• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah orang yang beraktivitas dan sampah fisik yang terdapat di dermaga dan TPI di PPP Lampulo dermaga dan TPI di PPP Lampulo

PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Sanitasi dan Higienitas Dermaga dan TPI di PPP Lampulo Dermaga dan TPI di PPP Lampulo

5.2.2 Jumlah orang yang beraktivitas dan sampah fisik yang terdapat di dermaga dan TPI di PPP Lampulo dermaga dan TPI di PPP Lampulo

Terdapat faktor lain selain aktivitas yang mempengaruhi sanitasi dan higienitas dermaga dan TPI di PPP Lampulo, yaitu banyaknya orang yang beraktivitas dan jumlah sampah fisik yang terdapat di dermaga dan TPI tersebut. Banyaknya orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI secara tidak langsung mempengaruhi banyaknya sampah yang terdapat di dermaga dan TPI tersebut. Apalagi jika orang-orang tersebut tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan misalnya membuang sampah sembarangan yang berakibat pada kotornya lingkungan dan menimbulkan bau yang tidak sedap jika sampah tersebut dibiarkan menumpuk dan membusuk.

Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa sampah fisik di dermaga dan TPI meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI (Tabel 11, 12, 13, 14, dan 15). Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah sampah yang dihasilkan pada pagi hari dan sore hari. Perbedaan ini dikarenakan jumlah kapal yang mendarat pada pagi hari lebih banyak dibandingkan pada sore hari sehingga jumlah orang yang beraktivitas pada pagi hari juga lebih banyak dibandingkan sore hari dan hal ini secara tidak langsung meningkatkan jumlah sampah fisik di dermaga dan TPI yang berasal dari aktivitas yang dilakukan.

Berdasarkan data dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa estimasi jumlah sampah padat dari kotak amatan 1-8 pada pagi hari secara berturut-turut yaitu sebesar 30, 80, 101, 61, 67, 135, 307, dan 173 potongan. Pada kotak amatan ke-7

74

adalah kotak amatan yang memiliki potongan sampah padat terbanyak, begitu pula untuk pengamatan pada sore hari, komposisi potongan sampah terbanyak juga terdapat pada kotak amatan ke-7 (Gambar 29). Estimasi jumlah sampah pada sore hari dari kotak amatan ke-1 sampai kotak amatan ke-8 secara berturut-turut adalah 26, 43, 64, 34, 36, 65, 240, dan 106 potongan.

Tabel 11 Jumlah sampah padat di dermaga PPP Lampulo tahun 2010

Hari/

tanggal Waktu

Kotakan ke-

Jumlah sampah/limbah/buangan amatan menurut jenis (potong) Botol/ kaleng bekas Plastik bekas Puntung rokok Potongan tubuh ikan Sisa makanan (Kulit buah) Sabtu 10 April 2010 10.00 s/d 11.00 1 3 10 12 5 -2 8 18 19 5 30 3 13 32 34 6 16 4 13 22 11 6 9 5 15 16 11 20 5 6 46 55 14 12 8 7 54 104 61 73 15 8 29 58 13 66 7 Rata-rata 23 39 22 24 11 Simpangan 18,6 31,6 17,6 28,5 9,2 Kisaran 3-54 10-104 11-61 5-73 0-30 Jumlah 181 315 175 193 90 Sabtu 10 April 2010 17.00 s/d 18.00 1 2 8 12 2 2 2 3 10 12 2 16 3 10 21 15 4 14 4 7 13 8 4 2 5 7 9 6 12 2 6 22 31 5 4 3 7 52 98 43 41 6 8 14 32 6 52 2 Rata-rata 15 28 13 15 6 Simpangan 16,4 30,0 12,5 19,8 5,8 Kisaran 2-52 8-98 5-43 2-52 2-16 Jumlah 117 222 107 121 47

Adapun banyaknya sampah padat yang terdapat di seluruh kotak amatan pada pagi hari berupa botol/kaleng bekas yang berkisar antara 3-54 potongan, plastik bekas berkisar antara 10-104 potongan, puntung rokok sebanyak 11-61 potongan, potongan tubuh ikan sebanyak 5-73 potongan, dan yang berupa sisa

75

makanan seperti kulit buah berkisar antara 0-30 potongan. Namun, banyaknya sampah padat tersebut menurun pada pengamatan yang dilakukan sore hari. Ini terlihat dengan adanya potongan-potongan seluruh jenis sampah di dermaga yang berkisar antara 2 sampai 98 potongan (Tabel 11).

