• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN TERJEMAHAN PADA SUBTITLE FILM SANG PENARI TESIS. Oleh ABDUL RAHMAN /LNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN TERJEMAHAN PADA SUBTITLE FILM SANG PENARI TESIS. Oleh ABDUL RAHMAN /LNG"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN TERJEMAHAN PADA SUBTITLE FILM “SANG PENARI”

TESIS

Oleh

ABDUL RAHMAN 127009028/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Pascasarjana Linguistik Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABDUL RAHMAN 127009028/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

(3)

Judul Tesis : TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN TERJEMAHAN PADA SUBTITLE FILM

“SANG PENARI”

Nama Mahasiswa : Abdul Rahman Nomor Pokok : 127009028 Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Syahron Lubis, M.A.)

Ketua Anggota

(Dr. Nurlela, M.Hum.)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Dr. Syahron Lubis, M.A.)

Tanggal Lulus: 07 Februari 2015

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A. (...) Anggota : 1. Dr. Nurlela, M.Hum. (...) 2. Dr. Roswita Silalahi, M.Hum. (...) 3. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP (...) 4. Dr. M. Husnan Lubis, M.A. (...)

(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEAKURATAN TERJEMAHAN PADA SUBTITLE FILM “SANG PENARI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik pada Progam Pascasarjana Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Februauri 2015 Penulis,

Abdul Rahman

(6)

1. DATA PRIBADI

Nama : Abdul Rahman

Tempat/Tanggal Lahir : Langkat, 04 April 1967

Pekerjaan : PNS

Alamat Kantor : Binjai Alamat Rumah : Binjai

Alamat Email : rahmanabdul263@ymail.com Telepon Rumah/Hp : 0813-7070-7163

Status : Menikah

Nama Orangtua : a. Ayah : Almarhum Doli b. Ibu : Almarhumah Habsah Nama Istri : Mala Dewi

Nama Anak : Zia Aulia Rahman

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pascasarjana : Linguistik USU

2. S1 : P.B.Ingg.IKIP Medan (1992) dan P.B.Ingg.STKIP Teladan Medan (2008)

3. SLTA : SPGN Binjai (1987)

4. SLTP : SMP Taman Siswa Binjai (1984) 5. SD : SD Negeri Sei Ranyah-Rao (1981)

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Klarifikasi istilah ... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Defenisi Penerjemahan ... 11

2.1.2 Jenis Terjemahan ... 18

2.1.3 Keakuratan Terjemahan ... 20

2.1.3.1 Terjemahan Akurat ……… 20

2.1.3.2 Terjemahan Kurang Akurat ...……… 21

2.1.3.3 Terjemahan Tidak Akurat ...……… 21

2.1.4 Penerjemahan dan Unsur-Unsur Budaya ... 21

2.2 Kerangka Teori ... 23

2.2.1 Teknik Penerjemahan ... 23

2.2.1.1 Adaptasi (adaptation) ... 24

2.2.1.2 Amplifikasi (amplification) ... 24

2.2.1.3 Peminjaman (borrowing) ... 25

2.2.1.4 Kalke (calque) ... 25

2.2.1.5 Kompensasi (compensation) ... 25

2.2.1.6 Deskripsi (description) ... 26

2.2.1.7 Kreasi Diskursif (discursive creation) ... 26

2.2.1.8 Padanan Lazim (establish equivalence) ... 27

2.2.1.9 Generalisasi (generalization) ... 27

2.2.1.10 Amplifikasi Linguistik (ling. Amplification) ... 27

2.2.1.11 Kompresi Linguistik (ling. Compression) ... 28

2.2.1.12 Penerjemahan Harfiah (literal trans.) ... 28

2.2.1.13 Modulasi (modulation) ... 28

2.2.1.14 Partikularisasi (particularization) ... 29

2.2.1.15 Reduksi (reduction) ... 29

2.2.1.16 Subsitusi (subsitution) ... 29

2.2.1.17 Transposisi (transposition) ... 30

2.2.1.18 Variasi (variation) ... 30

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu ... 30

2.4 Konstruk Penelitian ... 38

(8)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Pengantar ... 44

4.2 Hasil Penelitian ... 44

4.2.1 Teknik Penerjemahan ... 44

4.2.1.1 Teknik Penerjemahan Tunggal ... 45

4.2.1.1.1 Teknik Harfiah ... 45

4.2.1.1.2 Teknik Generalisasi ... 46

4.2.1.1.3 Teknik Modulasi ... 47

4.2.1.1.4 Teknik Amplifikiasi ... 47

4.2.1.1.5 Teknik Peminjaman Murni ... 48

4.2.1.2 Teknik Penerjemahan Kuplet ... 49

4.2.1.2.1 Teknik Harfiah + Penambahan ... 50

4.2.1.2.2 Teknik Harfiah + Penghilangan ... 51

4.2.1.2.3 Teknik Harfiah + Generalisasi ... 51

4.2.1.2.4 Teknik Harfiah + Transposisi ... 52

4.2.1.2.5 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni ... 53

4.2.1.2.6 Teknik Harfiah + Amplifikasi ... 53

4.2.1.2.7 Teknik Harfiah + Modulasi ... 54

4.2.1.2.8 Teknik Modulasi +Penambahan ... 55

4.2.1.2.9 Teknik Modulasi +Penghilangan... 56

4.2.1.2.10 Teknik Transposisi + Penambahan ... 56

4.2.1.2.11 Teknik Transposisi + Penghilangan ... 57

4.2.1.3 Teknik PenerjemahanTriplet ... 57

4.2.1.3.1 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni + Penambahan .. 58

4.2.1.3.2 Teknik Harfiah + Generalisasi + Penambahan ... 59

4.2.1.2.3 Teknik Harfiah + Penambahan + Amplifikasi ... 60

4.2.1.3.4 Teknik Harfiah + Transposisi + Penambahan ... 60

4.2.1.3.5 Teknik Harfiah + Penambahan + Penghilangan ... 61

4.2.1.3.6 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Peminjaman Murni ... 62

4.2.1.3.7 Teknik Harfiah + Penambahan + Reduksi ... 63

4.2.1.3.8 Teknik Harfiah + Generalisasi + Penghilangan .... 63

4.2.1.3.9 Teknik Harfiah + Deskripsi + Penghilangan ... 64

4.2.1.3.10 Teknik Harfiah + Penambahan + Modulasi ... 65

4.2.1.3.11 Teknik Harfiah + Penghilangan + Reduksi ... 66

4.2.1.3.12 Teknik Harfiah + Penghilangan + Amplifikasi .... 67

4.2.1.3.13 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni + Transposisi .. 67

4.2.1.3.14 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Reduksi ... 68

4.2.1.3.15 Teknik Harfiah + Generalisasi + Transposisi ... 69

4.2.1.4 Teknik Penerjemahan Kuartet ... 70

4.2.1.4.1 Teknik Harfiah + Generalisasi + Transposisi + Penambahan ... 71

4.2.1.4.2 Teknik Harfiah + Penambahan + Transposisi + Peminjaman Murni ... 71 4.2.1.4.3 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Peminjaman Murni

(9)

+ Reduksi ... 72

4.2.1.4.4 Teknik Modulasi + Amplifikasi + Penghilangan + Peminjaman Murni ... 73

4.2.1.5 Teknik Penerjemahan Kuintet ... 74

4.2.1.5.1 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni + Penambahan + Penghilangan + Amplifikasi ... 74

4.2.1.5.2 Teknik Harfiah + Penambahan + Generalisasi + Deskripsi + Peminjaman Murni ... 75

4.2.1.5.3 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Modulasi + Penghilangan + Peminjaman Murni ... 76

4.2.2 Tingkat Keakuratan ... 81

4.2.2.1 Kualitas Penerjemahan ... 81

4.2.2.2 Terjemahan Akurat ... 82

4.2.2.3 Terjemahan Kurang Akurat ... 83

4.2.2.4 Terjemahan Tidak Akurat ... 84

4.3 Pembahasan ... 90

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……… 95

5.1 Kesimpulan ……… 95

5.2 Saran ……… 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

Lampiran 1 ... 1

Lampiran 2 ... 31

(10)

