BAB V PENUTUP
B. Saran-saran
B. SARAN-SARAN
Radio merupakan media auditif yang mempunyai pengaruh besar terhadap
khalayak. Selain sebagai media hiburan, penyampai informasi dan media
pendidikan, radio juga dapat di manfaatkan sebagi media dakwah. Kekuatan radio
sangat besar karena mempunyai daya langsung, daya tembus dan daya tarik.
Radio dapat menembus pelosok bumi, dan untuk mendengarkannya hanya
memerlukan telinga dan tanpa menganggu aktivitas lainnya.
Dengan melihat kekuatn radio dan melihat hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka penulis memberikan gambaran dan menyarankan yaitu;
1. Bagi kalangan akademisi, praktisi radio, dan pelaku dakwah, dapat dilihat
bahwa dakwah melalui radio tidak mesti harus ceramah dengan menggunakan
menarik perhatian dan kaya akan nilai Islam. Dakwah bilhikmah dengan
memberikan nasihat-nasihat baik, yang memotivasi pendengar untuk hidup
lebih maju, lebih berkembang, serta tetap menjadi hamba Allah yang baik,
yang pandai bersyukur, rajin beribadah dan baik dengan sesama. Masih
banyak cara untuk mengembang ajaran Islam, cara ini salah satunya.
2. Kemudian saran bagi pendengar dalam mendengarkan sebuah program radio,
harus pandai memilih acara, tidak hanya mendengarkan musik, mendapat
hiburan, tetapi harus memilih mendengarkan sesuatu yang lebih bermanfat
bagi diri kita. Mendapat sesuatu yang bisa membuat kita lebih cerdas, dapat
memicu kita untuk hidup lebih baik dan mendapatkan wawasan baik agama
maupun pengetahuan umum.
3. Untuk radio Trijaya terutama acara Mutiara Pagi The Power of Life penulis
menyarankan untuk membuat perencanaan materi siaran, baik mingguan atau
bulanan. Karena walaupun narasumber berkompeten, tapi bisa jadi akan ada
keterulangan pembahasan tema. Baik oleh narasumber yang sama, apalagi
narasumber yang lain, sehingga ini dapat mambuat bosan pendengar.
4. Dan terakhir tak ada kesempurnaan bagi siapapun, tak terkecuali dengan
penelitian ini. Penelitian ini baru pada tataran deskriptif, masih banyak
panelitian yang bisa dilakukan. Dan masih banyak program-program radio
lainnya yang pantas untuk dilakukan penelitian, baik mengenai program
dakwah atau yang lainnya. Dan untuk acara ini kedepannya penulis rasa dapat
dilakukan penelitian kembali mungkin dilihat dari sisi yang lain, baik dari isi
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, dkk, Komunikasi Massa Suatau Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, ed. Revisi.
Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, edisi Revisi, Cet. 2.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: logos, 1997, Cet.1
Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, Cet. 2
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.
---, Radio Siaran; Teori dan Praktik, Bandung: Alumni, 1987.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 2. Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004.
---, jilid 14. Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004.
Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2007.
Ghazali, M. Bahri, Da’wah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1997, cet.1.
Gilang, Omar Abidin, Format Siaran Radio, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Ginting, Muryanto, Media Komunikasi Radio, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, h. 97.
Hidayati, Nurul, Metode Penelitian Dakwah, dengan Pendekatan Kualitatif, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Kertapati, Ton, Dasar-dasar Publisitik dalam Pengembangannya Menjadi Ilmu Komunikasi, Jakarta: Bina Aksara, 1996), Cet. 3.
Kriyantono, Rahmat, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: PT. Kencana Prenata Media Group, 2007, Cet. 2.
Kusnadi, Wawan, Komunikasi Massa; Sebuah Analisis Media TV, Jakarta: Rineka Putra, 1996, Cet. 1.
Masduki, Jurnalistik Radio Menata Professionalisme Reporter dan Penyiar, Yogyakarta; PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006, h. 2.
---, Menjadi Broadcaster Professional, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2005, Cet. Ke-II.