Jika dilihat secara keseluruhan dari luas dermaga, estimasi jumlah sampah padat berdasarkan jenisnya yang terdapat di dermaga pada pagi hari yaitu 181 potongan berupa botol/kaleng bekas, 315 potongan plastik bekas, 175 potongan puntung rokok, 193 potongan tubuh ikan, dan 90 potongan sisa makanan. Pada pengamatan sore hari diperoleh jumlah botol/kaleng bekas sebanyak 117 potongan, plastik bekas 222 potongan, puntung rokok 107 potongan, potongan tubuh ikan 121 potongan, dan berupa sisa makanan sebanyak 47 potongan (Tabel 11).

Gambar 29 Histogram jumlah sampah berupa potongan sampah per kotak amatan di dermaga PPP Lampulo tahun 2010.

Banyaknya jumlah sampah yang terdapat di dermaga juga terjadi di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pane (2008b) diperoleh bahwa persentase luas areal aktivitas terkena potongan ikan di dermaga mencapai 28,8%, lebih besar 12,1% dibandingkan luas areal yang terkena dampak pada pengamatan di TPI.

76

Selain itu, sampah cair yaitu genangan air dan darah ikan yang terdapat di dermaga PPP Lampulo juga berbeda-beda tiap kotak amatannya. Pada pengamatan pagi hari, diperoleh bahwa genangan air/lendir yang terbesar terdapat pada kotak amatan ke-2, sedangkan luas genangan darah yang terbesar terdapat pada kotak amatan ke-3 yaitu 2.160 cm2 (Tabel 12). Rata-rata luas genangan per kotak amatan adalah 1.783 cm2 atau berkisar antara 0 cm2–7.100 cm2 per kotak amatan.

Tabel 12 Jumlah sampah cair di dermaga PPP Lampulo tahun 2010

Hari/

tanggal Waktu

Kotakan ke-

Jumlah sampah/limbah/buangan amatan menurut jenis (cm2)

Genangan darah ikan Genangan air/lendir

Sabtu 10 April 2010 10.00 s/d 11.00 1 360 580 2 770 7.100 3 2.160 5.000 4 50 3.505 5 - 850 6 400 5.600 7 - 500 8 - 1.650 Rata-rata 468 3.098 Simpangan 737,0 2.571,8 Kisaran 0-2.160 500-7.100 Jumlah 3.740 24.785 Sabtu 10 April 2010 17.00 s/d 18.00 1 240 420 2 330 3.100 3 850 200 4 230 430 5 120 100 6 - 80 7 - 150 8 - 220 Rata-rata 221 588 Simpangan 284,0 1.023,8 Kisaran 0-850 80-3.100 Jumlah 1.770 4.700

Pengamatan pagi hari diperoleh bahwa banyak kotak amatan yang memiliki genangan darah ikan sebesar 62% dari keseluruhan kotak amatan, sedangkan genangan air/lendir terdapat pada seluruh kotak amatan. Jika dilihat

77

secara keseluruhan dari luas dermaga PPP Lampulo pada pengamatan pagi hari, luas genangan mencapai 28.525 cm2 yang terdiri atas 3.740 cm2 genangan darah ikan dan 24.785 cm2 genangan air/lendir atau 13% genangan darah ikan dan 87% genangan air/lendir (Tabel 12).

Tabel 12 juga menunjukkan bahwa waktu pengamatan sore hari diperoleh rata-rata luas genangan pada tiap kotak amatan sebesar 809 cm2 yang terdiri atas genangan darah 221 cm2 dan genangan air/lendir 588 cm2 dimana luas genangan darah untuk tiap kotak amatan berkisar antara 0-850 cm2 dan luas genangan air/lendir berkisar antara 80-3.100 cm2. Banyaknya kotak amatan yang tergenang darah pada waktu pengamatan sore hari sama seperti pada pagi hari yaitu 62%, sedangkan genangan air/lendir terdapat pada seluruh kotak amatan.

