

) dan diftong /au/ dalam bA direpresentasikan dengan harakat fathah yang diikuti oleh huruf wawu sukun (

ْو

).

Diftong dalam BA Vokal Rangkap (Diftong)

Contoh Kata

َـ

ْﻲـــــ

/ai/

ﺔﻠﻴﻟ /

lailah

/

‘malam’

َـــــــ

ْﻮ

/au/

مﻮﻗ /

qaum

/

'kaum'

Tabel 4. Vokal Rangkap Bahasa Arab

Bahasa Arab mempunyai fonem konsonan sebanyak dua puluh delapan. Mukhtar (1976: 274 dalam Hadi, 2015: 26) dan Mahmud (1992 dalam Junanah, 2010: 91-92) telah mengklasifikasikan konsonan bA berdasarkan cara artikulasi dan terdapat enam jenis. Keenam jenis tersebut terdiri atas:

a. Konsonan hambat:

/ب/ ,/ت/ ,/د/ ,/ض/ ,/ط/ ,/ق/ ,/ك/ ,/ء/

b. Konsonan geser atau frikat:

/ث/ ,/ح/ ,/خ/ ,/ذ/ ,/ز/ ,/ص/ ,/ظ/ ,/ع/ ,/غ/ ,/ف/ ,

/س/ ,/ش/ ,/ـﻫ/

(18)

c. Konsonan paduan atau afrikat:

/ج/

d. Konsonan lateral atau samping:

/ل/

atau lam tipis atau lam tebal

/ل/

e. Konsonan getar atau geletar:

/ر/

f. Konsonan sengau atau nasal:

/ن/

dan

/م/

Mukhtar (1976: 274), Sudarno (1990: 42), dan Al-Ani (1966: 29) (dalam Hadi, 2015: 29) juga mengklasifikasikan konsonan bA berdasarkan daerah artikulasi konsonan bA.

Cara Artikulasi Daerah Artikulasi B il abi al L abi o -de nt al A pi ko -de nt al A pi ko -al ve ol ar A pi ko -pa la ta l D or so -ve la r D or so -uvul ar F ar inga l G lot al Hambat T ط ت ك ق ء B ب ض د Frikatif T ف ذ س ز ص ش خ ح ه B ث ظ غ ع Afrikatif T B ج Nasal B م ن Getar B ر Lateral B ل Semivokal B ي و

Tabel 5. Konsonan Bahasa Arab T: Tidak Bersuara, B: Bersuara

(19)

3. Fonem Bahasa Indonesia

Fonologi dalam bI mempunyai dua cabang kajian utama yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa (Verhaar, 2006: 19). Adapun fonemik merupakan kajian mengenai sistem fonem dalam satu bahasa (Chaer, 2009: 128). Soeparno (2002: 24) menjelaskan perbandingan konsep keduanya secara sederhana, (1) fonetik merupakan subdisiplin linguistik yang menelaah bahasa tanpa menghiraukan bermakna atau tidaknya bunyi tersebut, dan (2) fonemik merupakan subdisiplin linguistik yang menelaah bunyi bahasa yang bermakna saja atau lebih tepatnya bunyi bahasa yang mendukung makna saja.

Fonem merupakan satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna (Kridalaksana, 2008: 62). Verhaar (2006: 65) menyebut istilah fonem dengan bunyi fungsional. Untuk mengetahui sebuah bunyi termasuk fonem atau bukan dapat dicari menggunakan pasangan minimal atau minimal pair. Pasangan minimal yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda (Chaer, 2009: 63). Misalnya pasangan kata paku dan baku. Kedua kata tersebut terdiri dari empat buah fonem. Kata paku terdiri dari fonem /p/, /a/, /k/, dan /u/, sedangkan kata baku terdiri dari fonem /b/, /a/, /k/, dan /u/. Pada kedua kata tersebut letak perbedaan pada bunyi pertama, yaitu fonem /p/ dan fonem /b/. Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa fonem /p/ dalam bI adalah sebuah fonem. Muslich (2014: 95) mengklasifikasikan fonem bI terdiri dari fonem vokal dan konsonan.

(20)

Bahasa Indonesia memiliki enam fonem vokal tunggal dan tiga vokal rangkap. Vokal tunggal bI seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Depan Tengah Belakang

Tinggi /i/ /u/

Sedang /e/ /ə/ /o/

Rendah /a/

Tabel 6. Vokal Bahasa Indonesia

Adapun vokal rangkap (diftong) dalam bI adalah [ay], [aw], dan [oy]. Secara fonemis diftong tersebut ditulis /ai/, /au/ dan /oi/ (Hadi, 2015: 22).