Milles, Mattew B. & Michael, A. Huberman, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi Jakarta: UI-Press, 1992.
Moeloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007, ed. Revisi, cet. 23.
Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Cet. 1.
---, Media Penyiaran Strategi, Mengelola Radio dan Televisi, Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005. Cet. 1.
Mufid, Muhammad, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, cet. 2.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, Cet. 7, h. 24.
Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Ningrum, Fatmasari, Sukses Menjadi Penyiar, Scriftwriter, & Reporter, Jakarta: Penebar Plus, 2007, Cet 1.
Prayuda, Harley, Radio: Penyiar Its Not Just A Talk, Malang: Bayumedia Publishing, 2006.
Soejono, dan Abdurrahman H., Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Suprapto, Tommy, Berkarir di Bidang Broadcasting, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006.
Usman, M. Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Profil Trijaya, diakses pada 28 Februari 2010, dari http:// www.docstoc.com/docs-/8883497/Trijaya-radio
Program, diakses pada 12 Maret 2010, dari http://www.radiotrijaya.co.id/-pages/program.php
Program, diakses pada 12 Maret 2010, dari http://www.trijayafmyogyakarta.com/-radio/index.php.
Program, diakses pada 12 Maret 2010, dari http://www.trijayafm.info/index.php
Program, diakses pada 12 Maret 2010, dari www.trijayafm-smg.com/program-acara
Program, diakses pada 12 Maret 2010, dari http://trijayafmplg.com/-dex.php?option=com_content&view
Wawancara Pribadi dengan Doddy. Program Director Trijaya, Jakarta, 17 Maret 2010.
Wawancara Pribadi dengan Alina Mahamel. Penyiar Mutiara Pagi, Jakarta, 22 Maret 2010.
Wawancara Pribadi dengan Zainal Abidin. Narasumber Mutiara Pagi, Jakarta, 22 Maret 2010.
Wawancara Pribadi dengan Oland Fatah. Station Manager Network Trijaya, Jakarta, 20 April 2010.
Wawancara dengan Supardi Lee. lewat massage Facebook, 24 April 2010. Wawancara dengan Nikmah Nursyam. lewat massage Facebook, 26 April 2010
Lampiran 1
Lampiran 2
Nama : Doddy Juan Tatipang Jabatan : Program Directur Lokasi : Radio Trijaya Waktu : 13.40
Hari : 17 Mater 2010
Tanya : Bagaimana gambaran Mutiara Pagi?
Jawab : Jadi Mutiara pagi itu sebenarnya tujuan awalnya adalah acara kita memulai program sepanjang hari dengan memberikan motivasi ke audiens kita, target audiennya kan professional muda, terus awalnya memang kita bekerjasama dengan beberapa lembaga dan juga narasumber yang berafiliasi lebih ke narasumber yang ustadz, pada awalnya begitu. Tapi belakangan karena pendengar kita juga beragam, kita juga pingin ngasih motivasi ke semua orang yang mendengar, bukan cuma dari satu kalangan agama tertentu, jadi acara itu lebih kememberikan motivasi umum soal kesuksesan, soal hidup berumah tangga mungkin, soal karir, soal bisnis usaha dan macem-macem termasuk relasi si orang dengan orang lain, atau si orang dengan pimpinannya, atau mungkin lembaga satu dengan lembaga lain, jadi itu inti dari mutiara paginnya gitukan.!
Nah, sejak dari Januari kemarin sedikit agak berubah, sedik sekali, karena kita punya namanya fiqih aktual, itu mulai dari Januari kemarin si narasumbernya dia tidak bersedia hadir karena macem-macem pertimbangan, jadi kita putusin sejak Januari kemarin untuk hari sabtu dan minggu..., acara mutiara pagi itu lebih ke dakwah islam. Kalau senin sampai kamis itu lebih kemotivasi pribadi, motivasi berusaha dan karir.
Jadi senin sampai jumat lebih kemotivasi dan sabtu minggu motivasi tapi lebih ke base on dakwah Islam.