Selain dermaga pendaratan, lokasi yang menjadi tempat pengamatan banyaknya sampah fisik juga dilakukan di TPI. Di dalam gedung TPI tidak terlalu banyak sampah fisik berupa sampah padat. Hal ini terjadi karena di dalam gedung TPI tidak berlangsung banyak aktivitas, sebagian besar luas gedung TPI digunakan untuk menaruh cool box yang berukuran besar sehingga luas TPI yang tersisa digunakan untuk aktivitas pemasaran oleh pengecer.

Sampah fisik berupa sampah padat yang paling banyak terdapat di TPI pada pagi dan sore hari adalah sampah plastik bekas dan potongan tubuh ikan, yaitu sebanyak 103 potongan sampah plastik bekas dan 135 potongan tubuh ikan pada pagi hari, sedangkan pada sore hari diperoleh sampah plastik bekas sebanyak 50 potongan dan potongan tubuh ikan 46 potongan (Tabel 13).

Berdasarkan Tabel 13 diketahui pengamatan pada pagi hari diperoleh jumlah sampah padat yang berbeda untuk tiap jenisnya, yaitu jenis botol/kaleng bekas sebanyak 18 potongan, puntung rokok sebanyak 38 potongan, dan yang termasuk jenis sisa kulit buah sebanyak 5 potongan. Sementara untuk pengamatan pada sore hari, jumlah sampah padat untuk jenis botol/kaleng bekas diperoleh sebanyak 21 potongan, puntung rokok sebanyak 17 potongan, dan sisa kulit buah sebanyak 2 potongan.

78

Tabel 13 Jumlah sampah padat di TPI PPP Lampulo tahun 2010

Hari/

tanggal Waktu

Kotakan ke-

Jumlah sampah/limbah/buangan amatan menurut jenis (potong) Botol/ kaleng bekas Plastik bekas Puntung rokok Potongan tubuh ikan Sisa makanan (Kulit buah) Sabtu 10 April 2010 10.00 s/d 11.00 1 1 4 5 - -2 3 8 - 22 -3 -3 14 5 22 2 4 1 14 1 12 -5 1 14 5 13 2 6 1 13 8 7 -7 2 13 4 15 -8 1 10 4 18 -9 2 9 3 10 1 10 3 4 3 16 -Rata-rata 2 10 4 14 1 Simpangan 0,9 4,0 2,3 6,8 0,8 Kisaran 1-3 4-14 0-8 0-22 0-2 Jumlah 18 103 38 135 5 Sabtu 10 April 2010 17.00 s/d 18.00 1 2 2 2 - -2 -2 3 - 8 -3 4 6 2 8 1 4 1 7 - 5 -5 2 7 3 6 -6 1 4 4 3 7 1 6 2 7 -8 5 7 1 3 -9 2 5 2 4 1 10 1 3 1 2 -Rata-rata 2 5 2 5 0 Simpangan 1,4 1,9 1,3 2,7 0,4 Kisaran 1-5 2-7 0-4 2-8 0-1 Jumlah 21 50 17 46 2

Jumlah sampah cair di TPI juga terbagi atas 2 jenis yaitu genangan air/lendir dan darah ikan. Tabel 14 menunjukkan bahwa untuk pengamatan pagi hari diperoleh luas genangan darah ikan hanya terdapat pada 3 kotak dari 10 kotak amatan yaitu di kotak amatan ke-4, kotak amatan ke-7, dan kotak amatan ke-9 dimana luas masing-masing genangan darah sebesar 1500 cm2, 50 cm2, 165 cm2, sedangkan pada sore hari luas genangan darah terdapat pada 4 kotak amatan yaitu

79

kotak amatan 2, kotak amatan 5, kotak amatan 7, dan kotak amatan ke-10 dengan luas masing-masing genangan sebesar 134 cm2, 125 cm2, 200 cm2, dan 50 cm2. Rata-rata genangan darah ikan pada pengamatan pagi dan sore hari yaitu 172 cm2 dan 51 cm2 yang berkisar antara 0 cm2-1500 cm2 untuk pengamatan pagi hari dan 0 cm2-200 cm2 untuk pengamatan sore hari.