Bahasa Indonesia memiliki dua puluh dua konsonan. Konsonan dalam bI dapat dibedakan berdasarkan cara artikulasi, daerah artikulasi, dan keadaan pita suara. Berikut ini pembagian konsonan dalam bI menurut Marsono (2013: 101). Cara Artikulasi Daerah Artikulasi B il abi al L abi o -de nt al A pi ko -de nt al A pi ko -al ve ol ar A pi ko -pa la ta l L am ino -al ve ol ar M edi o -pa la ta l D or so -ve la r G lot al Hambat T p t c k ? B b d j g Frikatif T f s x h B z Nasal B m n ñ ŋ Getar B r Lateral B l Semivokal B w y

Tabel 7. Konsonan Bahasa Indonesia T: Tidak Bersuara, B: Bersuara

(21)

4. Gugus Fonem dan Deret Fonem

Gugus fonem adalah dua buah fonem berbeda yang terdapat dalam satu kata (Chaer, 2009: 83). Menurut Kridalaksana (2008: 78) gugus merupakan urutan unsur-unsur bahasa. Unsur bahasa tersebut dapat berupa gugus vokal dan gugus konsonan. Gugus vokal dalam bI disamakan dengan diftong. Berikut ini adalah gugus vokal menurut Chaer (2009: 83).

Gugus Vokal Contoh Kata

au pulau

ai santai

oi sekoi

ei survei

Tabel 8. Gugus Vokal Bahasa Indonesia

Sebagian besar gugus konsonan yang terdapat dalam bI terletak di awal silabel. Chaer (2009: 84-85) menyebutkan bahwa gugus konsonan dalam bI berjumlah dua puluh tujuh. Berikut ini macam-macam gugus konsonan tersebut.

No Gugus Konsonan Contoh Kata

1 br brahma; labrak

(22)

No Gugus Konsonan Contoh Kata 3 by obyektif 4 dr drama; drakula 5 dw dwidarma 6 dy madya 7 fl inflasi 8 fr infra 9 gl global 10 gr gram; grafis 11 kl klasik; klinik 12 kr kritik; kristen 13 ks ksatria; eksponen 14 kw kwartet 15 pr pribadi; keprok 16 ps psikolog; psikopat 17 sl slogan 18 sp spesial 19 spr sprit 20 sr srigala 21 st studio; stasiun 22 str strata

(23)

No Gugus Konsonan Contoh Kata 23 sw swasta 24 sk skala 25 skr skripsi 26 tr tragedi 27 ty satya

Tabel 9. Gugus Konsonan Bahasa Indonesia

Kridalaksana (2008: 46) mendefinisikan deret sebagai hubungan antara unsur-unsur bahasa secara linier. Sekumpulan huruf dapat dikatakan sebuah deret jika huruf-huruf tersebut terletak pada silabel yang berbeda. Deret fonem yang ada dalam bI hanya terletak di tengah-tengah kosakata. Deret fonem bI ada dua jenis, yaitu deret vokal dan deret konsonan. Deret vokal menurut Chaer (2009: 84) adalah sebagai berikut.

No. Deret Vokal Contoh Kata

1 aa saat

2 au laut

3 ai kain

4 ao kaos

(24)

No. Deret Vokal Contoh Kata 6 ue kue 7 ui puing 8 ia kiat 9 iu tiup 10 io biola 11 oa loak 12 oi koin 13 eo beo

Tabel 10. Deret Vokal Bahasa Indonesia

Bentuk deret konsonan yang dimiliki oleh bI lebih banyak daripada deret vokalnya. Chaer (2009: 85-87) menyebutkan deret konsonan dalam bI sebagai berikut.

