• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Lingkup pengembangan kemampuan dasar meliputi beberapa pengembangan. Salah satu diantaranya adalah lingkup pengembangan bahasa.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan orang lain yang sekaligus juga berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Sehubungan betapa pentingnya pengembangan bahasa, maka perlu dikembangkan sejak usia Taman Kanak -Kanak.

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan dalam kegiatan berkomunikasi pada khususnya. Banyak ungkapan-ungkapan yang dikemukakan untuk menggambarkan bagaimana pentingnya bahasa bagi manusia. Manusia tidak berfikir hanya dengan otaknya, tetapi juga memerlukan bahasa sebagai mediumnya. Orang lain tidak akan dapat memahami hasil pemikiran kita kalau tidak diungkapkan dengan menggunakan baik secara lisan maupun tulisan.

Demikian pula halnya peranan bahasa bagi anak. bahasa memberikan sumbangan yang pesat dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa.

Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi dalam kelompok. Pribadi itu berpikir, berperasaan, bersikap, berbuat serta memandang dunia dan kehidupan seperti masyarakat disekitarnya.

(2)

Sehubungan dengan peranan penting bahasa dalam kehidupan terdapat beberapa fungsi bahasa bagi anak. Fungsi-fungsi terebut adalah:

1. Fungsi instrumental, bahasa digunakan sebagai alat perpanjangan tangan “Tolong ambilkan pensil”

2. Fungsi regulatif, bahasa digunakan untuk mengatur orang lain “Jangan ambil bukuku”

3. Fungsi interaksional, bahasa digunakan untuk berosialisasi “Apa kabar?”

4. Fungsi personal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, dan sebagainya. “Saya senang sekali!”

5. Fungsi heuristic/mencari informasi, bahasa digunakan untuk bertanya

“Apa itu?”

6. Fungsi imajinatif, bahasa digunakan untuk memperoleh kesenangan, misalnya bermain-main dengan bunyi, irama.

7. Fungsi representatif, bahasa digunakan untuk memberikan informasi/menyampaikan fakta. “Sekarang hujan.”

Jadi, bahasa merupakan medium yang paling penting dalam komunikasi manusian bahasa bersifat unik sekaligus universal bagi manusia. Dalam kemyataan kegiatan sehari-hari kita amati pula bahwa hanya manusialah yang mampu menggunakan komunikasi verbal dan kita amati pula bahwa manusia mampu mempelajarinya. Inilah yang memyebabkan tingkah laku manusia secara esesnsial berbeda dengan tingkah laku binatang. Tingkah laku bahasa adalah satu diantara bentuk yang memberi ciri pada tingkah laku insani. Tingkah insani ini

(3)

tergambar dengan suasana adanya pengirim dan penerima. Pengirim bisa dalam bentuk pembicara atau penulis, sedangkan penerima bisa dalam bentuk pendengar atau pembaca. Jadi, keterampilan yang harus dimiliki anak mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak / mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca.

Keterampilan berbahasa tidak dikuasai dengan sendiri oleh anak akan tetapi, keterampilan berbahasa akan diperoleh melalui proses pembelajaran atau memerlukan upaya pengembangan.

Pada usia dini seharusnya anak sudah lancar dan jelas dalam mengungkapkan keinginannya tanpa rasa takut. Kemampuan berbahasa yang baik sudah dapat dikuasai anak usia 5-6 tahun, karena mempermudah dalam proses pembelajaran. Kemampuan bahasa yang baik dapat juga membantu anak melakukan komunikasi dengan lancar dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

Namun berbeda dengan kenyataan di TK B1 Adilika Makassar, kemampuan berbahasa anak masih rendah. Hal ini dapat terlihat saat anak kesulitan untuk menjawab pertanyaan dari guru sehingga anak lebih banyak diam. Meskipun dalam berkomunikasi dengan sesama temannya namun disaat percakapan dengan guru maupun tanya jawab, kemampuan bahasa anak masih kurang. Anak belum dapat mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran maupun pengalaman yang pernah dialami oleh anak.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, kurangnya kemampuan berbahasa anak masih terlihat jelas disaat anak berada di depan kelas maupun disaat guru memberikan pertanyaan pada anak. Tidak adanya metode lain yang

(4)

digunakan saat kegiatan pembelajaran membuat kegiatan kurang menarik.

Sehingga hanya memberikan pembelajaran seadanya.

Metode bercerita dengan boneka dapat diimplementasikan pada pembelajaran pengembangan kemampuan berbahasa anak karena lebih bersifat kreatif, inofatif dan menarik, sehingga anak termotivasi untuk mendengarkan cerita. Dengan menggunakan alat peraga boneka dapat menarik perhatian anak.

Dalam pengembangan berbahasa pada skripsi ini mengangkat kemampuan berbahasa anak-anak dengan mengangkat metode bercerita dengan media boneka.

Dengan demikian penulisan pengembangan ini berlatar belakang pada rendahnya kemampuan berbahasa anak dalam hal menyimak cerita yang sudah disampaikan guru pada kelompok B1 di Taman Kanak-Kanak Adilika Kecamatan Rappocini kota Makassar , disamping itu keberanian bercerita di depan kelas, kelancaran bahasa anak dalam bercerita serta imajinasi anak dalam bercerita juga relatif rendah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: apakah dengan penerapan metode bercerita dengan menggunakan media boneka dapat mengembangkan kemampuan bahasa reseptif anak pada kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Adilika Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun Pelajaran 2015/2016

C. Tujuan Tindakan Pembelajaran

Tujuan tindakan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui penerapan metode bercerita dengan boneka dalam pengembangan bahasa reseptif anak dalam

(5)

hal menceritakan kembali apa yang di dengar dengan kosa kata yang lebih banyak pada anak kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Adilika Kecamatan Rappocini Kota Makassar

D. Manfaat Tindakan Pembelajaran 1. Bagi penulis

Memberikan pengalaman kepada penulis mengenai cara melakukan penulisan skripsi, sehingga dapat lebih terampil dalam melakukan penulisan selanjutnya. Serta menambah pengetahuan dan wawasan penulis, khususnya mengenai pemanfaatan media boneka pada metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif (menyimak) anak usia dini.

2. Bagi pendidik

Pelaksanaan tindakan pembelajaran ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan pada pendidik untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dalam pelaksanaan kegiatan belajar dengan pembelajaran yang berpusat pada anak, di mana pendidik berperan sebagai fasilitator dan membimbing dengan pertanyaan yang dapat meningkatkan kreativitas anak dalam menemukan pengetahuan baru melalui pengalaman langsung.

3. Bagi anak usia dini

Hasil tindakan pembelajaran ini memberikan manfaat berupa pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak, diharapkan anak menjadi lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar.

(6)

4. Bagi sekolah

Penulisan skripsi ini sebagai sumber informasi dan referensi kajian dalam pengambilan keputusan menyangkut peningkatan profesionalisme guru dan pencapaian kualitas pendidikan sekolah, serta memberikan pengetahuan seputar cara memfasilitasi anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya yang disesuaikan dengan kondisi peserta didiknya

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Bercerita

1. Pengertian Metode Bercerita

Untuk mengembangkan bahasa awal anak salah satu metode yang dapat kita gunakan adalah metode bercerita. Dalam bahasa metode bercerita adalah metode penyampaian pesan atau penyajian pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak usia dini. Dalam pelaksanaan kegiatan bercerita kegiatan pembelajaran pada anak usia dini metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan hal yang baru kepada anak dalam rangka mengembangkan berbagai kompetensi anak. Sedangkan menurut Moeslihatoen (2004:157) pengertian metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pengertian metode adalah prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa, sedangkan cerita berarti paparan atau tuturan tentang peristiwa atau terjadinya sesuatu, jadi metode bercerita dapat diartikan sebagai praktek-praktek pengajaran bahasa dengan cara memberikan paparan atau tuturan tentang suatu peristiwa.

