• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2 Jenis Terjemahan

Selain ideologi, metode dan teknik penerjemahan, ternyata terdapat juga beberapa jenis dari terjemahan. Dalam pembagian jenis terjemahan, Basnet dan Guire (1988:14) membagi penerjemahan menjadi tiga jenis kategori yaitu:

1. Intralingual translation

Intralingual translation disebut juga dengan rewording, yaitu penerjemahan dalam bahasa yang sama yang merupakan interpretasi lambang-lambang verbal dengan menggunakan lambang-lambang lain dalam bahasa yang sama, misalnya pada situasi seseorang yang sedang belajar bahasa dalam hal ini bahasa Indonesia. Contoh lainnya seperti yang terdapat pada KBBI yaitu penjelasan suatu kata dengan menggunakan bahasa yang sama.

Maksudnya adalah di dalam KBBI, jika kita mencari sebuah kata maka kita juga akan menemukan makna yang dapat menjelaskan atau menggambarkan kata tersebut kepada kita.

Contoh:

Jika kita mencari kata:

- “gerbong” maka penjelasannya adalah wagon kereta api; - barang (penumpang), wagon tempat barang (penumpang).

- 'kurus' maka penjelasannya adalah (1) kurang berdaging; tidak gemuk (tt tubuh dsb);

misalnya; Telah sebulan ia sakit, hingga kurus badannya.

2. Interlingual translation

Interlingual translation disebut juga translation proper yaitu menerjemahkan yang lebih dikenal, misalnya suatu teks dalam BSu diterjemahkan ke dalam BSa. Contoh:

Duduk!  Sit down

Dalam perjalanan  On the way

Kekasih hati  Soulmate

3. Intersemiotic translation

Intersemiotic translation atau transmulation yaitu penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam media lain seperti gambar, musik dan lain-lain.

Contoh: Tidak jarang tulisan-tulisan tangan seseorang yang membentuk sebuah cerita baik sedih ataupun bahagia, diungkapkan dengan sebuah nada musik seperti gitar, piano, biola ataupun drum. Jika pemain musik tersebut dapat memainkan alat musiknya dengan menggunakan hatinya, masyarakat kita pada umumnya menyebutkan bahwa musik tersebut memiliki nyawa atau soul.

based is that the best translation is the one which (1) uses the normal language forms of the receptor language, (2) communicates as much as possible to the receptor languange speakers the same meaning that was understood by the speakers of the source language, (3) maintains the dynamics of the original source labguage text. Hal ini maksudnya adalah dalam memperoleh terjemahan yang terbaik adalah terjemahan tersebut (1) menggunakan bentuk-bentuk bahasa sasaran yang wajar, (2) menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sama kepada penutur bahasa sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya menyajikan terjemahan sedemikian rupa sehingga kesan dan respon yang diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan.

2.1.3.1 Terjemahan Akurat

Terjemahan akurat merujuk pada terjemahan yang tidak mengalami distorsi makna.

Dengan kata lain, makna kata, dan klausa bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam BSa. Penilaian terjemahan yang akurat pada penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis makna kata, dan klausa BSu ke dalam BSa. Apabila penyampaian makna dalam teks BSu sudah akurat dengan pesan dalam teks BSa karena tidak ada banyak penambahan, penghilangan, atau perubahan makna.

2.1.3.2 Terjemahan Kurang Akurat

Terjemahan yang kurang akurat merujuk pada terjemahan yang sebagian besar makna kata dan klausa bahasa sumber yang dialihkan secara akurat ke dalam BSa. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan yang mengganggu keutuhan makna. Apabila penyampaian makna dalam teks BSu kurang akurat dengan makna dalam teks BSa dengan adanya sedikit penambahan, penghilangan, atau perubahan makna.

2.1.3.3 Terjemahan Tidak Akurat

Terjemahan yang tidak akurat merujuk pada terjemahan yang makna kata dan klausa BSu yang dialihkan secara tidak akurat ke dalam BSa atau dihilangkan. Apabila makna dalam teks BSu tidak akurat dengan makna dalam teks BSa.

2.1.4 Penerjemahan dan Unsur-unsur Budaya

Dalam penelitian ini, penulis menjadikan sebuah subtitle film budaya sebagai objek penelitiannya. Namun seperti yang kita ketahui, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi seorang penerjemah dalam proses penerjemahan teks budaya. Beberapa alasan mengenai kesulitan ini telah dipaparkan pada sub-bab sebelumnya.

