E. Analisa Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Jumlah Daun
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 9
berikut:
Tabel 9. Rata-rata, standar , D-Min dan D-Max pertambahan jumlah daun (helai) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 9.00 1.73 7.00 12.00 7.27 10.73 P1 9.40 1.43 8.00 12.00 7.97 10.83 P2 10.00 1.61 8.00 13.00 8.39 11.61 P3 9.00 1.73 7.00 12.00 7.27 10.73 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 1 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 9,00 ± 1,73 adalah 7,27 dan 10,73 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 12,00 helai dan 7,00 helai dari taraf
Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar 9,40 ± 1,43 adalah 7,97 dan 10,83 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 12,00 helai dan 8,00 helai. Pada perlakuan pupuk daun
anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 10,00 ± 1,61 adalah 8,39 dan 11,61 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata
D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 13,00 helai dan 8,00 helai.
Pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
15 cc l-1 air (P3) sebesar 9,00 ± 1,73 adalah 7,27 dan 10,73 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun
sebesar 12,00 helai dan 7,00.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 10
berikut:
Tabel 10. Rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan jumlah daun (helai) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 12.00 2.05 9.00 16.00 9.95 14.05 P1 12.80 1.25 11.00 15.00 11.55 14.05 P2 14.10 1.81 11.00 17.00 12.29 15.91 P3 12.40 2.24 10.00 17.00 10.16 14.64 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 2 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 12,00 ± 2,05 adalah 9,95 dan 14,05 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 16,00 helai dan 9,00 helai dari taraf
perlakuan kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar12,80 ± 1,25 adalah 11,55 dan14,05 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 15,00 helai dan 11,00 helai. Pada perlakuan pupuk
daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 14,10 ± 1,81 adalah 12,29 dan 15,91 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 17,00 helai dan
11,00 helai. Pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) sebesar 12,40 ± 2,24 adalah 10,16 dan 14,64 hal tersebut menunjukkan nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah
daun sebesar 17,00 helai dan 10,00 helai.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 11
Tabel 11. Rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan jumlah daun (helai) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 15.80 1.83 14.00 19.00 13.97 17.63 P1 16.60 1.69 14.00 19.00 14.91 18.29 P2 18.40 2.11 15.00 21.00 16.29 20.51 P3 16.60 2.01 14.00 21.00 14.59 18.61 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 3 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 15,80 ± 1,83 adalah 13,97 dan 17,63 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 19,00 helai dan 14,00 helai dari taraf
perlakuan kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar 16,60 ± 1,69 adalah 14,91 dan 18,29 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 19,00 helai dan 14,00 helai. Pada perlakuan pupuk
daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 18,40 ± 2,11 adalah 16,29 dan 20,51 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 21,00 helai dan
konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) sebesar 16,60 ± 2,01 adalah 14,59 dan 18,61 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 21,00 helai dan14,00 helai.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa terhadap nilai rata-rata dan nilai standar
deviasi pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi yang berbeda
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 1 BST (Tabel 3), umur 2
BST (Tabel 4) dan umur 3 BST (Tabel 5). Demikian pula terhadap diameter
batang umur 1 BST (Tabel 6), umur 2 BST (Tabel 7) dan umur 3 BST (Tabel
8), serta pada variabel jumlah daun umur 1 BST (Tabel 9), umur 2 BST (Tabel
10) dan umur 3 BST (Tabel 11), menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun
anorganik Seprint tidak dipengaruhi oleh perlakuan pada semua taraf yaitu
perlakuan kontrol (P0), perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 5 cc l-1 air (P1), perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) dan perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) diduga unsur hara dari dalam tanah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman kakao hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2005) bahan organik tanah merupakan sumber energi dan
makanan mikroorganisme tanah, sehingga tanah permukaan jauh lebih kaya
mikroorganisme dibandingkan dengan tanah-tanah dari lapisan yang lebih
dalam. Selain itu juga menurut Sutedjo dan Kartasaopoerta (2005) secara
biologis hasil penguraian bahan organik menyebabkan tanah permukaan relatif
kaya akan berbagai mikro flora dan fauna serta organisme-organisme pelarut
berasosiasi dengan mikroba-mikroba tersebut. Begitu juga menurut
Rusmarkam dan Yubuono (2002) dengan keseimbangan kesuburan fisik dan kemis dalam tanah akan menjamin dan mendukung proses pembentukan akar
dan pertumbuhan bibit selama pertumbuhannya.