Tanya : Tapi sebetulnya tujuan awalnya itu adalah dakwah mungkin begitu ? Jawab : Iya, karena mungkin belum ada ya.., kita kerjasama dengan yang
namanya Institut Kemandirian itu underbaunya atau underlinenya dari Dompet Dhu’afa, dan Dompet Dhu’afa underlinenya dari Republika kan!
Tanya : Mungkin Mas tahu awal pencetus Mutiara Pagi ini siapa?
Jawab : Siapa ya...he he, duh ini kalau ga salah sekitar dari tahun 2006 ya,,! Waktu itu stasiun managernya Trias Anggoro, waktu itu sie, cuma siapa pencetusnya aku kurang tau, tapi di zaman itu mulai ada Mutiara Pagi. Mungkin aku sedikit cerita ya.., takutnya ih itukan acara saya gitu, dulu itu Trijaya dari 2005 ke awal 2006 dari jam 00.05 sampai jam setengah 07, kita relay Nuansa Pagi RCTI, kita ikut aja siaran RCTI, tapi belakangan TV kan agak beda ya...mereka tuh kadang-kadang cuma denger berbicara, kalau radio kan berbeda, diem apa itu, padahalkan di TV kan lagi nunjukin gambar.., nah dari situ mulai ada tawaran kerjasama dengan Institut Kemandirian itu sampai ada Mutiara Pagi. Tanya : Tapi setuju tidak bahwa media massa sekarang ini lebih banyak
hiburan? Jawab : Ga juga
Tanya : Kenapa sebabnya?
Jawab : Karena masih banyak orang mungkin memilih berlawanan arus, apalagi radio mungkin lebih segmenti, kalau TV mungkin orang lebih seneng melihat tayangan sinetron, tayangan musik, dan segala acara, kalau radio lebih segmenti, orang mendengarkan radio selain faktor musik, orang denger radio ada juga beberapa acara karena orang suka, mungkin penyiarnya, narasumbernya, karena bahannya, materi yang diomongin enak dan cocok dengan dia.
Tanya : Kalau dengan radio Trijaya sendiri bagaimana?
Jawab : Radio Trijaya jadi masih bermetamorposis, dulu lebih kepada lifestyle, lagi-lagi bergantung kepada pemegang saham ya..., pemilik. Dulu lebih
kelifestyle, mungkin sejak dibeli MNC 2005 sampai 2007 kita banyakan news karena waktu itu news mungkin lagi jadi komoditi yang bagus untuk dijual, jadi mungkin pemilik radio ini merasa oke, kita harus menambah porsi news. Sejak 2007 hingga kemari formatnya sedikit berubah news tetep ada, tapi yang namanya musik, informasi lifestyle masih balancelah. Dan sekarang menuju kearah bagaimana menserve audien dengan lebih banyak hiburan, lifestyle yang harus diangkat. Ya lagi-lagi tadi orang mulai bosen dengan masalah politik, kasus century, jadi kita ingin menggali dari professional muda audiens kita bagaimana dia hidup, dia punya lifestyle apa, dia nongkrong di mana, dia punya gejet apa.
Tanya : Trijaya awalnya di Kebon Jeruk, terus pindah ke sini tahun berapa? Jawab : Tahun 2005
Tanya : Dengan alasan?
Jawab : Aduh coba nanti tanya Mas Oland ya...! Tapi mungkin itu tadi pergantian pemilik, kalau ga salah tahun 2005 dibeli MNC.
Tanya : Trijaya menyiarkan acara bersifat network, apa itu network?
Jawab : Network itu, kita punya jaringan yang pasti, sampai sekarang ada 17 network dan tersebar 13 di kota besar, ditambah di Palembang ada beberapa afiliasi di Lahat, Banyuasih, dan sebagainya mungkin ada sekitar lima di Palembang di Kabupatennya. Yang bikin beda kita punya afiliasi lebih gede di banding radio lain. Networknya lebih banyak, jadi kalau ada siaran network tiap daerah itu akan merelay dari Jakarta. Sementara kita juga punya conten local, kalau Muitara Pagi kebetulan network. Mutiara pagi network semua daerah relay...!