Dalam hal ini, Newmark (1988: 95) membagi lima atas unsur-unsur budaya yang harus diperhatikan yaitu:

1. Ecology, yaitu merupakan unsur-unsur geograpis yang 'membungkus' kedua bahasa tersebut seperti flora, fauna, iklim, ataupun cuaca. Dalam hal ini unsur politik ataupun ekonomi tidak banyak berpengaruh.

3. Social culture, yaitu berhubungan dengan kehidupan sosial suatu masyarakat yang pastinya tidak sama dengan kehidupan sosial masyarakat di wilayah lain. Contohnya kata 'delman' pada bahasa Indonesia disepadankan dengan kata carriage pada bahasa Inggris.

4. Social organization - political and administrative, yaitu suatu tatanan sosial pada masyarakat tertentu yang mencakup aturan-aturan yang berlaku pada wilayah itu.

Maksudnya adalah setiap wilayah memiliki tatanan hukum dan politik masing-masing yang sangat mempengaruhi sebuah karya sastra. Contohnya pada zaman presiden Soeharto dulu, kebebasan berpendapat itu dibatasi. Jadi banyak seniman-seniman yang ingin menyampaikan aspirasinya dengan kata-kata kiasan yang disusun menjadi penggalan puisi ataupun jenis karya sastra lainnya. Hal seperti ini harus diperhatikan seorang penerjemah, agar dia tidak melakukan kesalah saat menerjemahkan teks dengan gaya penulisan seperti itu.

5. Gestures and Habits, yaitu gaya hidup dan kebiasaan masyarakat pada suatu wilayah juga sangat mempengaruhi tingkat keterbacaan pada teks hasil penerjemahan. Secara tidak langsung, tingkat pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi kemampuan dalam menilai sebuah teks hasil terjemahan. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus menyesuaikan juga pada target pembacanya apakah dari kalangan umum, kalangan mahasiswa, kalangan dewasa ataupun kalangan remaja.

2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari BSu ke BSa, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002: 509), teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik:

1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan.

2. Teknik diklasifikasikan dengan perbandingan pada teks Bsu.

3. Teknik berada tataran mikro.

4. Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu.

5. Teknik bersifat fungsional.

Para ahli terkadang memiliki istilah tersendiri dalam menentukan teknik dalam penerjemahan. Teknik yang dimaksud sama namun memiliki istilah yang berbeda. Dalam hal keberagaman tentunya hal ini bersifat positif, namun di sisi lain terkait penelitian menimbulkan kesulitan dalam menentukan istilah suatu teknik tertentu. Oleh karena itu, dalam tesis ini penulis menggunakan 18 teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir. Selain untuk keseragaman, teknik yang dikemukakan Molina dan Albir telah melalui penelitian kompleks dengan mengacu dan membandingkan dengan teknik-teknik penerjemahan yang telah ada dari pakar penerjemahan sebelumnya. Berikut ini 18 teknik penerjemahan yaitu:

mengganti unsur-unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan budaya.

Contoh:

BSu BSa

As white as snow seputih kapas

2.2.1.2 Amplifikasi (amplification)

Teknik penerjemahan dengan mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam BSu. Teknik ini sama dengan eksplisitasi, penambahan, parafrasa eksklifatif. Catatan kaki merupakan bagian dari amplifikasi. Teknik reduksi adalah kebalikan dari teknik ini.

Contoh:

BSu BSa

Ramadhan Bulan puasa kaum muslim

2.2.1.3 Peminjaman (borrowing)

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau ungkapan dari BSu.

Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing) dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa menjadi tolok ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu pinjaman atau bukan.

Contoh:

BSu BSa peminjaman

Mixer Mixer murni

Mixer Mikser alamiah

2.2.1.4 Kalke (calque)

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa atau kata BSu secara literal. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation).

Contoh:

BSu BSa

Directorate General Direktorat Jendral

2.2.1.5 Kompensasi (compensation),

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan pada bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pengaruh stilistik (gaya) pada BSu tidak bisa di terapkan pada BSa. Teknik ini sama dengan teknik konsepsi.

A pair of scissors Sebuah gunting

2.2.1.6 Deskripsi (description)

Teknik penerjemahan yang dilterapkan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.

Contoh:

BSu BSa

Panettone kue tradisional Italia yang dimakan pada saat Tahun Baru

2.2.1.7 Kreasi diskursif (discursive creation)

Teknik penerjemahan dengan penggunaan padanan yang keluar konteks. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian calon pembaca. Teknik ini serupa dengan teknik proposal.

Contoh:

BSu BSa

The Godfather Sang Godfather

2.2.1.8 Padanan lazim (establish equivalence)

Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah.

Contoh:

BSu BSa

Ambiguity ambigu

2.2.1.9 Generalisasi (generalization)

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan yang spesifik. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation).

Contoh:

BSu BSa

Penthouse, mansion Tempat tinggal

2.2.1.10 Amplifikasi linguistik (linguistic amplification)

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur linguistik dalam BSa. Teknik ini lazim diterapkan pada pengalihbahasaan konsekutif dan sulih suara.

No way De ninguna de las maneras (Spain)

2.2.1.11 Kompresi linguistik (linguistic compression)

Teknik yang dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik pada BSa. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Teknik ini lazim digunakan pada pengalihbahasaan simultan dan penerjemahan teks film.

Contoh:

BSu BSa

Yes so what? Y? (Spain)

2.2.1.12 Penerjemahan harfiah (literal translation)

Teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan penerjemah tidak mengaitkan dengan konteks.

Contoh:

BSu BSa

Killing two birds with one stone Membunuh dua burung dengan satu batu

2.2.1.13 Modulasi (modulation)

Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural.

Contoh:

BSu BSa

Nobody doesn’t like it Semua orang menyukainya

2.2.1.14 Partikularisasi (particularizaton)

Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.

Contoh:

BSu BSa

air transportation pesawat

2.2.1.15 Reduksi (reduction)

Teknik yang diterapkan dengan penghilangan secara parsial, karena penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata lain, mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Teknik ini kebalikan dari teknik amplifikasi.

SBY the president of republic of Indonesia SBY

2.2.1.16 Subsitusi (subsitution)

Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur-unsur linguistik dan para linguistik (intonasi atau isyarat). Contoh: Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih.

2.2.1.17 Transposisi (transposition)

Teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Seperti kata menjadi frasa.

Contoh:

BSu BSa

Adept Sangat terampil

2.2.1.18 Variasi (variation)

Teknik dengan mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi, isyarat) yang berdampak pada variasi linguistik.

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Ada beberapa penelitian yang cukup relevan dengan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Semua hasil penelitian dan pembahasan yang dideskripsikan berkaitan dengan fenomena penerjemahan yang berlandaskan teori penerjemahan. Berikut ini beberapa penelitian yang telah membahas teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan yang bertumpu pada landasan teori yang membahas teknik penerjemahan yaitu Molina dan Albir serta teori penerjemahan yang menganalisis tingkat keakuratan yaitu teori Larson.

Penelitian mengenai penerjemahan pernah dilakukan oleh Silalahi (2009) di dalam disertasinya yang berjudul “Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing Dalam Bahasa Indonesia”. Silalahi menganalisis terjemahan teks Medical-Surgical Nursing. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) merumuskan teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam teks Medical-Surgical Nursing ke dalam bahasa Indonesia, (2) mendeskripsi metode penerjemahan yang ditetapkan, (3) mengekspresikan ideologi penerjemahan yang dianut oleh penerjemah, dan (4) menilai dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut pada kualitas terjemahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan disain studi kasus terpancang dan berorientasi pada produk, yang mengkaji aspek objektif dan afektif.

Penelitian di atas menjadi contoh model penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, karena penelitian tersebut memberikan kontribusi terhadap penelitian ini pada analisis teknik penerjemahan dan kualitas penerjemahan. Penelitian ini juga menginspirasi peneliti bahwa penambahan maupun penghilangan unsur bahasa bisa terjadi tidak saja menggunakan teknik

sementara penelitian ini mengkaji subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan pernah dilakukan oleh Zequan (2003) di dalam jurnal yang berjudul “Loss and Gain of Textual Meaning in Advertising Translation”. Zequan menganalisis produk terjemahan teks iklan Inggris-Cina yang berkaitan tentang kecantikan ala spa. Dalam hal ini peneliti menganalisis strategi penerjemahan berdasarkan teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Dalam kajian tersebut, ia menemukan bahwa terdapat strategi-strategi penerjemahan seperti penambahan pada tema, eksplikasi dengan menggunakan nominalisasi dan kombinasi dengan menggunakan metafora tata bahasa. Dari analisisyang dilakukannya ia mengambil kesimpulan bahwa dalam teks iklan bahasa Inggris terdapat 25 klausa sedangkan dalam teks sumbernya dalam hal ini Bahasa Cina terdapat 28 klausa dan dari 28 klausa tersebut terdapat 7 penambahan klausa, 2 kombinasi klausa, 2 pelepasan klausa dan 20 klausa yang mengalami proses penerjemahan harfiah, word for word. Dengan demikian antara Bsu dan Bsa terdapat perbedaan baik dari jumlah kata maupun klausa yang disebabkan adanya penambahan maupun penghilangan unsur bahasa pada saat proses penerjemahan. Jurnal tersebut menginspirasi peneliti bahwa penambahan maupun penghilangan unsur bahasa bisa terjadi tidak saja menggunakan teknik penambahan maupun penghilangan tetapi juga dengan teknik-teknik lain seperti harfiah dan word for word.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan dan menginspirasi peneliti bahwa penambahan maupun penghilangan unsur bahasa bisa terjadi tidak saja menggunakan teknik penambahan maupun penghilangan tetapi juga dengan teknik-teknik lain seperti harfiah dan word for word. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan

penelitian ini, diantaranya adalah, dari segi objek kajian, penelitian di atas meneliti teks iklan Inggris-Cina yang berkaitan tentang kecantikan ala spa, sementara penelitian ini mengkaji subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Imran dan Retnomurti (2009) dengan judul “The Equivalence and Shifts in the English Translation of Indonesian Noun Phrase”. Penelitian ini mengkaji hasil terjemahan novel berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk" (The Dancer) karya Ahmad Tohari yang diterjemahkan oleh Rene T.A Lysloff fokus pada kesepadanan dan pergeseran atas frasa kata benda (Noun Phrase). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa novel berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk" (The dancer) karya Ahmad Tohari yang diterjemahkan oleh Rene T.A Lysloff, ditemukan bahwa ekivalensi pada penerjemahan terdiri atas tekstual ekivalen dan linguistik ekivalen. Textual equivqlence: SL Subject-NP diterjemahkan menjadi TL subject-NP; SL predicate-NP diterjemahkan menjadi TL predivate-NP; SL object-NP diterjemahkan menjadi TL object-NP, Linguistic equivalence:

SL plural-NP diterjemahkan menjadi TL plural-NP; SL singular-NP diterjemahkan menjadi TL singular-NP, and Dynamic equivalence. Temuan lainnya adalah adanya tiga kategori pergeseran dalam penerjemahan, yakni 1) Structure shifts in word order: SL headword initial is translated into TL head word final, 2) Unit shifts: SL phrase is translated into TL word; SL phrase is translated into TL compound word; SL phrase is translated into TL three words and 3) Intra system shifts: SL phrases have no determiner is translated into TL phrases may have a determiner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pergeseran terjadi lebih besar/sering dari ekivalensi, dengan presentase sebesar 58% shifts, dan equivalence 42%.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai penerjemahan dan menginspirasi peneliti bahwa analisis penerjemahan tidak hanya mencari teknik yang paling dominan yang digunakan, tetapi juga pergeseran penerjemahan. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan

kata benda (Noun Phrase), sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Pantas (2009) mengenai Analisis Teknik Penerjemahan dan Pergeseran (Shifts) Pada Teks Kontrak Axa-Life Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis penerapan teknik penerjemahan serta pergeseran bentuk sebagai bagian dari pergeseran kategori (category shift) dalam suatu produk legal. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa ada 13 jenis teknik penerjemahan yang diimplementasikan, yakni teknik amplifikasi (37%), teknik peminjaman (2%), teknik caique (2%), teknik kompensasi (1%), teknik deskripsi (2%), teknik kreasi diskursif (5%), teknik generalisasi (5%), teknik reduksi (5%), teknik penambahan (4%), dan teknik penghilangan (14%).

Sementara pergeseran bentuk yang terjadi adalah intra-system 90 (52,02%), pergeseran unit 46 (26,59%), pergeseran struktur 24 (13,88%), dan pergeseran kelas 13 (7,51%).

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian di atas menganalisis penerapan teknik penerjemahan serta pergeseran bentuk sebagai bagian dari pergeseran kategori (category shift) dalam suatu produk legal, sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Sinde (2010) mengenai Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual

"Four Funny AnimalStories". Penelitian ini membahas tentang jenis-jenis teknik terjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak Four Funny Animal Stories. Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah yaitu literal sebanyak 515 data (91,47%), peminjaman murni dengan 22 data (3,73%), kreasi diskrusif dengan 12 data (2,13%), reduksi dengan 7 data (1,24%), kompresi linguistik dengan 7 data (1,24%) dan generalisasi dengan 1 data (0,17%). Secara keseluruhan didapat bahwa penerjemah mengadopsi ideologi foreignisasi.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian di atas menganalisis tentang jenis-jenis teknik terjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak Four Funny Animal Stories, sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Marulak (2010) mengenai Analisis Teknik Penerjemahan dan Pergeseran (Shifts) pada Buku Ekonomi SMA Bilingual. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teknik penerjemahan apa saja yang digunakan dalamproses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, mendeskripsikan tipe pergeseran (shifts) apa saja yang terdapat pada proses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, dan mengetahui teknik dan pergeseran shifts yang paling dominan dalam penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Data penelitian ini adalah klausa, kalimat, frase, atau kata pada buku ekonomi

accomplishment Met/Za/Kebutuhan dan alat pemuasnya 31(15.90%), Consumption and Production/Konsumsi dan Produksi 33 (16.92%), market/pasar 45 Consumption Savings and Invesments/Lembaga dan Investasi 10 (5.12%), Money/Uang 31 (15.90%), dan Financial Institutions/Lembaga Keuangan 45 (23.08%). Frekuensi penerapan Teknik penerjemahan pada buku ekonomi SMA bilingual tersebut adalah Teknik Adaptasi 2 (1.02%), Peminjaman 36 (18.46%), Caique 57 (29.23%), Kompensasi 3 (1.53%), Generalisasi 3 (1.53%), Harfiah 78 (40%), Modulasi 3 (1.53%), Reduksi 2 (1.02%), Penambahan 7 (3.58%), dan Penghilangan 4 (2.50%). Selanjutnya terdapat 164 data Pergeseran (shifts) yang terdiri dari Pergeseran Struktur (SS) 70 (42.68%), Pergeseran Kelas (CS) 4 (2.41%), Pergeseran Unit (US) 61 (37.20%), dan Pergeseran Intra Sistem (IS) 29 (17.68%). Bumi (2011) Universitas Udayana, mengenai Teknik Penerjemahan Istilah-istilah Kebudayaan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Terjemahannya dalam The Dancer. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teknik penerjemahan dan unsur semantik yang berkaitan dengan unsur-unsur budaya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 17 unsur-unsur-unsur-unsur budaya yang diaplikasikan pada 9 teknik penerjemahan yang ditemukan. Dia menyatakan bahwa teknik ekivalensi merupakan yang mendominasi penerjemahan (33.33%), diikuti teknik peminjaman (14.81%), teknik kompensasi (14.81%), teknik deskripsi (11.11%), teknik calque (7.40%), teknik generalisasi (7.40%), teknik amplikasi (3.70%), teknik partikulasi (3.70%), teknik transposisi (3.70%). Dari analisis, ditemukan bahwa terdapat 22.22% teknik penerjemahan yang mengacu pada SL dan 77.78% yang mengacu pada TL.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan. Namun, penelitian di atas

memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian di atas menganalisis tentang mendeskripsikan teknik penerjemahan apa saja yang digunakan dalamproses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, mendeskripsikan tipe pergeseran (shifts) apa saja yang terdapat pada proses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, dan mengetahui teknik dan pergeseran shifts yang paling dominan dalam penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

2.4 Konstruk Penelitian

Konstruk analisis dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa penerjemah adalah pelaku utama dalam proses pengambil keputusan dalam komunikasi interlingual, baik keputusan yang menyangkut pemilihan padanaan maupun yang menyangkut pengungkapan padanan tersebut dalam BSa. Setiap keputusan yang diambil tidak bisa lepas dari ideologi penerjemahan yang dianutnya. Atas dasar ideologi penerjemahan tesebut, kemudian seorang penerjemah menetapkan teknik penerjemahan untuk mencari padanan pada tataran mikro.

Konstruk analisis dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa penerjemah adalah pelaku utama dalam proses pengambil keputusan dalam komunikasi interlingual, baik keputusan yang menyangkut pemilihan padanaan maupun yang menyangkut pengungkapan padanan tersebut dalam BSa. Setiap keputusan yang diambil tidak bisa lepas dari ideologi penerjemahan yang dianutnya. Atas dasar ideologi penerjemahan tesebut, kemudian seorang penerjemah menetapkan teknik penerjemahan untuk mencari padanan pada tataran mikro.

Dokumen terkait