• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I ANESTUTI GALUH PANGESTUTI PSIKOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I ANESTUTI GALUH PANGESTUTI PSIKOLOGI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman dan berbagi informasi. Dengan pembicaraan yang jelas diharapkan informasi dapat tersampaikan.Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang (Tarigan, 2008).

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak usia 0-8 tahun secara menyeluruh mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan mental, intelektual, emosional, moral dan sosial. PAUD dilakukan dalam tiga jalur yaitu jalur formal terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain sederajat, Jalur non formal terdiri dari Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain sederajat termasuk didalamnya adalah Pos PAUD serta jalur informal melalaui Pendidikan Keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan (Maryatun, 2013).

(2)

Menurut Soetjiningsih (2005) semua tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi perkembangan sosial, perkembangan motorik halus dan kasar serta perkembangan bahasa.

Menurut Kartono (2007) penguasaan bahasa anak akan berkembang menurut hukum alami yaitu mengkuti bakat, kodrat dan ritme perkembangan yang alami yang sangat berpengaruh dengan lingkungan atau oleh stimuli ekstrim (pengaruh lingkungan). Anak-anak memahami kata-kata pertama mereka lebih awal dari pada mereka mengucapkannya. Secara rata-rata bayi memahami sekitar 50 kata pada usia sekitar 13 bulan tetapi mereka tidak dapat mengucapkan kata-kata sebanyak itu hingga sekitar usia 18 bulan. Dengan demikian, kosakata reseptif pada masa bayi (kata-kata yang dipahami anak-anak) secara signifikan melebihi kosakata yang diucapkan (kata-kata yang digunakan anak) (Santrock 2011).

(3)

Menurut Jamaris (2011) perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata, lingkup kosa kata yang dapat diucapkan menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak dan permukaan (kasar-halus). Anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatau percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya.

Anak-anak memasuki awal sekolah sudah mampu berbicara untuk mengekspresikan kebutuhannya, bertanya dan untuk belajar tentang dunia yang akan mereka kembangkan. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang didapat secara alamiah, tetapi berbicara secara formal memerlukan proses latihan dan pengarahan yang intensif. Pada usia taman kanak-kanak harusnya anak sudah dapat berbicara dengan baik dan lancar, anak sudah dapat mengulang atau menirukan kembali beberapa kata bahkan dapat mengucapkan beberapa kalimat. Namun pada kenyataannya sebagian besar anak usia TK belum memiliki kemampuan berbicara yang baik. Anak masih kesulitan dalam menyampaikan pendapat dan pikiran mereka dengan bahasa lisan (Djaelani, 2012).

(4)

berdasarkan atas laporan orang tua, angka kejadiannya 0,9% pada anak dibawah usia 5 tahun dan 1,94% pada anak usia 5 sampai dengan 14 tahun (Soetjiningsih, 2005).

Anak yang sejak kecil dilatih dan dibimbing untuk berbicara secara tepat dan baik, akan mampu berpikir kritis dan logis. Membimbing anak berbicara sejak usia dini akan memberikan banyak manfaat bagi kemampuan anak. Anak akan mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat. Yang berarti bahwa tujuan umum dari kemampuan berbicara adalah anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi dan anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan (Suhartono, 2005).

Pada anak usia TK (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang umum dan efektif digunakan adalah berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa pada anak usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat dan mengenal tulisan sederhana (Hildayani, 2005).

(5)

serta menceritakan kembali isi cerita. Untuk mengembakan kemampuan berbicara anak membutuhkan reinforcemen (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal (Hildayani, 2005).

Kemampuan berbicara merupakan pengungkapan diri secara lisan.Kemampuan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan.Aspek kebahasaan meliputi ketepatan ucapan (pelafalan bunyi), penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai serta penggunaan kata dan kalimat.Sedangkan aspek non kebahasaan meliputi sikap yang wajar tenang dan tidak kaku, pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran dan penalaran serta relevansi (Arsjad dan Mukti, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Supi’ah (2012), hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan kemampuan berbahasa anak kelompok TK ANNUR Surabaya mengalami peningkatan setelah penerapan metode melalui gambar seri. Anak dapat mengalami peningkatan pencapaian belajar pada siklus I sebesar 75,93% dan pada siklus II sebesar 95,3%.

