• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

II. Pengujian viabilitas T. harzianum

Pengujian viabilitas T. harzianum dilakukan untuk menghitung banyaknya jumlah konidia yang tumbuh. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap non Faktorial dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan yaitu :

K0 = Top soil (kontrol)

K1 = Pupuk kandang sapi K2 = Pupuk kandang Ayam

Model linier yang diasumsikan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial menurut Sastrosupadi (2000) adalah sebagai berikut :

Yij = µ +

τ

i +

ε

ij Dimana :

Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke-i, dan ulangan ke – j µ = nilai tengah umum

τ

i = Efek perlakuan ke-i (K)

ε

ij

= Efek galat perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh

yang nyata atau sangat nyata dapat dilanjutkan dangan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan uji DMRT pada taraf 5% atau 1%.

Top soil diambil dengan mencangkul sedalam + 10-15 cm, kemudian dikeringanginkan dan diayak dengan ayakan sambil dibersihkan dari sampah dan kotoran. Hal yang sama dilakukan untuk pupuk kandang sapi dan kandang ayam. Selanjutnya setiap media disterilkan dengan cara dikukus pada suhu 100 o

Jamur T. harzianum yang diambil dari biakan murni dalam piring petri di encerkan dengan air steril sebanyak 10 ml, kemudian diamati kerapatan konidianya sampai sebesar 10

C selama 1 jam, kemudian dikeringanginkan. Setelah dingin media tersebut digemburkan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam cup ukuran 200 ml masing-masing sebanyak 50 g (Widhi et al., 2000).

6

dengan haemocytometer, bila terlalu rapat maka diencerkan kembali. Setelah didapat kerapatan 106

Pengamatan viabilitas dilakukan sebanyak 5 kali yaitu 5, 10, 15, 20, 25 hari setelah inokulasi (hsi), dengan cara mengambil kembali 10 g tanah di dalam cup dari setiap perlakuan, kemudian dilakukan pengenceran sampai 10

, maka diambil suspensi konidia jamur T. harzianum sebanyak 10 ml kemudian diinokulasikan dengan cara diteteskan pada setiap cup perlakuan, selanjutnya cup ditutup dengan plastik.

-5

Pengamatan jumlah koloni yang tumbuh dimulai sehari setelah inokulasi dan dilakukan setiap hari selama 4 hari.

. Selanjutnya 1 tetes hasil pengenceran diambil dan dibiakkan ke dalam piring petri yang telah diisi media PDA dan disebar merata di atas permukaan PDA, kemudian diinkubasi pada suhu ruang.

III. Pengujian efektifitas pupuk kandang dan jamur T. harzianum terhadap patogen S. rolfsii pada kacang tanah di rumah kasa

Pengujian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, dengan dua faktor yaitu :

Faktor Pertama, pemberian pupuk kandang (K) yang terdiri dari 3 taraf : K0 = Top soil tanpa pupuk kandang (kontrol)

K1 = Top soil dengan pupuk kandang sapi

K2 = Top soil dengan pupuk kandang ayam

Faktor kedua, pemberian Jamur T. harzianum (T) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

T0 = Tanpa T. harzianum (kontrol)

T1 = Jamur T. harzianum (diberikan 5 hari sebelum tanam) T2 = Jamur T. harzianum (diberikan saat tanam)

Dengan demikian diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 9 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 5 polibeg. Maka terdapat 36 plot percobaan dan 180 polibeg. Setiap polibeg terdapat 2 tanaman kacang tanah.

Model linier yang diasumsikan untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial menurut Sastrosupadi (2000) adalah sebagai berikut :

Yij = µ +

σ

i + αj + βk + αβjk +

ε

ijk Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan dari pemberian pupuk kandang ke-j, taraf T. harzianum ke-k dan ulangan ke – i

µ = nilai tengah umum

σ

i = Efek ulangan ke - i αj = Efek pupuk kandang ke-j

βk = Efek pemberian T. harzianum ke-k

αβjk

= Efek interaksi dari pupuk kandang taraf ke-j dan T. harzianum taraf ke-k

ε

ijk = Efek galat percobaan pada pupuk kandang ke-j, taraf T. harzianum ke-k dan ulangan ke-i

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata dapat dilanjutkan dangan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan uji DMRT pada taraf 5% atau 1%.