No Deret Konsonan Contoh Kata

1 bd sabda 2 bh subhat 3 bl kiblat 4 hb tahbis 5 hk mahkamah 6 hl bahlul 7 hm tahmid

(25)

No Deret Konsonan Contoh Kata 8 ht tahta 9 kb takbir; akbar 10 kl iklan; coklat 11 km sukma 12 kr takrir 13 ks siksa; paksa 14 kt bakti; bukti 15 ?d [ba?da] 16 ?l [ta?luk]; [ta?lik] 17 ?m [ba?mi], [ma?mum] 18 ?n [ma?na]; [la?nat] 19 ?y [ra?yat] 20 lb kalbu 21 ld kaldu 22 lk palka 23 lm gulma 24 lp bolpoin 25 mb ambut; timbul 26 mp simpan; sampul 27 mpr [kompraŋ]

(26)

No Deret Konsonan Contoh Kata 28 nc hancur; lancip 29 ncl kinclong 30 ncr kencring 31 nd janda; tunda 32 nj janji; tunjung 33 np tanpa 34 nt nanti; pantun 35 ŋg [laŋgar]; [maŋga] 36 ŋk [boŋkar]; [naŋka] 37 ŋkr [baŋkrut] 38 ŋs [piŋsan]; [saŋsi] 39 pt baptis; saptu 40 rb karbon; terbang 41 rc karcis 42 rd kardus; kerdil 43 rg surga; harga 44 rh berhala 45 rj terjang; terjal 46 rk berkas; harkat 47 rl perlu

(27)

No Deret Konsonan Contoh Kata 48 rm norma; nirmala 49 rn sirna; porno 50 rp korpus 51 rs sirsak 52 rt kertas; karton 53 sb tasbih 54 sk miskin 55 sl muslim 56 sr mesra; pasrah 57 sp puspa 58 ᶴd tasᶴdid 59 ᶴr [taᶴrik] 60 tm ritme 61 tl mutlak 62 xl maxluk

Tabel 11. Deret Konsonan Bahasa Indonesia

5. Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Pada penelitian yang melibatkan antara dua bahasa atau lebih dibutuhkan pedoman transliterasi sebagai media yang menjembatani perbedaan dalam sistem tulisan. Menurut Kridalaksana (2008: 247) transliterasi

(28)

merupakan penggantian huruf dari abjad satu ke abjad yang lain terlepas dari pelafalannya. Berikut ini merupakan transliterasi bA ke huruf Latin berdasarkan pedoman keputusan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1997 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 12 Januari 1988.

a. Konsonan

No Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

1

ا

Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

2

ب

b -

3

ت

t -

4

ث

ṡ s dengan titik di atasnya

5

ج

j -

6

ح

ḥ h dengan titik di bawahnya

7

خ

kh -

8

د

d -

9

ذ

ż z dengan titik di atasnya

10

ر

r -

11

ز

z -

12

س

s -

(29)

No Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

14

ص

ṣ s dengan titik di bawahnya

15

ض

ḍ d dengan titik di bawahnya

16

ط

ṭ t dengan titik di bawahnya

17

ظ

ẓ z dengan titik di bawahnya

18

ع

‘ Koma terbalik di atasnya

19

غ

g - 20

ف

f - 21

ق

q - 22

ك

k - 23

ل

l - 24

م

m - 25

ن

n - 26

و

w - 27

ه

h - 28

ء

' Apostrof 29

ي

y -

Tabel 12. Transliterasi Arab-Latin b. Vokal Pendek

= a

َﺐَﺘَﻛ

kataba

(30)

= u

ُﺐَﻫﺬَ ﻳ

yażhabu c. Vokal Panjang

َا...

= a>

َلﺎَﻗ

qa>la

ْيِا

= i>

َﻞْ ﻴ ِﻗ

qi>la

وُا

= u>

ُل ْﻮُﻘَ ـﻳ

yaqu>lu d. Diftong

أ

ْي

= ai

َﻒْ ﻴَﻛ

kaifa

أ ْو

= au

َل ْﻮَﺣ

ḥaula

6. Jenis Perubahan Bunyi

Ilmu bahasa dalam bidang fonologi mempunyai beberapa kajian terkait dengan bunyi bahasa. Bunyi-bunyi pada suatu bahasa dapat mengalami gejala perubahan bunyi yang terjadi pada tataran kata, frasa, dan juga kalimat (Hadi, 2015: 46). Perubahan bunyi tersebut di antaranya sebagai berikut.

a. Pelemahan Bunyi (lenition)

Gejala perubahan bunyi berupa lenis dapat terjadi pada suatu bahasa. Pelemahan bunyi terjadi apabila terjadi proses perubahan bunyi dari bunyi-bunyi yang kuat menjadi bunyi-bunyi-bunyi-bunyi yang lemah (Crowley dan Bowern, 2010: 24). Terjadinya pelemahan bunyi tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat bunyi fonem itu sendiri. Pelemahan bunyi atau lenis menurut Kridalaksana (2008: 143) merupakan bunyi yang terjadi karena pernapasan lembut dan otot kendur. Perubahan bunyi ini terjadi pada pelemahan bunyi-bunyi