4.2 Teknik Penerjemahan Kuplet 50

4.3 Teknik Penerjemahan Triplet 58

4.4 Teknik Penerjemahan Kuartet 70

4.5 Teknik Penerjemahan Kuintet 74

4.6 Frekuensi Penggunaan Teknik Penerjemahan 78

4.7 Orientasi Teknik Penerjemahan 80

4.8 Tingkat Keakuratan Terjemahan Ujaran Menjadi Subtitle

Pada Film “Sang Penari”. 86

(11)

DAFTAR BAGAN

No. Judul Halaman

2.1 Proses Penerjemahan (Bell, 1991: 21) 15

2.2 Dinamika Teks Terjemahan (Newmark, 1988:4) 17

3.1 Model Proses Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, 1994: 23) 42

(12)

No. Judul Halaman 4.1 Frekuensi Penggunaan Teknik Penerjemahan ... 78 4.2 Orientasi Teknik Penerjemahan ... 80 4.3 Persentase Tingkat Keakuratan Pada Hasil Terjemahan Ujaran

Menjadi Subtitle Pada Film “Sang Penari” ... 86

(13)

DAFTAR SINGKATAN BSu : Bahasa Sumber

BSa : Bahasa Sasaran

(14)

1.1 Latar Belakang

Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah film.

Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk mencermati kesepadanan pemakaian bentuk-bentuk bahasa pada film Indonesia yang akan ditampilkan pada festival film internasional selain untuk pemasarannya kepada masyarakat internasional. Salah satu film terbaik Indonesia yang sudah dipromosikan ke masyarakat internasional dan diikutsertakan pada festival film internasional adalah film “Sang Penari”

(internasional: The Dancer). Film ini mamakai subtitle bahasa Inggris pada screen atau layar penayangannya. Berikut beberapa contoh ujaran pada film “Sang Penari” dan padanannya pada subtitle:

Ujaran Subtitle

1. Ronggeng kuwi ora wong perkara urusan sinden, leng juga urusan kasur, urusan dapur, dan urusan sumur.

(Ronggeng itu bukan perkara urusan nyanyi, tapi juga urusan kasur, urusan dapur, dan urusan sumur).

A ronggeng is not just about dancing, it’s about the bed, about the home, the kitchen, and all thing that go with them.

2. Pokok e nyong ora bisa.

Ronggeng iku kaya pohon kelapa, sapa bae bisa sluman slumun manjat.

(Pokoknya saya tidak bisa.

Ronggeng itu seperti pohon kelapa, siapa saja bisa naik dan turun memanjat).

Well, I don’t like it. You’ll be no different from a coconut tree. Anybody at all can climb up it.

(15)

3. Aku gak punya uang.

(Saya tidak punya uang).

And now I’m broke.

4. Hidup ronggeng rakyat (Hidup ronggeng !).

Long live the people.

Film “Sang Penari” memenangi 4 penghargaan piala citra di festival film Indonesia 2011 untuk film terbaik, sutradara terbaik (Ifa Istansyah), aktris terbaik (Prisia Nasution), dan aktris pendukung terbaik (Dewi Irawan). Film ini adalah film yang diajukan Indonesia untuk penghargaan Academy Awards ke-85 untuk kategori film bahasa asing terbaik tetapi tidak masuk ke daftar finalis. Film ini mengangkat tema budaya, sejarah, dan politik yaitu menceritakan kehidupan seorang penari ronggeng yang hidup dimasa gejolak politik bangsa Indonesia pada tahun 1965 dimana terjadi gerakan 30 September 1965 dan peristiwa pembantaian anti komunis yang mengikutinya. Penari ronggeng dan budaya ronggeng merupakan produk budaya yang populer menghibur masyarakat ketika itu khususnya di daerah Banyumas, Jawa Tengah.

Penggunaan subtitle bertujuan untuk memudahkan penonton memahami bahasa dan membantu penonton penderita tuna rungu untuk dapat mengikuti dialog interaksi yang ada didalam film tersebut. Subtitle adalah teks bahasa (versi teks) tertentu yang tertera pada layar film atau screen video. Teks-teks bahasa itu merupakan padanan bentuk bahasa yang digunakan dalam ujaran pada film. Ujaran-ujaran (dialog) dalam film “Sang Penari” memakai bahasa Jawa daerah Banyumas dan beberapa berkombinasi dengan bahasa Indonesia. Subtitle adalah salah satu hasil proses penerjemahan bahasa yang dipakai pada film dan program televisi kedalam bahasa tertentu, misalnya, dialog interaksi memakai bahasa Indonesia maka subtitle nya berbentuk teks bahasa lain seperti bahasa Inggris, Mandarin, Arab, dan bahasa lainnya.

(16)

ujaran menjadi subtitle dapat dilihat pada contoh di bawah:

Pada data nomor 301, pada BSu terdapat ujaran “Berapa keluarga kau? (Berapa keluarga Anda?), yang diterjemahkan di BSa menjadi “Do you have family?”. Data tersebut dikategorikan kepada hasil penerjemahan tingkat ‘kurang akurat’ karena terjadi pergeseran makna yang pada BSa yaitu kata ‘berapa’ pada BSu diterjemahkan menjadi ‘do you have?’

pada BSa. Oleh karena itu peneliti memberikan alternatif penerjemahan menjadi ‘how many brothers and sisters do you have?’.

Pada data nomor 216, pada BSu terdapat ujaran “Ya, campur kene ya… (Campur di sini saja ya...)”, diterjemahkan di BSa menjadi “Yeah, along with the others

Dengan adanya kekurangakuratan dan ketidakakuratan hasil terjemahan pada subtitle film “Sang Penari” tentu perlu untuk diketahui penggunaan teknik-teknik penerjemahan yang ada. Hal ini menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian hasil penerjemahan ujaran (dalam bahasa lisan) menjadi subtitle (dalam bahasa tulisan) pada film ini. Peneliti juga bermaksud meneliti teknik penerjemahan yang digunakan dan pergeseran bentuk-bentuk bahasa yang ada dalam ujaran interaksi menjadi subtitle pada film “Sang Penari”, karena tingkat keakuratan hasil terjemahan dapat dipengaruhi penggunaan teknik penerjemahan dan pemilihan bentuk BSa.

…”. Data tersebut dikategorikan kepada hasil penerjemahan tingkat ‘tidak akurat’ karena makna kata dan klausa BSu yang dialihkan secara tidak akurat ke dalam BSa atau dihilangkan. Oleh karena itu peneliti memberikan alternatif penerjemahan menjadi ‘Put it over here’.

Disamping teknik penerjemahan terdapat ideologi dan metode penerjemahan yang harus digunakan seorang penerjemah untuk membantunya didalam proses penerjemahan.

(17)

Seorang penerjemah harus memiliki ideologi dalam menerjemahkan suatu teks, karena ideologi merupakan payung tertinggi dalam strata bahasa. Ideologi adalah ide dan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasi kepentingan. Dalam bidang kajian bahasa dan budaya, pengertian ideologi dapat didefenisikan sebagai seperangkat ide yang mengatur kehidupan manusia dan membantu manusia memahami hubungannya dengan lingkungan. Dalam bidang terjemahan, ideologi merupakan kepercayaan, nilai budaya ataupun pola pikir dari seorang penerjemah terhadap suatu hal atau keadaan yang nantinya mempengaruhi produk terjemahannya. Ideologi juga merupakan proses tarik-menarik antara dua kutub yang berlawanan, antara yang berorientasi pada BSu dan yang berorientasi pada BSa (Venuti dalam Hoed, 2006:84) yang oleh Venuti dikemukakan dengan istilah foreignizing translation dan domesticating translation.

