• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Rute Terpendek Sistem Pengangkutan Sampah Kota Medan dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Kecamatan Medan Baru)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Rute Terpendek Sistem Pengangkutan Sampah Kota Medan dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Kecamatan Medan Baru)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Basriyanta, 2007. Memanen Sampah. Yogya : Kanisius

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya, Petunjuk Teknik Nomor CT/S/Re-TC/004/98 tentang Tata Cara Perencanaan

TPA Sampah.

Dinas Kebersihan Kota Medan, 2014. Data persampahan dan Sistem Pengangkutan Sampah Kota Medan. Medan.

Gelbert M, Prihanto D, Suprihatin A, 1996. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup, PPPGT/VEDC, Malang.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu, Jakarta.

Munir, R. 2005. Matematika Diskrit. Penerbit Informatika. Bandung.

Rahardyan B. dan Widagdo A.S., 2005.Peningkatan Pengelolaan Persampahan Perkotaan Melalui Pengembangan Daur Ulang. Materi Lokakarya 2 Pengelolaan Persampaham di Propinsi DKI Jakarta. Sastrawijaya A.T .2000.Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Setiawan, Willy.2010.

PembahasanPencarianLintasanTerpendekMenggunakanAlgoritmaDijk

stradan A*.

Slamet, J.S.2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(2)

Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Badan Standar

Nasional (BSN).

Syafrudin dan Priyambada I.B., 2001.Pengelolaan Limbah Padat. Diktat Kuliah Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Undip, Semarang.

Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S., (1993) Integrated Solid Waste Management, Mc Graw Hill Inc. International Edition, New York. Tim Penulis PS.2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Penerbit

Swadaya.

Wibowo A dan Djajawinata D.T, 2004. Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu. Diakses tanggal 4 Desember 2006 pada halaman

(3)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di Dinas Kebersihan Kota Medan yang berlokasi di Jl. Pinang Baris No. 114 Sementara waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2014.

3.2Metode Pengumpulan Data

Adapun metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan landasan teoritis dalam menganalisis data dan permasalahan melalui karya tulis dan sumber-sumber lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan tugas akhir ini.

2. Penelitian Lapangan (Riset)

Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan langsung ke lapangan untuk memperoleh data melalui pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti untuk memperoleh data primer dan data sekunder yang dibutuhkan.

3.3Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam mengidentifikasi sistem pengangkutan sampah Kota Medan terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu:

(4)

a. Mengidentifikasi masalah yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang didapatkan melalui survei pendahuluan terhadap objek yang diteliti serta literatur tentang topik-topik yang berhubungan dengan permasalahan. b. Mengidentifikasi data penelitian, yang mana dalam penelitian ini ada

beberapa data yang dibutuhkan yaitu, data dan rute pengangkutan sampah Kota Medan.

2. Pengambilan Data

a. Mengumpukan data, yakni data primer dan data sekunder.

1. Data primer berupa wawancara dan pengamatan langsung. Wawancara merupakan pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung. Wawancara dilakukan untuk melengkapi data penelitian yang tidak terdapat pada dokumen dinas yang bersangkutan. Sedangkan pengamatan langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada proses kerja dilapangan.

2. Data sekunder merupakan data yang diambil dari dokumen dan literature-literatur pada dinas sebagai informasi yang menunjang penelitian ini. b. Pencarian data pada dinas berupa jarak dan waktu pelayanan pengangkutan

sampah.

c. Berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar TPS mengenai jadwal layanan kedatangan truk pengangkut sampah.

3.4Pengolahan Data

Data yang diperoleh (primer atau sekunder) akan diolah dengan berpedoman pada landasan teori. Adapun landasan teori yang akan digunakan dalam menganalisis dan memecahkan masalah nantinya berpedoman pada Algoritma Dijkstra.

3.5Analisis Data

Pada tahap ini, akan dilakukan analisis mengenai penentuan pola rute yang optimal sehingga sistem pengangkutan sampah dapat efektif dan efisien.

3.6Kesimpulan dan Saran

(5)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Penanganan persampahan di Kota Medan dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan (Perda nomor 3 tahun 2009) Jo. Peraturan Walikota No. 14 Tahun 2010). Pada tahun 2014 rata-rata jumlah timbunan sampah per harinya adalah 1.743 ton dengan sampah yang terangkut setiap harinya adalah 1.505 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Data persampahan di Kota Medan

No .

(6)

10 Medan

Jumlah 2,490,034 1,743,0 24

1,743 151 1,505 298

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan (2014)

4.2 Kondisi pengangkutan sampah di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

Kecamatan Medan Baru adalah salah satu kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Baru berbatasan dengan Medan Sunggal dan Medan Selayang di sebelah barat, Medan Polonia di timur, Medan Johor di selatan dan Medan Petisah di utara. Pada tahun 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 43.415 jiwa dengan luas daerah 5.84 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 7.434,08 jiwa/km2. Kecamatan Medan Baru terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Titi Rantai, Padang Bulan, Merdeka, Darat, Babura, dan kelurahan Petisah Hulu. Pengangkutan sampah di Kecamatan Medan Baru dilakukan secara

(7)

Gambar 4.1dump truck berkapasitas 6 m3

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan (2014)

4.3 Kelurahan dan Daerah Pelayanan

1. Kelurahan Titi Rantai Tabel 4.2

No. Daerah Pelayanan Panjang daerah layanan (Km)

1 Jl. Jamin Ginting (Psr 1- Psr 5) 0.95

2 Jl. Pasar 5 1.1

3 Jl. Mandolin 0.65

4 Jl. Terompet 0.7

5 Jl. Bahagia 0.4

6 Jl. Pasar Baru 0.8

2. Kelurahan Padang Bulan Tabel 4.3

No Daerah Pelayanan Panjang daerah layanan

(Km) 1 Jl. Jamin Ginting (Psr 1- Smpg

Usu)

1.4

2 Jl. Harmonika 0.85

(8)

3. Kelurahan Darat Tabel 4.4

No Daerah Pelayanan Panjang daerah layanan

(Km) 1 Jl. Jamin Ginting (Rsu Siti Hajar-

Smpg Usu)

0.6

2 Jl. Pattimura 1.75

4. Kelurahan Merdeka Tabel 4.5

No Daerah Pelayanan Panjang daerah layanan (Km)

1 Jl. Pembangunan 0.7

2 Jl. Dr. Mansyur 1.0

3 Jl. Jamin Ginting (Smpg Usu- Rsu Siti Hajar)

0.6

4 Jl. KH Wahid Hasyim 0.35

5 Jl. Sei Blutu 1.1

5. Kelurahan Babura Tabel 4.6

No Daerah layanan Panjang daerah layanan

(Km) 1 Jl. Abdullah Lubis (kiri) 0.55

2 Jl. Iskandar Muda 1.0

(9)

4 Jl. Darussalam 0.9

5 Jl. DI Panjaitan 0.5

6 Jl Sei Mencirim 0.85

6. Kelurahan Petisah Hulu Tabel 4.7

No Daerah pelayanan Panjang daerah layanan (Km)

1 Jl. S Parman 0.70

2 Jl. Hasanuddin 0.65

3 Jl. Iskandar Muda 1.0

4 Jl. Abdullah Lubis (kanan) 0.65

5 Jl. Mojopahit 0.7

6 Jl. Gajah Mada (kanan) 0.65

4.4 Pembahasan

(10)

Gambar 4.2 Rute pengangkutan sampah Kelurahan Titi Rantai

Pengangkutan sampah di Kelurahan Titi Rantai dilakukan 2 kali yaitu dimulai dari jam 06.00 wib dipagi hari dan siang hari (waktu dikondisionalkan). Mobil yang beroperasi untuk mengangkut sampah adalah satu 2 mobil jenis dump truckyang dioperasikan dari pangkalan Dinas Kebersihan Kota Medan di Jl Pinang Baris No. 114 menuju ke lokasi pengangkutan sampah. Dua mobil tersebut dibagi pengoperasiannya yaitu satu mobil khusus untuk pengangkutan sampah dari pasar pagi di pasar 5 dan satu mobil lagi untuk pengangkutan sampah di daerah Kelurahan Titi Rantai. Pengangkutan sampah di Kelurahan tersebut dimulai dari

(11)

jalan umum (protokol) yaitu dari pasar 1 sampai ke pasar 5 lalu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada siang hari mobil kembali dari TPA ke daerah pelayanan yang dimulai dari Pasar baru, Jl Mandolin, Jl terompet, dan Jl Bahagia kemudian kembali ke TPA. Mobil khusus pengangkut sampah dari pasar pagi beroperasi dari pasar ke TPA dan kembali lagi pada siang hari untuk mengambil sampah dari pasar kembali lagi ke TPA. Setelah itu mobil tersebut kembali ke pangkalan untuk beroperasi di kemudian hari. Jarak dari pangkalan ke Pasar 1 Kelurahan Titi Rantai kurang lebih 10 Km. Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Titi Rantai adalah sebagai berikut.