(31)

bersuara /b/ menjadi bunyi-bunyi tidak bersuara /p/ (Hadi, 2015: 47). Contoh pelemahan bunyi tersebut terjadi pada kata serapan ‘sabtu’ yang dilafalkan dalam bI menjadi ‘saptu’.

b. Penghilangan Bunyi (sound loss)

Crowley dan Bowern (2010: 26) mengatakan bahwa perubahan bunyi dalam suatu bahasa dapat terjadi dengan penghilangan satu atau lebih bunyi konsonan. Penghilangan bunyi tersebut dapat terjadi pada pelafalan kosakata di tengah atau pun di akhir silabel. Misalnya kata ‘father’ dalam bahasa Inggris orang Amerika dilafalkan menjadi bunyi [fa:ðəɹ] sedangkan dalam bahasa Inggris orang Australia menjadi [fa:ðə]. Contoh penghilangan bunyi di akhir silabel terjadi pada kata ‘niuR’ dalam bahasa Fijian menjadi ‘niu’ yang berarti ‘coconut’.

c. Reduksi Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap pada ihwal ini merupakan konsonan yang sama dan saling berdampingan dalam satu kata. Reduksi konsonan rangkap ini dapat terjadi pada perubahan bunyi dari bI ke bA dan sebaliknya. Contohnya pada kata serapan ‘mushalla’ yang dilafalkan dalam bI menjadi ‘musala’. Contoh lain terjadi pada kata bahasa Inggris ‘hand’, pelafalan kata ‘hand’ yaitu dengan menghilangkan bunyi konsonan rangkap [nd] di akhir silabel sehingga pelafalannya berbunyi [hæn].

d. Aferesis

Perubahan bunyi berupa aferesis dapat terjadi pada penghilangan kosakata, bunyi vokal, maupun bunyi konsonan. Menurut Crowley dan

(32)

Bowern (2010: 27) huruf awal dalam kosakata terkadang hilang. Kridalaksana (2008: 3) mendefinisikan aferesis sebagai penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah ujaran. Penghilangan salah satu konsonan di awal kata dapat terjadi pada kata ‘maji’ (bahasa Angkamuthi) berubah menjadi ‘aji’ yang berarti ‘food’ (bahasa Inggris). Contoh penghilangan kosakata terjadi dalam mengucapkan salam, seperti pengucapan kata ‘Selamat malam!’ menjadi ‘Malam!’.

e. Apokope (penghilangan bunyi di ujung kata)

Apokope adalah pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata (Kridalaksana, 2008: 18). Crowley (1997: 5) mengatakan perubahan bunyi yang bersifat apokope biasa terjadi dalam suatu bahasa. Pemenggalan bunyi di ujung kata biasanya terjadi karena proses penyerapan dari bA ke bI. Sebagai contoh yaitu penghilangan bunyi fonem /‘/ di akhir kata pada kata fana’ (bA) menjadi fana (bI).

f. Sinkope

Sinkope adalah penghilangan suatu bunyi atau huruf yang berada di tengah kata (Kridalaksana, 2008: 222). Menurut Crowley (2010: 5) sinkope pada umumnya terjadi pada gugus konsonan dan bunyi vokal di tengah gugus konsonan tersebut telah hilang. Bentuk perubahan bunyi yang bersifat sinkope terjadi pada penghilangan bunyi mad bA yang telah diserap ke bI. Contohnya kata ‘faidah’ dalam bA setelah terserap ke bI menjadi ‘faedah’.

(33)

g. Penguatan Bunyi (fortition)

Tipe penguatan bunyi merupakan kebalikan dari lenisi. Menurut Crowley (1997: 2) dalam penguatan bunyi terjadi perubahan dari bunyi-bunyi yang lemah (tidak bersuara) menjadi bunyi-bunyi-bunyi-bunyi yang kuat (bersuara). Contoh penguatan bunyi terjadi pada kata serapan ‘zaman’ menjadi ‘jaman’. Pada kata tersebut bunyi fonem /j/ dianggap lebih kuat daripada bunyi fonem /z/.

h. Pengenduran Bunyi

Perubahan bunyi berupa pengenduran bunyi terjadi pada fonem-fonem khas bA yang telah terserap ke bI. Fonem-fonem-fonem tersebut seperti /