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan
unsur-unsur makanan tanaman dalam jumlah yang cukup dan seimbang sehingga
dapat memberi hasil yang diharapkan (AAk, 2005). Pada prinsipnya tanah
yang subur adalah tanah secara konsisten memberikan hasil yang baik tanpa
penambahan pupuk (Sutanto, 2005). Komposisi tanah yang terstruktur baik
dan subur biasanya dipakai sebagai media tumbuh untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang optimal di pembibitan, oleh karena itu media
tumbuh yang baik untuk pembibitan harus dapat menyediakan air, oksigen dan
unsur hara yang cukup optimal sesuai kebutuhan tanaman selama pertumbuhan
tanaman Hanafiah (2005). Humus atau bahan-bahan organik serta variabel
zat-zat hara mineral yang sangat diperlukan bagi tanaman terdapat dalam
lapisan top soil, mikro flora dan mikro fauna atau jasad renik biologis (bakteri,
cacing tanah, serangga tanah dan lain-lain) hidup berpadu dalam lapisan top
soil ini menyuburkan tanah dalam lingkungannya, sehingga bermanfaat bagi
hidup manusia (Kartasaopoerta, 2003).
Menurut Hanafiah (2005), profil tanah merupakan urutan susunan
horizon yang tampak dalam tubuh tanah, masing-masing horizon mempunyai
cirri-ciri morfologi, sifat-sifat kimia, fisik dan biologi yang khas. Horizon A
merupakan tanah permukaan (top soil) memiliki kandungan bahan organik
lebih tinggi daripada horizon B. Horizon A adalah setelah sisa-sisa organisme
maka awal dari pembentukan horizon-horison tanah terjadi, tanah lapisan atas
ini menjadi berwarna lebih gelap dan terbentuk struktur tanah yang lebih stabil
sebagai pengaruh dari bahan organik tersebut (Hardjowigeno, 2007).
Mikroorganisme tanah mengatur siklus unsur hara dengan cara
mempengaruhi proses dekomposisi yang mempengaruhi pelepasan dan retensi
unsur hara, selain daripada itu, biomassa mikroorganisme tanah mencerminkan
bahan organik yang dinamis berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi
tanaman (Handayanto dan Hairiah, 2009).
Menurut Sunanto (1992), bahwa jumlah kebutuhan unsur hara bibit
tanaman kakao untuk unsur N sebanyak 2 gram, unsur P2O5 sebanyak 2 gram, unsur K2O sebanyak 1 gram. Berdasarkan anjuran yang digunakan yaitu konsentrasi 10 cc l-1 air belum mencukupi untuk kebutuhan bibit tanaman kakao di pembibitan dan dengan taraf perlakuan pemberian konsentrasi pupuk
daun anorganik Seprint dengan interval yang terlalu dekat yaitu konsentrasi 5
cc l-1 air (P1), konsentrasi 10 cc l-1 air (P2), dankonsentrasi 15 cc l-1 air (P3) tidak berpengaruh karena kurangnya unsur hara. Hal ini sesuai pendapat
Lakitan (2000) bahwa jumlah kebutuhan unsur hara dapat dikaitkan dengan
kebutuhan tanaman untuk tumbuh dengan baik, Jika unsur hara kurang tersedia, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selain itu, menurut
Novizan (2003) unsur hara sangat diperlukan tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Jika jumlahnya kurang mencukupi, terlalu
lambat tersedia atau tidak diimbangi unsur-unsur lain akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu. Begitu juga menurut Harjadi (2002) bahwa
dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru. Sel-sel baru terbentuk karena adanya aktivitas pembelahan sel, perpanjangan sel dan deferensiasi sel.
Perlakuan pupuk daun anorganik Seprint tidak meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Hal ini diduga disebabkan oleh penyerapan unsur hara yang tersedia dalam pupuk daun anorganik Seprint terganggu karena tanaman mengalami serangan hama ulat bulu sekitar ± 10 %, bagian tanaman yang diserang adalah daun sehingga daun bergerigi, dimana daun merupakan tempat berlangsung fotosintesis, hal ini sesuai dengan pendapat Gardner (1991) yang menyatakan bahwa daun sebagai organ utama untuk menyerap cahaya dan untuk melakukan fotosintesis pada tanaman, mungkin berkembang dari embrio didalam biji atau dari jaringan meristem dibatang.