a. Mobil Pengangkut Sampah khusus Pasar pagi

Pangkalan Pasar pagi TPA

b. Mobil Pengangkut Sampah dari Kelurahan Titi Rantai

Trip 1 Jam Pagi hari

Pangkalan Jl Jamin

Ginting

Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Titi Rantai menuju ke TPA, kemudian kembali lagi ke daerah pelayanan sesuai wawancara dengan supir truk tersebut adalah:

(12)

Total jarak yang ditempuh dari Kelurahan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah 22.25 Km. Mencari rute terpendek dari Kelurahan Titi Rantai menuju ke TPA dengan menggunakan Algoritma Dijkstra.

a. Rute dari daerah pelayanan ke TPA

S = {A}, V-S = { B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S}

D = {sp(A,A) = 0, sp(A,B) = 1,95 , sp(A,K) = 2.05 , sp(A,J) = 3.4 , sp(A,L) = 1.4}

T = 0

Jarak Terpendek (A,L) = 1.4

S = {A,L}, V-S = { C,D,E,F,G,H,I,M,N,O,P,Q,R,S }

D ={sp(A,L,I) = 3.5 , sp(A,L,M) = 3.4 , sp(A,B,C) = 5.35 , sp(A,K,C) = 5.7 , sp(A,J,C) = 4.55 , sp(A,J,D) = 6.56 , sp(A,J,I) = 6.05}

T = 3.4

Jarak Terpendek (A,L,M) = 3.4

S = {A,L,M}, V-S = { E,F,G,H,N,O,P,Q,R,S,T }

D ={sp(A,L,M,N) = 5.25 , sp(A,L,M,O) = 5.15 , sp(A,L,M,H) = 5.6 , sp(A,L,M,G) = 7.58 sp(A,L,I,D) = 5.71 , sp(A,L,I,H) = 5.5 , sp(A,B,C,D) = 7.25 , sp(A,K,C,D) = 7.6 , sp(A,J,C,D) = 6.45 , sp(A,J,D,E) = 9.76 , sp(A,J,I,H) = 8.05}

T = 5.15

Jarak Terpendek (A,L,M,O) = 5.15

S = {A,L,M,O}, V-S = { F,P,Q,R,S }

(13)

sp(A,L,I,H,G) = 7.8 , sp(A,B,C,D,E) = 10.45 , sp(A,K,C,D,E) = 10.80 ,sp(A,J,C,D,E) = 9.65 , sp(A,J,D,E,F) = 16.26 , sp(A,J,I,H,G) = 10.35 } T = 7.15

Jarak Terpendek (A,L,M,O,P) = 7.15

S = {A,L,M,O,P}, V-S = {R,S}

D = {sp(A,L,M,O,P,Q) = 9.01 , sp(A,L,M,N,Q,R) = 10.1 , sp(A,L,M,O,G,F) = 11.7 , sp(A,L,M,H,G,F) = 10,1 , sp(A,L,M,G,F,R) = 10.48 , sp(A,L,I,D,E,F) = 15.41 , sp(A,L,I,H,G,F) = 10 , sp(A,B,C,D,E,F) = 16.95 , sp(A,K,C,D,E,F) = 17.3 , sp(A,J,C,D,E,F) = 16.15 , sp(A,J,D,E,F,R) = 16.96 , sp(A,J,I,H,G,F) = 12.55 }

T = 9.01

Jarak Terpendek (A,L,M,O,P,Q) = 9.01

S = {A,L,M,O,P,Q} V-S = {S}

D = {sp(A,L,M,O,P,Q,R) = 11.91 , sp(A,L,M,N,Q,R,S) = 21.65 , sp(A,L,M,O,G,F,R) = 12.4 , sp(A,L,M,H,G,F,R) = 10.80 , sp(A,L,M,G,F,R,S) = 22.03 , sp(A,L,I,D,E,F,R) = 16.11 , sp(A,L,I,H,G,F,R) = 10.7 , sp(A,B,C,D,E,F,R) = 17.65 , sp(A,K,C,D,E,F,R) = 18 , sp(A,J,C,D,E,F,R) = 16.85 ,sp(A,J,D,E,F,R) = 17.66 ,sp(A,J,I,H,G,F,R) = 24.1

T = 11,91

Jarak Terpendek (A,L,M,O,P,Q,R) = 11.91

S = {A,L,M,O,P,Q,R} V-S = {}

(14)

sp(A,J,C,D,E,F,R,S) = 28.40 , sp(A,J,D,E,F,R,S) = 29.21 , sp(A,J,I,H,G,F,R,S) = 35.65 }

T = Karena jarak dari A-L-M-O-P-Q-R-S lebih besar dari A-L-M-N-Q-R-S maka yang masuk himpunan penyelesaian adalah { A-L-M-N-Q-R-S } dengan jarak total 21.65 Km sebagai rute terpendek dari Kelurahan Titi Rantai menuju ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Titi Rantai dapat lebih cepat dengan menggunakan jalur A-L-M-N-Q-R-S daripada jalur yang biasa digunakan yaitu A-L-I-H-G-F-R-S dengan selisih 0.6 Km setiap sekali pengangkutan sampah.

b. Rute dari TPA ke daerah pelayanan

Karena di Kota Medan, jalur pengangkutan terdapat istilah dua arah dan satu arah maka rute dari TPA menuju ke daerah pelayanan di Kelurahan Titi Rantai tidak sama dengan rute pengangkutan ke TPA. Dari hasil Algoritma Dijkstra rute terpendek dari TPA menuju ke Kelurahan Titi Rantai adalah S-R-F-G-M-L-A dengan jarak 22.03 Km dan rute yang biasa digunakan adalah S-R-F-G-H-I-L-A dengan jarak 22.25 Km lebih besar 0.22 Km dari TPA ke Kelurahan Titi Rantai.

Total jarak yang ditempuh olehtruk tersebut sebelum dan sesudah menggunakan Algoritma Dijkstra adalah:

Rute pengangkutan sampah biasanya (wawancara dengan supir truk) Trip 1 (Pangkalan-Jl Jamin Pasar 5- Jl Jamin

Ginting-TPA)

( 10.0 + 0.95 + 1.1 + 1.1 + 0.95 + 22.25 = 36.35 Km) Trip 2 (TPA- Jl Pasar Baru - Jl Mandolin - Jl Terompet - Jl

Terompet – Jl Bahagia – TPA- Pangkalan )

(22.25 + 0.4 + 0.8 + 0.65 + 0.7 + 0.7 + 0.4 + 0.4 + 22.25 + 22.2 = 70.75 Km)

(15)

Trip 1 (Pangkalan - Jl Jamin Ginting- Pasar 5- Jl Jamin Ginting- TPA)

( 10.00 + 0.95 + 1.1 + 1.1 + 0.95 + 21.65 = 35.75 Km) Trip 2 (TPA – Jl Bahagia – Jl Pasar Baru – Jl Mandolin – Jl

Terompet – TPA - Pangkalan)

(22.03 + 0.4 + 0.8 + 0.65 + 0.7 + 0.7 + 21.65 + 22.2 = 69.13 Km)

2. Kelurahan Padang Bulan

(16)

a Jl Jamin Ginting H Jl Setia Budi

Pengangkutan sampah di Kelurahan Padang Bulan dimulai pada jam 06.00 Wib dengan rute dari Pangkalan ke Jamin Ginting (Pasar 1 – Simpang USU ) menuju ke TPA. Kemudian pada siang hari kembali dari TPA ke daerah pelayanan dimulai dari Jl Harmonika, Jl Berdikari lalu ke TPA. Jarak dari pangkalan ke Jl Jamin Ginting (Pasar 1) kurang lebih 10 Km. Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Padang Bulan adalah sebagai berikut. Mobil pengangkut sampah dari Kelurahan Padang Bulan

a. Trip 1 Pagi hari

TPA Jamin Ginting (simp

USU – Pasar 1)

TPA Pangkalan

Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Padang Bulan ke TPA sesuai wawancara dengan supir truk adalah sebagai berikut.

(17)

a. Rute Pelayanan ke TPA

Total jarak yang ditempuh dari Kelurahan Padang Bulan ke TPA adalah 22.25 Km. Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Padang Bulan ke TPA sama dengan Kelurahan Titi Rantai, maka dengan perhitungan Algoritma Dijkstra diperoleh rute terpendek dari Kelurahan menuju ke TPA adalah A-J-L-N-O-P dengan jarak 21.65 Km. Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Padang Bulan dapat lebih cepat dengan menggunakan jalur A-J-L-N-O-P daripada jalur yang biasa digunakan yaitu A-J-H-G-F-E-O-P dengan selisih 0.6 Km setiap sekali pengangkutan sampah. Pada pengangkutan trip 2 rute terpendek melalui Jl Pembangunan menuju Jl Dr Mansyur.

b. Rute dari TPA ke daerah pelayanan

Dari hasil Algoritma Dijkstra rute terpendek dari TPA menuju ke Kelurahan Padang Bulan adalah P-O-E-F-J-A (melalui Jl Darussalam) dengan jarak 22.03 Km, atau 0.22 Km lebih pendek dari jalur yang biasa digunakan oleh supir truk / sama dengan rute yang digunakan oleh supir truk dari TPA ke Kelurahan Titi Rantai.