Pengertian metode bercerita menurut Gunarti, dkk (2011:5.1) adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan maupun tertulis.

(8)

Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode bercerita adalah suatu cara untuk menyampaikan pengajaran bahasa dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan maupun tertulis, sebagai contoh cerita dengan membacakan buku cerita (story reading), bercerita dengan panggung boneka dan sebagainya.

2. Jenis Metode Bercerita

Dunia kehidupan anak penuh suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikkan.

Beberapa ahli sepakat bahwa metode bercerita yang dapat dilaksanakan di Taman Kanak-kanak (TK) ada 2 :

A. bercerita langsung atau tanpa alat peraga, yaitu bercerita dengan mengandalkan mimik dan intonasi suara

B. bercerita dengan alat peraga, yaitu bercerita dengan menggunakan bantuan alat peraga baik peraga asli atau alami dari lingkungan sekitar, maupun tiruan. Juga dapat berupa alat peraga langsung seperti anggota tubuh anak- anak.

Kedua metode tersebut di atas akan lebih menarik perhatian anak jika dilakukan dengan maksimal Lebih lanjut Moeslichatoen (2004:158) menyatakan bahwa untuk menyampaikan cerita kepada anak TK dapat mempergunakan teknik bercerita sebagai berikut:

a. Membaca langsung dari buku cerita Teknik bercerita dengan membacakan langsung baik buku cerita maupun cerita bergambar. Contohnya cerita dalam story reading.

(9)

b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan- pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita. Contohnya ketika kita bercerita, sambil memunculkan tokoh dalam cerita baik dalam bentuk boneka maupun gambar.

c. Menceritakan dongeng. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak, oleh karena itu seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak. Contohnya cerita dari negeri khayalan seperti cerita Cinderela, Aladin dan lain sebagainya.

d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel Penggunaan papan flanel tergantung kreasi dari guru sendiri, biasanya sesuai tema dan pesan yang ingin disampaikan melalui bercerita dengan menggunakan gambar yang ditempelkan.

e. Bercerita dengan menggunakan media boneka Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka biasanya akan tergantung pada usia dan pengalaman anak, boneka yang dibuat masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu. Contohnya bercerita dengan menggunakan panggung boneka.

f. Dramatisasi suatu cerita Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang universal. Contohnya bercerita langsung tanpa alat peraga.

g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan Yaitu teknik bercerita dengan menggunakan jari-jari tangan secara langsung untuk menyampaikan

(10)

sebuah cerita kepada anak-anak. Contohnya bercerita menggunakan jari yang berjudul “Si Mumu gajah kurus” Teknik bercerita di atas harus dikuasai dengan baik agar anak merasa tertarik serta mampu menerima pesan yang disampaikan dan mau melaksanakan pesan dari sebuah cerita tanpa merasa diperintah.

3. Manfaat Metode Bercerita

Manfaat Metode Bercerita Bagi anak usia Taman Kanak-Kanak mendengarkan cerita yang menarik merupakan kegiatan yang menyenangkan, kegiatan bercerita dapat memberikan manfaat yang sangat banyak terhadap anak usia Taman Kanak-Kanak. Adapun manfaat metode bercerita adalah :

1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK 2. Melatih daya fikir anak

3. Melatih daya konsentrasi anak 4. Mengembangkan daya imajinasi anak

5. Menciptakan suasana yang menggembirakan serta pengembangan suasana yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya.

6. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

Menurut Moeslihatoen (2004:168) beberapa manfaat penting dari metode bercerita adalah :

a. Menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan

b. Memberikan pengalaman belajar pada anak untuk berlatih mendengarkan, sebab bila anak terlatih untuk mendebgarkan dengan

(11)

baik, maka anak akan mampu melakukan pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkan.

c. Kegiatan bercerita dapat memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang sekitarnya.

d. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, kemampuan afektif, kemampuan psikomotor. Metode bercerita mampu menanamkan nilai-nilai sosial keagamaan serta memberikan pengalaman belajar dan memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang sekitarnya sehingga memungkinkan anak untuk mengembangkan semua aspek perkembangannya.

B. Media Boneka

1. Pengertian Media Boneka

Secara khusus pengertian mengenai boneka ialah tiruan bentuk manusia dan bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan . dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Sejak tahun 1940- an pemakaian boneka sebagai media pendidikan menjadi populer dan banyak digunakan. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita jaman sekarang dan disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing.

Adapun media boneka yang dimaksud dalam pengembangan pembelajaran ini adalah boneka yang dijadikan sebagai media atau alat bantu yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

(12)

Fungsi boneka adalah selain sebagai media pembelajaran, boneka juga sebagai perantara alat komunikasi, penangkap daya pikir anak, mengembangkan daya visualnya, serta anak dapat berimajinasinya dengan senangnya dia belajar.

boneka berfungsi sebagai media perantara yang digunakan untuk melibatkan anak kedalam cerita yang sedang disampaikan agar anak mampu menangkap isi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan media boneka anak tertarik untuk berimajinasi, kemudian berusaha mencari kosa kata yang tepat untuk mengungkapkan ide yang ada pada diri mereka.

2. Jenis-Jenis Boneka a. Boneka jari

Boneka ini dibuat dengan alat, sesuai dengan namanya boneka ini dimainkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita/dalam.

b. Boneka tangan

Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya.

c. Boneka tongkat

Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan/pembelajaran di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang.

d. Boneka tali

(13)

Boneka tali atau “marionet” banyak dipakai dinegara barat. Boneka tali bagian kepala kepala, tangan, dan kaki dapat digerakkan-gerakkan menurut kehendak kita/dalangnya.

e. Boneka bayang-bayang

Boneka bayang-bayang (shadow puppet) adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka tersebut. Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup, lagi pula diperlukan lampu untuk membuat bayang- bayang layar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Penggunaan Media Boneka Sebagai Media Pembelajaran adalah :

Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas buatlah naskah yang akan dimainkan secara terperinci, permainan boneka lebih mementingkan gerak daripada kata, permainan boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10-15 menit, hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu anak didik diajak bernyanyi bersama-sama, isi cerita hendaknya sesuai dengan umur kemampuan dan daya imajinasi anak-anak yang menyaksikan. Selesai permainan/bercerita dengan boneka hendaknya diadakan kegiatan lanjutan, seperti tanya jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan, jika memungkinkan akan lebih bail lagi jika guru memberi kesempatan kepada anak untuk memainkannya.

ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan, seperti hal-hal berikut ini:

(14)

 Hendaknya guru/ pencerita hafal isi cerita.

 Ada baiknya menggunakan skenario cerita.

 Latihlah suara agar dapat memiliki beragam karakter suara yang dibutuhkan dalam bercerita. Misal suara anak-anak, suara nenek-nenek, suara ibu-ibu, suara binatang dan lain-lain.

 Gunakan boneka yang menarik dan sesuai dengan dunia anak serta mudah dimainkan oleh guru atau orang tua maupun anak-anak.