Tanya : Visi dan misi Trijaya apa?
Jawab : Dulu sei sempat agak berubah, tapi intinya Trijaya sebagai radio yang memberikan sajian yang bisa menghibur, dan memberikan nilai tambah bagi sipendengar, Misinya lupa, tar tanya Mas Oland..!
Tanya : Motivasi dari Mutiara Pagi apa?
Jawab : Ya itu tadi, pagi-pagi orang kan pingin denger radio bukan hanya denger lagu, atau dapat informasi jalan, atau segala macam kan...., karena dimisi
dan visi kita pingin memberikan nilai lebih buat pendengar, jadi kita merancang acara supaya orang tuh pagi-pagi mendapat motivasi, dengan motivasi yang dia dapat dari narasumber di radio, ia akan merasa iya hari ini harus berbuat lebih, hari ini saya harus sukses, hari ini saya harus jadi orang lebih baik, itu si intinya
Tanya : Kenapa diberi nama Mutiara Pagi ada The Power of Lifenya ? Jawab : Itu lebih ke teks line ya.., the power of life, kekuatan hidup. Tanya : Bagaimana perencanaan?
Jawab : Perencanaan sie sebenarnya cuma narasumber, materi umumnya disediakan narasumber.
Tanya : Bagainmana perencanaan membuat program secara umum?
Jawab : Sebenernya sei ga seribet itu ya.., ga seribet TV kalau bikin program harus ada begini-begini. Kalau Trijaya ada dua sifatnya, pertama program komersil itu biasanya based on sponsorship biasanya ada klien yang ingin bikin program di Trijaya, program yang kedua program dari dalam kita biasannya mengevaluasi dalam satu tahun atau program ternyata ga berhasil, dari segi jumlah pendengar atau minat orang atau mata islam kurang, dan biasa itu akan kita ganti, penggantiannya biasanya kita meeting dulu, kita sama-sama evaluasi, tentang program itu, dan ini biasa terjadi di awal tahun, bulan januari, dan kita evaluasi itu dari oktober, november, desember. Biasanya juga melibatkan audien ada focus gruop discusion (FGD), apa sie kemaunya mereka.., atau misalnya mereka maunya apa yang ditampilkan dalam acara ini, isinya apa, kita akan dibahas di situ, baru dari program, stasiun kita mengajukan ke BOD base of board of director, nah dari situ BOD juga punya peran apakah acara ini layak untuk dijadikan acara baru atau acara lama tetap dipertahankan, tapi ada beberapa perubahan misalnya hostnya diganti atau mungkin narasumbernya cari yang lebih oke, yang lebih enak atau mungkin acaranya satu jam ngomong mulu, dikasih lagu atau yang disuka dan lebih variatif.
Jawab : Biasanya sie dulu 2008 biasanya nyewa konsultan mereka didik, tapi mungkin tahun ini akan ada FGD lagi tapi belum tentu persisinya kapan, cuma rencanaya dalam waktu dekat.
Tanya : Selain FGD ada ga penelitian, mengenai program yang akan disiarkan? Jawab : Ga, gada, penelitian kita sie gampang kalau misalnya acara itu dapat
respon dari pendengar lewat telepon, SMS, lewat email, atau mungkin ada yang telepon ke kita, misalnya perubahan itu kan macem-macem ya..., tadi saya bilang soal lagu, atau materinya terlalu berat, atau misalnya acara pagi cocoknya ini buat malam atau sore-sore ga cocok, jadi kita akan ganti. Dan itu berdasarkan bukan poling sie tapi masukan orang komentar orang, lewat SMS, email atau telepon nah di situ kita akan akomodir.
Tanya : Bagaiman dengan format Mutiara Pagi?
Jawab : Formatnya dialog antara narasumber dengan si hostnya, sipenyiar dan di dalamnya ada interaksi dengan audien.
Tanya : Bagaimana interaksinya?