Total jarak yang ditempuh oleh truk sebelum dan sesudah menggunakan Algoritma Dijkstra sesuai dengan wawancara dengan supir truk adalah. Rute pengangkutan sampah biasanya (wawancara dengan supir truk)

Trip 1 (Pangkalan – Jl Jamin Ginting (Pasar 1 – Simpang USU) – TPA)

(10.00 + 22.25 = 32.25 Km) Karena Jl. Jamin Ginting masuk dalam pengambilan rute terpendek.

Trip 2 (TPA – Jl Harmonika – Jl Harmonika – Jl Berdikari – Jl Berdikari – TPA - Pangkalan)

(22.25 + 0.85 + 0.85 + 1.1 + 1.1 + 22.25 + 22.2 = 70.06 Km)

(18)

Trip 1 ( Pangkalan – Jl Jamin Ginting (Pasar 1 – Simpang USU) – TPA)

(10.00 + 21.65 = 31.65 km)

Trip 2 ( TPA – Jl Harmonika – Jl Harmonika – Jl Berdikari – TPA – Pangkalan)

(22.03 + 0.85 + 0.85 + 1.1 + 21.05 + 22.2 = 68.08 Km)

3. Kelurahan Darat

(19)

a Jl Jamin Ginting I Jl S Parman E Jl Kapten Sumarsono F Jl Marelan

G Jl Adam Malik / Gatot Subroto

H Jl Gajah Mada

Pengangkutan sampah di Kelurahan Darat dimulai pada jam 06.00 Wib dengan rute dari Pangkalan ke sepanjang Jl Pattimura lalu Jl Jamin Ginting (simpang Usu) kemudian menuju ke TPA. Kemudian pada siang hari dari TPA kembali ke daerah pelayanan dimulai dari Jl Pattimura lalu Jl Jamin Ginting (simpang Usu) kemudian ke TPA. Jarak dari pangkalan ke Jl Jamin Ginting (simpang Usu) adalah 8.6 Km. Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Darat adalah sebagai berikut.

Mobil pengangkut sampah Kelurahan Darat a. Trip 1 Pagi hari

TPA Pangkalan

Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Darat ke TPA sesuai wawancara dengan supir truk adalah sebagai berikut.

(20)

Total jarak yang ditempuh dari Kelurahan Darat ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah 20.63 Km. Mencari rute terpendek dari Kelurahan Titi Rantai menuju ke TPA dengan menggunakan Algoritma Dijkstra.

a. Rute dari daerah pelayanan ke TPA S = {A}, V-S = { B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M }

D = { sp(A,A) = 0 , sp(A,B) = 2.1 , sp(A,I) = 2.35 , sp(A,H) = 2.0 } T = 0

Jarak terpendek (A,H) = 2.0

S = {A,H}, V-S = {C,D,E,F,G,J,K,L,M}

D = { sp(A,H,C) = 4.2 , sp(A,H,D) = 6.18 , sp(A,B,C) = 4.1 , sp(A,I,G) = 3.45 , sp(A,I,J) = 3.55}

T = Jarak terpendek (A,I,G) = 3.45, Karena jarak A-I-G lebih pendek dari A-H-D.

S = {A,I,G}, V-S ={D,E,F,K,L,M}

D = { sp(A,I,G,D) = 7.8 , sp(A,I,G,K) = 5.45 , sp(A,H,C,D) = 6.5 , sp(A,B,C,D) = 6.4 , sp(A,H,D,E) = 8.38 , sp(A,I,J,L) = 5.5 }

T = 5.45

Jarak terpendek (A,I,G,K) = 5.45

S = {A,I,G,K}, V-S = {F,M}

D = { sp(A,I,G,K,L) = 7.31 , sp(A,I,G,D,E) = 10 , sp(A,H,C,D,E) = 8.7 , sp(A,B,C,D,E) = 8.6 , sp(A,H,D,E,F) = 9.08 , sp(A,I,J,L,F) = 8.4 } T = 7.31

(21)

S = {A,I,G,K,L}, V-S = {M}

D = { sp(A,I,G,K,L,F) = 10.21 , sp(A,B,C,D,E,F) = 9.3 , sp(A,I,J,L,F,S) = 19.95 }

T = 9.3

Jarak terpendek adalah (A,B,C,D,E,F) = 9.3

S = {A,B,C,D,E,F}, V-S = {}

D = { sp(A,B,C,D,E,F,M) = 20.85 T = 19.95

Karena rute A-B-C-D-E-F-M lebih besar dari A-I-J-L-F-S, maka rute terpendek dari Kelurahan Darat ke TPA adalah melalui A-I-J-L-F-S dengan total rute 19.95 Km.

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute terpendek dari Kelurahan Darat ke TPA adalah 19.95 Km atau lebih sedikit 0.68 Km dari rute biasa yang digunkan ditempuh dengan jarak 20.63 Km.

b. Rute terpendek dari TPA ke Kelurahan Darat

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute terpendek dari TPA menuju daerah pelayanan adalah melalui M-F-E-D-H-I atau sama dengan jalur yang biasa digunakan oleh supir truk dengan total jarak 19.28 Km.

Total jarak yang ditempuh olehtruk tersebut sebelum dan sesudah menggunakan Algoritma Dijkstra adalah:

Rute biasa yang digunakan oleh supir truk dalam mengangkut sampah: Trip 1 (Pangkalan – Jl Jamin Ginting – Jl Pattimura – Jl

Pattimura – TPA )

(8.64 + 0.6 + 1.75 + 1.75 + 20.63 = 33.37 Km)

Trip 2 (TPA – Jl Pattimura – Jl Jamin Ginting – Jl Jamin Ginting – TPA – Pangkalan)

(22)

Rute setelah menggunakan Algoritma Dijkstra.

Dalam pengangkutan trip 2 rute yang digunakan dari Kelurahan Darat ke TPA adalah via Jl Dr Mansyur karena rutenya lebih pendek dari rute yang dijadikan sebagai rute terpendek pada pengangkutan trip 1.

4. Kelurahan Merdeka

(23)

Keterangan:

Pengangkutan sampah di Kelurahan Merdeka dimulai dari jam 06.00 pagi dengan rute pengangkutan dimulai dari Jl Dr Mansyur (pintu IV Usu), Jl Jamin Ginting, dan Jl Pembangunan kemudian menuju TPA. Pada siang hari dari TPA kembali ke daerah pelayanan dimulai dari Jl KH Wahid Hasyim, Jl Sei Blutu kemudian ke TPA. Jarak dari pangkalan ke Kelurahan Merdeka adalah Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Merdeka adalah 8.6 Km. Daerah pelayanan pengangkutan sampah dari Kelurahan Merdeka adalah sebagai berikut.

Mobil pengangkut sampah dari Kelurahan Merdeka. a. Trip 1 Pagi hari

(24)

Kelurahan Merdeka

2.1 B

2.0 C

2.3 D

2.2 E

0.7 F

11.55 O

Jarak yang ditempuh oleh truk pengangkut sampah dari Kelurahan Merdeka ke TPA adalah 20.85 Km melalui Jl Dr Mansyur atau sama dengan rute yang digunakan oleh Kelurahan Darat. Algoritma Dijkstra untuk menentukan rute terpendek.

a. Rute dari Kelurahan Merdeka ke TPA

S = {A}, V-S = {B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O}

D = { sp(A,A) = 0 , sp(A,B) = 2.1 , sp(A,K) = 0.95 , sp(A,L) = 2.0 } T = 0

Jarak terpendek (A,K) = 0.95

S = {A,K}, V-S = {C,D,E,F,G,H,I,J,M,N,O}

D = { sp(A,K,C) = 3.05 , sp(A,K,J) = 1.85 , sp(A,B,C) = 4.1 , sp(A,L,M) = 2.65 , sp(A,L,J) = 2.9 }

T = 1.85

Jarak terpendek (A,K,J) = 1.85

S = {A,K,J}, V-S = {D,E,F,G,H,I,N,O}

D = { sp(A,K,J,C) = 3.15 , sp(A,K,J,D) = 5.13 , sp(A,B,C,D) = 6.4 , sp(A,L,M,N) = 3.85 , sp(A,L,M,I) = 3.75 }

T = 3.15

Jarak terpendek (A,K,J,C) = 3.15

(25)

D = { sp(A,K,J,C,D) = 5.45 , sp(A,K,J,D,E) = 7.33 , sp(A,L,M,N,G) = 5.8 , sp(A,L,M,I,D) = 8.1 , sp(A,L,M,I,H) = 5.75 }

T = 5.45

Jarak terpendek (A,K,J,C,D) = 5.45

S = {A,K,J,C,D}, V-S = {F,O}

D = { sp(A,K,J,C,D,E) = 7.65 , sp(A,L,M,N,G,F) = 8.7 , sp(A,L,M,I,D,E) = 10.3 , sp(A,L,M,I,H,G) = 7.61 }

T = 7.61 (Jarak A-L-M-I-H-G lebih kecil dari A-K-J-C-D-E) Jarak terpendek (A,L,M,I,H,G) = 7.61

S = {A,L,M,I,H,G}, V-S = {O}

D = { sp(A,L,M,I,H,G,F) = 10.51 , sp(A,K,J,C,D,E,F) = 8.35 , sp(A,L,M,N,G,F,O) = 20.25 }

T = 8.35

Jarak terpendek (A,K,J,C,D,E,F) = 8.35

S = {A,K,J,C,D,E,F}, V-S = {}

D = { sp(A,K,J,C,D,E,F,O) = 19.9 } T = 19.9

Jarak terpendek dari Kelurahan Merdeka ke TPA adalah melalui A-K-J-D-E-F-O dengan total panjang rute 19.9 Km.

