• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Jumlah cabang

Hasil analisis sidik ragam bahwa pemberian pupuk kandang menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang pada pengamatan 2 dan 4 mst. Perlakuan waktu pemberian jamur T. harzianum pada pengamatan 2 mst menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah cabang, tetapi pada pengamatan 4 mst menunjukkan pengaruh yang nyata. Sedangkan interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah cabang pada pengamatan 2 dan 4 mst. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh pupuk kandang dan pemberian jamur T. harzianum terhadap tinggi tanaman (cm) dan jumlah cabang (bh) pada tanaman kacang tanah.

Perlakuan Tinggi Tanaman

(cm)

Jumlah (bh)

Cabang

2 mst 4 mst 2 mst 4 mst

Jenis pupuk kandang (K)

Top Soil (Kontrol) (K0) 9,57 a 15,76 b 1,66 3,75 Pupuk kandang Sapi (K1) 10,35 a 18,21 a 1,77 3,86 Pupuk kandang Ayam (K2) 7,76 b 17,52 a 1,68 3,80

Waktu pemberian jamur T. harzianum (T)

Tanpa jamur (Kontrol) (T0) 8,30 b 16,11 b 1,63 3,65 b

Pemberian 5 hari sebelum tanam (T1)

9,32 ab 17,87 a 1,69 3,93 a Pemberian saat tanam (T2) 10,05 a 17,51 a 1,78 3,83 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda

nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2 mst jenis pupuk kandang yang terbaik untuk peubah amatan tinggi tanaman adalah pupuk kandang sapi (K1) yang diikuti pada top soil (K0) dan pupuk kandang ayam (K2). Hal yang sama didapat dengan waktu pemberian T. harzianum pemberian saat tanam (T2) yang diikuti pada pemberian 5 hari sebelum tanam (T1) dan tanpa jamur (T0

Pengamatan 4 mst jenis pupuk kandang yang terbaik untuk peubah amatan tinggi tanaman adalah pupuk kandang sapi (K

).

1) yang diikuti pada pupuk kandang ayam (K2)dan top soil (K0). Demikian juga dengan pemberian jamur T.

harzianum pada pemberian 5 hari sebelum tanam (T1) yang diikuti pada pemberian saat tanam (T2) dan tanpa jamur (T0

Pengamatan 2 mst jenis pupuk kandang yang terbaik untuk peubah amatan jumlah cabang adalah pupuk kandang ayam (K

).

2) yang diikuti pada pupuk kandang sapi (K1) dan top soil (K0). Demikian juga dengan waktu T. harzianum pemberian saat tanam (T2) yang diikuti pada pemberian 5 hari sebelum tanam (T1) dan tanpa jamur (T0

Pengamatan 4 mst jenis pupuk kandang yang terbaik untuk peubah amatan jumlah cabang adalah pupuk kandang sapi (K

).

1) yang diikuti pada pupuk kandang ayam (K2) dan top soil (K0). Demikian juga dengan waktu pemberian jamur T. harzianum pada pemberian 5 hari sebelum tanam (T1) yang diikuti pada pemberian saat tanam (T2) dan tanpa jamur (T0).

Pembahasan I. Uji ekstrak pupuk kandang terhadap S. rolfsii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pupuk kandang mampu menekan perkecambahan sklerotia S. rolfsii sejak 1-4 hsi. Sedangkan waktu perendaman terlihat pada pengamatan 3 dan 4 hsi. Perendaman dengan air steril selama 0 menit belum menunjukkan penekanan terhadap daya kecambah sklerotia S. rolfsii.

Dari hasil kombinasi perlakuan ekstrak pupuk kandang dan lamanya perendaman, menunjukkan penghambatan terhadap perkecambahan sklerotia S. rolfsii. Ada dua kemungkinan tidak berkecambahnya sklerotia S. rolfsii, yaitu adanya zat toksik yang terkandung di dalam ekstrak pupuk tersebut atau sklerotia mati akibat proses perendaman. Dalam proses pematangan pupuk kandang melibatkan mikroorganisme tanah baik dari golongan bakteri seperti Enterobacter sp, dan Pseudomonas fluorescens maupun jamur seperti Trichoderma spp, Aspergillus niger dan Penicillium spp. yang merombak bahan organik (Winarsih, 2006). Mikroorganisme tersebut mampu menghasilkan zat toksik atau enzim dan asam organik lainnya yang dapat larut di dalam air. Sehingga pada saat perendaman sklerotia S. rolfsii, zat toksik atau enzim yang dikeluarkan oleh mikroorganisme menyebabkan terjadi kerusakan pada sklerotia. Sklerotia mengalami pembusukan dan tidak dapat berkecambah.

