BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.5. Jenis, Sumber dan Cara/Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam kajian ini meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung dari
Stakeholders lewat kuisioner sebagai panduan dan dilakukan wawancara langsung, lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Tujuan, Jenis, Sumber, dan Metode Analisis Data
No TUJUAN DATA METODE ANALISIS
JENIS SUMBER
1 Mengidentifikasi potensi kehutanan
Literatur yang terkait Pihak terkait Deskriptif dan kuantitatif
2 Mengetahui Substansi dan Mengevaluasi Pelaksanaan
Program Kebijakan
Pembangunan Sektor Kehutanan
Sekunder
- Data-data Luas Hutan
- Kerusakan Hutan
- Renstra Kehutanan
- Data kasus
- Perda/kebijakan
- Sejarah Kawasan Hutan
Dinas Kehutanan dan SDA, BPS
Bappeda, PMD, Dinas Sosial
Deskriptif dan kuantitatif
3 Manfaat Ekonomi Sekunder
- PDRB
- PAD
- APBD
BPS Lampung Barat Deskriptif
4. Nilai Kerusakan - Luas Hutan yang rusak (Ha) -Fungsi Hidrologi
- Erosi Tanah (Unsur Hara) - Keanekaragaman hayati -Hasil Hutan Non Kayu
-Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat -Hasil Penelitian Analisis Ekonomi, Valuasi Ekonomi
5. Merumuskan strategi dan program pembangunan kehutanan di Kabupaten Lampung Barat
Primer Bupati, Bappeda, Dinas
Kehutanan dan SDA, TNBBS, BPLH, LSM, Swasta, Perguruan Tinggi, Kelompok Masyarakat Pengelola Hutan, DPRD
Analisis SWOT, AHP
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sektor kehutanan. Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner yang telah disediakanResponden adalah pihak-pihak yang memahami tentang kehutanan, kebijakan dan program-program pembangunan serta pihak-pihak yang terlibat langsung atau berhubungan dengan masyarakat, seperti dinas teknis. Sementara itu data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait baik dari dalam maupun luar daerah Kabupaten Lampung Barat antara lain Dinas Kehutanan dan SDA Kabupaten Lampung Barat, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat, Bappeda Daerah Kabupaten Lampung Barat berupa dokumen- dokumen kebijakan, publikasi hasil penelitian dan berbagai referensi lainnya yang terkait dengan kajian ini.
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Karakteristik Permasalahan Kawasan Hutan di Kabupaten Lampung Barat
Pengolahan dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan dianalisis secara deskriptif
3.6.2 Analisis Strategi Kebijakan
Metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab permasalahan pengelolaan Kawasan Hutan yang berada di wilayah administratif Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dengan melakukan wawancara terhadap responden.
Metode analisis data yang digunakan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Lampung Barat berkelanjutan yang mampu mengatasi permasalahan dan konflik pengelolaan adalah dengan metode PHA (Process Herarki Analitic) dan metode deskriptif yang dalam kajian ini mengacu pada metode dikemukakan oleh Saaty (1993).
Prinsip kerja PHA adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam sautau
hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibanding dengan variabel lain. Dengan berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggai dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah.
2. Membuat struktur hierarki, yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
Pendekatan PHA menggunakan skala banding berpasangan menurut Saaty (1993). Skala banding berpasangan tersebut disajikan pada Tabel
Tahapan dalam melakukan analisis data PHA menurut Saaty (1993( dikemukan sebagai berikut :
1. Identifikasi sistem yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para responden yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
2. Penyusunan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif- alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah.
3. Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam PHA berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person.
Mereka dapat terdiri atas : 1) Pengambil keputusan; 2) para pakar; serta 3) orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi.
4. Matriks pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut: C1 C2 ... Cn C1 1 a12 ... a1n C2 1/a12 1 ... a2n ... ... ... ... ... Cn. 1/a1n 1/a2n ... 1
Dalam hal ini C1, C2, ... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n X n. Nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan C1 terhadap Cj.
5. Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen- elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya memenuhi syarat.
6. Nilai pengukuran konsistensi yang diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden.
7. Penentuan prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.
Revisi pendapat, dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi ( >0,1). Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.
Dalam PHA dipergunakan skala angka Saaty mulai dari 1, yang menggambarkan atribut yang satu terhadap yang lain sama penting. Untuk atribut yang sama selalu bernilai 1 sampai 9, yang menggambarkan satu atribut
sangat penting terhadap atribut lainyya. Jika hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai CR < 0,10 artinya penilaian pada pengisian kuesioner tergolong konsisten ,sehingga nilai bobotnya dapat digunakan. Analisis data dibantu dengan menggunakn perangkat lunak ”Expert Choice 2000”
Tabel 2. Skala banding secara berpasangan Intensitas
Pentingnya
Definisi Penjelasan
1
Kedua elemen sama pentingnya Sumbang peran dua elemen sama besar pada sifat tersebut (dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya
Pengalaman dan
pertimbangan sedikit menyokong satu elemen lainnya
5 Elemen satu lebih penting daripada yang lainnya
Pengalaman dan
pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas yang lainnya
7 Elemen satu jelas lebih penting dari elemen yang lain
Satu elemen dengan kuat dominasinya telah terlihat dalam praktek
9 Elemen satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan Kawasan Hutan di Kabupaten Lampung Barat terdapat beberapa indikator yang harus dicapai agar dapat berkelanjutan seperti tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Indikator-indikator dalam pengambilan keputusan menggunakan AHP
No. Kriteria Indikator
1. 2. 3. Ekologi Ekonomi Sosial
Tutupan dan tegakkan hutan,
Siklus Hidrologi dapat dipertahankan, Iklim Mikro tetap terjaga ,
Adanya Nilai Estitika,
Penyelamatan Keanekaragaman Hayati
PDRB
Diversifikasi usaha,
Peningkatan pendapatan masyarakat , Peningkatan PAD
Akses terhadap hutan Penyerapan tenaga kerja Rekreasi
Selanjutnya untuk menentukan strategi yang akan digunakan dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman digunakan analisis SWOT dengan mengelompokkan
faktor-faktor internal maupun eksternal yang ada dengan menggunakan matriks SWOT seperti yang terlihat pada Gambar 4. Berikut:
IFA/EFA Strength Weakness
Opportunities Strategi SO
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Berada pada KUADRAN I
Strategi WO
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Berada pada KUADRAN III
Threats Strategi ST
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Berada pada KUADRAN II
Strategi WT
Menciptakan strategi yang menggunakan keluatan untuk memanfaatkan peluang
Berada pada KUADRAN IV Gambar 4. Matriks IFA/EFA dalam Analisis SWOT