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra jarak yang ditempuh adalah 19.9 Km, sedangkan dengan menggunakan rute truk jarak yang ditempuh adalah 20.85 Km. Jadi rute dengan Algoritma Dijkstra dari Kelurahan Merdeka ke TPA lebih pendek 0.95 Km.

(26)

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute terpendek dari TPA ke Kelurahan Merdeka adalah melaluiJl Darussalam yaitu O-F-E-D-J-K dengan jarak 18.63 Km. Rute yang digunakan oleh supir truk dari TPA ke Kelurahan Merdeka adalah melalui O-F-E-D-C-B-A dengan jarak 20.85 Km.

Jarak yang ditempuh oleh truk dalam mengangkut sampah dari Kelurahan Merdeka ke TPA sebelum dan sesudah menggunakan Algoritma Dijkstra. Rute yang biasa digunakan oleh truk dalam mengangkut sampah:

Trip 1 (Pangkalan – Jl Dr Mansyur – Jl Jamin Ginting – Jl Jamin Ginting – Jl Dr. Mansyur – Jl Pembangunan – Jl Pembangunan – TPA)

(7.6 + 1.0 + 0.6 + 0.6 + 1.0 + 0.7 + 0.7 + 19.85 = 32.05 Km)

Trip 2 (TPA – Jl Jamin Ginting ( via Jl Dr Mansyur) – Jl KH Wahid Hasyim– Jl Sei Blutu – TPA – Pangkalan)

(20.85 + 0.6 + 0.35 + 1.1 + 17.75 + 22.2 = 62.85 Km Rute setelah menggunakan Algoritma Dijkstra

Trip 1 (Pangkalan – Jl Dr Mansyur – Jl Jamin Ginting – Jl Jamin Ginting – Jl Dr. Mansyur – Jl Pembangunan – Jl Pembangunan – TPA)

(7.6 + 1.0 + 0.6 + 0.6 + 1.0 + 0.7 + 0.7 + 19.85 = 32.05 Km)

Trip 2 (TPA – Jl Sei Blutu (via Jl Setia Budi) – Jl KH Wahid Hasyim – Jl KH Wahid Hasyim – TPA (melalui Jl Darussalam)– Pangkalan)

(27)

5.Kelurahan Babura

Gambar 4.6 Rute pengangkutan sampah Kelurahan Babura

Keterangan:

Pengangkutan sampah di Kelurahan Babura dimulai dari jam 06.00 pagi dengan rute pengangkutan Jl Adullah Lubis, Jl Iskandar Muda, dan Jl Gajah Mada kemudian ke TPA. Selanjutnya dari TPA kembali ke daerah pelayanan dimulai dari Jl Darussalam, Jl Sei Mencirim, dan Jl DI Panjaitan kemudian ke TPA. Jarak dari pangkalan ke Kelurahan Babura adalah 5.8

(28)

Km melalui Jl Sei Blutu. Daerah pelayanan pengangkutan sampah di Kelurahan Babura adalah sebagai berikut.

Mobil pengangkut sampah dari Kelurahan Babura a. Trip 1 Pagi hari

Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Babura ke TPA sesuai wawancara dengan supir truk adalah

Kelurahan

Jarak total yang ditempuh oleh truk dari Kelurahan Babura ke TPA adalah 20.58 Km. Algoritma Dijkstra untuk menentukan rute terpendek

a. Rute dari Kelurahan Babura ke TPA S = {J}, V-S = {A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M}

D = { sp(J,J) = 0 , sp(J,A) = 1.15 , sp(J,K) = 1.55 , sp(J,C) = 2.1 , sp(J.D) = 4.18 }

T = 0

Jarak terpendek (J,A) = 1.15

S = {J,A}, V-S = {B,D,E,F,G,H,I,L,M}

(29)

T = 3.25

Jarak terpendek adalah (J,A,B) = 3.25

S = {J,A,B}, V-S = {F,G,H,M}

D = { sp(J,A,B,C) = 5.25 , sp(J,K,C,D) = 6.05 , sp(J,K,L,G) = 5.35 , sp(J,K,I,D) = 7.65 , sp(J,K,I,H) = 5.3 , sp(J,C,D,E) = 6.6 , sp(J,D,E,F) = 7.08 }

T = 5.7

Jarak terpendek (J,K,I,H) = 5.3

S = {J,K,I,H}, V-S = {M}

D = { sp(J,K,I,H,G) = 7.16 , sp(J,K,L,G,F) = 8.25 , sp(J,C,D,E,F) = 7.3 , sp(J,D,E,F,M) = 18.63 }

T = 18.63

Jarak terpendek (J,D,E,F,M) = 18.63 S = {J,D,E,F,M}, V-S = {}

D = { sp(J,C,D,E,F,M) = 18.85 , sp(J,K,L,G,F,M) = 19.8 } T = 18.63

(30)

Jarak terpendek dari Kelurahan Babura ke TPA adalah 18.63 Km tetapi tidak semua melintasi daerah pelayanan.

b. Jarak dari TPA ke daerah pelayanan Kelurahan Babura

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute terpendek dari TPA ke Kelurahan Babura adalah melalui jalur M-F-E-D-J dengan total jarak 18.63 Km. Jalur tersebut juga digunakan oleh supir truk.

Total rute yang ditempuh oleh truk dalam mengangkut sampah sebelum dan sesudah menggunakan Algoritma Dijkstra.

Sebelum menggunakan Algoritma Dijkstra

Trip 1 (Pangkalan – Jl Abdullah Lubis (kiri) – Jl Iskandar Muda – Jl Gajah Mada (kiri) – TPA)

(5,8 + 0.55 + 1.0 + 0.9 + 17.73 = 25.98 Km)

Trip 2 (TPA – Jl Darussalam – Jl Sei Mencirim – Jl DI Panjaitan – TPA – Pangkalan )

(17.73 + 0.9 + 0.6 + 0,5 + 0.7 + 17.73 + 22.2 = 60.36 Km)

Rute setelah menggunakan Algoritma Dijkstra

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Babura ke TPA dan dari TPA ke daerah pelayanan kemudian ke TPA, rute hasil Algoritma Dijkstra sama dengan rute yang digunakan oleh truk.

(31)

Gambar 4.7 Rute pengangkutan sampah Kelurahan Petisah Hulu Keterangan:

a Jl Abdullah Lubis (kanan) E Jl Kapten Sumarsono b Jl Iskandar Muda F Jl Iskandar Muda c Jl Gajah Mada (kanan) G Jl S Parman

d Jl S Parman H Jl Adam Malik

e Jl Mojopahit I Merdeka Walk

f Jl Hasanuddin J Jl Yos Sudarso

A Rsu Siti Hajar K Jl Yos Sudarso

B Jl Setia Budi L Jl Marelan

C Jl Sunggal M TPA

D Jl Kapten Muslim

(32)

a. Trip 1 Pagi hari

Rute pengangkutan sampah dari TPA ke Kelurahan Petisah Hulu adalah: TP

Rute pengangkutan sampah dari Kelurahan Petisah Hulu ke TPA adalah Kelurahan

a. Rute dari pelayanan ke TPA

Total jarak yang ditempuh dari Kelurahan Petisah Hulu ke TPA pada trip 1 adalah 16.9 Km melalui Jl Gajah Mada (Kanan). Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute terpendek dari Kelurahan Petisah Hulu ke TPA adalah melalui F-G-I-K-L-M dengan jarak 18.25 Km atau sama dengan rute yang digunakan oleh truk (dapat dilihat pada Algoritma Dijkstra Kelurahan Titi Rantai).

b. Rute dari TPA ke daerah pelayanan

Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute terpendek rute terpendek dari TPA ke Kelurahan Petisah Hulu adalah M-L-E-D-F dengan jarak 18.63 Km, sesuai dengan rute yang digunakan oleh truk.

Total rute yang ditempuh oleh truk dalam mengangkut sampah sebelum dan sesudah menggunakan Algoritma Dijkstra.

Rute Sebelum menggunakan Algoritma Dijkstra

Trip 1 (Pangkalan – Jl Gajah Mada (kanan) – Jl S Parman – TPA)

(33)

Trip 2 (TPA – Jl Iskandar Muda – Jl Abdullah Lubis – Jl Hasanuddin – Jl Mojopahit (melalui Jl Iskandar Muda) – TPA – Pangkalan)

(18.63 + 1.0 + 0.65 + 0.65 + 0.85 (melalui Jl Pattimura) + 0.65 + 0.2 + 0.65 + 1.1 + 0.7 + 16.9 + 22.2 = 64.18 Km)

Rute setelah menggunakan Algoritma Dijkstra

Trip 1 (Pangkalan – Jl Gajah Mada – Jl S Parman – TPA) (6.0 + 0.65 + 0.7 + 16.9 = 24.25 Km)

Trip 2 (TPA – Jl Hasanuddin (melalui Jl Gajah Mada) – Jl Iskandar Muda – Jl Abdullah Lubis – Jl Mojopahit – TPA – Pangkalan)

(18.63 + 0.65 + 0.65 + 1.0 + 0.65 + 1.0 + 0.7 + 16.9 + 22.2 = 60.73 Km)

Dari hasil perbandingan antara rute yang dijalankan selama ini dengan rute hasil perhitungan Algoritma Dijkstra diperoleh penghematan biaya sebagai berikut: Diasumsikan untuk 1 liter mampu menempuh jarak ± 8 Km tanpa hambatan. Bahan bakar yang digunakan adalah BBM jenis

solar dengan biaya solar subsidi/liter Rp 5,500dan usia kendaraan 6 tahun dengan kecepatan rata-rata 40��

���.

(Sumber: Hasil Wawancara dengan Supir dump truck (2014))

(34)

N

0.3337 121.80 669,90 0

3 Darat 98.43 94.95 3.48 1,270. 20

0.4350 158.77 873,23 5

4 Merdeka 94.90 92.38 2.52 919.8 0

0.3150 114.97 632,33 5

0.4312 157.38 865,69 0

Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan pada setiap truk pengangkut sampah adalah ± 25 liter maka jumlah biaya per tahun yang dikeluarkan oleh Dinas

Kebersihan untuk Kecamatan Medan Baru dengan harga solar subsidi/liter Rp 5,500adalah �����,���,���. Sementara rata-rata konsumsi bahan bakar masing-masing truk pengangkut sampah di Kecamatan Medan Baru adalah ± 12.03 liter (rute biasa yang digunakan) dan ± 11.73 liter (rute dengan Algoritma Dijkstra). Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra total jarak yang ditempuh oleh truk di Kecamatan Medan Baru dapat berkurang 14.35 ��

ℎ��� ���� 5,226.80 ��

(35)

pengangkut sampah dan dapat menghemat biaya sebesar���,���,���per tahun. Jumlah bahan bakar yang tersedia di Kecamatan Medan Baru per tahun adalah 54,750 liter. Dengan menggunakan rute Algoritma Dijkstra jumlah bahan bakar yang digunakan oleh truk di Kecamatan Medan Baru per tahunnya adalah ± 25,688.7 liter dapat menghemat bahan bakar ±29,061.3 ≈ �����,���,���.

BAB 5

(36)

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilaksanakan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Penggunaan metode Algoritma Dijkstra untuk menentukan rute pengangkutan sampah di Kecamatan Medan Baru mampu mengoptimalkan pengambilan sampah dan meminimalkan jarak pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

2. Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra rute pengangkutan sampah dari Kecamatan Medan Baru dapat lebih cepat dan efisien ke Tempat Pembuangan Akhir melalui jalur:

1.Kelurahan Titi Rantai

a. Trip 1 (pagi hari) Pangkalan – Jl Jamin Ginting – Pasar 5 – Jl Jamin Ginting – Jl Iskandar Muda – Merdeka Walk – Jl Yos Sudarso – TPA dengan total jarak 35.75 Km atau 0.6 Km lebih pendek dari jalur biasa yang digunakan oleh truk.

b. Trip 2 (siang hari) TPA – Jl Marelan – Jl Kapt. Sumarsono – Jl Kapt Muslim – Jl Iskandar Muda – Jl Jamin Ginting – Jl Bahagia – Jl Pasar Baru – Jl Mandolin – Jl Terompet – TPA (melalui jalur pada Trip 1) – Pangkalan dengan total jarak 69.13 Km atau 1.62 Km lebih pendek dari jalur yang biasa digunakan.

2. Kelurahan Padang Bulan

a. Trip 1 (pagi hari) Pangkalan – Jl Jamin Ginting (Pasar 1 – Simpang USU) – Jl Iskandar Muda – Merdeka Walk – Jl Yos Sudarso – TPA dengan total panjang rute 31.65 Km atau lebih pendek 0.6 Km dari jalur yang biasa digunakan.

(37)

– Jl Kapt Muslim – Jl Kapt Sumarsono – TPA – Pangkalan dengan total panjang rute 68.08 Km atau lebih pendek 1.98 Km dari rute yang digunakan oleh truk.

3. Kelurahan Darat

a. Trip 1 (pagi hari) Pangkalan – Jl Jamin Ginting – Jl Pattimura – Merdeka Walk – Jl Yos Sudarso – TPA dengan total panjang rute 30.27 Km atau lebih pendek 3.1 Km dari jalur yang biasa digunakan oleh truk.

b. Trip 2 (siang hari) TPA – Jl Kapt Sumarsono – Jl Kapt Muslim – Jl Gajah Mada (via Jl Darussalam) – Jl Pattimura – Jl Jamin Ginting – Jl Dr Mansyur – Jl Setia Budi – Jl Sunggal – Jl Kapt Muslim – Jl Kapt Sumarsono – TPA – Pangkalan dengan total panjang rute 64.68 Km atau 0.38 Km lebih pendek dari jalur yang digunakan oleh truk.

4. Kelurahan Merdeka

a. Trip 1 (pagi hari) Pangkalan – Jl Dr Mansyur – Jl Jamin Ginting – Jl Dr Mansyur – Jl Pembangunan – Jl Dr Mansyur – Jl Setia Budi – Jl Sunggal – Jl Kapt Muslim – Jl Kapt Sumarsono – TPA dengan total jarak 32.05 Km sama dengan total jarak yang digunakan oleh truk.

b. Trip 2 (siang hari) TPA – Jl Sei Blutu (via Jl Setia Budi) – Jl KH Wahid Hasyim – Jl Darussalam – Jl Gatot Subroto – Jl Kapt Muslim – Jl Kapt Sumarsono – TPA – Pangkalan dengan total panjang rute 60.38 Km atau lebih pendek 2.47 Km dari jalur yang biasa digunakan.

5. Kelurahan Babura

(38)

rute yang digunakan oleh supir truk untuk mengangkut sampah ke TPA sudah efektif.

6. Kelurahan Petisah Hulu

a. Trip 1 (pagi hari) Pangkalan – Jl Gajah Mada (Kanan) – Jl S Parman – Merdeka Walk – Jl Yos Sudarso – TPA dengan total jarak 24. 25 Km atau sama dengan rute yang biasa digunakan oleh truk.

b. Trip 2 (siang hari) TPA – Jl Kapt Sumarsono – Jl Kapt Muslim – Jl Gatot Subroto – Jl Gajah Mada (via Jl Darussalam) – Jl Hasanuddin – Jl Iskandar Muda – Jl Abdullah Lubis – Jl Mojopahit – TPA (jalur pada Trip 1) – Pangkalan dengan total panjang rute 60.73 Km atau 3.45 Km lebih pendek dari rute yang biasa digunakan oleh truk.

3. Penggunaan rute pengangkutan sampah di Kecamatan Medan Baru dengan menggunakan Algoritma Dijkstra tidak selamanya dapat dijadikan sebagai acuan untuk penentuan rute karena daerah pelayanan masing-masing kelurahan juga dapat mempengaruhi jarak ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seperti di Kelurahan Merdeka.Pencarian jalur terpendek di Kelurahan Merdeka sangat kompleks akibatnya rute terpendek yang didapat dari perhitungan Algoritma Dijkstra tidak digunakan dalam penyelesaian karena adanya faktor rute pengambilan sampah di Kelurahan tersebut.

(39)

1. Sebaiknya truk pengangkut sampah ditempatkan di masing-masing kelurahan untuk menimimalkan rute pengangkutan sampah dan biaya 2. Dinas Kebersihan Kota Medan sebaiknya mengkaji ulang tentang

jumlah bahan bakar yang digunakan oleh truk pengangkut sampah di masing-masing kecamatan dengan menghitung rute pengangkutan masing-masing truk.

3. Bagaimana jika truk pengangkut sampah kembali dari TPA ke daerah pelayanan juga kembali mengangkut sampah terutama lokasi yang dekat dengan TPA atau daerah yang dilewati menuju daerah pelayanan.

(40)

BAB 2 TEORI DASAR

2.1Pengertian Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Kemudian yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sedangkan menurut Slamet (2002), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Hadiwiyoto (1983:12) dalam bukunya menjelaskan sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya yang dari segi ekonomis, sampah adalah bahan bangunan yang tidak ada harganya dan dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencernaan dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

Menurut Kamus Lingkungan Hidup dalam Basriyanta (2007:17), sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur atau materi berkelebihan atau buangan. Sedangkan definisi sampah menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (2008:6) adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Berdasarkan difinisi-difinisi tersebut sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya sehingga mempermudah pengelolaannya sebagai berikut:

(41)

2. Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse), terdiri dari sampah plastik, logam, gelas, karet, dan lain-lain.