Jawab : Orang akan nelepon, dia menelepon dan kita akan telepon kita ajak untuk ikut join dalam acara itu, itu lebih interaksi antara penyiar dengan narasumber dan disesi berikutnya baru dengan pendengar, SMS juga sama, cuma SMS udah langsung dibaca penyiar. Biasanya pendengar daftar telpon, lalu kita telepon balik istilahnya call in.
Tanya : Kemudian narasumber yang memakai telepon, itu bagaimana?
Jawab : Itu sie kendala, ada beberapa narasumber yang rumahnya jauh ada di Depok, ada di Bekasi, kalau ga salah ada di Serpong, bermacem-macem, kita sie fleksibel ya..., kalau misalnya dia datang oke, kalau misalnya ga keburu banget, macet banget, bukan ya..., mungkin hujan lah atau kendala apa dia ga bisa hadir, ya otomatikly kita harus mengganti dengan format by phone.
Tanya : Kalau format by phone bagaiman persiapannya?
Jawab : Via by phone mudah, persiapannya narasumber tinggal hubungi kita, setengah limaan penyiarnya udah ada di sini, tinggal nelepoh sorry saya ga bisa ke studio kita siaran by phone, kita punya dua telepon, satu untuk
narasumber, yang satu kita sediakan buat penelepon. Kadang-kadang sie mungkin kalau hujan, atau apa, narasumber kan, mereka kan kadang jam 4 atau jam 3 gitu.
Tanya : Ada tidak yang sering datang ke sini atau ditelepon?
Jawab : Mayoritas si datang ya..., kalau ga salah senin ada Mas Zainal Abidin, selasa itu ada Mas Supardi lee, rabu Mba Nik, kamis gatau, jum’at Ustad Boby, hari sabtu minggu ganti-ganti, nah hari sabtu ini banyak yang by phone, karena kalau senin sampai jumat wajib datang sie, karena kualitasnya lebih bagus kan! Di bandingin telepon, cuma mungkin ya itu tadi, kita sie mengakomodir, misalnya kalau hujan ya otomatis harus by pone, karena kasihan juga kan, rumahnya ya itu tadi jauh.
Tanya : Bagaiman jika narasumber yang sudah dijadwalkan berhalangan, siapa yang mengaturnya?
Jawab : Mas Zainal itu kan kalau ga salah koordinator dari enam narasumber yang lain, jadi yang mengatur Mas Zainal, kita hanya komunikasi saja, jadi kalau misalkan lagi libur aku komunikasi dengan Mas Zainal, jadi beliau yang deliver ke narasumber lainnya..! Mas Zainal leadernya komunikasi lewat dia.
Tanya : Kemudian terbagi menjadi berapa sesi dalam Mutiara Pagi? Jawab : Lima
Tanya : Pembagiannya bagaimana?
Jawab : Pembagian sesi, pertama biasa prolog, pengantar tentang tema, kedua masih itu antara penyiar dengan narasumber, dan ketiga udah ke empat mulai berintreksi dengan pendengar, dan kelima lebih ke kesimpulan karena waktunya mepet.
Tanya : Bagimana dengan evaluasi Mutiara Pagi atau acara lainnya?
Jawab : Evalusi kita lakukan, cuma memang terakhir evaluasi kita lakukan setelah seponsornya selesai, kan kemarin seponsornya telkomsel, tapi umumnya acar ini mendapat respon yang luar biasa, bukan hanya dari survey AC neilsen, pagi lumayan gitu, tapi juga ketika acara ini karena pernah sei ada wacana gimana kalau pagi-pagi itu acara lagu-lagu, tapi respon dari daerah juga banyak yang mau acara ini tetap jalan, sampai
kalau satu hari saja ga siaran, banyak yang nanyain, telepon, SMS, kenapa ga siaran, berdasarkan itu saja kita pasti akan mengakomodir keinginan dia. karena dari awal acara mutiara pagi memang masih menjadi unggulan.
Tanya : Cara evaluasinya bagaimana, melaui rapat?