II. Pengujian viabilitas T. harzianum

Viabilitas T. harzianum dilihat dari jumlah konidia. Hal ini menunjukkan bahwa viabilitas T. harzianum tinggi pada pupuk kandang sapi dan ayam, karena pupuk kandang sapi dan ayam sebagai bahan organik mendukung perkembangan konidia. Perkembangan konidia membutuhkan sumber karbon dan energi yang diperoleh dari proses perombakan bahan organik.

Pemberian bahan organik berupa pupuk kandang ke dalam tanah merupakan bagian penting bagi interaksi antara jamur antagonis, patogen dan tanaman. Kemampuan hidup dan perkembangan populasi T. harzianum sangat ditentukan ketersediaan bahan organik sebagai sumber energi agens pengendali hayati. Kristalisasi (2007) menyatakan bahwa ketersediaan food base merupakan prasyarat bagi keberhasilan pengendalian patogen tular tanah.

Percepatan pertumbuhan T. harzianum akan menghasilkan propagul yang lebih banyak. Selain itu dijelaskan oleh Martin dan Abawi dalam Winarsih (2006), bahwa T. viridae juga menghasilkan enzim selulosa dan kitinase yang dapat menghidrolisa dan merombak bahan organik yang mengandung kitin atau selulosa, yang berfungsi sebagai sumber karbon dan energi. Pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam yang digunakan masing-masing mengandung karbon organik sebesar 23,66%, 15,45%, serta unsur hara lainnya. Kandungan bahan organik yang terdapat pada kedua pupuk kandang menjadi sumber nutrisi bagi T. harzianum sehingga pertumbuhan dan perkembangannya lebih cepat.

III. Pengujian efektifitas pupuk kandang dan jamur T. harzianum terhadap patogen S. rolfsii pada kacang tanah di rumah kasa

Pengaruh pupuk kandang dan aplikasi T. harzianum 5 hari sebelum tanam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan peningkatan pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terlihat dari periode inkubasi, kejadian penyakit, keparahan penyakit, indeks penyakit dan parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman dan jumlah cabang.

Pemberian pupuk kandang memperlama periode inkubasi, menurunkan kejadian penyakit, keparahan penyakit, menurunkan indeks penyakit serta meningkatkan jumlah cabang dan tinggi tanaman. Hal ini sejalan dengan uji laboratorium dimana pupuk kandang menunjukkan penekanan terhadap daya kecambah sklerotia S. rolfsii dan meningkatkan pertumbuhan T. harzianum. Trichoderma harzianum memerlukan nutrisi berupa selulosa yang diperoleh dari bahan organik. Kandungan selulosa yang dimiliki pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam mendukung perkembangan Trichoderma sehingga populasi dapat meningkat dan daya antagonisnya tinggi. Selulosa dirombak oleh Trichoderma menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang ayam mampu mendorong perkembangan kehidupan jasad renik yang bersifat antagonis terhadap patogen tular tanah. Pemberian pupuk kandang ayam dapat memperbaiki aktivitas mikroorganisme dan interaksi hayati di daerah perakaran tanaman, sehingga dapat dikatakan Trichoderma yang diinokulasikan pada medium tumbuh dapat berperan baik dalam menekan perkembangan penyakit.

Waktu aplikasi 5 hari sebelum tanam menunjukkan peningkatan ketahanan terhadap penyakit. Hal ini dapat dilihat dari periode inkubasi yang lebih lama, kejadian penyakit dan keparahan penyakit, indeks penyakit yang lebih rendah.