 Boneka yang digunakan bisa lebih dari satu, dengan jumlah maksimal 8 buah dengan bentuk yang berlainan agar siswa tidak kesulitan menghafal tokoh cerita.

 Apabila menggunakan satu boneka, maka percakapan atau cerita dilakukan antara anak dengan boneka yang disuarakan oleh guru.

 Apabila menggunakan dua boneka maka percakapan atau alur cerita dilakukan oleh kedua boneka tersebut yang disuarakan oleh guru atau orang tua dengan karakter suara yang berbeda. Anak menyimak percakapan dan jalan cerita yang disajikan.

 Penggunaan lebih dari dua boneka maka percakapan atau alur cerita dilakukan oleh kedua boneka tersebut yang disuarakan oleh guru atau orang tua dengan karakter suara yang berbeda. Agar jalan cerita terdengar indah, dipermanis dengan alunan musik (Gunarti, 2011).

Keuntungan Penggunaan Media Boneka :

1. Tidak memerlukan: banyak tempat, waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit.

(15)

2. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya.

3. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira.

3. Manfaat Bermain Boneka

a. Anak akan belajar keterampilan sosial yang penting ketika mereka bermain.

b. Mengembangkan daya imajinasi anak-anak, rasa tanggung jawab dan media boneka merupakan salah satu contoh terbaik dari belajar sambil bermain.

c. Semacam role play yang sangat baik untuk melatih anak ketika menjadi dewasa nanti.

d. Anak bisa memperluas pada set kosakata praktis dan belajar tentang rutinitas rumah.

e. Rasa empati dan kasih sayang adalah dua emosi utama yang tumbuh ketika anak bermain boneka. Mereka akan mulai memahami diri mereka sendiri dan memahami bahwa orang lain juga memiliki perasaan.

C. Bahasa Reseptif

1. Pengertian bahasa reseptif

Secara khusus komunikasi bagi anak meliputi : bahasa reseptif, bahasa ekspresif, komunikasi verbal, mengingat dan membedakan. Proses

(16)

berbahasa reseptif merupakan kegiatan penerimaan kode-kode bahasa yang disampaikan untuk kemudian dipahami penerima.

Memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain adalah sebuah proses decoding, yakni meresapkan kode-kode yang diterima ke dalam pemahamannya, baik kode-kode tersebut melalui sarana bunyi maupun tulisan. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan aktif seseorang dalam berbahasa, dan biasa disebut dengan kemampuan aktif reseptif

Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif. Fungsi bahasa reseptif adalah kemampuan anak mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian di lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Proses berbahasa reseptif diawali dari pemahaman untuk dijadikan pemahaman juga (bahasa).

Keterampilan berbahasa reseptif adalah membaca dan menyimak.

Namun pada pengembangan pembelajaran ini penulis hanya akan membahas tentang menyimak.

a. Pengertian menyimak

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca, dan berbicara.

Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang.

Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi

(17)

untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bhasa lisan. (Tarigan, 1980 : 19)

Kegiatan menyimak berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain.

b. Tujuan menyimak

pada dasarnya tujuan menyimak dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu:

1. Menyimak bertujuan untuk belajar 2. Menyimak bertujuan untuk menikmati . 3. Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi.

4. Menyimak bertujuan untuk mengapresiasi.

5. Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide.

6. Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi.

7. Menyimak bertujuan untuk memecahkan masalah.

8. Menyimak bertujuan untuk menyakinkan.

Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran.

Inilah yang merupakan tujuan umum.

2. Tujuan bahasa reseptif Tujuan bahasa reseptif adalah

(18)

1. Membantu anak mengembangkan kemampuan mendengarkan, contohnya mendengarkan cerita, nyanyian dan sebagainya.

2. Membantu anak mengidentifikasi konsep melalui pemahaman pelabelan kata-kata.

3. Meningkatkan kemampuan untuk merespon pembelajaran langsung, contohnya bagaimana anak dapat menjawab atau merespon pertanyaan yang diajukan guru.

4. Membantu anak untuk mereaksi setiap komunikasi lainnya, contohnya anak dapat memberi respon atau reaksi ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya baik dengan guru, orang tua atau teman sebayanya.

3. Indikator Bahasa Reseptif

Adapun indikator dalam pembuatan laporan tindakan pembelajaran ini sesuai dengan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini Permen. 146 tahun 2014 yaitu :

1. menceritakan kembali apa yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak.

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.

D. Kelebihan dan kelemahan bercerita dengan boneka a. Kelebihan

Adapun kelebihan metode bercerita (Dhieni, 2006:6.9) antara lain : 1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak.

(19)

2. Waktu yang disediakan dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.

3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.

4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.

5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.

b. Kelemahan

Kelemahan yang terdapat dalam metode bercerita (Dhieni, 2006:6.9) 1. Anak didik dapat menjadi passif, karena lebih banyak mendengarkan

atau menerima penjelasan dari guru.

2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan anak untuk mengutarakan pendapatnya.

3. Daya serap atau daya tangkap anak berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.

4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.

E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Bercerita Dengan Boneka dalam bercerita perlu adanya suatu rencana untuk menentukan pokok- pokok cerita yang akan dikomunikasikan. Menurut Tarigan (1981:32) dalam merencanakan suatu pembicaraan atau bercerita harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan topik cerita yang menarik

Topik merupakan pokok pikiran atau pokok pembicaraan. Pokok pikiran harus menarik agar pendengar tertarik dan senang dalam mendebgarkan cerita.

(20)

Contoh topik cerita, tentang pendidikan, sumber daya alam, kejujuran, persahabatan dll.

b. Menyusun kerangka cerita dengan mengumpulkan bahan-bahan kerangka cerita, merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari sebuah cerita.

Dalam menyusun kerangka cerita harus mengumpulkan bahan-bahan seperti dari buku, majalah, koran dan sebagainya, untuk memudahkan dalam merangkai suatu cerita. Contoh kerangka cerita dengan topik persahabatan.

a) Ada dua orang sahabat b) Dua sahabat berselisih paham

c) Penyelesaian masalah dan kembali bersahabat c. Mengembangkan kerangka cerita

Kerangka cerita yang sudah dibuat kemudian dikembangkan sesuai pokok- pokok cerita.

d. Menyusun teks cerita

Menyusun teks cerita dengan menggabungkan dari kerangka cerita yang telah dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitan antar poin.

Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah- langkah yang dimaksud adalah:

1. Menetapkan tujuan dan tema cerita

2. Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bererita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flanel, menggunakan boneka dan sebagainya.

(21)

3. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercrita yang dipilih.

4. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari a. Menyampaikan tema dan tujuan bercerita

b. Mengatur tempat duduk

c. Melaksanakan kegiatan pembukaan d. Mengembangkan cerita

e. Menetapkan teknik bertutur

f. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita 5. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita

(22)

BAB III

METODE PELAKSANAAN A. Subyek Pembelajaran

Berdasarkan judul skripsi di atas maka subyek dalam tindakan pembelajaran ini adalah anak didik kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Adilika Kecamatan Rappocini Kota Makassar tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 anak didik yang terdiri dari, 7 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan.

B. Waktu Dan Tempat Pembelajaran

Penulisan tindakan pembelajan ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 pada bulan Desember 2015 dengan tema binatang.

Penulisan tindakan pembelajaran ini dilaksanakan di kelompok B1 Taman kanak-kanak Adilika Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun Pelajaran 2015/2016

C. Desain/Prosedur tindakan pembelajaran

Adapun desain prosedur pengembangan adalah deskriptif kualitatif meliputi, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dengan uraian sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan persiapan yang dilakukan oleh guru meliputi 1. pembuatan perangkat pembelajaran dengan menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema Binatang.