Sacara harfiah, teknik berarti cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar dapat dilakukan secara baik dan mendapatkan hasil yang baik. Dalam proses penerjemahan, teknik berarti rencana dan cara yang sistematis dalam melakukan penerjemahan. Seorang penerjemah haruslah memiliki teknik penerjemahan yang jelas dalam melakukan penerjemahan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sebagai contoh, ketika akan menerjemahkan sebuah teks untuk anak-anak, penerjemah sudah merencanakan apakah akan menghilangkan istilah-istilah sulit yang mungkin akan menimbulkan kesulitan bagi pembaca sasaran ataupun tidak. Tentunya pemilihan suatu teknik disertai dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang mengenai pembaca sasaran, jenis teks, keinginan, dan maksud pengarang teks, dan tujuan penerjemahan teks tersebut. Dengan demikian pemakaian teknik penerjemahan juga harus menerapkan teori yang mendukung keberhasilan penerjemahan keseluruhan teks. Hal ini sesuai dengan pendapat Newmark bahwa “While translation methods relate to whole texts, translation procedures are used for sentences and the smaller units of language” (Newmark, 1988: 81).

(18)

secara keseluruhan bukan berdasarkan contoh per contoh kasus.

Selain itu Machali (2001: 26) menyatakan bahwa melalui kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan sekedar kegiatan penggantian, karena penerjemah dalam hal ini melakukan kegiatan komunikasi baru melalui hasil kegiatan komunikasi yang sudah ada (yakni dalam bentuk teks), tetapi dengan memperhatikan aspek-aspek sosial di mana teks baru itu akan dibaca atau dikomunikasikan. Dalam kegiatan komunikasi baru tersebut, penerjemah melakukan upaya membangun "jembatan makna" antara produsen teks sumber dan pembaca teks sasaran.

Roller dalam Hatim (2001: 28) merumuskan "kerangka padanan" dan menyatakan bahwa padanan terjemahan dapat dicapai melalui salah satu tataran berikut:

a. Kata-kata teks sumber (BSu) dan teks sasaran (BSa) memiliki fitur ortografis dan fonologis yang serupa (padanan formal).

b. Kata-kata BSu dan BSa mengacu pada entitas atau konsep yang sama (padanan referensial/denotatif).

c. Kata-kata BSu dan BSa mengandung asosiasi yang sama atau mirip dalam pikiran para penutur kedua bahasa itu (padanan konotatif).

d. Kata-kata BSu dan BSa digunakan dalam konteks yang sama atau serupa pada masing- masing bahasa (padanan tekstual-normatif).

e. Kata-kata BSu dan BSa memiliki efek yang sama terhadap masing-masing pembaca dalam kedua bahasa itu (padanan pragmatik/dinamik).

(19)

Dari beberapa definisi penerjemahan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam setiap penyusunan subtitle pada film, seorang penerjemah atau tim pengalih bahasa suatu film harus benar-benar memperhatikan aspek-aspek makna pada setiap ujaran dan mereka harus dapat menemukan kaitan yang sama pada bahasa lain. Jadi seseorang penerjemah atau tim pengalih bahasa pada film tidak boleh menghilangkan makna atau pesan yang ingin disampaikan pengarang ataupun merubah pesan pada skenario film tersebut. Jika kita ingin mendalami sedikit tentang penyusun subtitle film sebagai profesi, maka akan ditemukan kode etik yang harus ditanamkan seorang penerjemah profesional pada diri penyusun subtitle.

Salah satu kode etik tersebut adalah seorang penerjemah harus jujur yaitu tidak boleh mengganti, merubah atau menghilangkan suatu pesan yang ingin disampaikan narasumber kepada masyarakat dengan alasan apapun. Dengan demikian tim penerjemah pada film “Sang Penari” dalam menyusun subtitle nya tetap menjaga makna dan pesan yang ingin disampaikan serta kode etik yang berlaku.

Dengan demikian peneliti menjadikan semua ujaran dan subtitle yang ada pada film

“Sang Penari” sebagai data. Seluruh ujaran film ini disusun dan disesuaikan dengan padanannya pada subtitle, kemudian peneliti mengidentifikasi dan menganalisis data untuk menemukan teknik penerjemahan yang digunakan dan tingkat keakuratan hasil penerjemahannya.

Kesimpulan dari latar belakang penelitian ini adalah bahwa ditemukan film dengan teks budaya dan ber subtitle bahasa Inggris. Selanjutnya ditemukan adanya ketidakakuratan pada hasil penerjemahan pada beberapa ujaran. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan oleh si penerjemah dalam menerjemahkan ujaran menjadi subtitle pada film ini serta tingkat keakuratan pada hasil terjemahannya.

(20)

Penari” karya Ifa Isfansyah yaitu sebuah film adaptasi kedua dari novel “Sang Penari” setelah film Darah dan Mahkota Ronggeng (1983).

1.3 Rumusan Masalah

Adapun beberapa masalah yang ingin diangkat penulis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Teknik penerjemahan apa yang digunakan pada penerjemahan 133 ujaran menjadi subtitle film “Sang Penari”?

2. Bagaimana tingkat keakuratan hasil penerjemahan pada 133 ujaran menjadi subtitle pada film “Sang Penari”?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan pada penerjemahan 133 ujaran menjadi subtitle film “Sang Penari”.

2. Mendeskripsikan tingkat keakuratan hasil penerjemahan pada 133 ujaran menjadi subtitle pada film “Sang Penari”.

1.5 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan yang dicapai, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik pada tataran teoretis maupun praktis, terutama di bidang pengkajian dan praktik

(21)

penerjemahan yang mengandung unsur-unsur budaya. Serta penerjemahan untuk tujuan promosi produk film atau objek tertentu di dunia internasional. Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman bagi seorang penerjemah mengenai teknik penerjemahan yang digunakan pada ujaran dan subtitle film yang digunakan pada teks budaya, selain itu juga dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian terjemahan selanjutnya, menambah khasanah kepustakaan dalam bidang terjemahan, dan meluruskan penggunaan kata-kata tak lazim (bersifat ambigu) dalam penerjemahan bahasa Jawa ke bahasa Inggris.

Adapun manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi bagi siapa saja yang tertarik melakukan proses penerjemahan untuk pembuatan subtitle pada sebuah film, membuka cakrawala untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan tentang penerjemahan dan pentingnya hasil penerjemahan untuk dibaca, ikut serta dalam membangun promosi film Indonesia ke luar negeri dan ikut serta dalam pelestarian kebudayaan nasional.

1.6 Klarifikasi Istilah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk memperjelas dan memudahkan para pembaca dalam memahami maksud istilah tersebut. Berikut ini beberapa istilah beserta penjelasan yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini:

(1) Subtitle adalah teks bahasa (versi teks) tertentu yang tertera pada layar film atau screen video (Linteksi: 2012).

(2) Teknik Penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasi bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina & Albir: 2002).

(22)

dan bahasa Indonesia diposisikan sebagai BSa (Silalahi: 2012).

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Dalam sebuah penelitian, diperlukan sebuah konsep yang terdiri atas latar belakang pemasalahan yang diteliti, teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut, dan metode yang digunakan untuk merumuskan hasil akhir dari analisis permasalahan tersebut. Bab ini berisi teori-teori dan konsep yang dirujuk sebagai kajian pustaka untuk memperluas cakrawala pengetahuan terhadap penerjemahan. Dalam sub-bab selanjutnya adalah kerangka teori yang digunakan sebagai landasan teori untuk menjawab masalah penelitian yang dikemukakan.

2.1.1 Defenisi Penerjemahan

Beberapa definisi penerjemahan telah dijabarkan pada latar belakang masalah sebelumnya. Di sini penulis akan mengulang beberapa definisi penerjemahan di atas serta akan mencoba melengkapinya dengan beberapa data relevan lainnya. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, penerjemahan merupakan suatu proses pergantian atau mempertukarkan sebuah teks ataupun kalimat dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dalam kajian terjemahan, bahasa asli disebut bahasa sumber (BSu) sedangkan bahasa kedua disebut bahasa sasaran (BSa).