(6)

Hasil penelitian oleh Salimah (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan dan penguasaan kosa kata berbicara anak antara yang mengikuti pembelajaran melalui bermain menggunakan media gambar seri dibandingkan dengan bermain tanpa media gambar seri (konvensional).

Sedangkan Kurniawati (2013) menunjukkan hasil penelitian bahwa ada perbedaan rataan tingkat kemampuan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Berdasarkan selisih nilai rata-rata kemampuan berbicara hasil Pretest dan Posttest, kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran

makro memiliki selisih nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada selisih nilai rata-rata kemampuan berbicara pada kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan berbicara anak dengan metode bermain peran makro lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemampuan berbicara anak dengan metode bermain peran mikro pada anak usia 5-6 tahun.

(7)

Berdasarkan dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di TK Aisyah Karangbawang Kecamatan Ajibarang pada tanggal 7 Oktober 2013 diperoleh data keseluruhan anak berjumlah 48 anak. Dengan umur berkisar antara 5-6 tahun terbagi dalam dua kelas yaitu kelas B1 dan B2.Sistem pembelajaran di TK Aisyah Karangbawang yaitu belajar sambil bermain supaya anak dapat memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Hasil observasi dan wawancara singkat dengan guru TK Aisyah Karangbawang Kecamatan Ajibarang diperoleh data bahwa berdasar rencana kegiatan harian perkembangan bahasa anak TK B seharusnya dapat melakukan 3-5 perintah secara berurutan dengan benar, menerima pesan dan menyampaikan pesan dengan runtut. Namun tidak semua anak dapat melakukan dengan benar. Lebih lanjut, guru mengatakan bahwa anak lebih banyak menggunakan bahasa ibu sehingga susah dipahami oleh orang lain maksud dari berbicara anak tersebut karena anak mempunyai arti sendiri yang tidak dipahami orang lain, kurangnya kosa kata yang dimiliki anak dan anak lebih suka berbicara sendiri.

(8)

anak belum mampu menyebutkan dan menjelaskan tentang sesuatu hal, terbata-bata takut salah kalau berbicara, karena anak belum memilikikosa kata yang memadai, ataupembelajaran yang kurang variatif, kalau hal itu di biarkan secara terus menerus anak akan mempunyai kesulitan dalam menggunakan bahasa, terutama dalam berkomunikasi secara lisan di masyarakat.

Berdasar uraian yang disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan berbicara sangatlah penting untuk diajarkan kepada anak usia TK. Maka penelitian yang akan dilakukan adalah “Studi Deskriptif Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Karangbawang Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun 2013/2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah kemampuan berbicara anak kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Karangbawan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun 2013/2014?”

C. Tujuan Penelitian

(9)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan terhadap ilmu psikologi yang berkaitan dengan pendidikan terutama stimulasi untuk menunjang kemampuan bahasa anak sehingga usia 5-6 tahun.

2. Manfaat praktis a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan anak dalam berbicara sehingga dapat diketahui anak yang mempunyai kemampuan bahasa yang kurang dan dapat menstrimulasi untuk meningkatkan kemampuan bahasa secara optimal dengan metode pembelajaran yang sesuai.

b. Bagi Orangtua

Memberikan informasi dan wawasan mengenai kemampuan bahasa anak TK sehingga orang tua dapat membantu dalam menstimulasi kemampuan bahasa anak.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Gambar

gambar seri (konvensional).

Referensi

Dokumen terkait

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Salah satu struktur organisasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yaitu Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen yang

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

(2) Bank Indonesia mencabut status BDP apabila Bank Indonesia telah menerima surat penetapan dari BPPN yang menyatakan program penyehatan terhadap Bank yang bersangkutan telah

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak