• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

B. Program

2. Jenis-jenis Program

Pada dasarnya program radio tidak mempunyai banyak jenisnya, secara

umum jenis program radio ada dua, yaitu musik dan informasi. Namun dari dua

jenis program tersebut mempunyai turunan, dan pada intinya dapat memenuhi

kebutuhan pendengar dalam hal musik dan informasi.

33

Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional. h. 75 34

Tommy Suprapto, Berkarir di Bidang Broadcasting, (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006), h. 15

1. Berita radio

Siaran berita radio merupakan sajian peristiwa dalam bentuk fakta yang

dikemas secara menarik oleh penyiar atau reporter sesuai dengan aturan

jurnalistik. Berdeda dengan siaran informasi tidak selalu menyajikan fakta tetapi

tetap memakai kaidah jurnalistik. Berita radio seharusnya berupa informasi yang

memenuhi kebutuhan audien radio tersebut, jika sasarannya professional muda

maka berita yang disajikan yang terkait dengan mereka, bisa informasi bisnis,

berita politik, perkembangan ekonomi dan sebagainya.

Ada dua bentuk penyajian berita radio, antara lain:

1) Siaran langsung (live report), yaitu laporan langsung reporter dari lokasi,

tentang peristiwa yang sedang terjadi.

2) Siaran tunda, apabila reporter mendapatkan fakta di lapangan, kemudian

kembali ke studio dan diolah sebelum melakukan siaran. Dalam hal ini

berita dapat disajikan dalam bentuk narasi yang disampaikan penyiar dari

studio, atau berupa rekaman wawancara dengan narasumber.

Kemudian dalam hal laporan jurnalistik radio ada tiga elemen suara yang

harus terdengar oleh pendengar, berupa narasi yang dituturkan reporter atau

penyiar, rekaman wawancara yang didapatkan dengan narasumber dan rekaman

atmosfer atau rekaman suara-suara asli dari suatu peristiwa. 35

2. Talk Show

Talk show atau perbincangan radio merupakan kombinasi dua

keterampilan yaitu seni berbicara dan seni wawancara. Setiap peyiar pasti pandai

berbicara, namun belum tentu pandai dalam wawancara. Seorang penyiar harus

35

Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 225-226.

mempunyai brain, nalar yang bagus, tidak cukup hanya terampil mengelola tinggi

rendah suara (pitch), kecepatan ucapan (speed) dan kuat lemahnya vokal (power).

Dalam talk show memberikan kesempatan untuk membuktikan kemampuan

penyiar dalam memadukan ketiga hal tersebut (pitch, speed, power) dengan daya

pikir yang bagus.36

Program talk show biasanya diarahkan oleh seorang penyiar/host dengan

mengundang satu atau beberapa narasumber. Kemudian membahas topik yang

telah ditentukan, atau topik hangat yang sedang diperbincangkan di masyarakat.

Ada tiga bentuk talk show yang sering digunakan stasiun radio, yaitu;

1. One-on-one-show, yaitu bentuk dialog yang ketika penyiar dan

narasumber berdiskusi, sedangkan posisi mikrofon terpisah di ruang studio

yang sama.

2. Panel discussion, penyiar/host sebagai moderator hadir ditengah

narasumber.

3. Call in show, program talk show yang hanya melibatkan telepon dari

pendengar. Topik ditentukan terlebih dahulu, kemudian pendengar di

undang untuk memberikan respon melalui telepon. Tidak semua respon

pendengar layak disiarkan, untuk itu memerlukan operator sebagai

penyeleksi sebelum di on airkan.37

Adapun dalam pelaksanaanya program talk show biasanya mengikuti

beberapa urutan, yaitu pertama, pembukaan dan perkenalan topik dan

36

Masduki, Menjadi Broadcaster Professional, (Jogjakarta: Pustaka Popular LKiS, 2005), Cet. 2. h. 79.

37

Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 227.

narasumber, kedua diskusi topik dan interaktif pendengar, dan ketiga penutup

berupa kesimpulan dan ucapan terimakasih.

3. Infotainment radio

Infotainment radio merupakan gabungan antara informasi dan hiburan.

Infotainment dalam kemasan di radi biasa desebut sebagai majalah udara (air magezine) yaitu acara yang memadukan anatara musik, informasi, berita iklan bahkan drama. Program ini mempunyai segmentasi sifatnya heterogen dan

umumnya disampaikan secara easy listening. Durasinya berkisar antara 5 sampai

60 menit, dengan pembahasan berupa kupasan mengenai album baru, wawancara

penyanyi atau artis, interaktif dengan pendengar, dan dilakukan pemutaran

beberapa lagu yang berkaitan.38

Program infotainment yang poluler di Indonesia ada tiga jenis, yaitu;

1. Info-enternainment, penyajian informasi dari dunia hiburan dengan

selingan lagu. Antara pemutaran lagu dan penyajian informasi proporsi

sajian sama meskipun liriknya tidak selalu berkaitan.

2. Infotainment; dengan proporsi yang seimbang antara informasi, promisi

dan sebagainya dari dunia hiburan dan diselingi pemutaran lagu yang

senada atau berkaitan dengan tema yang dibahas.

3. Infomation dan entertainment; sajian informasi dengan berita-berita aktual

dan tidak selalu harus berhubungan dengan dunia hiburan, diselingi

dengan lagu, iklan dan sebagainya. Untuk program infotainment, biasanya

38

disiarkan mingguan karena produksinya relatif kompleks, walaupun begitu

tetapi ada juga yang harian.39

F. Radio

1. Pengertian Radio

Radio adalah pengiriman suara atau bunyi melalui udara. Atau

seperangkat elektronik yang berukuran saku, berfungsi sebagai penerima isyarat

panggilan atau pemberitahuan dari seseorang yang disampaikan lewat frekuensi

gelombang radio.40 Kemudian dalam Ensiklopedi Indonesia, radio adalah suatu

alat penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik

melalui udara dengan kecepatan yang sangat tinggi melebihi kecepatan cahanya.

Selanjutnya untuk penyampain informasi tersebut tidak mudah begitu saja, tetapi

membutuhkan dua alat yang tidak bisa dipisahkan, yaitu pemancar radio sebagai

penyebar informasi dan radio sebagai penerimanya.41

Dalam istilah penyiaran dikenal dengan nama radio siaran. Radio siaran

berasal dari bahasa Inggris yaitu radio broadcast atau radio omroep dalam bahasa

Belanda, yang artinya penyampaian informasi kepada khalayak dalam bentuk

suara atau audio yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio

sebagai media.42 Dan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 pasal 1,

disebut dengan istilah penyiaran radio. Penyiaran radio adalah media komunikasi

39

Masduki, Menjadi Broadcaster Professional, (Jogjakarta: Pustaka Popular LKiS, 2005), Cet. 2.h. 85.

40

TIM Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ed. 3, Cet. 3, h. 919

41

“Radio” dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 14. Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004: h. 25.

42

massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara

umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.43

Komunikasi siaran radio merupakan proses dalam mentransmisikan pesan

dari pengirim (sender) yang pada kenyatannya bukan hanya satu orang atau dua

orang penyiar, tetapi terdiri dari tim yang memproduksi, kepada penerimanya

(reciver) yaitu khalayak radio tertentu yang heterogen. Jalur yang digunakan

dalam mentransmiterkan siaran kepada khalayak ini biasanya disebut frekuensi,

yang secara teknologi frekuensi adalah jumlah gelombang yang melewati suatu

titik per detik.44

Menurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio merupakan medium untuk

bercerita yang dalam permulaanya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk

cerita, namun dalam bercerita itu diikuti dengan faktor lain yang membedakannya

dengan surat kabar, yaitu efek suara, musik dan dialog, sehingga lebih menarik. 45

Medium radio mempunyai kelebihan yaitu dapat menjangkau masyarakat

secara luas, baik di dalam maupun luar negeri, di perkotaan dan pedesaan,

terbentangnya lautan luas dan tingginya pegunungan tidak menjadi hambatan bagi

sampainya informasi melalui radio, secara cepat dam simultan. Meskipun untuk

pelosok-pelosok negeri, terkadang di beberapa daerah mutu penerimanya masih

belum cukup memadai.46

Kemudian radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi telinga

atau pendengaran, sehingga isi siaran bersifat sepintas lalu dan tidak dapat

diulang. Pendengar tidak mungkin mengembalikan apa yang sudah dibicarakan

43

Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional,(Ciputat: Pustaka Irvan, 2007), h.77. 44

Masduki, Menjadi Broadcater Profesional, (Yogyakarta: PT. LKiS, 2005), h. 59. 45

Ton Kertapati, Dasar-dasar Publisitik dalam Pengembangannya Menjadi Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1996), Cet. 3. h. 205.

46

sang penyiar seperti membalikan halaman koran atau majalah. Karena bersifat

sepintas lalu, informsi yang disampaikan penyiar radio harus jelas dengan bahasa

yang mudah dicerna oleh pendengar.

Radio menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan

kata dan suara. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar

melalui kata dan suara, yang disebut dengan theatre of mind. Pendengar hanya

bisa membayangkan apa yang dikemukakan termasuk sosok sang penyiar radio.47

2. Sejarah dan Pekembangan Radio

Proses perkembangan radio hingga menjadi media komunikasi seperti

sekarang ini cukup memakan waktu yang lama. Sebagaimana yang dikutip Onong

Uchjana, Donald McNicol dalam bukunya “Radio of Space”, mengatakan tentang

“the conquest of space of radio, yaitu terkalahkannya ruang angkasa oleh radio

yang dimulai pada tahun 1802 oleh Dane, merupakan penemuan sederhana

mengenai suatu penerimaan pesan (massage), dengan menggunakan kawat listrik

dan jarak yang pendek.

Kemudian Onong juga mengutip pernyataan David C. Philips, John M.

Grogan dan Earl H Ryan, dalam bukunya Instruction to Radio and Television

bahwa kemajuan radio ditemukan karena ketekunan tiga orang cendekiawan

muda. Di antaraya James Maxwell seorang ahli teori ilmu alam berkebangsaan

Inggris, berusia 29 tahun, pada tahun 1865 berhasil menemukan rumus-rumus

yang diduga menciptakan gelombang elektro magnetik. Teorinya menyatakan

47

Fatmasari Ningrum, Sukses Menjadi Penyiar, Scriftwriter, & Reporter, (Jakarta: Penebar Plus, 2007), Cet 1, h.6

bahwa gerak magnetis dapat mengurangi ruangan angkasa secara bergelombang

dengan kecepatan cahaya.48

Heinrich Hertz yang berusia 26 tahun, pada tahun 1884 membuktikan

adanya gelombang elektro magnetis tersebut, dan terbukti benar. Selain itu Hertz

juga membuktikan bahwa melalui logam yang cocok gelombang dapat

direfleksikan kepada suatu cahaya. Kemudian Guglemo Marconi yang terkenal

sebagai penemu telegraf tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu

untuk keperluan praktis. Pada tahun 1895 ia dapat menerima tanda-tanda tanpa

kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya, dan setahun kemudian jaraknya

menjadi delapan mil.49

Dr. Lee De Forest 1906 mengenalkan lampu vakumnya, yang dengan

lampu ini memungkinkan suara dapat disiarkan. Melalui eksperiman DR. Lee ini

kampanye dalam pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes

telah disiarkan kepada masyarakat tetapi waktu itu belum mendapat respon atau

sambutan dari masyarakat Amerika.

Dan mulai tahun 1920 masyarakat Amerika Serikat telah mendapat siaran

radio secara teratur dengan berbagai programnya. Dan pada 20 November stasiun

KDKA menyiarkan pemilihan umum presiden (Harding-Cox Presidential

Election) yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Sejak saat itu radio mengalami kemajuan, pada Januari

48

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 146.

49

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 47.

1922 hanya ada 30 stasiun radio maka pada bulan Maret 1923 mencapai 556

stasiun radio.50

Kemudian radio memasuki masa keemasannya sebelum Perang Dunia

ke-II. Pada waktu itu radio merupakan wahana informasi, hiburan sekaligus teman.

Bagi individu radio begitu spesial waktu itu. Di awal tahun 1960, siaran radio

memasuki masa penting dalam perkembangannya, karena teknologi siaran yang

mengunakan frekuwesi FM. Walaupun sebenarnya teknologi FM telah ditemukan

tahun 1930-an. Daya jangkaunya lebih rendah, tetapi dibanding dengan AM,

siaran FM lebih jelas dan punya efek suara stereo. 51

Di Indonesia dimulai pada Zaman belanda radio siarannya adalah

Bataviase Radio Veriniging (BRV) di Jakarta yang diresmikan 16 Juni 1925 yang berstatus swasta. Setelah BRV, berdiri juga badan-badan radio siaran di kota lain

seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta. Dan yang terbesar waktu itu adalah

NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung dan

medan karena dikucuri dana dari pemerintah Hidia Belanda. Zaman Jepang radio

yang tadinya berstatus swasta kemudian dinonaktifkan oleh jawatan khusus

bernama Hoso Kanri Kyoku, yang berpusat di Jakarta dan mempunyai cabang di

kota lain. Pada waktu itu masyarakat tidak boleh mendengarkan radio selain Hoso

Kanri Kyoku.52

Tanggal 14 Agustus 1945 terdengar kabar bahwa Jepang menyerah kalah

terhadap tentara sekutu. Kemudian pada tanggal 17 Agustus hari kemerdekaan,

50

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 148.

51

Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), cet. 2. h. 27.

52

Elvinro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), ed. Revisi, h. 125.

pembacaan proklamasi tidak bisa disiarkan secara langsung karena masih dikuasai

Jepang, baru pada pukul 19.00 dapat disiarkan itupun hanya dapat didengar di

Jakarta saja. Dan pada tanggal 18 Agustus 1945 pembacaan proklamasi dapat

disiarkan ke luar batas tanah air. Kemudian tanggal 11 November 1945 mendapat

kesepakatan medirikan organisasi sebuah radio. 53

Kemudian zaman orde baru sampai akhir 1966 RRI satu-satunya radio

siaran di Indonesia yang menjadi corong pemerintah. Pada masa ini fungsi radio

selain sebagai media informasi dan hiburan, menyajikan acara pendidikan dan

persuasi. Dengan perkembangan teknologi bermunculan radio amatir, dan tidak

dapat dihindari. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai

radio pemerintah dan nonpemerintah. Kemudian untuk mewadahi radio swasta

pemerintah mendirikan PRSSNI ( Persatuan Siaran Swasta Niaga Indonesia).

Dan perkembangan terakhir yaitu di zaman reformasi, radio tidak

diwajibkan lagi menjadi anggota PRRSNI dan berhak menyiarkan berita secara

mandiri. Pada waktu itu juga lahir regulasi bagi media elektronik yang tidak

bertumpu kepada pemerintah melainkan kepada masyarakat dengan dibentuknya

Komite Penyiaran Indonesia (KPI).54

3. Karakteristik Radio

Sebagai media elektronik, radio mempunyai karekteristik tertentu yang

membedakan dengan media elektronik lainnya. Pedroche, Toledao dan Montilla

dalam bukunya Media Fack Book-KBP, yang dikutip Harley Prayuda memberi

gambaran tentang karakteristik radio yang memberi manfaat yang unik yaitu;(1)

53

Elvinro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pangantar, h.126. 54

menarik imajinasi, (2), cepat, radio merupakan media informasi yang efisien dan

tanpa bandingan, (3) mudah dibawa, (4) tidak memerlukan kemampuan membaca

atau menulis, (5) pendengar tidak memerlukan konsentrasi yang penuh, (6) cukup

murah, dan (7) mudah untuk digunakan.55

Kemudian menurut Book, D. Cary Tannenbaum yang juga dikutip Harley

Prayuda menulis beberapa karakteristik radio antara lain:

1. Radio terdapat di mana-mana

Hasil penelitain menyebutkan bahwa sekitar setengan miliar pesawat radio

yang ada, 73 persen diantaranya berada di rumah, toko-toko, dan sekitar 100

jutaan berada di mobil dan truk.

2. Radio bersifat memilih

Semua berita, musik kontemporer dewasa, country, black music, oldies,

top forty, acara wawancara, etnik, dan lain-lain, keberagaman semacam itu memungkin untuk “berbicara secara langsung pada prospek-prospeknya”.

3. Radio bersifat ekonomis

Seorang pengiklan biasanya mempercayakan kombinasi yang efektif atas

jangkauan dan frekuensi dengan biaya yang relatif rendah per ribuan

pendengar, radio bisa membantu memperketat anggaran iklan secara efektif.

4. Radio cepat dalam menyampaikan informasi

Dalam kebutuhan yang mendesak, pengilklan bisa langsung mengiklankan

produk di udara dalam hitungan jam. Spot dengan menggunakan efek suara,

musik, dapat direkan, dicampur, di-dubbing kemudian di udarakan dengan

55

Harley Prayuda, Radio: Penyiar Its Not Just A Talk, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), h.11

proses yang cepat. Dan untuk mengimformasikan suatu kejadian tanpa harus

mempersiapakan gambar atau menulis, bisa langsung dilaporkan.

5. Radio bersifat partisipasi

Rasa persahabatan dan kesetian pada sebuah stasiun radio tertentu

membuat para pendengar mengembangkan sebuah rasa keterlibatan.