Larson (1984:6) mengemukakan bahwa “The underlying premise upon which the book is based is that the best translation is the one which (1) uses the normal language forms of the receptor language, (2) communicates as much as possible to the receptor languange

(24)

bentuk bahasa sasaran yang wajar, (2) menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sama kepada penutur bahasa sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya menyajikan terjemahan sedemikian rupa sehingga kesan dan respon yang diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan.

Nida dan Taber (1982: 12) juga menyatakan pendapatnya mengenai penerjemahan yaitu bahwa "translating consists in reprodusing in the receptors language the closet natural equivalent of the source language message first in the term of meaning secondly in the term of style ".

Dari pemahan menurut Nida dan Taber di atas, berarti dalam pemilihan kata untuk mendapatkan makna yang sama, seorang penerjemah harus dapat memilih kata pada BSa yang paling dekat makna dengan kata pada BSu. Hal ini mengingatkan kita sekali lagi akan keberagaman bahasa yang ada di seluruh dunia. Seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah sebelumnya, bahwa bahasa dapat dikatakan memiliki struktur penyusun tersendiri yang salah satunya dipengaruhi oleh sosial dan budaya.

Hal ini didukung oleh pendapat Nida dan Taber (1982: 3) bahwa "Each language has its own genius". Seorang penerjemah tidak dapat memaksakan suatu sistem yang 'membungkus' BSu untuk diterapkan ke BSa dengan tujuan agar menghasilkan teks yang serupa. Seorang penerjemah hendaknya mengganti 'bungkusan' itu dengan 'bungkusan' yang paling dekat maknanya pada BSa. Oleh karena itu, sebelum melakukan proses penerjemahan, seorang penerjemah harus menguasai beberapa tahapan proses penerjemahan terlebih dahulu.

(25)

Selanjutnya, Nababan (2003:1) mengatakan bahwa praktik penerjemahan sebagai realisasi dari proses penerjemahan selalu melibatkan pencarian padanan yang pada akhirnya akan menggiring penerjemah ke konsep terjemahan (translatability) dan ketakterjemahan (untranslatability). Pada hal ini, Nababan membagi padanan menjadi dua yaitu padanan pada tataran kata dan; padanan di atas tataran kata dan padanan gramatikal.

Dalam proses penerjemahan, banyak proses yang harus dilalui seorang penerjemah untuk mempertahankan makna pada BSu. Makna tidak boleh berubah, itulah yang sebenarnya paling penting di dalam proses penerjemahan. Hal ini juga diungkapkan oleh Newmark (1988: 5) bahwa "Often, though not by any means always, it is rendering the meaning of a text into another language in the way the author intended the text".

Oleh karena itu, seorang penerjemah diharapkan mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan pengarang dengan gaya penulisan dan gaya bahasa yang serupa sehingga pembaca pada BSa bukan hanya dapat menangkap makna atau pesan dari pengarang tetapi juga merasakan feeling yang membungkus teks tersebut.

Machali (2009: 26) menyatakan bahwa melalui kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan sekedar kegiatan penggantian, karena penerjemah dalam hal ini melakukan kegiatan komunikasi baru melalui hasil kegiatan komunikasi yang sudah ada (yakni dalam bentuk teks), tetapi dengan memperhatikan aspek-aspek sosial di mana teks baru itu akan dibaca atau dikomunikasikan. Dalam kegiatan komunikasi baru tersebut, penerjemah melakukan upaya membangun "jembatan makna" antara produsen teks sumber dan pembaca teks sasaran.

Dari beberapa paparan di atas, para ahli bukan hanya memberikan pemahaman mengenai defenisi sebuah penerjemahan, tetapi mereka juga secara sepintas memberitahu kita

(26)

Selanjutnya Bell (1991) membuat suatu tabel yang berisikan tahapan-tahapan dalam proses penerjemahan yang sudah lazim dilakukan bagi seorang penerjemah yaitu:

(27)

Bagan 2.1 : Proses Penerjemahan (Bell, 1991: 21)

Setelah memaparkan beberapa pendapat mengenai definisi penerjemahan, maka Koller dalam Hatim (2001: 28) merumuskan “kerangka padanan” dan menyatakan bahwa padanan terjemahan dapat dicapai melalui salah satu tataran berikut:

a. Kata-kata BSu dan BSa memiliki fitur ortografis dan fonologis yang serupa (padanan formal).

b. Kata-kata BSu dan BSa mengacu pada entitas atau konsep yang sama (padanan referensial/denotatif).

Source Language

Memory

Target Language Text Analysis

Synthesis Semantic Representation

(28)

masing bahasa (padanan tekstual-normatif).

e. Kata-kata BSu dan BSa memiliki efek yang sama terhadap masing-masing pembaca dalam kedua bahasa itu (padanan pragmatik/dinamik).

Larson mengungkapkan dalam proses penerjemahan seorang penerjemah harus dapat menemukan kesepadanan makna pada sebuah kata untuk mencapai penerjemahan idiomatik dan berusaha untuk mengubah bahasa sebuah teks dari BSu ke BSa dengan bentuk yang sesuai dan alami sehingga tidak terasa kaku oleh pembaca dari kedua bahasa tanpa mengubah informasi pada teks sumber. Larson juga mengklasifikasikan penerjemahan kepada dua tipe yaitu penerjemahan bentuk dan penerjemahan makna. Penerjemahan bentuk berorientasi pada bentuk dari BSu sedangkan penerjemahan makna berorientasi pada makna pada BSu dan BSa.

Dalam jenis penerjemahan bentuk yang dikemukakan oleh Larson, pergeseran pada proses penerjemahan dianggap lazim dilakukan karena pergeseran diperlukan seorang penerjemah untuk menyesuaikan teks ke dalam konteks situasi, budaya dan struktur gramatikal dari setiap bahasa agar teks yang dihasilkan dapat berterima pada pembacanya.

Hoed (2006:80) menyatakan bahwa setiap teks baik lisan maupun tulisan mengungkap makna dalam konteks penggunaannya. Makna sebuah teks dipengaruhi oleh empat faktor yaitu dari sisi BSu antara lain (1) faktor penulis (biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu), (2) norma BSu (kaidah grammatikal, tesktual, dan sosial bahasa yang bersangkutan), (3) kebudayaan yang melatari Bsu, serta (4) setting (tempat, waktu dan format teks yang tertulis/terbaca). Dari sisi BSa, teks tersebut dipengaruhi oleh (1) faktor hubungan makna (cara tersendiri memaknai teks berbeda dengan yang dimaksudkan oleh penulis) (2) norma

(29)

BSa (kaidah-kaidah pasti berbeda dengan Bsu) (3) kebudayaaan yang melatari Bsa, serta (4) setting (tempat, waktu dan format teks yang terbaca). Dua faktor lainnya adalah penerjemah dan pemahaman (Newmark, 1988:5). Newmark (1988:4) menggambarkan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

9. Kebenaran

1. Penulis Bsu 5. Hubungan Bsa

2. Norma Bsu 6. Norma Bsa

3. Budaya Bsu 7. Budaya Bsa

4. Tempat dan 8. Tempat dan

Tradisi Bsu 10. Penerjemah Tradisi Bsa

Bagan 2.2: Dinamika Teks Terjemahan (Newmark, 1988:4)

Pergeseran yang terjadi pada penerjemahan sebenarnya dilakukan untuk membuat agar pembaca dari masing-masing bahasa dapat mengerti dan memahami maksud dan tujuan dari teks tersebut. Pemahaman sebuah teks memiliki keterkaitan dengan kedudukan teks pada sebuah wacana yang berada dalam lingkungan sosial budaya dan waktu tertentu. Oleh karena itu, ketika menerjemahkan suatu teks, seorang penerjemah harus memperhatikan faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor bahasa yang berkaitan pada teks itu sendiri seperti tata bahasa. Setiap bahasa memiliki sistem dan strukturnya sendiri. Hal ini senada dengan kebudayaan. Tidak ada kebudayaan yang sama, sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang terkait pada teks, tetapi berasal dari luar teks tersebut berupa interstesktual, situasional, kultural dan ideologis. Faktor intrinsik dan ekstrinsik dipengaruhi oleh budaya dan ideologi yang dianut oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks. Secara intrinsik, nilai, dan kualitas yang dimiliki teks secara alami muncul dari dalam teks,

TEKS

(30)

intrinsik dan ekstrinsik yang berperan penting dalam menerjemahkan suatu teks dari BSu ke dalam BSa.