Jawab : Rapat, dan juga tiap tiga bulan kami ada hasil survey dari Ac Neilsen, itu biasanya memberi perkembagan baru berapa banyak jumlah pendengar, dalam tiga bulan berturut-turut itu bisa dievaluasi tiap hari dari jam 5 sampai jam 6 orang tuh lagi ngapain, lagi di mobil denger apa, kompetitornya apa.
Tanya : AC Neilsen itu apa?
Jawab : Yaitu lembaga survey sendiri yang mengadakan survey terhadap media massa, di situ ada radio, koran, internet, TV, dan itu biasanya keluar tiga bulan sekali, kalau TV misalkan program tukul, besoknya rating udah bisa ketahuan, kalau radio ga, tiga bulan sekali.
Tanya : Program Mutiara Pagi ada off airnya ?
Jawab : Ga...., oya dulu tahun 2007 ada ulang tahun Trijaya ke 17, kita ngadain off air tapi ga jauh-jauh di sini, di Masjid, jadi kebetulan di ulang tahun Trijaya kita mulai dengan itu.
Tanya : Bentuknya apa?
Jawab : Sama seperti talk show biasa cuma di pindahkan dan ketemu langsung dengan pendengar, konsepnya beda benget ya...., dengan radio yang misalnya seminar ini, atau misalnya pindah sini, kita berpindah tempat dan melibatkan banyak orang beda di situ sie.
Interviewer Interviewee
Lampiran 3
Nama : Zainal abidin
Jabatan : Narasumber
Lokasi : Radio Trijaya
Waktu : Jam 06.10
Hari/Tgl : Senin, 22 Maret 2010
Tanya : Sejak kapan bapak menjadi narasumber Mutiara Pagi? Jawab : Kita mulai 2007 dari pertama acara, pas 1 Januari 2007.
Tanya : Apakah benar acara hasil kerjasama Trijaya dengan Institut Kemandirian? Bisa bapak menceritakannya...!
Jawab : Awalnya sie memang ini kerjasama antara Trijaya dengan Dompet Dhua’fa, waktu itu seluruh jejaring dari Dompet Dhu’afa diminta untuk mengisi acara di sini, cuma waktu itu bentuknya rekaman, jadi ga live langsung, kemudian karena rekaman tidak terlalu menarik, kemudian acaranya di stop, kemudian saya tawarkan bisa ga kalau kita buat live tiap hari full senin sampai minggu, akhirnya disetujui dan konsekuen kita hadir di sini live.
Tanya : Tadi kan sempat stop, lama tidak pak?
Jawab : Ya cuma seminggu atau dua minggu, kemudian kita tawarkan untuk lanjut dengan format baru.
Tanya : Pada awalnya sebetulnya acara ini dakwah atau motivasi?
Jawab : Ya, kita mencoba untuk menyelipkan nilai-nilai Islam dalam bahasa yang lebih universal, makanya acara ini memang dikemas minim ayat, minim hadis tapi mudah-mudahan nilainya, nilai-nilai Islam yang universal, bagi umat.
Tanya : Apakah ada pergeseran, misalnya dari dakwah terus ke sini-sininya menjadi motivasi?
Jawab : Saya kira ini adalah cara dakwah kita kalau mau dikatakan dakwah, ini cara dakwah kita dengan hikmah, dengan nasihat-nasihat yang baik, sekalipun kita tidak menggunakan ayat, tapi kita gunakan bahasa-bahasa yang umum, bahasa-bahasa yang bisa didengar bisa ditangani oleh orang muslim tapi juga non muslim, saya kira teman-teman pendengar Mutiara Pagi sangat beragam, tidak hanya dari kalangan muslim, tapi juga dari non muslim banyak juga yang mendengarkan.
Tanya : Narasumbernya kan dari Institut Kemandirian, apa itu pak Institut Kemandirian?
Jawab : Institut Kemandirian adalah jejaring di bawah Dompet Dhu’afa, yang berhikmat untuk membebaskan Indonesia dari pengangguran. Jadi karena tingkat pengangguran yang cukup tinggi di Indonesia yang