ث

/ dengan /ts/, /

ذ

/ dengan /dz/, dan /

ض

/ dengan /dl/. Sebagai contoh yaitu pengenduran bunyi pada kata serapan ‘adzan’ menjadi ‘azan’.

i. Penambahan Bunyi (sound addition)

Penambahan bunyi lebih jarang ditemukan dari pada perubahan bunyi yang bersifat lenisi (Crowley dan Bowern, 2010: 29). Penambahan bunyi ada beberapa jenis, yaitu (1) protesis adalah penambahan vokal atau konsonan di awal kata, contohnya kosakata dalam bahasa Motu ‘au’ menjadi ‘lau’ dalam bahasa Inggris berarti ‘me’; (2) epentesis (ekskresens atau anaptiksis) adalah penyisipan bunyi atau huruf dalam suatu kata, contohnya kata ‘fahm’ menjadi ‘faham’; dan (3) paragog adalah penambahan bunyi di akhir kata, contohnya ‘sabt’ menjadi ‘sabtu’.

(34)

j. Metatesis (metathesis)

Bentuk susunan huruf-huruf dalam suatu kata dapat diubah menjadi di awal, di tengah, maupun di akhir silabel. Perubahan letak huruf-huruf tersebut tidak serta merta mengubah makna suatu kosakata, dalam ilmu bahasa disebut metatesis. Metatesis yaitu perubahan bunyi berupa perubahan letak bunyi atau huruf dalam suatu kata. Menurut Crowley (1997: 8) metatesis merupakan jenis perubahan bunyi yang tidak wajar. Contoh metatesis dalam bahasa Arab yaitu perubahan bunyi /sirwal/ menjadi /seluar/ atau /serawal/. Contoh metatesis dalam bahasa Tagalog yaitu kata ‘tubus’ menjadi ‘subut’ dalam bahasa Inggris berarti ‘redeem’.

k. Asimilasi (assimilation)

Asimilasi yaitu perubahan bunyi yang berbeda menjadi hampir sama dengan bunyi yang ada didekatnya. Perubahan bunyi ini biasanya dipengaruhi oleh lingkungan atau bunyi fonem yang lain (Crowley, 1997: 12). Contoh asimilasi yaitu kata ‘munkar’ dalam bA ketika dilafalkan menjadi ‘mungkar’ dalam bI.

l. Disimilasi (dissimilation)

Disimilasi yaitu perubahan bunyi yang merupakan kebalikan dari asimilasi. Perubahan bunyi yang bersifat disimilasi menunjukkan perubahan bunyi di antara dua bunyi yang sama berubah menjadi bunyi yang berbeda. Disimilasi menurut Crowley (1997: 19) berarti perubahan suatu bunyi menjadi bunyi lain yang sedikit memiliki bunyi hampir sama di dekatnya.

(35)

Contohnya kata ‘jumhur’ (bahasa Arab) menjadi ‘jamhur’ (bahasa Indonesia).

m. Pemecahan Vokal (vowel breaking)

Menurut Crowley (1997: 12) bentuk pemecahan vokal dalam fenomena bahasa dapat terjadi perubahan dari satu bunyi vokal menjadi dua bunyi vokal (diftong). Pemecahan vokal terjadi pada kata ‘manu’ (bahasa Kairiru) berubah menjadi ‘mian’ (bahasa Papua Nugini) yang memiliki makna ‘bird’ dalam bahasa Inggris.

F. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah proper name yang terdapat dalam majalah AI yang terbit pada tahun 2014-2015. Majalah tersebut terdiri atas edisi 106 Januari 2014; edisi 107 Maret 2014; edisi 108 Mei 2014; edisi 109 September 2014; edisi 110 November 2014; edisi 111 Maret 2015; edisi 112 Juli 2015; dan edisi 113 September 2015. Pada bagian analisis penyebutan sumber data disajikan dengan penyingkatan. Sebagai contoh bentuk penyingkatan yang diterapkan pada bagian analisis yaitu E.112h.57. Berikut ini keterangan dari bentuk penyingkatan tersebut.