Rumusan di atas dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam menilai sebuah hasil penerjemahan mengenai kesepadanan, keberterimaan, dan kebacaan teks tersebut. Namun jika ingin dibahas lebih lanjut, penilaian yang paling akurat adalah penilaian pembaca. Reaksi pembaca pada teks hasil terjemahan juga merupakan salah satu penilaian mengenai keakuratan hasil penerjemahan tersebut.

2.1.2 Jenis Terjemahan

Selain ideologi, metode dan teknik penerjemahan, ternyata terdapat juga beberapa jenis dari terjemahan. Dalam pembagian jenis terjemahan, Basnet dan Guire (1988:14) membagi penerjemahan menjadi tiga jenis kategori yaitu:

1. Intralingual translation

Intralingual translation disebut juga dengan rewording, yaitu penerjemahan dalam bahasa yang sama yang merupakan interpretasi lambang-lambang verbal dengan menggunakan lambang-lambang lain dalam bahasa yang sama, misalnya pada situasi seseorang yang sedang belajar bahasa dalam hal ini bahasa Indonesia. Contoh lainnya seperti yang terdapat pada KBBI yaitu penjelasan suatu kata dengan menggunakan bahasa yang sama.

(31)

Maksudnya adalah di dalam KBBI, jika kita mencari sebuah kata maka kita juga akan menemukan makna yang dapat menjelaskan atau menggambarkan kata tersebut kepada kita.

Contoh:

Jika kita mencari kata:

- “gerbong” maka penjelasannya adalah wagon kereta api; - barang (penumpang), wagon tempat barang (penumpang).

- 'kurus' maka penjelasannya adalah (1) kurang berdaging; tidak gemuk (tt tubuh dsb);

misalnya; Telah sebulan ia sakit, hingga kurus badannya.

2. Interlingual translation

Interlingual translation disebut juga translation proper yaitu menerjemahkan yang lebih dikenal, misalnya suatu teks dalam BSu diterjemahkan ke dalam BSa. Contoh:

Duduk!  Sit down

Dalam perjalanan  On the way

Kekasih hati  Soulmate

3. Intersemiotic translation

Intersemiotic translation atau transmulation yaitu penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam media lain seperti gambar, musik dan lain-lain.

Contoh: Tidak jarang tulisan-tulisan tangan seseorang yang membentuk sebuah cerita baik sedih ataupun bahagia, diungkapkan dengan sebuah nada musik seperti gitar, piano, biola ataupun drum. Jika pemain musik tersebut dapat memainkan alat musiknya dengan menggunakan hatinya, masyarakat kita pada umumnya menyebutkan bahwa musik tersebut memiliki nyawa atau soul.

(32)

based is that the best translation is the one which (1) uses the normal language forms of the receptor language, (2) communicates as much as possible to the receptor languange speakers the same meaning that was understood by the speakers of the source language, (3) maintains the dynamics of the original source labguage text. Hal ini maksudnya adalah dalam memperoleh terjemahan yang terbaik adalah terjemahan tersebut (1) menggunakan bentuk- bentuk bahasa sasaran yang wajar, (2) menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sama kepada penutur bahasa sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya menyajikan terjemahan sedemikian rupa sehingga kesan dan respon yang diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan.

2.1.3.1 Terjemahan Akurat

Terjemahan akurat merujuk pada terjemahan yang tidak mengalami distorsi makna.

Dengan kata lain, makna kata, dan klausa bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam BSa. Penilaian terjemahan yang akurat pada penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis makna kata, dan klausa BSu ke dalam BSa. Apabila penyampaian makna dalam teks BSu sudah akurat dengan pesan dalam teks BSa karena tidak ada banyak penambahan, penghilangan, atau perubahan makna.

(33)

2.1.3.2 Terjemahan Kurang Akurat

Terjemahan yang kurang akurat merujuk pada terjemahan yang sebagian besar makna kata dan klausa bahasa sumber yang dialihkan secara akurat ke dalam BSa. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan yang mengganggu keutuhan makna. Apabila penyampaian makna dalam teks BSu kurang akurat dengan makna dalam teks BSa dengan adanya sedikit penambahan, penghilangan, atau perubahan makna.

2.1.3.3 Terjemahan Tidak Akurat

Terjemahan yang tidak akurat merujuk pada terjemahan yang makna kata dan klausa BSu yang dialihkan secara tidak akurat ke dalam BSa atau dihilangkan. Apabila makna dalam teks BSu tidak akurat dengan makna dalam teks BSa.

2.1.4 Penerjemahan dan Unsur-unsur Budaya

Dalam penelitian ini, penulis menjadikan sebuah subtitle film budaya sebagai objek penelitiannya. Namun seperti yang kita ketahui, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi seorang penerjemah dalam proses penerjemahan teks budaya. Beberapa alasan mengenai kesulitan ini telah dipaparkan pada sub-bab sebelumnya.

Dalam hal ini, Newmark (1988: 95) membagi lima atas unsur-unsur budaya yang harus diperhatikan yaitu:

1. Ecology, yaitu merupakan unsur-unsur geograpis yang 'membungkus' kedua bahasa tersebut seperti flora, fauna, iklim, ataupun cuaca. Dalam hal ini unsur politik ataupun ekonomi tidak banyak berpengaruh.

(34)

3. Social culture, yaitu berhubungan dengan kehidupan sosial suatu masyarakat yang pastinya tidak sama dengan kehidupan sosial masyarakat di wilayah lain. Contohnya kata 'delman' pada bahasa Indonesia disepadankan dengan kata carriage pada bahasa Inggris.

4. Social organization - political and administrative, yaitu suatu tatanan sosial pada masyarakat tertentu yang mencakup aturan-aturan yang berlaku pada wilayah itu.

Maksudnya adalah setiap wilayah memiliki tatanan hukum dan politik masing-masing yang sangat mempengaruhi sebuah karya sastra. Contohnya pada zaman presiden Soeharto dulu, kebebasan berpendapat itu dibatasi. Jadi banyak seniman-seniman yang ingin menyampaikan aspirasinya dengan kata-kata kiasan yang disusun menjadi penggalan puisi ataupun jenis karya sastra lainnya. Hal seperti ini harus diperhatikan seorang penerjemah, agar dia tidak melakukan kesalah saat menerjemahkan teks dengan gaya penulisan seperti itu.

5. Gestures and Habits, yaitu gaya hidup dan kebiasaan masyarakat pada suatu wilayah juga sangat mempengaruhi tingkat keterbacaan pada teks hasil penerjemahan. Secara tidak langsung, tingkat pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi kemampuan dalam menilai sebuah teks hasil terjemahan. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus menyesuaikan juga pada target pembacanya apakah dari kalangan umum, kalangan mahasiswa, kalangan dewasa ataupun kalangan remaja.

(35)

2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari BSu ke BSa, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002: 509), teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik:

1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan.

2. Teknik diklasifikasikan dengan perbandingan pada teks Bsu.

3. Teknik berada tataran mikro.

4. Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu.

5. Teknik bersifat fungsional.

Para ahli terkadang memiliki istilah tersendiri dalam menentukan teknik dalam penerjemahan. Teknik yang dimaksud sama namun memiliki istilah yang berbeda. Dalam hal keberagaman tentunya hal ini bersifat positif, namun di sisi lain terkait penelitian menimbulkan kesulitan dalam menentukan istilah suatu teknik tertentu. Oleh karena itu, dalam tesis ini penulis menggunakan 18 teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir. Selain untuk keseragaman, teknik yang dikemukakan Molina dan Albir telah melalui penelitian kompleks dengan mengacu dan membandingkan dengan teknik-teknik penerjemahan yang telah ada dari pakar penerjemahan sebelumnya. Berikut ini 18 teknik penerjemahan yaitu:

(36)

mengganti unsur-unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan budaya.