(23)

2. menyiapkan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan bercerita berupa buku cerita, boneka-boneka dan perangkatnya.

3. Menentukan indikator perkembangan kemampuan berbahasa reseptif anak (menyimak)

4. Menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi dan panduan wawancara yang akan digunakan dalam proses kegiatan bercerita

5. Menyiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan selama berlangsungnya proses pembelajaran melalui bercerita.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran merupakan tindakan dari perencanaan kegiatan berupa bercerita dengan boneka yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yang dilakukan selama lima kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pertemuan pertama

Pelaksanaan pada kegiatan awal :

Bercerita dengan boneka, tema binatang sub tema binatang air, judul: “Cerita Hiu Dan Kera”. Alur cerita terlampir. Hasil yang diinginkan adalah anak dapat mendengarkan cerita dan memahami isi cerita secara sederhana. Langkah-langkah bercerita sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan materi cerita yang akan dibawakan.

2. Guru mempersiapkan alat yang dipakai bercerita berupa boneka.

(24)

3. Guru mengatur tempat duduk anak agar lebih tertib ketika mendengarkan cerita.

4. Guru menjelaskan aturan bermain anak sebelum kegiatan bercerita dilakukan.

5. Guru memperkenalkan nama boneka lalu mulai bercerita.

6. Setelah selesai bercerita guru menyimpulkan cerita dan menyampaikan pesan moral yang diinginkan dalam cerita tadi.

7. Guru memberikan penugasan kepada anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru.

8. Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah lancar bercerita.

2. Pertemuan kedua

Pelaksanaan pada kegiatan awal :

Bercerita dengan boneka dengan teknik mendongeng tema binatang sub tema binatang ternak, judul cerita : “Kancil Dan Buaya” alur cerita terlampir.. Hasil yang diinginkan adalah anak dapat mendengarkan cerita dan memahami isi cerita secara sederhana. Langkah-langkah bercerita sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan materi cerita yang akan dibawakan.

2. Guru mempersiapkan alat yang dipakai bercerita berupa boneka.

3. Guru mengatur tempat duduk anak agar lebih tertib ketika mendengarkan cerita.

4. Guru menjelaskan aturan bermain anak sebelum kegiatan bercerita dilakukan.

(25)

5. Guru memperkenalkan tokoh boneka lalu mulai bercerita.

6. Setelah selesai bercerita guru menyimpulkan cerita dan menyampaikan pesan moral yang diinginkan dalam cerita tadi.

7. Guru memberikan penugasan kepada anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru.

8. Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah lancar bercerita 3. Pertemuan ketiga

Pelaksanaa pada Kegiatan awal :

Bercerita dengan boneka tema binatang sub tema binatang ternak, judul: “Mumu Si Gajah Kurus” alur cerita terlampir. Hasil yang diinginkan adalah anak dapat menceritakan apa yang didengar dengan kosakata yang lebih. Langkah-langkah bercerita sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan materi cerita yang akan dibawakan.

2. Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya.

3. Anak memperhatikan guru pada saat menyiapkan alat peraga

4. Guru menjelaskan aturan bermain anak sebelum kegiatan bercerita dilakukan.

5. Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita

6. Guru memperkenalkan nama boneka lalu mulai bercerita.

7. Setelah selesai bercerita guru menyimpulkan cerita dan menyampaikan pesan moral yang diinginkan dalam cerita tadi.

8. Guru memberikan penugasan kepada anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru.

(26)

9. Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah lancar bercerita.

4. Pertemuan keempat

Pelaksaan pada kegiatan awal :

Bercerita dengan menggunakan boneka tangan tema binatang sub tema binatang serangga, judul: “Manfaat Lebah”. Hasil yang ingin dicapai pada anak adalah mengungkapkan keinginan, perasaan, dan pendapat dengan kalimat sederhana dalam berkomunikasi dengan anak atau orang dewasa. Langkah-langkah bercerita sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan materi cerita yang akan dibawakan.

2. Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya.

3. Anak memperhatikan guru pada saat menyiapkan alat peraga

4. Guru menjelaskan aturan bermain anak sebelum kegiatan bercerita dilakukan.

5. Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita

6. Guru memperkenalkan nama boneka lalu mulai bercerita.

7. Setelah selesai bercerita guru menyimpulkan cerita dan menyampaikan pesan moral yang diinginkan dalam cerita tadi.

8. Guru mengajak anak untuk melakukan tanya jawab seputar cerita yang telah dibawakan oleh guru.

9. Guru memberikan penugasan kepada anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru.

10. Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah lancar bercerita

(27)

5. Pertemuan kelima

Pelaksaan pada kegiatan penutup :

Bercerita dengan boneka tangan tema binatang sub tema binatang serangga, dengan teknik soiodrama dalam bentuk fabel. Hasil yang ingin dicapai pada anak adalah mengungkapkan keinginan, perasaan, dan pendapat dengan kalimat sederhana dalam berkomunikasi dengan anak atau orang dewasa. Langkah-langkah bercerita sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan materi cerita yang akan dibawakan.

2. Anak memperhatikan guru pada saat menyiapkan alat peraga

3. Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya dengan beberapa kelompok kecil.

4. Guru menjelaskan aturan bermain anak sebelum kegiatan bercerita dilakukan.

5. Guru memperkenalkan nama boneka .

6. Guru membagikan boneka satu persatu dalam kelompok kecil.

7. Guru membimbing anak untuk bercerita di kelompok masing-masing dengan tema persahabatan.

8. Guru mengajak anak untuk membuat percakapan sesama teman dan melakukan tanya jawab setelah bermain.

9. Guru menyampaikan pesan moral dari kegiatan bercerita antar sesama teman.

10. Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah lancar bercerita.

(28)

c. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan selama proses kegiatan tindakan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer. Selama proses kegiatan pengembangan berlangsung guru mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh anak didik dengan cermat sambil mencatat hal-hal yang dianggap penting pada setiap pelaksanaanya.

Pengamatan yang dilakukan oleh guru sebagai observer meliputi aspek aspek berupa perhatian anak terhadap cerita yang dibawakan guru, kemampuan anak didik menyimak apa yang disampaikan oleh guru kepada anak didik, serta keaktifan anak didik mengikuti kegiatan dan mengeluarkan pendapat, keinginan dan perasaan anak saat bercerita. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang akan diolah dan dijadikan bahan untuk menentukan tindakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan guru setelah selesai pelaksanaan tindakan pembelajaran, pengamatan dan menganalisis pengamatan yang dilakukan sebelumnya. Refleksi dilakukan setelah menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan serta melalui diskusi dan masukan dari teman sejawat sehingga guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Selain itu untuk mengetahui tindakan yang akan diambil selanjutnya serta mencari solusi dari kekurangannya agar dapat melakukan perbaikan sehingga terjadi peningkatan kemampuan pada aktivitas selanjutnya.

(29)

D. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan tindakan pembelajaran ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif. Deskriptif merupakan metode pengembangan yang berusaha menggambarkan obyek atau subyek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis, fakta dan karakteristik obyek yang diteliti secara tepat.

Deskripsi awal adalah menanyakan sebelumnya kepada anak didik kelompok B1 apakah sebelumnya sudah pernah menggunakan media boneka saat bercerita dengan berbagai macam karakter boneka dan hampir semua anak mengatakan belum pernah serta mengatakan tidak ada boneka yang dipakai untuk bercerita, selanjutnya guru memberikan boneka sebagai media untuk bercerita.

Selanjutnya mengumpulkan data sebagai proses kegiatan harian.

Menganalisis hasil observasi kegiatan tindakan pembelajaran kemampuan bahasa reseptif anak didik dengan bercerita pada setiap kegiatan yang disesuaikan dengan pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari setiap kegiatan dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan sehingga pada kegiatan selanjutnya dapat lebih meningkat.

Penilaian dalam tindakan pembeajaran ini dengan cara menganalisis data observasi anak dalam pengembangan pembelajaran dengan memberikan nilai pada setiap hasil observasi yang dilakukan oleh guru dengan ketentuan penilaian sebagai berikut :

 BSH : Berkembang Sesuai Harapan

 MB : Mulai Berkembang

(30)

 BB : Belum Berkembang

Guru dinilai berhasil apabila anak sudah dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan anak bercerita dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar secara mandiri dan percaya diri, baik kepada teman maupun kepada guru di depan kelas, berarti anak sudah dapat mencapai nilai “ Berkembang Sesuai Harapan”

yang telah ditentukan oleh guru di Taman Kanak-Kanak Adilika Makassar

(31)

BAB IV

HASIL PEMBELAJARAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan pembelajaran ini guru telah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kegiatan bercerita dengan boneka untuk mengembangkan kemampuan bahasa reseptif anak yang dilakukan selama 5 kali pertemuan, dimulai pada pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari Rabu,tanggal 3 Desember 2015, pertemuan kedua pada hari Senin tanggal 7 Desember 2015, petemuan ketiga pada hari Kamis tanggal 10 Desember 2015, pertemuan keempat pada hari Senin 14 Desember 2015, pertemuan kelima pada hari Sabtu tanggal 19 Desember 2015.

Adapun langkah awal yang dilakukan guru adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), menyiapkan media yang akan digunakan pada pelaksanaanya, dan menyiapkan alat dokumentasi yang diperlukan berupa kamera dan alat perekam guna pembuatan video. Dengan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan dan tema bercerita.

2. Mengatur tempat duduk.

3. Melaksanakan kegiatan pembukaan.

4. Mengembangkan cerita.

5. Menetapkan teknik bertutur.

6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

(32)

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan kegiatan tindakan pembelajaran selama satu bulan dengan mengadakan 5 kali pertemuan dengan pelaksanaan sebagai berikut :

1. Pertemuan pertama

Pelaksanaan hari pertama pada hari Rabu tanggal 3 Desember 2015 dengan tema binatang sub tema binatang air. Pelaksanaan kegiatan pengembangan pembelajaran ini dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran.

Dimulai dari kegiatan di dalam kelas menyapa anak didik, mengucapkan salam dan menjawab salam, menyanyi bersama dan selanjutnyan guru membimbing anak didik untuk memulai kegiatan dengan mengucapkan do’a dan mengucapkan surah-surah pendek, setelah itu guru mengabsen anak didik untuk mengetahui berapa jumlah murid yang hadir pada hari itu, selanjutnya barulah guru memulai kegiatan bercerita.

Pada awalnya guru menyampaikan tema cerita yang akan dibawakan oleh guru yaitu “Sifat Baik dan Sifat Buruk” dengan judul “Cerita Tentang Hiu dan Kera”, dengan bantuan guru anak-anak mengatur tempat duduknya agar pada saat bercerita anak didik dapat menyimak cerita yang dibawakan oleh guru, lalu guru menyampaikan aturan main sebelum bercerita agar anak didik lebih tertib dan termotivasi untuk mendengarkan cerita, memperkenalkan nama boneka kemudian guru memulai bercerita sampai akhir cerita dengan menggunakan intonasi yang berbeda dan diselingi dengan beberapa pertanyaan seputar cerita kepada anak didik, guru mengakhiri cerita dengan memberikan pesan moral dari cerita tersebut

(33)

untuk anak didik, selanjutnya guru mengajak anak didik mengulang garis besar isi cerita yang dibawakan tadi untuk mengetahui sejauh mana anak didik dapat menyimak cerita yang dibawakan oleh guru.

2. Pertemua kedua

Pertemuan kedua pada hari Senin, tanggal 7 Desember 2015 tema binatang sub tema binatang ternak. Pelaksanaan kegiatan pengembangan pembelajaran ini dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran.

Dimulai dari kegiatan di dalam kelas menyapa anak didik, mengucapkan salam dan menjawab salam, menyanyi bersama dan selanjutnyan guru membimbing anak didik untuk memulai kegiatan dengan mengucapkan do’a dan mengucapkan surah-surah pendek, setelah itu guru mengabsen anak didik untuk mengetahui berapa jumlah murid yang hadir pada hari itu, apersepsi selanjutnya barulah guru memulai kegiatan mendongeng.

Sebelum guru mendongeng terlebih dahulu menjelaskan tema dongeng yang dibawakan adalah “Si Kancil Yang Cerdik” judul cerita “ Kancil dan Buaya”. dengan bantuan guru anak-anak mengatur tempat duduknya agar pada saat mendongeng anak didik dapat menyimak dongeng yang dibawakan oleh guru, lalu guru menyampaikan aturan main sebelum mendongeng agar anak didik lebih tertib dan termotivasi untuk mendengarkan dongeng, kemudian guru memperkenalkan tokoh dalam dongeng yang akan dibawakan, selanjutnya guru memulai mendongeng sampai akhir cerita dengan menggunakan intonasi yang berbeda dan diselingi dengan beberapa pertanyaan seputar dongeng kepada anak didik, jika ada anak yang tidak tertib dalam mendengarkan cerita maka guru akan

(34)

memberikan selingan bermain patung agar anak kembali fokus pada dongengnya.

guru mengakhiri dongeng dengan memberikan pesan moral dari dongeng tersebut untuk anak didik, selanjutnya guru mengajak anak didik mengulang garis besar isi dongeng yang dibawakan tadi untuk mengetahui sejauh mana anak didik dapat menyimak cerita dalam dongeng yang dibawakan oleh guru.

3. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Desember 2015. Tema binatang sub tema binatang ternak. Pelaksanaan kegiatan pengembangan pembelajaran ini dilakukan masih pada kegiatan awal pembelajaran.

Dimulai dari kegiatan di dalam kelas menyapa anak didik, mengucapkan salam dan menjawab salam, menyanyi bersama dan selanjutnyan guru membimbing anak didik untuk memulai kegiatan dengan mengucapkan do’a dan mengucapkan surah-surah pendek, setelah itu guru mengabsen anak didik untuk mengetahui berapa jumlah murid yang hadir pada hari itu, apersepsi, selanjutnya barulah guru memulai kegiatan bercerita.

Sebelum guru bercerita terlebih dahulu menjelaskan tema cerita yang dibawakan adalah “Jika Anak Malas Makan” judul cerita “Mumu Si Gajah Kurus”. dengan bantuan guru anak-anak mengatur tempat duduknya agar pada saat bercerita anak didik dapat menyimak cerita yang dibawakan oleh guru, lalu guru menyampaikan aturan main sebelum bercerita agar anak didik lebih tertib dan termotivasi untuk mendengarkan cerita kemudian guru memulai bercerita sampai akhir cerita dengan menggunakan intonasi yang berbeda dan diselingi

(35)

dengan beberapa pertanyaan seputar cerita kepada anak didik, apabila ada anak yang tidak tertib ketika mendengarkan cerita maka guru akan menyelingi dengan bermain tepukan agar anak kembali fokus mendengarkan cerita. guru mengakhiri cerita dengan memberikan pesan moral dari cerita tersebut untuk anak didik, selanjutnya guru mengajak anak didik mengulang garis besar isi cerita yang dibawakan tadi untuk mengetahui sejauh mana anak didik dapat menyimak cerita yang dibawakan oleh guru.

4. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat pada hari Senin tanggal 14 Desember 2015, tema binatang sub tema binatang serangga, Pelaksanaan kegiatan tindakan pembelajaran ini dilakukan masih pada kegiatan awal pembelajaran.

Dimulai dari kegiatan di dalam kelas menyapa anak didik, mengucapkan salam dan menjawab salam, menyanyi bersama dan selanjutnyan guru membimbing anak didik untuk memulai kegiatan dengan mengucapkan do’a dan mengucapkan surah-surah pendek, setelah itu guru mengabsen anak didik untuk mengetahui berapa jumlah murid yang hadir pada hari itu, apersepsi, selanjutnya barulah guru memulai kegiatan bercerita.

Sebelum guru bercerita terlebih dahulu menjelaskan tema cerita yang dibawakan adalah “Kehidupan Lebah” judul cerita “Manfaat Lebah”. dengan bantuan guru anak-anak mengatur tempat duduknya agar pada saat bercerita anak didik dapat menyimak cerita yang dibawakan oleh guru, lalu guru menyampaikan aturan main sebelum bercerita agar anak didik lebih tertib dan termotivasi untuk mendengarkan cerita kemudian guru memulai bercerita sampai akhir cerita

(36)

dengan menggunakan intonasi yang berbeda dan diselingi dengan beberapa pertanyaan seputar cerita kepada anak didik, guru mengakhiri cerita dengan memberikan pesan moral dari cerita tersebut untuk anak didik, selanjutnya guru mengajak anak didik mengulang garis besar isi cerita yang dibawakan tadi untuk mengetahui sejauh mana anak didik dapat menyimak cerita yang dibawakan oleh guru. Guru menutup cerita dengan mengajak anak menyanyikan lagu ”Binatang Kecil”.

5. Pertemuan kelima

Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Desember 2015. Tema binatang sub tema binatang serangga, pelaksanaan kegiatan pengembangan pembelajaran kali ini dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada hari kelima dilakukan setelah kegiatan istirahat di akhir pembelajaran dimana anak sudah agak jenuh dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan setelah bermain dan untuk mengembalikan semangat anak kembali, guru memilih kegiatan bercerita antar sesama teman.

Selanjutnya tetap dengan bimbingan guru anak didik mengatur tempat duduk dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari masing-masing 3 orang anak untuk lebih memudahkan guru mengidentifikasi anak didik mana yang sudah dapat bercerita dan berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan baik dengan sesama teman ataupun kepada orang dewasa dan mana anak yang masih membutuhkan bimbingan dalam mengeluarkan pendapat, perasaan dan keinginan mereka dengan membagikan masing-masing satu boneka kepada setiap anak

(37)

didik, lalu guru memberi tahukan nama dari masing-masing boneka yang sudah dibagikan dapat pula anak memberi nama sendiri boneka sesuai dengan keinginannya. tidak lupa guru tetap memberlakukan aturan main sebelum bercerita sehingga anak tetap tertib selama kegiatan berlangsung, setelah masing- masing anak mendapat boneka guru akan menuntun anak didik untuk memulai bercerita secara bergiliran sesuai kelompok agar anak yang lainpun dapat mendengarkan cerita temannya dengan cara itu pula diharapkan anak dapat mengerti tentang aturan bermain dan lebih bisa bersabar menunggu giliran untuk dapat mengungkapkan pendapat dan perasaan anak didik dan melakukan tanya jawab serta terbiasa mendengar teman berbicara . guru memberikan tema persahabatan selanjutnya anak didik diabiarkan mengembangkan cerita sesuai dengan keinginan mereka namun guru tetap mengontrol kegiatan bercerita sampai akhir kegiatan, setelah selesai bercerita guru mengajak anak untuk bersama-sama menyanyikan lagu “Teddy” dan menutup kegiatan akhir dengan menyampaikan pesan-pesan moral, berdo’a dan mengucapkan surah penutup kegiatan dan syair pulang. Selanjutnya guru mengarahkan anak didik untuk keluar ruangan dengan tertib.

3. Observasi

Pelaksanaan observasi pada tindakan pembelajaran dilakukan selama kegiatan berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan namun khusus untuk tindakan pembelajaran ini penilaian dilakukan khusus pada materi yang sesuai dengan pengembangan yang dilakukan oleh guru yaitu pengembangan

(38)

kemampuan bahasa reseptif anak melalui metode bercerita dengan boneka yang dilaksanakan selama 5 kali pertemuan dalam kurun waktu sebulan.

Observasi awal dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Pada saat kegiatan berlangsung guru akan lebih senang dan tenang jika kegiatan pembelajaran berlangsung tenang, tertib dan teratur secara runtun mulai dari kegiatan diluar kelas dari berbaris sampai anak masuk ke dalam kelas dengan tertib dan teratur kemudian duduk dengan rapi dan tenang, mendengarkan apa yang disampaikan guru, melaksanakan kegiatan seperti apa yang diperintahkan guru tertib, teratur, tenang dan tidak berisik itulah yang diharapkan guru sehingga guru dapat menyampaikan materi dengan lancar.

Observasi selanjutnya dilaksanakan pada saat kegiatan tindakan Pembelajaran yang disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) fokus pada materi kemampuan pengembangan bahasa reseptif anak melalui metode bercerita dengan menggunakan boneka bercerita seperti yang terdapat dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini Permen 146 Tahun 2014 pada aspek bidang pengembangan bahasa dengan indikator sebagai berikut :

1. Menceritakan kembali apa yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak.

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.

Hasil observasi berikutnya adalah hasil evaluasi perkembangan bahasa yang dicapai anak didik kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Adilika Makassar tahun pelajaran 2015/2016.

(39)

1. Pertemuan Pertama

Tabel 3.1. Hasil observasi pada pertemuan pertama pada hari Rabu tanggal 3 Desember 2015.

Aspek yang diobservasi Penilaian

BB MB BSH

1. Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih.

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.

8

9

5

4

2

2

Rubrik penilaian :

1. BB : apabila anak belum mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

2. MB : apabila anak hanya mampu menceritakan sebagian cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

3. BSH : apabila anak sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kaimat yang lebih kompleks.

Berdasarkan indikator di atas dijelaskan perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak dalam hal menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak mmenunjukkan dari

(40)

15 anak yang hadir terdapat 8 anak yang belum mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak , 5 anak yang hanya mampu menceritakan kembali crita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak, dan 2 anak yang sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dengan lancar. artinya untuk menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih banyak masih malu-malu untuk berbicara didepan teman-teman. Dalam hal mengulang kalimat yang lebih kompleks terdapat 9 anak Belum Berkembang, 4 anak Mulai Berkembang dan 2 anak sudah mencapai Berkembang Sesuai Harapan yang artinya sebagian besar anak masih butuh bimbingan untuk bisa bercerita di depan kelas untuk dapat mengulang kalimat yang lebih kompleks.