Persiapan tanah

Top soil diambil dengan mencangkul sedalam + 10-15 cm. Kemudian dikeringanginkan dan diayak dengan ayakan halus, sambil dibersihkan dari sampah dan kotoran. Tanah tersebut dicampurkan pupuk kandang dengan perbandingan tanah : pupuk kandang (4 : 1). Selanjutnya dimasukkan ke dalam polibeg dengan berat media 3 kg.

Inokulasi S. roflsii dan T. harzianum

Inokulasi sklerotia jamur S. roflsii yang tumbuh dalam media PDA, dilakukan sebelum benih kacang tanah ditanam, 10 sklerotia perpolibeg ditanam pada kedalaman ± 5 cm dari permukaan tanah dan diinkubasikan selama 5 hari sebelum tanam. Kemudian diinokulasikan jamur T. harzianum yang telah

ditumbuhkan dalam media jagung sebanyak 10 g perpolibeg sesuai dengan perlakuan yaitu 5 hari sebelum tanam dan pada saat tanam benih kacang tanah.

Penanaman benih kacang tanah

Penanaman benih kacang tanah dilakukan 5 hari setelah inokulasi jamur T. harzianum dan sklerotia S. rolfsii. Benih ditanam sebanyak 2 biji perpolibeg pada kedalaman ± 3 cm dari permukaan tanah.

Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan meliputi penyiraman yang dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan bila ada gulma yang tumbuh.

Peubah Amatan 1. Periode inkubasi

Periode inkubasi dihitung dari mulai benih ditanam sampai munculnya gejala pertama. Pengamatan dilakukan setiap pagi hari.

2. Kejadian penyakit (diseases incidence)

Kejadian penyakit diamati setiap seminggu sekali setelah tanam sampai tanaman berumur 4 mst dengan rumus (Abbott, 1925):

n

KP = x 100% N

KP = kejadian penyakit

N = jumlah tanaman yang diamati ; n = jumlah tanaman yang terserang

3. Keparahan penyakit (diseases severity)

Pengamatan keparahan penyakit dilakukan setiap minggu sampai tanaman berumur 4 mst.

Keparahan penyakit ditentukan berdasarkan rumus (Townsend dan Heuberger, 1943): KP =            

= = 3 0 ) /( . i i NV vi ni X 100%

Keterangan : KP = keparahan penyakit

ni = jumlah tanaman dengan skor ke i vi = skor ke i, i = 0-3

N = jumlah tanaman sampel

V = skor tertinggi dari tanaman terserang

Untuk menentukan tingkat serangan maka ditetapkan nilai skala serangan berdasarkan keadaan tanaman yang terserang. Nilai skala untuk setiap kategori (Nurbailis, 1992) adalah :

0 = tidak ada serangan

1 = serangan ringan, bercak tanpa mematikan

2 = serangan berat, bercak dan layu, sebagian masih berproduksi 3 = serangan sangat berat, layu dan rebah kecambah

4. Indeks penyakit

Pengamatan indeks penyakit dilakukan pada saat tanaman berumur 4 mst. Indeks penyakit ditentukan berdasarkan rumus (Azzam dan Chancellor, 2002):

n(0) + n(1) + n(2) + n(3) IP =

tn

Keterangan : IP = indeks penyakit

n = jumlah tanaman dengan nilai skala tertentu tn = jumlah tanaman sampel

Untuk menentukan Indeks Penyakit maka ditetapkan nilai skala serangan berdasarkan keadaan tanaman yang terserang. Nilai skala untuk setiap kategori (Nurbailis, 1992) adalah :

0 = tidak ada serangan

1 = serangan ringan, bercak tanpa mematikan

2 = serangan berat, bercak dan layu, sebagian masih berproduksi 3 = serangan sangat berat, layu dan rebah kecambah

5. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh (cm). Pengukuran dilakukan dua kali yaitu pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam (mst).

6. Jumlah cabang (buah)

Jumlah cabang dihitung pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam (mst).

Analisis Data

Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat nyata dapat dilanjutkan dangan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan uji DMRT pada taraf 5% atau 1%. (Sastrosupadi, 2000).

Dokumen terkait