Contoh:

BSu BSa

As white as snow seputih kapas

2.2.1.2 Amplifikasi (amplification)

Teknik penerjemahan dengan mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam BSu. Teknik ini sama dengan eksplisitasi, penambahan, parafrasa eksklifatif. Catatan kaki merupakan bagian dari amplifikasi. Teknik reduksi adalah kebalikan dari teknik ini.

Contoh:

BSu BSa

Ramadhan Bulan puasa kaum muslim

(37)

2.2.1.3 Peminjaman (borrowing)

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau ungkapan dari BSu.

Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing) dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa menjadi tolok ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu pinjaman atau bukan.

Contoh:

BSu BSa peminjaman

Mixer Mixer murni

Mixer Mikser alamiah

2.2.1.4 Kalke (calque)

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa atau kata BSu secara literal. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation).

Contoh:

BSu BSa

Directorate General Direktorat Jendral

2.2.1.5 Kompensasi (compensation),

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan pada bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pengaruh stilistik (gaya) pada BSu tidak bisa di terapkan pada BSa. Teknik ini sama dengan teknik konsepsi.

(38)

A pair of scissors Sebuah gunting

2.2.1.6 Deskripsi (description)

Teknik penerjemahan yang dilterapkan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.

Contoh:

BSu BSa

Panettone kue tradisional Italia yang dimakan pada saat Tahun Baru

2.2.1.7 Kreasi diskursif (discursive creation)

Teknik penerjemahan dengan penggunaan padanan yang keluar konteks. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian calon pembaca. Teknik ini serupa dengan teknik proposal.

Contoh:

BSu BSa

The Godfather Sang Godfather

(39)

2.2.1.8 Padanan lazim (establish equivalence)

Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah.

Contoh:

BSu BSa

Ambiguity ambigu

2.2.1.9 Generalisasi (generalization)

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan yang spesifik. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation).

Contoh:

BSu BSa

Penthouse, mansion Tempat tinggal

2.2.1.10 Amplifikasi linguistik (linguistic amplification)

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur linguistik dalam BSa. Teknik ini lazim diterapkan pada pengalihbahasaan konsekutif dan sulih suara.

(40)

No way De ninguna de las maneras (Spain)

2.2.1.11 Kompresi linguistik (linguistic compression)

Teknik yang dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik pada BSa. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Teknik ini lazim digunakan pada pengalihbahasaan simultan dan penerjemahan teks film.

Contoh:

BSu BSa

Yes so what? Y? (Spain)

2.2.1.12 Penerjemahan harfiah (literal translation)

Teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan penerjemah tidak mengaitkan dengan konteks.

Contoh:

BSu BSa

Killing two birds with one stone Membunuh dua burung dengan satu batu

(41)

2.2.1.13 Modulasi (modulation)

Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural.

Contoh:

BSu BSa

Nobody doesn’t like it Semua orang menyukainya

2.2.1.14 Partikularisasi (particularizaton)

Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.

Contoh:

BSu BSa

air transportation pesawat

2.2.1.15 Reduksi (reduction)

Teknik yang diterapkan dengan penghilangan secara parsial, karena penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata lain, mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Teknik ini kebalikan dari teknik amplifikasi.

(42)

SBY the president of republic of Indonesia SBY

2.2.1.16 Subsitusi (subsitution)

Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur-unsur linguistik dan para linguistik (intonasi atau isyarat). Contoh: Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih.

2.2.1.17 Transposisi (transposition)

Teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Seperti kata menjadi frasa.

Contoh:

BSu BSa

Adept Sangat terampil

2.2.1.18 Variasi (variation)

Teknik dengan mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi, isyarat) yang berdampak pada variasi linguistik.

(43)

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Ada beberapa penelitian yang cukup relevan dengan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Semua hasil penelitian dan pembahasan yang dideskripsikan berkaitan dengan fenomena penerjemahan yang berlandaskan teori penerjemahan. Berikut ini beberapa penelitian yang telah membahas teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan yang bertumpu pada landasan teori yang membahas teknik penerjemahan yaitu Molina dan Albir serta teori penerjemahan yang menganalisis tingkat keakuratan yaitu teori Larson.

Penelitian mengenai penerjemahan pernah dilakukan oleh Silalahi (2009) di dalam disertasinya yang berjudul “Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing Dalam Bahasa Indonesia”. Silalahi menganalisis terjemahan teks Medical-Surgical Nursing. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) merumuskan teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam teks Medical-Surgical Nursing ke dalam bahasa Indonesia, (2) mendeskripsi metode penerjemahan yang ditetapkan, (3) mengekspresikan ideologi penerjemahan yang dianut oleh penerjemah, dan (4) menilai dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut pada kualitas terjemahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan disain studi kasus terpancang dan berorientasi pada produk, yang mengkaji aspek objektif dan afektif.

Penelitian di atas menjadi contoh model penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, karena penelitian tersebut memberikan kontribusi terhadap penelitian ini pada analisis teknik penerjemahan dan kualitas penerjemahan. Penelitian ini juga menginspirasi peneliti bahwa penambahan maupun penghilangan unsur bahasa bisa terjadi tidak saja menggunakan teknik

(44)

sementara penelitian ini mengkaji subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan pernah dilakukan oleh Zequan (2003) di dalam jurnal yang berjudul “Loss and Gain of Textual Meaning in Advertising Translation”. Zequan menganalisis produk terjemahan teks iklan Inggris-Cina yang berkaitan tentang kecantikan ala spa. Dalam hal ini peneliti menganalisis strategi penerjemahan berdasarkan teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Dalam kajian tersebut, ia menemukan bahwa terdapat strategi-strategi penerjemahan seperti penambahan pada tema, eksplikasi dengan menggunakan nominalisasi dan kombinasi dengan menggunakan metafora tata bahasa. Dari analisisyang dilakukannya ia mengambil kesimpulan bahwa dalam teks iklan bahasa Inggris terdapat 25 klausa sedangkan dalam teks sumbernya dalam hal ini Bahasa Cina terdapat 28 klausa dan dari 28 klausa tersebut terdapat 7 penambahan klausa, 2 kombinasi klausa, 2 pelepasan klausa dan 20 klausa yang mengalami proses penerjemahan harfiah, word for word. Dengan demikian antara Bsu dan Bsa terdapat perbedaan baik dari jumlah kata maupun klausa yang disebabkan adanya penambahan maupun penghilangan unsur bahasa pada saat proses penerjemahan. Jurnal tersebut menginspirasi peneliti bahwa penambahan maupun penghilangan unsur bahasa bisa terjadi tidak saja menggunakan teknik penambahan maupun penghilangan tetapi juga dengan teknik-teknik lain seperti harfiah dan word for word.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan dan menginspirasi peneliti bahwa penambahan maupun penghilangan unsur bahasa bisa terjadi tidak saja menggunakan teknik penambahan maupun penghilangan tetapi juga dengan teknik-teknik lain seperti harfiah dan word for word. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan

(45)

penelitian ini, diantaranya adalah, dari segi objek kajian, penelitian di atas meneliti teks iklan Inggris-Cina yang berkaitan tentang kecantikan ala spa, sementara penelitian ini mengkaji subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Imran dan Retnomurti (2009) dengan judul “The Equivalence and Shifts in the English Translation of Indonesian Noun Phrase”. Penelitian ini mengkaji hasil terjemahan novel berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk" (The Dancer) karya Ahmad Tohari yang diterjemahkan oleh Rene T.A Lysloff fokus pada kesepadanan dan pergeseran atas frasa kata benda (Noun Phrase). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa novel berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk" (The dancer) karya Ahmad Tohari yang diterjemahkan oleh Rene T.A Lysloff, ditemukan bahwa ekivalensi pada penerjemahan terdiri atas tekstual ekivalen dan linguistik ekivalen. Textual equivqlence: SL Subject-NP diterjemahkan menjadi TL subject-NP; SL predicate-NP diterjemahkan menjadi TL predivate-NP; SL object-NP diterjemahkan menjadi TL object-NP, Linguistic equivalence:

SL plural-NP diterjemahkan menjadi TL plural-NP; SL singular-NP diterjemahkan menjadi TL singular-NP, and Dynamic equivalence. Temuan lainnya adalah adanya tiga kategori pergeseran dalam penerjemahan, yakni 1) Structure shifts in word order: SL headword initial is translated into TL head word final, 2) Unit shifts: SL phrase is translated into TL word; SL phrase is translated into TL compound word; SL phrase is translated into TL three words and 3) Intra system shifts: SL phrases have no determiner is translated into TL phrases may have a determiner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pergeseran terjadi lebih besar/sering dari ekivalensi, dengan presentase sebesar 58% shifts, dan equivalence 42%.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai penerjemahan dan menginspirasi peneliti bahwa analisis penerjemahan tidak hanya mencari teknik yang paling dominan yang digunakan, tetapi juga pergeseran penerjemahan. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan

(46)

kata benda (Noun Phrase), sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Pantas (2009) mengenai Analisis Teknik Penerjemahan dan Pergeseran (Shifts) Pada Teks Kontrak Axa-Life Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis penerapan teknik penerjemahan serta pergeseran bentuk sebagai bagian dari pergeseran kategori (category shift) dalam suatu produk legal. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa ada 13 jenis teknik penerjemahan yang diimplementasikan, yakni teknik amplifikasi (37%), teknik peminjaman (2%), teknik caique (2%), teknik kompensasi (1%), teknik deskripsi (2%), teknik kreasi diskursif (5%), teknik generalisasi (5%), teknik reduksi (5%), teknik penambahan (4%), dan teknik penghilangan (14%).

Sementara pergeseran bentuk yang terjadi adalah intra-system 90 (52,02%), pergeseran unit 46 (26,59%), pergeseran struktur 24 (13,88%), dan pergeseran kelas 13 (7,51%).

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian di atas menganalisis penerapan teknik penerjemahan serta pergeseran bentuk sebagai bagian dari pergeseran kategori (category shift) dalam suatu produk legal, sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

(47)

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Sinde (2010) mengenai Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual

"Four Funny AnimalStories". Penelitian ini membahas tentang jenis-jenis teknik terjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak Four Funny Animal Stories. Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah yaitu literal sebanyak 515 data (91,47%), peminjaman murni dengan 22 data (3,73%), kreasi diskrusif dengan 12 data (2,13%), reduksi dengan 7 data (1,24%), kompresi linguistik dengan 7 data (1,24%) dan generalisasi dengan 1 data (0,17%). Secara keseluruhan didapat bahwa penerjemah mengadopsi ideologi foreignisasi.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan. Namun, penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian di atas menganalisis tentang jenis-jenis teknik terjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak Four Funny Animal Stories, sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

Penelitian mengenai penerjemahan juga pernah dilakukan oleh Marulak (2010) mengenai Analisis Teknik Penerjemahan dan Pergeseran (Shifts) pada Buku Ekonomi SMA Bilingual. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teknik penerjemahan apa saja yang digunakan dalamproses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, mendeskripsikan tipe pergeseran (shifts) apa saja yang terdapat pada proses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, dan mengetahui teknik dan pergeseran shifts yang paling dominan dalam penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif- kualitatif. Data penelitian ini adalah klausa, kalimat, frase, atau kata pada buku ekonomi

(48)

accomplishment Met/Za/Kebutuhan dan alat pemuasnya 31(15.90%), Consumption and Production/Konsumsi dan Produksi 33 (16.92%), market/pasar 45 Consumption Savings and Invesments/Lembaga dan Investasi 10 (5.12%), Money/Uang 31 (15.90%), dan Financial Institutions/Lembaga Keuangan 45 (23.08%). Frekuensi penerapan Teknik penerjemahan pada buku ekonomi SMA bilingual tersebut adalah Teknik Adaptasi 2 (1.02%), Peminjaman 36 (18.46%), Caique 57 (29.23%), Kompensasi 3 (1.53%), Generalisasi 3 (1.53%), Harfiah 78 (40%), Modulasi 3 (1.53%), Reduksi 2 (1.02%), Penambahan 7 (3.58%), dan Penghilangan 4 (2.50%). Selanjutnya terdapat 164 data Pergeseran (shifts) yang terdiri dari Pergeseran Struktur (SS) 70 (42.68%), Pergeseran Kelas (CS) 4 (2.41%), Pergeseran Unit (US) 61 (37.20%), dan Pergeseran Intra Sistem (IS) 29 (17.68%). Bumi (2011) Universitas Udayana, mengenai Teknik Penerjemahan Istilah-istilah Kebudayaan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Terjemahannya dalam The Dancer. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teknik penerjemahan dan unsur-unsur semantik yang berkaitan dengan unsur- unsur budaya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 17 unsur-unsur budaya yang diaplikasikan pada 9 teknik penerjemahan yang ditemukan. Dia menyatakan bahwa teknik ekivalensi merupakan yang mendominasi penerjemahan (33.33%), diikuti teknik peminjaman (14.81%), teknik kompensasi (14.81%), teknik deskripsi (11.11%), teknik calque (7.40%), teknik generalisasi (7.40%), teknik amplikasi (3.70%), teknik partikulasi (3.70%), teknik transposisi (3.70%). Dari analisis, ditemukan bahwa terdapat 22.22% teknik penerjemahan yang mengacu pada SL dan 77.78% yang mengacu pada TL.

Penelitian di atas memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa rujukan untuk menambah referensi mengenai analisis teknik penerjemahan. Namun, penelitian di atas

(49)

memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian di atas menganalisis tentang mendeskripsikan teknik penerjemahan apa saja yang digunakan dalamproses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, mendeskripsikan tipe pergeseran (shifts) apa saja yang terdapat pada proses penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, dan mengetahui teknik dan pergeseran shifts yang paling dominan dalam penerjemahan buku ekonomi SMA bilingual, sementara penelitian ini mengkaji teknik penerjemahan yang paling dominan dan teknik keakuratan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

2.4 Konstruk Penelitian

Konstruk analisis dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa penerjemah adalah pelaku utama dalam proses pengambil keputusan dalam komunikasi interlingual, baik keputusan yang menyangkut pemilihan padanaan maupun yang menyangkut pengungkapan padanan tersebut dalam BSa. Setiap keputusan yang diambil tidak bisa lepas dari ideologi penerjemahan yang dianutnya. Atas dasar ideologi penerjemahan tesebut, kemudian seorang penerjemah menetapkan teknik penerjemahan untuk mencari padanan pada tataran mikro.

Teknik penerjemahan yang digunakan diarahkan untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas, yaitu suatu penerjemahan yang akurat. Akan tetapi, pengetahuan deklaratif yang dimiliki penerjemah tidak selalu berbanding lurus dengan pengetahuan operatifnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teknik penerjemahan bisa mempunyai dampak positif atau negatif pada kualitas terjemahan yang dihasilkan. Hal tersebut dapat diilustrasikan pada konstruk analisis berikut ini:

(50)

Di dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Molina dan Albir 2002 untuk mencari teknik penerjemahan yang paling dominan dan teori penerjemahan Larson 1984 untuk mengukur kulitas terjemahan yaitu tingkat keakuratan penerjemahan pada Subtitle pada film “Sang Penari”.