E.112 : menunjukkan edisi majalah yang terbit pada bulan Juli 2015

h.57 : menunjukkan halaman sumber data yang diteliti

(36)

G. Metode dan Teknik

Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (Djajasudarma, 2010: 4). Sudaryanto (1993: 5) membagi tahapan penelitian menjadi tiga tahap, yaitu: penyediaan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penyediaan Data

Tahap penyediaan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Disebut metode simak karena dilakukan dengan menyimak (Sudaryanto, 1988: 2). Metode simak dilakukan dengan menyimak dan mengamati kalimat yang mengandung bentuk proper name yang terdapat dalam majalah Alo Indonesia. Selanjutnya, pada metode simak digunakan teknik dasar berupa teknik sadap dan teknik lanjutan berupa teknik catat (Kesuma, 2007: 45) yaitu mencatat data penelitian dalam bentuk tulisan pada kartu data. Teknik sadap digunakan untuk mengambil dan memindahkan kata-kata yang termasuk kategori proper name ke dalam tabel data penelitian. Teknik catat digunakan untuk mencatat data-data yang dibutuhkan pada tahap analisis data. Pada penelitian ini ada beberapa kosakata sebagai data penelitian yang diulang dalam penyebutannya. Pengulangan data ini dilakukan karena kosakata dengan fenomena tertentu sangat terbatas kasusnya sehingga memungkinkan untuk menulis kembali kosakata yang sama.

(37)

2. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data pada penelitian ini menggunakan metode padan. Metode pada kajian padan ini alat penentunya adalah unsur luar bahasa (Djajasudarma, 2010: 66). Metode padan yang digunakan adalah metode padan ortografis, yaitu metode padan yang alat penentunya adalah tulisan (Sudaryanto, 1993: 15). Metode padan ortografis dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi bentuk pemadanan tulisan antara bI dan bA. Data berupa kosakata bA dalam majalah Alo Indonesia disepadankan dengan kosakata dalam bI. Kemudian, kosakata dalam bA tersebut ditransliterasikan ke dalam bI sesuai dengan pedoman transliterasi penulisan Arab-Indonesia. Selanjutnya, pada penelitian ini menggunakan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan teknik hubung banding memperbedakan (HBB). Teknik lanjutan HBS dan HBB dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis fonem konsonan berdasarkan titik artikulasinya. Titik artikulasi tersebut digunakan sebagai dasar pengklasifikasian konsonan sepadan, berdekatan, atau berbeda.

3. Tahap Penyajian Data

Penyajian hasil pada penelitian ini dilakukan secara formal dan informal. Sudaryanto (1993: 145) menjelaskan bahwa metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Pada penelitian ini data disajikan secara formal dengan menggunakan tabel berdasarkan urutan abjad dalam bI. Selanjutnya, data-data tersebut

(38)

diklasifikasikan sesuai daerah titik artikulasi. Data disajikan dalam bentuk tabel dan bersifat informal untuk memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian.

H. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, teori, sumber data, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Alih aksara bunyi konsonan sepadan. Bab III Alih aksara bunyi konsonan berdekatan. Bab IV Alih aksara bunyi konsonan berbeda. Bab V Alih aksara gugus dan deret konsonan. Bab VI Penutup

Berisi kesimpulan dan saran.

Pada bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran berupa tabel pola alih aksara bI ke bA dan tabel proper name berdasarkan abjad bI yang terdapat dalam majalah AI.

Gambar

Tabel 1. Grafem &lt;ng&gt; dalam Bahasa Arab
Tabel 2. Vokal Pendek Bahasa Arab
Tabel 3. Vokal Panjang Bahasa Arab
Tabel 5. Konsonan Bahasa Arab  T: Tidak Bersuara, B: Bersuara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata (semua bunyi vokal atau monoftong dan konsonan).. Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau

Contohnya ketika ada seorang siswi kelas IV menunjuk buah “mangga” namun yang ia katakan/ucapkan adalah kata “monggo” ; (2) selama melaksanakan observasi dalam

Salah satu contohnya adalah ketika berbicara langsung dengan orang Jepang baik secara lisan ataupun tulisan,pembelajar bahasa Jepang akan merasa sulit untuk memutuskan kata kerja

Berdasarkan indikator di atas dijelaskan perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak dalam hal menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih

Bahasa asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris

Apabila dilihat secara keseluruhan di dalam rangkaian keterkaitan antara keterampilan menulis teks eksposisi dengan peran kosakata (kata) sebagai wujud konkret dari

Berbeda dengan bahasa Indonesia yang dapat menyingkat kata dengan satu fonem saja, bahasa Jepang berangkat dari dua fonem yang terdiri dari vokal dan konsonan,

Gaya penyajiannya menggunakan bentuk interlinier.Pusat penyajian teks menggunakan metode orang ketiga yang bersifat obyektif.Gaya bahasa teks terdiri atas kosakata,