• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah akar merupakan faktor yang penting dalam mengetahui kemampuan eksplan untuk menyerap nutrisi pada medium kultur. Semakin banyak jumlah akar dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi pada medium. Fungsi lain akar yang juga berperan penting dalam pertumbuhan eksplan adalah sebagai pengangkut. Perhitungan jumlah akar dilakukan pada keseluruhan eksplan di tiap perlakuan yang sudah terlihat adanya pertumbuhan akar.

Berdasarkan data Tabel 4 dan hasil sidik ragam pada Lampiran V, konsentrasi air leri dan BAP memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penambahan jumlah akar. Artinya, berbagai konsentrasi air leri dan BAP memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan akar eksplan anggrek tebu. Hal ini dikarenakan kandungan fosfor pada air leri memacu pembelahan sel akar serta didukung pula oleh kandungan sulfur dari air leri yang berfungsi memacu sintesis thiamin (vitamin B1) untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar. Selain itu, kandungan magnesium yang cukup tinggi pada media yang diberi air leri juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator enzim-enzim fotosintesis serta respirasi yang diperlukan untuk sintesis protein. Zulkarnain (2009) menambahkan, kandungan nitrogen rupaya menggiatkan perakaran yang lebih dalam dan lebih banyak pada awal musim, hal tersebut diduga karena adanya peningkatan luas daun dan lebih banyak hasil asimilasi untuk pertumbuhan akar, sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa medium MS memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan medium lainnya.

(a) (b) (c)

Perlakuan aquadest + 0,5 mg/l BAP menunjukkan nilai terbaik untuk jumlah akar yaitu sebesar 1,70 akar namun, nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan aquadest + 1 mg/l BAP dan 25% air leri + 1 mg/l BAP yaitu sebesar 1,30 akar. Meskipun jumlah akar cenderung sedikit pada perlakuan pemberian air leri dibandingkan aquadest, namun perlakuan pemberian air leri dan cenderung menghasilkan akar yang lebih panjang. Hal ini dikarenakan kandungan fosfor untuk pembelahan sel dilakukan untuk pemanjangan akar eksplan. Selain itu, hormon auksin yang diberi dalam jumlah sedikit juga dimanfaatkan untuk pemanjangan sel akar sehingga akar lebih panjang namun jumlahnya lebih sedikit.

Gambar 9. Akar Eksplan Anggrek Tebu pada 22 MST (a) aquadest + 1 mg/l BAP, (b) 25% air leri + 0,5 mg/l BAP, (c) 25% air leri + 1 mg/l BAP

Gambar 9 merupakan akar eksplan anggrek tebu yang diamati pada 22 MST. Perkembangan akar anggrek tebu pada minggu ke-22 terlihat lebih panjang dibandingkan pada pengamatan minggu 8. Akar anggrek tebu pada minggu ke-22 pada perlakuan (a) memiliki akar yang banyak dan pendek. Sementara itu, pada perlakuan yang diberi air leri akar cenderung lebih sedikit namun lebih panjang. Gambar (b) dan (c), menunjukkan akar menggulung pada bagian bawah medium. Hal ini dikarenakan adanya kandungan bahan organik pada medium berupa fosfor dan vitamin B1 untuk memacu pembelahan sel pada akar. Vitamin

B1 mengandung tiamin yang berfungsi untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar (Sudarmiyatun, 2012). Oleh karenanya, pembelahan sel cenderung terjadi pada ujung akar untuk pemanjangan akar.

Bahan organik dalam perombakannya hingga tersedia untuk eksplan membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga unsur fosfor dan magnesium yang digunakan untuk pembelahan sel dan kofaktor enzim dalam pembelahan sel baru dapat dimanfaatkan untuk pembentukan akar. Oleh karenanya, pengaruh dari medium baru terlihat lama setelah dipindahkan di medium yang terdapat bahan organik didalamnya. Selain itu, terdapat hormon pertumbuhan tanaman yang mampu mensintesis pembentukan akar tanaman seperti auksin dan sitokinin. Hormon auksin dapat meningkatkan aktivitas pembentukan akar adventif pada pangkal potongan dari suatu batang dengan adanya transpor auksin yang dilakukan dari ujung tunas ke pangkal tunas, yang disebut dengan transpor polar basipetal. Transpor polar basipetal merupakan transpor yang tidak dapat bergerak dengan arah sebaliknya dan membutuhkan energi. Sementara hormon sitokinin berperan terhadap pembelahan sel pada eksplan. Sitokinin diproduksi pada bagian pangkal batang yang kemudian di translokasikan ke seluruh tanaman melalui aliran transpirasi (Campbell, dkk. 2003).

38 A. Kesimpulan

1. Penggunaan air leri dan BAP dengan berbagai konsentrasi mampu memultiplikasi potongan tunas anggrek tebu dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan panjang akar anggrek tebu.

2. Penggunaan 75% air leri + 1 mg/l BAP pada medium ½ MS merupakan konsentrasi terbaik untuk multiplikasi anggrek tebu.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan media 1 MS dan waktu pengamatan yang lebih lama untuk dapat melihat pengaruh air leri terhadap pertumbuhan eksplan anggrek tebu.

39 DAFTAR PUSTAKA

Acima. 2006. Pengaruh jenis medium dan konsentrasi BAP terhadap multiplikasi adenium (Adenium obesum) secara in Vitro. Skripsi S1 Fakultas

Pertanian UNS. Surakarta.

Anis S. dan Oetami D.H. 2010. Pengaruh Sterilan dan Waktu Perendaman pada Eksplan Daun Kencur (Kaemferia galanga L) untuk Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus. Fakultas Pertanian. Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Anonim. 2010. Peluang Pemanfaatan Air Limbah Cucian Beras Sebagai Pupuk Organik. http://selaputs.blogspot.com/2010/12/peluang-pemanfaatan-air-limbah-cucian.html., diakses Juni 2014.

Campbell, Neil A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Farah R. L., Evie R. dan Rahmad W. 2013. Pengaruh 6-benzylamino purine (BAP) dan 6-furfuryl amino purine (Kinetin) pada Medium MS terhadap Pertumbuhan Eksplan Ujung Apikal Tanaman Jati secara In Vitro. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Surabaya.

Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Pusat Antar Universitas (PAU), Bioteknologi, IPB. Bogor.

Hartati, Yunita. 2013. Produksi Tunas Tumbuhan Kebiul Eksplan Asal Embrio pada Berbagai Komposisi Hormon secara In Vitro dan Implementasinya sebagai Bahan Life Skill pada Pembelajaran Biologi. Tesis. Universitas Bengkulu.

Hutami S. 2008. Masalah Pencoklatan pada Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen 4(2):83-88.

Iswanto, H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Agro Medium Pustaka. Jakarta.

Katuuk, J.R.P. 1989. Teknik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Departemen P&K. Jakarta.

Laela Sari. 2005. Optimalisasi Medium untuk Jumlah Daun dan Multiplikasi Tunas Lidah Buaya (Aloe vera) dengan Pemberian BAP dan Adenin. Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. Bogor

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Livi Takliviyah., dkk. 2014. Evektivitas Numeri “Nutrisi Alami Air Leri” sebagai Pengganti Nutrisi Sintetis pada Anggrek Grammatophyllum speciosum secara In Vitro. Laporan Program Kreativitas Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogayakarta. Yogyakarta. Miryam, A, I. Suliansyah, dan A. Djamaran. 2008. Multiplikasi Jeruk Kacang

(Citrus nobilis L.) pada Beberapa Konsentrasi NAA dan BAP pada Medium WPM secara In Vitro. Jerami.1(2): 1-8.

Nurhasanah, E. 2009. Perbanyakan Anggrek Grammatophylum scriptum Melalui Proliferasi Tunas Adventif Secara In Vitro. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Nursetiadi, Eka. 2008. Kajian Macam Medium Dan Konsentrasi BAP terhadap Multiplikasi Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L.) secara In Vitro. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Peraturan Pemerintah. 1999. Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tanggal 27 Januari 1999.

Perhimpunan Anggrek Indonesia Cabang Batu. 2005. Budidaya Tanaman Anggrek. http://anggrek.org/budidaya-tanaman-anggrek.html/3., diakses Mei 2015.

Plantamor. 2012. Informasi Spesies Anggrek Tebu. http://www.plantamor.com/. Diakses September 2016

Pramesyanti, A. 1999. Pengaruh Bubur Buah Beberapa Kutivar Pisang terhadap Pertumbuhan Vegetatif Plantlet Dendrobium Kamiya’s Pride x Dendrobium Rulita Beauty pada Medium Vacin dan Went Modifikasi. Skripsi FMIPA. Jurusan Biologi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Bulanan Indikator Makro Sektor Pertanian. Kementrian Pertanian RI. Volume 8, Nomor 3. Puspita, Y. 2011. Mikropropagasi Tanaman Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum Bl.) Secara In Vitro Dari Sumber Eksplan Tunas Pucuk Pada Medium MS (Murashige-Skoog) Dengan Penambahan Madu. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman. Volume 10, Nomor 1.

Rahman. 2013. Induksi Tunas Tin (Ficus carica L) secara In Vitro pada Medium MS dengan Penambahan BAP dan NAA. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Rimando, Tito J. 2001. Ornamental Horticulture A Little Giant in The Tropics. SEAMO SEARCA and UPLB. Philipines. 99p.

Santoso, U. dan F. Nursandi. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.

Sjahril, Rinaldi. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah: Pembiakan In Vitro. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sudarmiyatun, Sri. 2012. Budidaya Tanaman Hias. Balai Pustaka. Jakarta.

Syatria N. 2010. Plant Preservative Mixture (PPM) bahan kimia pengurang Kontaminasi Mikroba. http://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com /2010/04/plant-preservative-mixtur-ppm.html., diakses Mei 2016. Wattimena, G.A. 1992. Zat pengatur tumbuh tanaman. PAU Bioteknologi. IPB.

Bogor.

Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Secara In Vitro Kultur Jaringan Tanaman, Edisi Indonesia. IKIP Semarang Press. Semarang.

Wetter, L.R. dan F. Constebel. 1982. Plant Tissue Culture Methods. Diterjemahkan oleh Widianto, Mathilda. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman, edisi kedua. Penerbit: ITB. Bandung.

Widiastoety dan Santi. 1996. Pembibitan dan Budidaya Anggrek. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta.

Wulandari, C.G.M, Sri, M dan Sri, T. 2011. Pengaruh Air Cucian Beras Merah dan Beras Putih Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa L.). Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Yuanita Wijayani, Solichatun dan Widya Mudyantini.2004. Pertumbuhan Tunas dan Struktur Anatomi Protocorm Like Body Anggrek Grammatophyllum scriptum (Lindl.) Bl. dengan Pemberian Kinetin dan NAA. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS. Surakarta.

Yusnita. 2004. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Agro Medium Pustaka. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran I. Komposisi Medium Murashige and Skoog (MS)

(Sjahril, 2011) Komponen Komposisi (mg/l) Makronutrien: NH4NO3 KNO3 CaCl2. 2H2O MgSO4. 7H2O KH2PO4 Mikronutrien: KI H3BO3 MnSO4.H2O ZnSO4. 7H2O Na2MoO4. 2H2O CuSO4. 5H2O CoCl2. 6H2O Na2EDTA FeSO4. 7H2O

Vitamin dan asam amino Thiamin HCL Asam nikotinic Pyridoxin HCL Glycine Myo-inositol Sukrosa Agar 1.650 1.900 332,2 370 170 0,83 6, 2 16,9 8,6 0,25 0,025 0,025 37,3 27,8 0,1 0,5 0,5 2,0 100 30 7 gr/l

Lampiran II. Perhitungan Pembuatan Medium MS

Tiap larutan dibagi ke dalam 10 botol dengan volume medium masing-masing 20 ml. 1 L Medium MS 1 L Medium ½ MS 1. MS 4 gram 2. Stok mikro 10 ml (10 ml/l) 3. Vitamin MS 10 ml (10 ml/l) 4. Fe 10 ml (10 ml/L)

5. Mio inositol 0,1 gram 6. Ppm 1 ml

7. Sukrosa 30 gram 8. Gellan gum 4 gram 9. NAA 0,1 mg

1. MS 2 gram

2. Stok mikro 10 ml (10 ml/l) 3. Vitamin MS 10 ml (10 ml/l) 4. Fe 10 ml (10 ml/l)

5. Mio inositol 0,1 gram 6. Ppm 1 ml

7. Sukrosa 30 gram 8. Gellan gum 4 gram 9. NAA 0,1 mg 200 ml Medium ½ MS 1. MS 0,4 gram 2. Stok mikro 2 ml (10 ml/l) 3. Vitamin MS 10 ml (10 ml/l) 4. Fe 10 ml (10 ml/l)

5. Mio inositol 0,02 gram 6. Ppm 0,2 ml

7. Sukrosa 6 gram 8. Gellan gum 0,8 gram 9. NAA 0,02 mg

aquadest + 0,5 mg/l BAP 25% air leri + 0,5 mg/l BAP 50% air leri + 0,5 mg/l BAP 75% air leri + 0,5 mg/l BAP 100% air leri + 0,5 mg/l BAP

25% air leri + 1 mg/l BAP 50% air leri + 1 mg/l BAP 75% air leri + 1 mg/l BAP 100% air leri + 1 mg/l BAP aquadest + 1 mg/l BAP