Hasil Akhir Proses Analisis

BSu (Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia) BSa (Bahasa Inggris)

Teknik Penerjemahan (Molina dan Albir 2002)

Proses Analisis BSu (Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia) BSa (Bahasa Inggris)

Masalah Penelitian:

1. Teknik Penerjemahan 2. Tingkat Keakuratan

Tingkat Keakuratan Penerjemahan

Temuan Temuan

(51)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk penerjemahan yang mengkaji teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan penerjemahan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu data berupa kata-kata, bukan angka-angka yang digunakan untuk menggambarkan objek yang diteliti secara alamiah. Angka-angka yang digunakan dimaksudkan untuk mempertajam temuan penelitian dalam menghitung jumlah terjadinya teknik penerjemahan yang dominan digunakan dan tingkat keakuratan penerjemahannya.

3.2 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa ujaran dalam bentuk kata, frasa, klausa dan kalimat yang diambil dari film Sang Penari sebagai sumber data. Film ini diproduksi oleh KG Productions dan Salto Films dan Shanty Harmayn sebagai produser serta disutradarai oleh Ifa Isfansyah.

Pada penelitian, peneliti dibantu oleh Mayasari S.Pd., M.Si., sebagai penerjemah ujaran bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kemudian hasil penerjemahan tersebut dinilai oleh Dr.

Umar Mono M.Hum sebagai penutur asli bahasa Jawa. Penerjemahan ini dibutuhkan untuk melengkapi dan memahami makna dalam data dan sumber data. Padanan ujaran dan subtitle menjadi data-data dalam penelitian ini. Data yang diperoleh memiliki durasi 1:42:11. Data yang diperoleh dari film ini terdiri dari 665 ujaran, akan tetapi data yang dianalisis berjumlah 133 data yang dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa data dapat dianalisis dan dipahami

(52)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Mendengarkandan mengamati seluruh ujaran dan subtitle film “Sang Penari”.

2. Mencatat seluruh ujaran dan subtitle film tersebut dengan rapi.

3. Memberi tanda dan menomori setiap data penelitian.

4. Menyandingkan kalimat-kalimat antara BSu dan BSa, lalu menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan.

5. Mengukur tingkat keakuratan hasil penerjemahnnya.

Berdasarkan teknik-teknik pengumpulan data di atas diperoleh 665 data, kemudian dari data tersebut diambil 20% sebagai sampling dengan mengambil rentang 5 (lima) sesuai dengan nomor urut data. Dari hasil sampling tersebut diperoleh data sebanyak 133 data.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menerapkan metode analisis Miles dan Huberman (1994:23) yaitu data yang telah diketik ulang dipilih dan diklasifikasikan menurut bentuknya.Bentuk-bentuk ini kemudian dipisahkan sesuai dengan bentuk bahasa yaitu berdasarkan kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem, setelah itu diidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan pada ujaran dan subtitle tersebut. Setelah memperoleh temuan mengenai teknik penerjemahan yang digunakan, kemudian peneliti mendeskripsikan tingkat keakuratan penerjemahan pada ujaran menjadi subtitle pada film “Sang Penari”.

(53)

Dalam bentuk diagram, analisis data dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Bagan 3.1: Model Proses Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, 1994: 23)

Berdasarkan analisis interaktif Miles dan Huberman, 1994: 23, dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”. Pada subtitle tersebut data yang dianalisis direduksi terlebih dahulu untuk mengidentifikasi model dan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, setelah itu data disajikan dalam bentuk bahasa dan peneliti menyimpulkan hasil dari penelitian tersebut.

Berikut ini adalah contoh data yang dikutip dari beberapa kalimat yang terdapat pada cuplikan singkat film “Sang Penari”.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan- Kesimpulan Penarikan-Verifikasi

(54)

“ronggeng”, silahkan datang.

(Kalau kamu masih merasa sebagai dukun ronggeng, silahkan datang)

be’ a “ronggeng” teacher, then please come.

Pada contoh di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata‘yourself’ dan‘then’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik transposisi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘dadi’ pada BSu menjadi frasa‘to be’ pada BSa; dan teknik penerjemahan peminjaman murni ditemukan yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘ronggeng’ pada BSu dan BSa.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengantar

Bab IV pada penelitian ini berisikan tentang pendeskripsian hasil penelitian yang diawali dengan analisis data dalam penerjemahan yang didasari oleh penerjemahan data bahasa sumber (BSu) menjadi bahasa sasaran (BSa) berupa subtitle film. Selanjutnya, pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada temuan yang terkait dengan dampak teknik penerjemahan yang digunakan terhadap kualitas penerjemahan yang dihasilkan.

Data keseluruhan berjumlah 665 peneliti memilih 133 data secara acak sebagai data sampling yaitu berupa ujaran dan subtitle yang dibandingkan. Sebagian data yang dianalisis akan ditampilkan pada bab IV dan selebihnya akan dilampirkan pada bagian lampiran.

Peneliti menjelaskan analisis data berdasarkan keterwakilan dari teknik-teknik terjemahan yang digunakan. Dalam penelitian ini perlu dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan teknik penerjemahan, setelah itu barulah dapat diidentifikasi temuan dari pembahasan tersebut.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Teknik Penerjemahan

Di dalam penelitian ini diidentifikasi data yang diterjemahkan dengan menerapkan satu teknik penerjemahan (penerjemahan tunggal). Di samping itu ditemukan pula data yang

(56)

tunggal, 47 (35,34%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuplet, 23 (17,30%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan triplet, 5 (3,76%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuartet, dan 2 (1,50%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuintet.

4.2.1.1 Teknik Penerjemahan Tunggal

Teknik penerjemahan tunggal merujuk pada penerapan satu teknik semata dalam menerjemahkan data penelitian ini baik yang berwujud kata, frasa, klausa, dan kalimat dari BSu ke dalam BSa. Dalam penelitian ini terdapat 5 teknik penerjemahan tunggal yang digunakan, yaitu teknik harfiah, generalisasi, modulasi, amplifikasi dan peminjaman murni.

Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan Tunggal

Teknik Varian Teknik Tunggal Jumlah Tunggal 1. Harfiah

2. Generalisasi 3. Modulasi 4. Amplifikasi

5. Peminjaman Murni

39 10 5 1 1

Jumlah 56

Gambar

Diagram di atas menunjukkan bahwa frekuensi kemunculan atau penggunaan  teknik  penerjemahan pada keseluruhan data penelitian ini yaitu 1) teknik Harfiah memiliki 105 data,  2) teknik Penambahan memiliki 39 data, 3) Generalisasi memiliki 20, 4) teknik Pemi
Tabel 4.7: Orientasi Teknik Penerjemahan
Diagram 4.3: Persentase Tingkat Keakuratan Pada Hasil Terjemahan Ujaran Menjadi  Subtitle Pada Film “Sang Penari”

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ditambahkan oleh Ibnu Hazm, bahwa apabila tidak dilakukan wasiat oleh pewaris kepada kerabat yang tidak mendapatkan harta pusaka, maka hakim harus bertindak

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dengan telah selesainya tim melakukan pengabdian masyarakat melalui Program Dipa Unitomo dengan judul :

FM 2.4, 3.3, 4.3 Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol,seimbang dan lincah Anak mampu mengkoordinasikan tangan dan mata melalui kegiatan melipat KOG

cassicarpa yang rendah, s edangkan un s ur hara makro lainnya (P , K, Ca dan Mg) relatif sama yaitu rendah dan sangat rendah. Tekstur tanah di bawah tegakan yang diteliti

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi usaha kecil serta Surat Ijin (SIUP) untuk menjalankan kegiatan usaha bidang

Hal yang terpenting yang harus dilakukan ialah melakukan soliditas seluruh anggota dan pengurus HMPI di tingkat wilayah dengan mengumpulkan berbagai kekuatan dari seluruh kampus

Sebaik apapun presentasi Anda, tetapi jika tidak sinkron dengan benak siswa maka akan sia- sia, banyak informasi yang hilang dari perhatian siswa dan kemungkinan besar siswa

(1) Pelayanan penduduk rentan administrasi kependudukan terintegrasi bagi WBS dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Pengguna