Tabel 14 Jumlah sampah cair di TPI PPP Lampulo tahun 2010

Hari/

tanggal Waktu

Kotakan ke-

Jumlah sampah/limbah/buangan amatan menurut jenis (cm2)

Genangan darah ikan Genangan air/lendir

Sabtu 10 April 2010 10.00 s/d 11.00 1 - 680 2 - 7.250 3 - 5.565 4 1.500 2.050 5 - 1.565 6 - 75 7 50 325 8 - 10.540 9 165 650 10 - 1.205 Rata-rata 172 2.991 Simpangan 469,7 3.563,6 Kisaran 0-1.500 75-10.540 Jumlah 1.715 29.905 Sabtu 10 April 2010 17.00 s/d 18.00 1 - 540 2 134 500 3 - 80 4 - 35 5 125 150 6 - 20 7 200 100 8 - 75 9 - 225 10 50 100 Rata-rata 51 183 Simpangan 74,7 187,2 Kisaran 0-200 20-540 Jumlah 509 1.825

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa jumlah luas genangan air/lendir untuk pengamatan pagi hari sebesar 29.905 cm2, sedangkan pada sore hari jumlah

80

luas genangan air/lendir lebih sedikit dibandingkan pada pagi hari yaitu sebesar 1.825 cm2, dimana kotak amatan yang memiliki luas genangan yang paling besar yaitu kotak amatan ke-8 pada waktu pengamatan pagi hari dan kotak amatan ke-1 untuk pengamatan pada sore hari.

Jumlah kotak amatan yang tidak tergenang darah ikan pada pengamatan pagi hari sebesar 70% dan pada sore hari sebesar 60% dari keseluruhan kotak amatan, dimana luas genangan darah ikan untuk seluruh luas TPI pada pagi dan sore hari mencapai 1.715 cm2 dan 509 cm2. Jadi, jumlah luas genangan untuk seluruh luas TPI pada pagi hari mencapai 31.620 cm2, sedangkan untuk pengamatan pada sore hari mencapai 2.334 cm2 (Tabel 14).

Banyaknya jumlah sampah fisik yang terdapat di dermaga dan TPI tersebut secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya orang yang beraktivitas di tempat tersebut. Rata-rata orang yang melakukan aktivitas tiap waktu amatan per kelompoknya adalah sebanyak 34 orang yang termasuk kelompok pedagang ikan, 7 orang pedagang non-ikan seperti pedagang asongan, 75 orang kelompok pembeli, dan 58 orang kelompok toke bangku (Tabel 15), dimana masing-masing kelompok orang tersebut berpotensi menghasilkan sampah fisik baik berupa sampah padat (botol/kaleng bekas, plastik bekas, puntung rokok, potongan tubuh ikan, dan sisa makanan) maupun sampah cair berupa genangan darah ikan dan air/lendir.

Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa estimasi jumlah orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI pada waktu pagi hari sebanyak 168 orang yang dikelompokkan atas pedagang ikan sebanyak 35 orang, pedagang non-ikan sebanyak 8 orang, pembeli sebanyak 87 orang, dan toke bangku sebanyak 65 orang. Untuk pengamatan pada sore hari, estimasi jumlah orang yang melakukan aktivitas sebanyak 160 orang yang terbagi atas pedagang ikan sebanyak 33 orang, pedagang non-ikan sebanyak 6 orang, pembeli sebanyak 63 orang, dan toke bangku sebanyak 58 orang, sehingga diperoleh estimasi jumlah orang yang beraktivitas dalam satu hari di dermaga dan TPI PPP Lampulo sebanyak 357 orang (Tabel 15).

81

Tabel 15 Jumlah kelompok orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI PPP Lampulo tahun 2010

Hari/tanggal Waktu

Kelompok orang yang beraktivitas (orang) Pedagang

Ikan

Pedagang

non-ikan Pembeli Toke bangku Sabtu 10.00 s/d 11.00 35 8 87 65 10 April 2010 Sub jumlah 195 Sabtu 17.00 s/d 18.00 33 6 63 58 10 April 2010 Sub jumlah 160 Rata-rata 34 7 75 62 Simpangan 1,4 1,4 17,0 4,9 Kisaran 33-35 6-8 63-87 58-65 Jumlah 357