Lampiran III. Bagan Pembuatan Medium

Stok diambil sesuai kebutuhan

Dimasukkan ke Erlenmeyer

BAP dan NAA dimasukkan sesuai kebutuhan

Sukrosa ditambahkan

Air leri/aquadest dimasukkan 190 ml

Cek pH

Air leri/aquadest dimasukkan kembali hingga mencapai 200 ml

Agar dimasukkan dan dihomogenkan

Direbus hingga mendidih

Dimasukkan ke botol dan ditutup dengan plastik dan karet

Sterilisasi 20 menit

pH < 6 + NaOH pH > 6 + HCL

J11 H52 B22 C22 A52 G51 C42 H31 B42 A11 H21 C11 G21 E31 C32 G22 G52 F32 E12 F42 I42 G32 I31 E42 C12 F22 H12 D32 A21 I51 F41 D42 E51 D22 F52 C51 J21 E22 G31 J51 I41 H41 F31 F51 J22 I11 H42 D41 I12 J32 A51 B31 J52 B11 D11 E52 B51 A32 G41 G12 A42 D51 I32 H51 F12 C41 I21 E32 D12 E11 G11 B21 H11 C21 D31 A41 H22 D52 D21 H32 G42 B52 J42 A31 E41 F21 I52 E21 I22 J41 F11 F12 C31 A12 A22 C52 J12 J31 B11 B32

Lampiran IV. Lay Out Penelitian

Keterangan:

A = aquadest + 0,5 mg/l BAP B = 25% air leri + 0,5 mg/l BAP C = 25% air leri + 0,5 mg/l BAP D = 25% air leri + 0,5 mg/l BAP E = 25% air leri + 0,5 mg/l BAP

F = aquadest + 1 mg/l BAP G = 25% air leri + 1 mg/l BAP H = 25% air leri + 1 mg/l BAP I = 25% air leri + 1 mg/l BAP J = 25% air leri + 1 mg/l BAP

Lampiran V. Hasil Sidik Ragam a. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tunas

Sumber Varian db JK KT F Hitung Pr>F

Model 9 1,332101 0,14801122 1,64 0,1167 ns

Galat 90 8,138790

Total 99 9,470891

Keterangan: ns : perlakuan tidak memberikan pengaruh berbeda secara signifikan pada taraf α=5%.

b. Tabel Sidik Ragam Jumlah Tunas

Sumber Varian db JK KT F Hitung Pr>F

Model 9 1,826649 0,202961 4,89 < 0,0001 s

Galat 90 3,735810 0,041509

Total 99 5,562459

Keterangan: s : perlakuan memberikan pengaruh berbeda secara signifikan pada taraf α=5%.

c. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun

Sumber Varian db JK KT F Hitung Pr>F

Model 9 3,9336760 0,43707511 2,23 0,0267 s

Galat 90 17,614100 0,19571222

Total 99 21,547776

Keterangan: s : perlakuan memberikan pengaruh berbeda secara signifikan pada taraf α=5%.

d. Tabel Sidik Ragam Jumlah Akar

Sumber Varian db JK KT F Hitung Pr>F

Model 9 2,0781040 0,23090044 2,40 0,0172 s

Galat 90 8,6448600 0,09605400

Total 99 10,722964

Keterangan: s : perlakuan memberikan pengaruh berbeda secara signifikan pada taraf α=5%.

47 Lampiran VI. Hasil Analisis Data Pengamatan Seluruh Perlakuan

Perlakuan Persentase Eksplan Hidup (%) Persentase Eksplan Kontaminasi (%) Persentase Eksplan Browning (%) Persentase Eksplan Bertunas (%) Pertambahan Tinggi Tunas (cm) Pertambahan Jumlah Tunas Pertambahan Jumlah Daun (Helai) Persentase Eksplan Berakar (%) Jumlah Akar aquadest + 0,5 mg/l BAP 100 0 0 70 0.98 a 0.80 a 2.20 a 100 1.70 a

25% air leri + 0,5 mg/l BAP 90 10 0 0 0.70 a 0.00 b 1.30 ab 60 0.70 bc

50% air leri + 0,5 mg/l BAP 100 0 0 0 1.02 a 0.00 b 0.80 b 70 0.90 bc

75% air leri + 0,5 mg/l BAP 90 10 0 0 0.62 a 0.00 b 1.20 ab 60 0.80 bc

100% air leri + 0,5 mg/l BAP 90 10 0 20 0.24 a 0.20 b 0.80 b 70 0.70 bc

aquadest + 1 mg/l BAP 90 10 0 60 1.03 a 0.70 a 2.10 a 80 1.30 ab

25% air leri + 1 mg/l BAP 80 20 0 20 1.26 a 0.20 b 1.50 ab 100 1.30 ab

50% air leri + 1 mg/l BAP 90 0 10 20 0.69 a 0.30 b 2.00 ab 40 0.50 c

75% air leri + 1 mg/l BAP 100 0 0 20 0.98 a 0.20 b 2.40 a 70 0.90 bc

100% air leri + 1 mg/l BAP 90 10 0 0 0.54 a 0.00 b 1.20 ab 70 1.00 bc

1

MULTIPLIKASI ANGGREK TEBU (Grammatophyllum speciosum)

Dokumen terkait