Hal ini berkaitan dengan peranan T. harzianum yang bersifat antagonis terhadap patogen S. rolfsii

Kemampuan T. harzianum menekan jamur patogen S. rolfsii pada tanaman kacang tanah menyebabkan periode inkubasi dari serangan patogen lebih lama dan cenderung tidak ada serangan penyakitnya. Hal ini diduga terjadi proses persaingan antara jamur antagonis T. harzianum dengan jamur patogen S. rolfsii. Persaingan terjadi antara jamur antagonis T. harzianum yang merupakan penghuni tanah lebih cepat pertumbuhannya karena adanya sumber nutrisi yang berasal dari pupuk kandang. Soesanto (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan jamur antagonis akan terimbas pertumbuhannya karena adanya sumber nutrisi, kemudian melakukan pengkolonian substrat dengan cepat, dan terkadang menghasilkan antibiosis dan mikoparasitisme langsung dengan jamur patogen yang merupakan saingannya.

Kemampuan jamur T. harzianum dalam menghambat dan menekan pertumbuhan jamur S. rolfsii di dalam tanah melalui beberapa mekanisme, yaitu terjadinya persaingan karena terbatasnya pasokan karbon, nitrogen, oksigen, vitamin, besi, dan tempat infeksi jamur patogen di daerah perakaran tanaman kacang tanah.

Antibiotik atau senyawa racun hasil metabolisme skunder jamur T. harzianum berpotensi menghambat pertumbuhan jamur S. rolfsii seperti peptaibol, alkil piron dan senyawa piridon. Mikoparasitisme yang terjadi adalah jamur T. harzianum memparasit jamur S. rolfsii di daerah perakaran tanaman kacang dan permukaan infeksi dari jamur S. rolfsii. Pembelitan hifa mikoparasit dipermukaan bagian dalam dirangsang oleh lektin. Sehingga mengakibatkan proses pembelitan

akan menguat karena adanya kontak fisik antara hifa. Kemampuan jamur T. harzianum mengeluarkan enzim pengurai dinding sel jamur patogen, seperti enzim lisis, kitinase, selulosa, β- 1,3- dan β 1,6glukanase, proteinase, dan ekso -α- 1,3-glukanase ketika ditumbuhkan pada polisakarida. Senyawa lain yang dihasilkan dan teridentifikasi adalah 3-(2-hidrosipropil)-4-(2-heksadienil)-2(5H)-furanon. Senyawa-senyawa ini dihasilkan dalam jumlah besar pada media tumbuh biakan cair, yang memperlihatkan kemampuan menghambat terhadap jamur F. oxysporum (Soesanto, 2008).

Pemberian jamur T. harzianum mampu menurunkan indeks penyakit karena menghambat pertumbuhan dan menekan tingkat virulensi S. roflsii dalam menginfeksi tanaman kacang tanah. Hal ini di dukung kemampuan jamur T. harzianum menghasilkan enzim kitinase dan glukanase yang dapat mendegradasi jamur S. rolfsii bukan saja ujung hifa yang masih muda, tetapi dinding sel hifa tua yang terdiri dari ikatan kitin-glukan kompleks, dan juga struktur istirahat seperti klamidospora dan sklerotia sehingga dapat mereduksi bukan hanya gejala-gejala penyakit melainkan juga penyebaran patogen (Monte, 2001).

b. Pertumbuhan tanaman kacang tanah

Perlakuan pemberian T. harzianum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang. Hal ini disebabkan karena Trichoderma merupakan mikrobia tanah yang mempunyai peranan kunci dalam meningkatkan kesuburan tanah. Pertama sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman. Kedua melakukan sintesis terhadap sebagian besar bahan

organik yang bersifat stabil, seperti pupuk kandang yang berfungsi sebagai penyimpan hara dan berperan dalam memperbaiki struktur tanah (Sutanto, 2002).

Trichoderma berfungsi sebagai bahan perombak bahan organik sehingga tersedia unsur hara bagi tanaman. Selain itu Trichoderma menjadi mikroorganisme antagonis bagi jamur patogen terbawa tanah, sehingga berpotensi dalam pengendalian hayati. Hasil perombakan bahan organik diserap tanaman akan mempengaruhi keadaan tanaman, dan keadaan tanaman dapat mempengaruhi ketahanan tanaman tehadap serangan patogen.