Pendengar menggunakan imajinasi untuk mengisi warna siaran radio.56

4. Fungsi Radio

Pada dasarnya fungsi radio tidaklah berbeda dengan fungsi media massa

pada umumnya. Yang mana fungsi media massa adalah memberikan informasi (to

inform), memberikan pendidikan (to educate), memberikan hiburan (to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Kemudian dalam peraturan pemerintah RI no.

55 tahun 1970 pasal 2 ayat 1, bahwa fungsi radio sebagai media massa antara

laian; ”radio siaran harus berfungsi sosial yaitu alat pendidik, alat penerangan dan

alat hiburan.57 Namun selain fungsi utama media massa (radio) di atas, ada juga

beberapa fungsi radio yang bisa dimanfaatkan, antara lain:

a. Fungsi radio sebagai media dakwah

Media dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti perantara,

tengah atau pengantar. Dari pengertian ahli komunikasi merupakan alat yang

dipakai komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan.

Kemudian media dakwah menurut Asmuni Syukir (1983) yang dikutip Moh. Ali

Aziz adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai

56

Harley Prayuda, Radio: Penyiar Its Not Just A Talk, 12-15 57

Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran; Teori dan Praktik, (Bandung: Alumni, 1987), h. 65.

tujuan dakwah yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Wardi Bachtiar Asmuni

juga mengutip, media dakwah adalah peralatan yang dipakai dalam

menyampaikan materi-materi dakwah kepada mad'u.58

Radio merupakan media komunikasi elektronik yang digunakan untuk

mengirimkan informasi dalam jarak jauh yang dapat ditangkap oleh pendengarnya

melalui frekuensi yang diinginkan. Khalayak bisa mendapatkan berbagai

informasi tentang kemajuan zaman, hiburan dan pendidikan. Bahkan dengan radio

bisa mengubah persepsi pendengarnya. Dengan hal itu radio dapat dimanfaatkan

sebaik mungkin untuk membentuk akhlak umat, menyebarkan siar keagamaan

atau dakwah islamiah.

Keberadaan radio dalam kegiatan dakwah sangat penting sebagai media

penyampai materi dakwah. Hal ini bisa disampaikan dalam bentuk ceramah,

pidato atau interaktif. Dengan kelebihan radio yang bisa menjangkau mad’unya

dalam jarak jauh dan meluas, oleh sebab itu radio merupakan media yang efektif

untuk menjangkau mad’unya dalam menyampaikan dakwah bagi semua

kalangan.59 Ini merupakan peluang bagi pelaku dakwah untuk dapat

memaksimalkan sesuatu yang sudah tersedia.

Kelebihan dakwah melalui radio terletak pada efektifitas dan efesien

berdakwah. Hal ini terlihat dari hubungan yang sederhana antara da’i dan

mad’unya tanpa harus bertemu atau bertatap muka. Da’i hanya duduk di studio

atau bahkan di suatu majlis, kemudian memberikan ceramahnya dan pendengar

58

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), edisi Revisi, Cet. 2, h. 403

59

M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1997), cet.1 h. 37

duduk di rumah serta menyimak apa yang disampaikan da’i tanpa harus pergi

jauh-jauh datang bertemu dengan da’i, bahkan bisa langsung berinteraksi.

b. Fungsi sosial radio

Dalam proses komunikasi sosial, sebagai media publik idealnmya radio

berperan mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya,

yaitu mendapatkan informasi, pendidikan dan hiburan. Tidak terpenuhinya salah

satu kebutuhan tersebut, maka radio kehilangan fungsi sosialnya, kehilangan

pendengar, dan pada akhirnya akan digugat masyarakat karena tidak berguna bagi

mereka. Para paraktisi radio dewasa ini sadar betul bahwa fungsi sosial radio

sedang disorot. Program hiburan sebagai primadona harus dikaji kembali, guna

memenuhi kebutuhan pendengar, program hiburan harus disinergikan dengan

muatan informasi dan pendidikan sekecil apapun persentasenya.60

Sebagai media publik ada beberapa tingkat peran sosial yang diemban

radio, atau yang dikenal dengan konsep radio for society. Pertama, radio sebagai

media penyampai informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai

sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio

sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda/diskusi untuk

mencari solusi bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai

sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran.

Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya salah

satu saja, yang penting adalah konsistensi dan optimalisasi pada satu pesan.61

60

Masduki, Jurnalistik Radio Menata Professionalisme Reporter dan Penyiar, (Yogyakarta; PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006), h. 2.

61

Dokumen terkait