Banyaknya sampah di dermaga dan TPI PPP Lampulo tersebut dapat mengganggu aktivitas yang berlangsung, dimana dengan banyaknya sampah di dermaga dan TPI menyebabkan lahan yang dapat digunakan untuk beraktivitas semakin sedikit sehingga aktivitas tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Selain itu, banyaknya sampah fisik berupa sampah padat membuat dermaga dan TPI terlihat kotor dan sampah tersebut dapat menyumbat saluran pembuangan yang terdapat di sekitar TPI sehingga sanitasi di dermaga dan TPI menjadi tidak baik yang nantinya berpengaruh pada mutu hasil tangkapan, dimana hasil tangkapan akan lebih cepat busuk karena adanya bakteri yang melekat pada tubuh hasil tangkapan akibat terkontaminasi dari sampah tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa banyaknya sampah di dermaga dan TPI PPP Lampulo memerlukan suatu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak UPTD PPP Lampulo sebagai pihak pengelola PPP Lampulo atau bekerjasama dengan instansi terkait lainnya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain memasang larangan membuang sampah sembarangan, menyediakan sarana pembuangan sampah dalam jarak tertentu, menyediakan keranjang yang tertutup agar tidak ada ceceran darah ikan dan air sisa bongkahan es, serta melakukan pembersihan sampah secara rutin (baik berupa sampah padat ataupun cair) dalam jangka waktu tertentu.

82 5.3 Faktor-faktor Terkait Sanitasi yang Berpengaruh terhadap Mutu Hasil

Tangkapan di PPP Lampulo

Dermaga dan TPI PPP Lampulo sebagai tempat yang paling banyak dilakukannya aktivitas perikanan di PPP Lampulo seperti aktivitas pendaratan, pemasaran, dan distribusi, memiliki dampak dari kondisi sanitasi yang tidak baik yang berpengaruh terhadap mutu hasil tangkapan sehingga terjadinya penurunan mutu. Terdapat beberapa penyebab penurunan mutu hasil tangkapan terkait permasalahan sanitasi dengan menganalisis faktor penyebabnya menggunakan diagram sebab akibat (fishbone diagram) agar diketahui upaya yang tepat dalam mengatasi permasalahan mengenai penurunan mutu hasil tangkapan tersebut. Faktor penyebab utama penurunan mutu hasil tangkapan terkait sanitasi di PPP Lampulo adalah fasilitas pendukung sanitasi di PPP Lampulo, penanganan hasil tangkapan, proses pemasaran, dan pelaku. Ikan mulai dianalisis sejak pendaratannya di dermaga sampai dibeli oleh konsumen. Setiap faktor penyebab utama dibuat akar permasalahan lebih rinci yang disebut sebagai faktor penyebab akar dari karakteristik mutu (Murdaniel, 2007). Berikut adalah rincian mengenai faktor penyebab utama dan faktor penyebab akar dari penurunan mutu hasil tangkapan di PPP Lampulo:

(1) Pelaku

Salah satu faktor penyebab utama penurunan mutu hasil tangkapan adalah pelaku. Akar permasalahan dari faktor penyebab utama ini dibagi 3, yaitu nelayan, pedagang, dan pembeli. Pertama, nelayan sebagai pelaku pertama yang berhubungan langsung dengan hasil tangkapan belum memiliki kesadaran akan pentingnya sanitasi terhadap mutu hasil tangkapan. Selain itu, kebanyakan nelayan yang terdapat di PPP Lampulo tidak menjaga kebersihan.

Berdasarkan wawancara dengan staf LPPMH diketahui bahwa pernah ada lembaga yang memberikan pelatihan mengenai cara penanganan hasil tangkapan agar mutu hasil tangkapan tetap terjaga, namun nelayan di PPP Lampulo tidak memberikan respon yang baik karena menurut kebanyakan nelayan PPP Lampulo penanganan yang mereka lakukan selama ini sudah cukup baik untuk menjaga mutu hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lampulo. Pada gedung TPI sudah ditempel spanduk mengenai tata cara penanganan ikan yang baik yang sesuai

83

dengan standar dari FAO agar tubuh ikan tidak rusak dan mutunya tetap terjaga (Gambar 31), namun nelayan tidak mengindahkan hal tersebut. Spanduk tersebut menjelaskan bahwa nelayan harus mencegah kerusakan fisik pada ikan seperti mengambil ikan dari palka secara hati-hati dan bekerja dengan cepat, cermat, dan higienis. Selain itu, penggunaan wadah yang terbuat dari kayu atau bambu dilarang karena bersifat dapat menyimpan air sehingga bakteri lebih mudah menempel pada wadah tersebut.