Trichoderma harzianum disamping sebagai organisme pengurai, dapat juga berfungsi sebagai agens hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman (Samuels, 2006). Peranan T. harzianum selain sebagai agens hayati dan menjadikan tanaman menjadi resisten atau toleran, juga dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan tajuk sehingga resisten terhadap stres biotik dan abiotik dan juga merubah status hara dari tanaman. Fenomena ini telah dibuktikan oleh Harman (2000) dengan perlakuan pada benih dengan T. harzianum pada kacang tanah kemudian ditanam pada tanah dapat menghasilkan tanaman yang lebih hijau dan peningkatan pertumbuhan, bahkan biji dan patinya lebih tinggi dari pada tanaman tanpa T. harzianum. Dari hasil penelitian Harman juga diketahui T. harzianum yang telah mengkoloni pada akar tanaman kacang tanah memberikan dua keuntungan yakni menambah kesehatan akar karena kemampuan Trichoderma sebagai jamur antagonis dan menambah kesuburan tanaman dan pertumbuhan akar. Pada penelitian yang lain Harman (2001) : Howell (2003) menggabungkan Trichoderma dengan bakteri fiksasi-N Bradyrhizobium

japonicum pada tanaman kedelai memberikan hasil yang lebih baik dari pada diberikan masing-masing dari jamur tersebut.

Waktu aplikasi 5 hari sebelum tanam menunjukkan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang lebih tinggi. Penambahan pupuk kandang atau sumber bahan organik lain dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tata air dan udara seimbang. Hal ini disebabkan di dalam pupuk kandang banyak terdapat mikroorganisme. Pupuk kandang juga mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman serta menjaga keseimbangan hara dalam tanah (Rinsema, 1993). Dari hal tersebut akar tanaman dapat menyerap air dan hara dalam tanah, sehingga meningkatkan perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman.

Perlakuan pupuk kandang sapi (K1) menunjukkan hasil beda nyata terhadap tinggi tanaman dibanding tanpa pemberian pupuk kandang (K0) dan pemberian pupuk kandang ayam (K2). Tinggi tanaman lebih tinggi pada perlakuan pupuk kandang sapi (K1). Hal ini disebabkan karena pupuk kandang sapi (K1) memiliki kandungan hara N lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian pupuk kandang (K0) dan pemberian pupuk ayam (K2). Pada perlakuan tanpa pupuk kandang (K0), kandungan hara N di dalam tanah yang dibutuhkan tanaman masih kurang sehingga pertumbuhan tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan pupuk kandang sapi (K1). Pada pupuk kandang ayam (K2), mengandung unsur hara P lebih tinggi dari unsur hara N yang sangat dibutuhkan dalam fase pertumbuhan vegetatif, sedangkan unsur hara P lebih dibutuhkan tanaman pada fase pertumbuhan generatif terutama pada hasil produksi, sehingga tinggi tanaman lebih rendah dari tanpa pemberian pupuk kandang (K0) dan pemberian pupuk

kandang sapi (K1). Unsur hara N sangat dibutuhkan tanaman pada fase pertumbuhan.

Pada semua tanaman, kebutuhan akan unsur N dalam jumlah yang cukup akan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, besar batang, pembentukan cabang dan daun, pertumbuhan pucuk dan mengganti sel-sel yang telah rusak. Sedangkan unsur hara P dapat meningkatkan produksi tanaman seperti jumlah polong pada tanaman kacang tanah. Menurut Simanungkalit et.al. (2006) peranan pupuk kandang dalam memperbaiki sifat fisik tanah terutama dalam pembentukan struktur tanah sehingga terbentuk agregat–agregat tanah dengan stabilitas yang mantap, ruang pori, aerasi dan draenase yang baik sehingga akan menjaga tata air dan udara tanah yang seimbang. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman karena akar dapat dengan mudah menembus lapisan tanah sehingga mampu memperoleh unsur hara lebih baik.

Fungsi Nitrogen bagi tanaman adalah diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Selain itu juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis, membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan, meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.

Dokumen terkait