2. Pertemuan Kedua

Tabel 3.2. Hasil observasi pada pertemuan kedua pada hari Senin, tanggal 7 Desember 2015

Aspek yang diobservasi Penilaian

BB MB BSH

(41)

1. Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih.

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks .

5

7

8

6

2

2

Rubrik penilaian :

1. BB : apabila anak belum mampu menceritakan kembali cerita Yang didengar dengan kosakata lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

2. MB : apabila anak hanya mampu menceritakan sebagian cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

3. BSH : apabila anak sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kaimat yang lebih kompleks.

Berdasarkan indikator di atas dijelaskan perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak dalam hal menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak menunjukkan dari 15 anak yang hadir terdapat 5 anak yang belum mampu menceritakan kembali cerita Yang didengar dengan kosakata lebih banyak dan, 8 anak hanya mampu menceritakan sebagian cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak, dan 2 anak yang sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dengan lancar.

(42)

Artinya anak sudah mulai berani menceritakan cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak meskipun masih ada anak yang masih enggan berbicara jika guru meminta anak didik untuk meceritakan kembali cerita yang sudah didengar. Dan dalam hal Mengulang kalimat yang lebih kompleks menunjukkan terdapat 7 anak yang Belum Berkembang , 6 anak yang sudah Mulai Berkembang dan 2 anak yang Berkembang Sesuai Harapan, artinya anak sudah mulai punya keinginan untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya Mengulang kalimat yang lebih kompleks meskipun guru masih perlu memberikan motivasi yang lebih kepada yang masih belum mampu mengulang kalimat yang lebih kompleks.

3. Pertemuan ketiga

Tabel 3.3. Hasil observasi pada pertemuan ketiga pada hari Kamis, tanggal 10 Desember 2015

Aspek yang diobservasi

Penilaian

BB MB BSH

1. Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih.

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.

5

7

8

6

2

2

Rubrik penilaian :

(43)

1. BB : apabila anak belum mampu menceritakan kembali cerita Yang didengar dengan kosakata lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

2. MB : apabila anak hanya mampu menceritakan sebagian cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

3. BSH : apabila anak sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kaimat yang lebih kompleks.

Berdasarkan indikator di atas dijelaskan perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak dalam hal menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih menunjukkan dari 15 anak yang hadir terdapat 5 anak yang belum mampu Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih , 8 anak yang sudah mampu Menceritakan sebagian kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih dan 2 anak yang sudah lancar Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih ini menunjukkan bahwa pada pertemuan yang ketiga ini anak sudah mulai dapat menyimak apa yang diceritakan oleh guru dengan sudah mulai sedikit menceritakan garis besar cerita yang disampaikan guru. Sedangkan untuk Mengulang kalimat yang lebih kompleks.menunjukkan terdapat 7 anak masih Belum Berkembang, 6 anak Mulai Berkembang, dan 2 anak sudah Berkembang Sesuai Harapan, artinya anak sudah mulai berani mengungkapkan keinginan, perasaan

(44)

Mengulang kalimat yang lebih kompleks lewat stimulasi yang dilakukan oleh guru dengan memancing anak untuk mengungkapkan keinginan anak untuk bercerita.

4. Petemuan Keempat

Tabel 3.4. Hasil observasi pada pertemuan keempat pada hari Senin, tanggal 14 Desember 2015.

Aspek yang diobservasi

Penilaian

BB MB BSH

1. Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih.

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.

3

4

5

5

7

6

Rubrik penilaian :

1. BB : apabila anak belum mampu menceritakan kembali cerita Yang didengar dengan kosakata lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

2. MB : apabila anak hanya mampu menceritakan sebagian cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

3. BSH : apabila anak sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kaimat yang lebih kompleks.

(45)

Berdasarkan indikator di atas dijelaskan perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak dalam hal menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak menunjukkan dari 15 anak yang hadir terdapat 3 anak yang sudah mampu Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih , 5 anak yang sudah dapat menceritakan sebagian Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih banyak, dan 7 anak yang sudah lancar Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih banyak, hal ini menunjukkan bahwa dengan seringnya anak didik mendapatkan materi yang berulang dengan cerita yang berbeda anak akan semakin terbiasa untuk menyimak lebih baik lagi apa yang sudah diceritakan oleh guru dengan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru disela-sela cerita yang dibawakan, dan membiasakan anak untuk lebih memperhatikan guru ketika bercerita maka akan lebih mudah bagi anak didik menyimak apa yang di ceritakan oleh guru dan dapat menceritakan kembali cerita yang didengar dari guru secara sederhana. Sedangkan dalam hal mengulang kalimat yang lebih kompleks menunjukkan bahwa 4 anak masih Belum Berkembang, 5 anak Mulai Berkembang, dan 6 anak sudah Berkembang Sesuai Harapan.

Menunjukkan bahwa semakin anak dapat menyimak cerita yang dibawakan oleh guru maka akan semakin mudah bagi anak didik untuk dapat mengungkapkan keinginan, perasaan dan pendapat anak didik mengulang kalimat yang lebih kompleks.

(46)

5. Pertemuan Kelima

Tabel 3.5. Hasil observasi pada pertemuan kelima pada hari Sabtu, tanggal 19 Desember 2015.

Aspek yang diobservasi

Penilaian

BB MB BSH

1. Menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan kosakata yang lebih.

2. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.

1

1

4

3

10

11

Rubrik penilaian :

1. BB : apabila anak belum mampu menceritakan kembali cerita Yang didengar dengan kosakata lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

2. MB : apabila anak hanya mampu menceritakan sebagian cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kalimat yang lebih kompleks.

3. BSH : apabila anak sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dan mengulang kaimat yang lebih kompleks.

Berdasarkan indikator di atas dijelaskan perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak dalam hal menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih menunjukkan dari 15 anak

(47)

yang hadir tersisa 1 anak yang Belum mampu menceritakan kembali cerita Yang didengar dengan kosakata lebih banyak. 4 anak yang hanya mampu menceritakan sebagian cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak, dan 10 anak yang sudah mampu menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kosakata yang lebih banyak dengan lancar, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak didik sudah dapat menyimak apa yang sudah didengar, walaupun pada pertemuan yang kelima ini guru mencoba teknik yang baru untuk lebih menyakinkan guru apakah anak didik dapat menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh teman ketika terjadi percakapan antar teman. Dan dalam hal mengulang kalimat yang lebih kompleks, menunjukkan bahwa tersisa 1 anak yang Belum Berkembang, 3 anak yang Mulai Berkembang, dan 11 anak sudah Berkembang Sesuai Harapan. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua anak sudah berani menunjukkan keberanian mengungkapkan keinginan, perasaan dan pendapat anak melalui bercerita sesama teman maupun dengan guru

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan Pada kegiatan pembukaan dan penutup, guru dapat menggali pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh anak serta menghubungkannya dengan pengalaman-penglaman baru yang akan didapatkan anak melalui kegiatan bercerita.

(48)

Selama 5 kali pertemuan dapat dinyatakan sudah terlaksana dalam artian bahwa semua kegiatan peningkatan kemampuan sudah tercapai dengan baik sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Hal ini dapat terlihat dari pengamatan yang dilakukan oleh guru secara maksimal untuk mampu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak melalui kegiatan bercerita menggunakan boneka yang dibawakan oleh guru yang diawali dengan kegiatan bercerita oleh guru dan diakhiri dengan kegiatan bercerita antar sesama teman secara mandiri didepan kelas.