Kedua, pedagang yang terbagi atas toke bangku dan pedagang pengecer, juga tidak memiliki kesadaran terhadap mutu hasil tangkapan, serta pedagang non-ikan yang berjualan di sekitar dermaga dan TPI yang tidak menjaga kebersihan. Selain itu, toke bangku, pedagang pengecer, dan pedagang non-ikan juga seringkali membuang sampah sembarangan seperti membuang puntung rokok, meludah sembarangan, dan membuang sampah sisa makanan disembarang tempat. Hal ini berpengaruh terhadap mutu hasil tangkapan dimana dengan adanya sampah tersebut dapat mempercepat proses pembusukan pada tubuh ikan.

Faktor penyebab yang ketiga adalah pembeli. Kebanyakan pembeli tidak peduli dengan sanitasi terhadap ikan yang dibeli, pembeli hanya melihat fisik ikan sebelum dibeli, padahal mutu ikan yang dibeli belum tentu sama seperti saat dibeli. Penurunan mutu dapat terjadi karena waktu tunggu jika ikan tersebut tidak ditangani dengan baik. Semakin lama ikan itu ditangani, baik diberi penanganan seperti diberi es atau dikonsumsi/dimasak, maka semakin cepat mutunya menurun. Selain itu, pembeli sebagai salah satu pengguna pelabuhan juga sering membuang sampah sembarangan. Ditambah dengan adanya orang-orang yang tidak berkepentingan beraktivitas di dermaga dan TPI, yang juga berpotensi menghasilkan sampah fisik. Diperlukan upaya penanganan sampah dari UPTD misalnya dengan menerapkan aturan dan sanksi yang tegas terhadap orang-orang yang membuang sampah sembarangan.

84

Gambar 30 Spanduk (di depan gedung TPI PPP Lampulo) mengenai tata cara penanganan ikan dengan baik tahun 2010.

Solusi lainnya yang dapat dilakukan oleh UPTD yaitu mengadakan pelatihan bagi nelayan mengenai penanganan hasil tangkapan yang baik, bekerjasama dengan Panglima Laot sebagai lembaga adat yang dipatuhi oleh nelayan di PPP Lampulo, dan LPPMH sebagai lembaga yang ahli dalam penjagaan mutu hasil tangkapan. Pelatihan dapat dilaksanakan secara non-formal seperti memberikan penjelasan mengenai tahapan penanganan ikan sejak di kapal hingga dipasarkan dengan cara membaur dengan masyarakat nelayan, mengingat nelayan-nelayan yang terdapat di PPP Lampulo memiliki watak yang keras dan susah menerima informasi dari orang yang dianggap asing. Adanya pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran nelayan sebagai pelaku pertama yang berhubungan langsung dengan hasil tangkapan untuk menjaga mutu dan menangani hasil tangkapan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, sehingga nantinya diharapkan pendapatan nelayan dan nilai produksi PPP Lampulo dapat meningkat.

(2) Sanitasi

Permasalahan dari segi sanitasi yang berpengaruh terhadap penurunan mutu hasil tangkapan adalah sanitasi di dermaga dan TPI karena aktivitas yang paling banyak dilakukan berlangsung dikedua tempat tersebut, yaitu pada saat

85

proses pendaratan dan pemasaran. Proses pendaratan dan pemasaran dapat menimbulkan sampah fisik baik berupa potongan sampah maupun berupa genangan. Adanya sampah fisik berupa sampah padat banyak ditemukan di dermaga dan TPI seperti botol/kaleng bekas minuman, plastik bekas, kulit buah, puntung rokok, potongan tubuh ikan, dan genangan air dan darah ikan. Selain itu, konstruksi beberapa bagian bangunan di TPI dan dermaga juga sudah rusak. Pada lantai TPI terdapat banyak lubang sehingga mengakibatkan genangan air/lendir yang ada digedung TPI tidak bisa mengalir ke saluran pembuangan. Pada lantai gedung TPI juga tidak terpasang alat penyemprot lantai yang digunakan untuk membersihkan TPI.