3. Sampah yang berupa debu/sisa hasil pembakaran bahan bakar atau sampah. 4. Sampah yang berbahaya bagi kesehatan, yakni sampah B3 adalah sampah

yang karena sifatnya, jumlah, dan konsentrasinya atau karena sifat kimia, fisika, dan mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbilitas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang irreversibell ataupun sakit berat yang pulih (tidak berbalik) atau reversibell (berbalik) atau berpotensi menimbulkan bahaya sekarang maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah, disimpan atau dibuang dengan baik.

2.2Jenis-jenis Sampah

Menurut Gelbert dkk. (1996) sampah dikelompokan berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai:

1. Sampah Organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

2. Sampah Anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.

(42)

dari masyarakat perkotaan. Oleh karena itu sistem pengelolaan yang direncanakan haruslah mampu mengakomodasi perubahan-perubahan dari karakter sampah yang ditimbulkan. (Wibowo dan Djajawinata, 2004).

Menurut Sastrawijaya (2000), berdasarkan sumbernya sampah dapat digolongkan menjadi (a) sampah domestik misalnya sampah rumah tangga, sampah pasar, sekolah dsb, (b) sampah non domestik misalnya sampah pabrik, pertanian, perikanan, industri, dan sebagainya.

2.3Sampah Khusus

Sampah Khusus adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus untuk menghindari bahaya yang akan ditimbulkannya. Sampah khusus meliputi:

1. Sampah dari Rumah Sakit

Sampah rumah sakit merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari pembedahan, peralatan (misalnya pisau bedah yang dibuang), botol infus dan sejenisnya, serta obat-obatan (pil, obat bius, vitamin). Semua sampah ini mungkin terkontaminasi oleh bakteri, virus, dan sebagian beracun sehingga sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya. Cara pencegahan dan penanganan sampah rumah sakit antara lain:

• Sampah rumah sakit perlu dipisahkan

• Sampah rumah sakit harus dibakar di dalam sebuah isinerator milik rumah sakit.

• Sampah rumah sakit ditampung di sebuah kontainer dan selanjutnya dibakar di tempat pembakaran sampah.

• Sampah biomedis disterelisasi terlebih dahulu sebelum dibuang ke landfill

2. Baterai Kering dan Akumulator bekas

(43)

a) Bola lampu bekas b) Pelarut dan cat

c) Zat-zat kimia pembasmi hama dan penyakit tanaman seperti insektisida dan pestisida

d) Sampah dari kegiatan pertambangan dan eksplorasi minyak e) Zat-zat yang mudah meledak dalam suhu tinggi.

2.4 Sumber Sampah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sumber sampah adalah asal timbunan sampah. Sedangkan menurut Tchobanoglous (1975:51), sumber sampah antara lain berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran/pemerintahan, industri, lapangan terbuka/taman, pertanian dan perkebunan.

Menurut Gelbert dkk. (1996), sumber-sumber timbunan sampah adalah sebagai berikut:

1. Sampah pemukiman, yaitu sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain.

2. Sampah pertanian dan perkebunan. Sampah kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar samapah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma namun plastik ini bisa didaur ulang.

(44)

4. Sampah dari perdagangan dan perkantoran. Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar tradisional, warung, dan pasar swalayan. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis, kotak tinta printer, baterai, dan lain-lain.

5. Sampah dari industri. Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

2.5 Pengertian Pengelolaan Sampah dan Penanganan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kemudian menurut Direktorat PLP, Dirjen Cipta Karya Departemen PU (2003), penanganan sampah adalah upaya yang meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983:23), pengelolaan sampah adalah usaha untuk mengatur atau mengelola sampah dari proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan, pengangkutan, sampai pengolahan dan pembuangan akhir. Sedangkan yang dimaksud dengan penanganan samaph adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan lingkungan, yang dapat berbentuk membuang sampah saja atau mengembalikan (recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat.

(45)

mengelola sampah dengan tujuan untuk menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yaitu kota yang bersih, sehat, dan teratur.

2.6Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan

Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. Dalam menangani pengelolaan sampah perkotaan ini akan selalu mengacu pada SNI 19-2454-2002 mengenai Tata Cara Teknik Operasional Samapah Perkotaan.

(Sumber: Badan Standarisasi Nasional tahun 2002).

2.6.1Persyaratan Teknis Pengelolaan Sampah Perkotaan 1. Teknik operasional pengelolaan sampah

Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.

Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2002)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan

a) Kepadatan dan penyebaran penduduk

TIMBUNAN SAMPAH

PEMILAHAN, PEWADAHAN,

PENGOLAHAN DI SUMBER

PENGUMPULAN

PEMILAHAN DAN

PENGOLAHAN PEMINDAHAN

PENGANGKUTAN

(46)

b) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi c) Timbulan dan karakteristik sampah

d) Budaya sikap dan perilaku masyarakat

e) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah f) Rencana tata ruang dan pengembangan kota

g) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah

h) Biaya yang tersedia

i) Peraturan daerah setempat.

3. Perencanaan Kegiatan operasi daerah pelayanan

Hasil perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan potensi yang tergambar dalam peta-peta sebagai berikut:

a) Peta kerawanan sampah minimal menggambarkan besaran timbunan sampah dan jumlah penduduk, kepadatan rumah/bangunan.

b) Peta pemecahan masalah menggambarkan pola yang digunakan, kapasitas perencanaan ( meliputi alat dan personil), jenis sarana dan prasarana, potensi pendapatan jasa pelayanan serta rute dan penugasan.

4. Tingkat pelayanan

Tingkat pelayanan didasarkan jumlah penduduk yang terlayani dan luas daerah yang terlayani dan jumlah sampah yang terangkat ke TPA.

a) Frekuensi pelayanan

Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut:

1. Pelayanan intensif antara lain untuk jalan protokol, pusat kota, dan daerah komersial

(47)

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas operasional pelayanan 1. Tipe kota

2. Sampah terangkut dari lingkungan 3. Frekuensi pelayanan

4. Jenis dan jumlah peralatan 5. Peran aktif masyarakat 6. Retribusi

7. Timbunan sampah.

2.6.2 Teknik Operasional

1. Pewadahan dan pemilahan sampah

Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Dalam operasional pengumpulan sampah, masalah pewadahan memegang peranan yang sangat penting, tempat penyimpanan sampah pada sumber diperlukan untuk mencegah sampah agar jangan berserakan yang akan memberi kesan atau terlihat kotor serta untuk mempermudah proses kegiatan pengumpulan, sampah yang dihasilkan perlu disediakan tempat untuk penyimpanan/penampungan sambil menunggu kegiatan pengumpulan sampah.

Dalam melakukan pewadahan harus disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu:

1. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah warna gelap.

2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah warna terang

(48)

Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalam individual dan komunal. Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolaan sampah. Wadah sampah komunal pengadaannya dilakukan oleh instansi pengelola sedangkan wadah individual disediakan oleh pribadi atau instansi pengelola. Selain hal tersebut, di dalam standar nasional pengelolaan sampah diatur juga lokasi penempatan wadah yakni:

a) Untuk wadah individu penempatannya dihalaman muka dan dihalaman belakang untuk sumber sampah dari hotel dan restoran

b) Penempatan wadah komunal diharapkan sedapat mungkin dekat dengan sumber sampah dan tidak mengganggu pemakai jalan dan sarana umum lainnya, jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki miniamal 100 meter, disekitar taman dan keramaian, diujung gang kecil, dan diluar jalur lalu lintas pada suatu lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya.

Sedangkan menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), persyaratan bahan wadah adalah awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat. Selain itu ukuran wadah sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a) Jumlah penghuni tiap rumah

b) Timbunan sampah

c) Periodisasi pengambilan sampah d) Cara pemindahan sampah e) Sistem pelayanan.

Menurut SNI 19-2454-2002 yang dimaksud dengan pemilahan sampah adalah proses pemisahan sampah berdasarkan jenis sampah yang dilakukan sejak dari sumbernya sampai dengan pembuangan akhir. Pewadahan dan pemilahan sampah yang baik akan mempengsaruhi kinerja daur ulang sampah yang lebih baik.

(49)

wadah ini, bau akibat pembusukan sampah yang juga dapat menarik perhatian lalat dapat diatasi, air hujan yang berpotensi menambah kadar air sampah dapat dikendalikan dan pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari.

Persyaratan untuk bahan dengan pola individual dan komunal seperti pada Tabel 2.1 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Karakteristik Wadah Sampah

No. Pola pewadahan

Karakeristik

Individual Komunal

1. Bentuk Kotak, silinder,

kontainer, dan kantong plastic

Kotak, silinder, kontainer

2. Sifat Ringan, mudah

dipindahkan dan mudah dikosongkan.