Sebelum guru melakukan pengembangan kegiatan belajar metode bercerita dengan boneka kemampuan bahasa reseptif anak didik sangat kurang walaupun guru menggunakan teknik bercerita dengan media yang lain, namun setelah guru melakukan pengembangan pembelajaran metode bercerita dengan media boneka maka kemampuan bahasa reseptif anak didik terjadi peningkatan karena dengan kegiatan bercerita dengan boneka kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan, anak lebih termotivasi untuk belajar tentunya tetap dalam bimbingan dan pengawasan guru.

Setelah melakukan tindakan pembelajaran, hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan yang terdapat dalam metode bercerita dengan boneka dapat teratasi karena pada kelemahan pertama yaitu anak menjadi passif dapat diatasi oleh guru dengan memberikan pertanyaan disela-sela guru bercerita serta mengajak anak bersuara seperti suara binatang yang sedang diceritakan oleh guru., pada kelemahan yang kedua yaitu kurang merangsang perkembangan kreatifitas dan kemampuan anak untuk mengutarakan pendapatnya dapat teratasi

(49)

dengan memberikan boneka kepada anak untuk saling bercerita sesama teman sehingga anak dapat mengembangkan daya imajinasinya untuk bercerita dapat pula dengan cara menyanyikan lagu yang sesuai dengan cerita yang dibawakan oleh anak didik, begitupun dengan kelemahan yang ketiga yaitu daya serap atau daya tangkap anak berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita coba diatasi guru dengan memberikan cerita yang menarik dan sesuai dengan usia anak yang dekat dengan lingkungan sosial anak didik sehingga anak didik dapat lebih mudah memahami isi cerita yang dibawakan oleh guru.

Dan pada kelemahan yang keempat yaitu cepat menumbuhkan rasa bosan apabila penyajiannya tidak menarik inipun coba diatasi guru dengan memberikan cerita yang menarik dengan durasi waktu tidak lebih dari 15 menit menggunakan teknik bertutur yang baik, intonasi yang berbeda dan menirukan suara yang sesuai dengan karakter tokoh cerita dengan demikian anak akan lebih tertarik mendengarkan ceritanya.

a. Pembahasan.

Berdasarkan hasil observasi dalam kegiatan bercerita menggunakan boneka untuk mengembangkan kemampuan bahasa reseptif anak di kelompok B1 taman kanak-kanak Adilika Makassar dilihat dari kondisi awal, diperoleh gambaran bahwa peningkatan kemampuan bahasa reseptif anak melalui kegiatan bercerita menggunakan boneka masil relatif rendah, pertemuan kedua anak didik sudah mulai tertarik untuk mengikuti bercerita dengan boneka, pertemuan ketiga sampai pertemuan keempat anak didilk makin bersemangat mengikuti kegiatan bercerita dengan variasi cerita yang diberikan oleh guru dan pada pertemuan

(50)

kelima guru membebaskan anak mengembangkan imajinasi mereka dengan cerita yang sesuai dengan keinginan mereka hal inipun menjelaskan bahwa semakin banyak dan semakin sering anak mengungkapkan keinginan, perasaan dan pendapat mereka lewat bercerita akan semakin menambah perbendaharaan kosakata anak didik melalui percakapan antar teman dengan tetap mendapat pengawasan dari guru mana kata-kata yang baik dan tepat diucapkan.

Pengembangan pembelajaran lewat kegiatan bercerita menggunakan boneka ini terbukti dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi anak Taman Kanak-Kanak. Sejalan dengan pengertian metode bercerita menurut Moeslihatun (2004:157) metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak taman kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru secara lisan harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK (Moeslichatoen R, 1996), manfaat bercerita menurut Ambarwati (2009:68) bahwa bercerita merupakan kebutuhan universal manusia, dari anak-anak hingga dewasa bagi anak-anak, bercerita tidak hanya sekedar memberi manfaat, tetapi juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan dalam meningkatkan kemampuan bercerita.

Pada tahap mengembangkan cerita guru dapat memberikan informasi- informasi tambahan yang akan memperkaya pemahaman anak tentang isi cerita yang telah disampaikan guru.

1) Guru menetapkan teknik bertutur yang akan digunakan,sehingga cerita yang disampaikan dapat tepat sasaran.

(51)

2) Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

3) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.

Ini diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Perubahan yang terjadi pada anak didik di Taman Kanak-Kanak Adilika Kelompok B1 Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun Pelajaran 2015/2016 tidak lepas dari perhatian guru terhadap kurangnya kemampuan anak didik bercerita di depan kelas untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan pendapatnya yang mengadakan pengembangan pembelajaran selama kurang lebih 5 kali pertemuan dengan kegiatan bercerita dengan boneka untuk mengembangkan kemampuan bahasa reseptif anak. Menurut Prof. Dr. Tampubolon (1991:50) “ Bercerita kepada anak memainkan permainan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak”.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tinakan pembelajaran yang dilakukan beserta hasil pembahasan maka penulis menarik kesimpulan bahwa kegiatan

(52)

bercerita dengan boneka dapat mengembangkan kemampuan bahasa reseptif anak didik di Taman Kanak-Kanak Adilika Kelompok B1 Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun Pelajaran 2015/2016, hal ini ditandai dengan terjadinya pengembangan kemampuan bahasa reseptif anak-anak dalam hal menceritakan kembali cerita yang sudah didengar dengan kosakata yang lebih banyak serta dapat mengulang kalimat yang lebih kompleks.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas penulis berikan saran- saran sebagai berikut :

1. Kepada kepala sekolah

Kepala sekolah hendaknya selalu mengupayakan pendidikan yang terbaik untuk meningkatkan mutu pembelajaran. memotivasi guru dan memberikan media pembelajaran yang bervariasi dalam hal ini khusus media yang berkaitan dengan tindakan pembelajaran yang dilakukan guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam berbahasa anak.

2. Kepada guru

 Guru sebaiknya meningkatkan keterampilan dalam menggunakan media pembelajaran agar pembelajaran lebih menyenangkan, menggunakan berbagai model pembelajaran dan metode pembelajaran, melengkapi alat peraga yang diperlukan dan lain-lain sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar anak.

(53)

 Hendaknya dalam bercerita menggunakan boneka yang lebih bervariasi secara bertahap dan berulang-ulang agar anak didik benar- benar mengerti dan mampu melakukannya dengan baik.

3. Kepada lembaga

Lebih memfasilitasi anak didik, membantu meningkatkan kualitas lulusan.

Sehingga menarik minat masyarakat sekitar sekolah untuk memasukkan anak mereka ke sekolah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati (2009) manfaat metode berceritan, diakses dari http://www.scribd.com/doc/189287244 Metode Bercerita Dengan Boneka Tangan pada tanggal 6 oktober 2015 jam 18.15.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Berdasarkan observasi pada tanggal 7 Februari 2011, dalam proses belajar khususnya menulis resensi buku terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil tulisannya, maka

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh biaya kualitas yang meliputi biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Akibat dari perubahan tata guna lahan sepanjang aliran sungai tersebut akan berdampak pada bagian hilir hingga sampai pada daerah Hulu, antara lain dapat menyebabkan kenaikan

Huruf c: Yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang

Metode yang digunakan adalah isolasi mRNA, sintesis cDNA, amplifikasi gen GnRHR dengan proses Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer Promotor F dan Exon 1 R

Selain variabel-variabel tersebut, untuk membentuk suatu model dinamis guna lahan permukiman dalam memproyeksikan besarnya kebutuhan permukiman pada masa mendatang,