Di sekitar dermaga dan TPI tidak ditemukan tempat sampah sehingga orang-orang yang beraktivitas di tempat tersebut membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan saluran-saluran pembuangan di sekitar TPI dipenuhi oleh sampah dan tidak dapat difungsikan lagi. Tempat sampah untuk tempat penampungan sampah sementara juga tidak ditemukan di PPP Lampulo. Tulisan-tulisan “dilarang membuang sampah” jarang ditemukan di PPP Lampulo sehingga pengguna pelabuhan sering membuang sampah sembarangan yang menyebabkan banyaknya potongan sampah di tempat-tempat yang banyak terjadi aktivitas seperti dermaga dan TPI.

Permasalahan sanitasi juga terdapat pada keranjang yang digunakan untuk menaruh hasil tangkapan yang didaratkan. Keranjang terbuat dari anyaman bambu yang memiliki celah yang dapat membuat potongan tubuh ikan menempel pada celah tersebut. Selain itu, keranjang yang terbuat dari bambu merupakan bahan yang mudah menyerap air sehingga bakteri mudah menempel pada keranjang, apalagi keranjang tersebut tidak dicuci bersih setelah pemakaian sehingga bisa menyebarkan bakteri pembusuk pada tubuh ikan. Konstruksi keranjang yang tidak memiliki penutup menjadi faktor lainnya yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. Seharusnya ikan yang didaratkan, diletakkan dalam wadah yang bersifat tidak menyerap air seperti plastik dan wadah tersebut memiliki penutup sehingga dapat melindungi ikan dari kontaminasi udara kotor dan sinar matahari langsung.

86

Sebenarnya terdapat beberapa wadah penampungan yang dapat digunakan untuk menaruh hasil tangkapan, seperti tong plastik (blong) atau styrofoam. Pane (2008) menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi utama dari wadah/basket penampungan ikan yaitu untuk mempertahankan volume, mempertahankan mutu, fungsi sanitasi atau lingkungan, dan sebagai wadah pengangkut. Wadah yang baik, dapat melindungi tubuh atau daging ikan terhadap gangguan dan tekanan dari luar seperti tekanan dari tumpukan wadah penampungan ikan lainnya, tekanan dari tumpukan ikan (bila tanpa wadah) atau tekanan benda-benda lainnya yang ada di sekitar ikan diletakkan/ditempatkan. Perlindungan ini akan mencegah tubuh/daging ikan terluka atau menjadi rusak, mencegah ikan terkena tumpahan atau tetesan lendir dari ikan-ikan dalam basket yang berada di atasnya. Selain itu, wadah penampungan juga melindungi ikan dari sentuhan langsung dengan pencemar seperti air kotor ataupun kotoran lainnya yang ada di pelabuhan.

Selanjutnya Pane juga menyebutkan bahwa jika wadah tersebut digunakan sebagai pengangkut maka harus mampu mengangkut ikan dalam volume ukuran dan jenis-jenis ikan dominan yang didaratkan di suatu pelabuhan perikanan. Selain itu, wadah pengangkut juga harus terbuat dari bahan yang tahan karat dan dikonstruksikan dengan baik agar mudah dibersihkan. Bahan-bahan logam kuat tertentu seperti besi sangat mudah teroksidasi dan menimbulkan karat, terlebih-lebih bila terkena percikan air laut (di lingkungan PP/PPI). Bagian-bagian karat tersebut dapat dengan mudah terkelupas dan tercampur dengan ikan-ikan yang berada di dalam wadah dan pada akhirnya akan membahayakan jika ikan tersebut dikonsumsi.

Kurangnya air bersih (sub subbab 4.3.3) merupakan permasalahan lainnya yang dapat menyebabkan penurunan mutu hasil tangkapan. Air bersih yang terdapat di PPP Lampulo tidak mampu mencukupi kebutuhan nelayan untuk membersihkan hasil tangkapan. Sarana air bersih yang disediakan hanya digunakan untuk membersihkan TPI dan dermaga, sedangkan untuk pencucian ikan digunakan air kolam pelabuhan.

Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari Pemerintah Kota Banda Aceh yang bekerjasama dengan UPTD untuk memperbaiki dermaga dan TPI; melakukan pembersihan di seluruh dermaga dan TPI secara rutin agar tidak ada

87

sampah yang tersisa sehingga tidak menimbulkan bau antara lain dengan air