Ringan, mudah dipindahkan dan

mudah dikosongkan.

3. Jenis Logam, plastik,

fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan.

Logam, plastik, fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan.

4. Pengadaan Pribadi, instansi,

pengelola

Instansi pengelola

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2002)

Tabel 2.2 Contoh Wadah dan Penggunaannya

No. Wadah Kapasitas Pelayanan Life time Keterangan

(50)

2. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari sumber atau tempat pewadahan penampungan sampah sampai ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). TPS yang digunakan biasanya kontainer kapasitas10 m3,6 m3,1 m3, transper depo, bak pasangan batubata, drum bekas volume 200 liter, dan lain-lain. Pengambilan sampah dilakukan tiap periodesasi tertentu. Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukan yaitu kurang lebih setelah berumur 2-3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali.

a. Sistem pengumpulan

Pengumpulan sampah dari tiap-tiap sumber sampah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Sistem tidak langsung

Di daerah pemukiman yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat berpendapatan rendah, dengan kondisi jalan pemukiman yang sempit, pengumpulan sampah dilakukan dengan gerobak sampai yang mempunyai volume rata-rata 1m3. Untuk kemudian diangkut ke TPS. Sampah dari pasar dan hasil sapuan jalan biasanya dikumpul dalam kontainer atau TPS dekat pasar yang kemudian diangkut truk ke TPA.

2. Sistem langsung, terdiri dari pengumpulan individu langsung dan pengumpulan komunal langsung yaitu:

(51)

karena kondisi, sifat daerahnya ataupun standar kesehatan masyarakat dan standar kenyamanan masyarakat cukup tinggi. Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam sistem ini adalah:

a) Kondisi topografi (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul non mesin sulit beroperasi

b) Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menunggu pemakai jalan lainnya

c) Kondisi dan jumlah alat memadai d) Jumlah timbunan sampah >3 m3/ hari.

2. Pengumpul komunal langsung, adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke TPA. Persyaratan yang perlu diperhatikan adalah:

a) Alat angkut terbatas

b) Kemampuan pengendalian personil dan peralatan terbatas c) Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah d) Peran serta masyarakat cukup tinggi

e) Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan dilokasi yang mudah dijangkau oleh alat angkut

f) Untuk pemukiman tidak teratur.

b. Waktu pengumpulan

Waktu pengumpulan yang dimaksudkan adalah waktu yang terbaik untuk melakukan pengumpulan. Pada umumnya pengumpulan sampai dilakukan pada pagi hari atau siang, akan tetapi pada tempat-tempat tertentu misalnya pasar, waktu pengumpulanya biasanya malam hari. Tata cara operasional pengumpulan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Rotasi 1-4 rit/ hari

2. Periodesasi 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari tergantung kondisi komposisi sampah, yaitu:

(52)

b) Untuk sampah kering, periode pengumpulannya di sesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali

c) Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku d) Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap

e) Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodik

f) Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah.

Pelaksanaan pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh institusi kebersihan kota, lembaga swadaya masyarakat, swasta, masyarakat (RT/RW). Jenis sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh pihak yang berwenang pada waktu yang telah disepakati bersama antara petugas pengumpul dan masyarakat penghasil sampah.

c. Frekuensi pengumpulan

Frekuensi pengumpulan, yakni banyaknya sampah yang dapat dikumpulkan dan diangkut perhari. Semakin tinggi frekuensi pengumpulan sampah semakin banyak jumlah sampah yang dikumpulkan per pelayanan per kapita. Frekuensi pengangkutan perlu ditetapkan dengan teratur, disamping untuk memberikan gambaran kualitas pelayanan, juga untuk menetapkan jumlah kebutuhan tenaga dan peralatan, sehingga biaya operasi dapat diperkirakan. Frekuensi pelayanan yang teratur akan memudahkan bagi para petugas untuk melaksanakan kegiatannya. Frekuensi pelayanan dapat dilakukan 3 hari sekali atau maksimal 2 kali seminggu.

Meskipun pelayanan yang lebih sering dilakukan adalah baik, namun biaya operasional akan menjadi lebih tinggi sehingga frekuensi pelayanan harus diambil yang optimum dengan memperhatikan kemampuan memberikan pelayanan, jumlah volume sampah, dan komposisi sampah.

(53)

prosentase sampah organik semakin kecil periodesasi pengangkutan. Hal ini dikarenakan sampah organik lebih cepat membusuk sehingga dapat menimbulkan gangguan lingkungan di sekitar TPS. Makin sering frekuensi pengangkutan maka semakin baik, namun biasanya biaya operasinya akan lebih mahal. Penentuan frekuensi pengangkutan juga akan bergantung dari jumlah timbulan sampah dengan kapasitas truk pengangkut yang melayani (Tchobanoglous,1993).

(54)

Gambar 2.2 Diagram Pelayanan Masing-masing Pola Operasional Persampahan Kota

(55)

Gambar 2.3. Konsepsi Ruang Masing-masing Pola Operasional Persampahan

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2002)

Keterangan:

• Sumber timbunan sampah pewadahan Pewadahan komunal

Lokasi pemindahan

Gerakan Alat Pengangkut

(56)

3. Pemindahan sampah

Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk di bawa ke tempat pembuangan akhir (Departemen Pekerjaan Umum, 2002). Operasi pemindahan dan pengangkutan menjadi diperlukan apabila jarak angkut ke pusat pemrosesan/TPA sangat jauh sehingga pengangkutan langsung dari sumber ke TPA dinilai tidak ekonomis. Hal tersebut juga menjadi penting bila tempat pemrosesan berada di tempat yang jauh dan tidak dapat dijangkau langsung.

Tempat penampungan/pembuangan sementara (TPS) merupakan istilah yang lebih popular bagi sarana pemindahan dibandingkan dengan istilah transfer depo. Persyaratan TPS/transfer depo yang ramah lingkungan adalah:

a) Bentuk fisiknya tertutup dan terawatt

b) TPS dapat berupa pool gerobak atau pool kontainer

c) Sampah tidak berserakan dan bertumpuk diluar TPS/ kontainer.

Tipe pemindahan sampah menggunakan tranfer depo antara lain menggunakan Tranfer tipe I dengan luas lebih dari 200 m2yang merupakan tempat peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum pemindahan serta sebagai kantor dan bengkel sederhana, tranfer tipe II dengan luas 60-200m2 yang merupakan tempat pertemuan peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum tempat pemindahan dan merupakan tempat parkir gerobak atau becak sampah. Transfer tipe III dengan luas 10-20 m2yang merupakan tempat pertemuan gerobak dan kontainer (6-10 m3) serta merupakan lokasi penempatan kontainer komunal (1- 10 m3).

4. Pengangkutan Sampah

(57)

selanjutnya diangkut ke TPA. Setelah truk dikosongkan selanjutnya truk mengambil sampah di lokasi lainnya dan seterusnya sesuai jumlah ritase yang telah ditetapkan. Pengangkutan dengan sistem pemindah, truk dari pool menuju lokasi pemindah lalu dibawa ke TPA, selanjutnya pengambilan ke pemindah lain sesuai ritase yang telah ditetapkan.

Untuk mengangkut sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA), digunakan truk jenis Tripper/Dump Truck, Arm Roll Truck, dan jenis Compactor Truck

Tabel 2.3 Jenis dan Alat angkut Sampah

Jenis Kendaraan

Kapasit as

Kekurangan Kebaikan Catatan

Truk bak

•Mobilitas tinggi 2-3 rit/hari

•Umur 5-7 tahun

•Cepat operasi

pembongkaran

•Mobilitas tinggi

•Cocok untuk

(Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2002)

Pola pengangkutan adalah sebagai berikut:

1. Pengangkutan sampah dengan sisitem pengumpulan individual langsung

(door to door), yaitu:

(58)

• Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya

• Selanjutnya sampah diangkut ke TPA sampah

• Setelah pengosongan di TPA, truk menuju lokasi sumber sampah berikutnya, sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

2. Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo tipe I dan II dilakukan dengan cara berikut:

• Kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA

• Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit berikutnya.

3. Pengumpulan sampah dengan sistem kontainer (transfer tipe III), pola pengangkutan sampahnya adalah sebagai berikut:

a) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1, dengan proses:

• Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA

• Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula

• Menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA

• Kontainer kosong dikembalikan ketempata semula

• Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

b) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 2, dilakukan sebagai berikut:

• Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkat sampah ke TPA

• Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi ke dua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA

• Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir

(59)

c) Pengangkutan sampah denga sistem pengosongan kontainer cara 3, dengan proses:

• Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer isi untuk mengganti/mengambil dan langsung membawanya ke TPA

• Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju ke kontainer isi berikutnya

• Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir.

d) Pola pengangkutan sampah dengan sistem kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truck atau truk biasa, dengan proses:

• Kendaraan dari pool menuju konatiner pertama, sampah dituangkan ke dalam truk kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong

• Kendaraan menuju kontainer berikutnya sehingga truk penuh, untuk kemudian langsung ke TPA

• Demikian seterusnya sampai dengan rit terakhir.

5. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah, tempat menyingkirkan/mengkarantinakan sampah kota sehingga aman (SK SNI T-11- 1991-03). Berdasarkan data JICA dan PT. Arkonin dalam Wibowo dan Djajawinata 2004, dari 46 kota yang memiliki TPA terdapat 3 jenis sistem pembuangan akhir yang dilakukan yaitu Open Dumping (33 kota), Sanitary landfill (1 kota) dan controlled landfill (12 kota).

Pertimbangan penentuan lokasi TPA, mengacu kepada Standar Nasional Indonesia dengan penekanan pada beberapa hal sebagai berikut:

a) Keberadaan dan letak fasilitas publik/perumahan b) Ketersediaan dan kesesuaian lahan

(60)

e) Jalur jalan

f) Kecepatan pengangkutan

g) Batas pengangkutan (jalan, jembatan, underpass) h) Pola lalu lintas dan kemacetan

i) Waktu pengangkutan

j) Ketersediaan lahan untuk penutup (jika memakai sistem sanitari landfill) k) Jarak dari sungai

l) Jarak dari rumah dan sumur penduduk

Faktor-faktor yang mempengaruhi umur teknis tempat pembuangan akhir sampah (TPA) adalah:

a) Volume riil yang masuk dalam TPA b) Pemadatan sampah oleh alat berat

c) Volume sampah yang diangkut oleh pemulung d) Batas ketinggian penumpukan sampah

e) Ketinggian tanah urugan f) Susut alami sampah.

2.7Dampak sampah terhadap lingkungan

Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktu yang lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya. Sampah dapat berpengaruh pada kesehatan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung sampah pada kesehatan disebabkan terjadinya kontak langsung dengan sampah tersebut misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik dan lain- lain. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.

(61)

atau lindi adalah cairan yang mengandung zat padat yang tersuspensi yang sangat halus dan hasil penguraian mikroba yang biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, khlorida, Sulfat, fosfat, Zn, Ni, CO2,H2O, N2, NH3,H2S , asam organik dan H2. Berdasarkan kualitas sampahnya leachate atau lindi bisa pula didapat mikroba patogen, logam berat dan zat lainnya yang berbahaya.

Menurut Gelbert dkk. (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan yaitu:

1. Dampak terhadap kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai

b) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)

c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah

d) Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2. Dampak terhadap lingkungan

(62)

biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan

c) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas)

d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.

e) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.8Difinisi Graf

Teorigrafmerupakanpokokbahasan yang sudahtuausianyanamunmemilikibanyakterapansampaisaatini. Di

ilmumatematikadankomputerteorigrafadalahhimpunanbenda-benda yang disebutverteks (vertex ataunode) yang terhubungolehjalur-jalur (edges atauarch).

Graf

digunakanuntukmerepresentasikanobjek-objekdiskritdanhubunganantaraobjek-objektersebut.Representasi visual darigrafadalahdenganmenyatakanobjeksebagainoktah, bulatanatauverteks,

(63)

Banyaksekalistruktur yang bisadirepresentasikandengangraf,

danbanyakmasalah yang bisadiselesaikandenganbantuangraf.Jaringanjalanrayapadasebuahwilayahbisadirep

resentasikandengangraf.Verteks-verteksnyaadalahkota-kota yang terdapatpadawilayahtersebutdanadajalurantarakota A dankota B

dihubungkanolehsebuahjalan.

Sebuah struktur graf dikembangkan dengan memberi bobot pada tiap jalur. Graf berbobot dapat digunakan untuk melambangkan berbagai konsep. Sebagai contoh jika suatu graf melambangkan jaringan jalan maka bobotnya bisa berarti panjang jalan maupun batas kecepatan tertinggi jalur tertentu. Ekstensi lain pada graf adalah dengan membuat jalurnnya berarah, yang secara teknis disebut graf berarah atau digraph (directed graph). Digraf dan jalur berbobot disebut jaringan. Jaringan banyak digunakan pada cabang praktis teori graf yaitu analisis jaringan. Pada analisis jaringan, difinisi kata jaringan bisa berbeda dan sering berarti graf sederhana (tanpa bobot dan arah).

Secara matematis, graf dapat didefenisikan sebagai berikut:

Graf G didefenisikan sebagai pasangan terurut (V,E), dilambangkan dengan G = (V,E) dimana

V = {�1,�2,�3, . . . ,��}adalah himpunan tak kosong yang terbatasdananggota-anggotanyadinamakansimpul, dan

E = ���,��; �,� ∈ ��adalah himpunan sisi yang menghubungkan sepasang simpul(Munir, 2003).

Difinisi diatas menyatakan bahwa V tidak boleh kosong, sedangkan E boleh kosong. Jadi sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu buah pun, tetapi simpulnya harus ada minimal satu.

Graf yang hanyamempunyaisatubuahsimpultanpasebuahjalurdinamakangraf

(64)

Simpulpadagrafdapatdinomoridenganhuruf, sepertia, b, c, . . ., v, w, . . .,

denganbilanganasli 1, 2, 3, . . ., 3 ataugabungankeduanya. Sedangkansisi yang

menghubungkansimpulu dengansimpulv

dinyatakandenganpasangan(u,v)ataudinyatakandenganlambang�1, �2… Dengan kata lain, jikae adalahsisi yang menghubungkansimpulu dengansimpulv, makae

dapatditulissebagaie = (u,v).

Namasuatujalurdapatdituliskandenganpasangansimpulnya, misalnyadarigambargrafdibawahjalur�2.

b

�3 c

a

�2 �4

�1

e�5d

Gambar 2.4 Graf G dengan 5 simpul dan 5 sisi

Suatu graf dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada gambar 2.4 di atas. Selain itu graf dapat juga disajikan dalam bentuk matriks yaitu matriks berelasi dan matriks berisisian seperti berikut ini.

Andaikan G = (V,E) adalah graf sederhana dengan banyak simpul di V adalah n. Misalkan simpul-simpul dari G adalah �1,�2,�3, … ��. Matriks berelasi dari suatu graf G adalah matriks nol-satu n x n dengan 1 sebagai entri dari ���jika �dan ��berelasi artinya (��,��) ∈ E, dan 0 sebagai entri dari ��� jika ��dan��tidak berelasi artinya (�,�) ∉ E. dengan kata lain jika matriks berdekatan, maka entrinya adalah:

��� = �

(65)

Matriks berdekatan dari graf sederhana adalah simetrik ,yaitu ��� =��� . Kedua entri itu sama dengan 1 bila �dan �berdekatan dan keduanya sama dengan 0 bila �dan �tidak berdekatan. Selanjutnya karena matriks dari graf sederhana tidak mempunyai loop, maka setiap entri ���untuk �=�adalah 0. Matriks berdekatan dapat juga digunakan untuk menyajikan graf tidak berarah yang mempunya loop dan jalur ganda. Suatu loop pada simpul �atau �diwakili oleh 1 pada posisi �ke �dengan�= �sehingga��� = 1 untuk �= �pada matriks berdekatan. Untuk jalur ganda bahwa entri��� pada matriks berdekatan adalah sama dengan banyaknya jalur yang berhubungan �dengan � dengan�=�. Semua graf tidak berarah yang mempunyai jalur ganda dan pseudograf mempunyai matriks berdekatan yang simetris.

Contohmatriksberdekatanuntukmenyajikangrafpadagambar

2.4.Kalauurutansimpul-simpulnyaadalaha, b, c, d, e makadapatdianggap�1 =�, �2 =�, �3 = �, �4=d,�5= e. Dari gambar 2.4diperoleh E = {ac, ae, be, dc, de} berarti�13= 1,�15= 1, �25 = 1, �43 = 1, dan�45 = 1, sedang selainnya entrinya 0. Matriks yang menyajikan graf tersebutadalahsebagaiberikut:

Gambar

Tabel 4.1 Data persampahan di Kota Medan
Tabel 4.3
Tabel 4.5
Tabel 4.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler menguraikan pengelompokan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diakomodasi oleh satuan pendidikan

Kisi-Kisi UAS Semester 1 (Ganjil) Bahasa Indonesia Kelas VII (7) dan Contoh

Refleksi merupakan aktivitas melihat hasil pembelajaran baik hasil pembelajaran secara kognitif, motivasi belajar siswa serta kekurangan pada proses pembelajaran yang

Kondisi stress kerja terkait dengan suhu dapat dibedakan berdasarkan gangguan tubuh akibat suhu tempat kerja, gangguan suhu pada tubuh manusia terjadi pada kondisi

Sedangkan hasil penelitian Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Petis Ikan di Pasar Klampis Bangkalan Madura yang telah dilakukan di dapatkan hasil

Iklan-iklan yang memanfaatkan figur wanita sebagai daya tarik, diklasifikasikan. dalam dua kategori menurut tipe pendekatan keterlibatan wanita di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tablet Fe dengan vitamin C dan sari kurma terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada Siswi Anemia

Melihat usah Industri Tahu “Vivi” tersebut telah berada di atas daerah titik pulang pokok atau dengan kata lain telah memperoleh keuntungan, maka untuk