Oleh
ROHANI NIM. 080 500 131
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Oleh
ROHANI NIM. 080 500 131
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI DUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Judul Karya Ilmiah : PEMBERIAN PUPUK DAUN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO FORASTERO
Nama : Rohani
NIM : 050 500 131
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanuddin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
Lulus ujian pada tanggal 11 Agustus 2011
Pembimbing, Rusmini SP, MP NIP. 19811130 200812 2 002 Penguji, Nurlaila, SP, MP NIP. 19711030 200112 2 001
ROHANI, lahir pada tanggal 09 Mei 1989 di Kecamatan Sebatik Barat Kabupaten Nunukan Merupakan anak ke 3 dari pasangan Bapak Pawe (Alm) dan Ibu Hj. Pati.
Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 008 Sebatik Barat, Kabupaten Nunukan, lulus pada tanggal 29 Juni 2001. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Tarakan, lulus pada tanggal 28 Juni 2004. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas (SMA) Hang Tuah lulus pada tanggal 16 Juni 2007. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2008 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 03 Maret sampai dengan 03 Mei 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Anugerah Urea Sakti, Desa Puan Cepak Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
ROHANI. Pemberian Pupuk Daun Anorganik Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao Forastero (di bawah bimbingan RUSMINI).
Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibit tanaman kakao dengan menggunakan pupuk daun anorganik Seprint.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu sejak tanggal 14 Desember 2010 sampai dengan 14 Maret 2011, tempat penelitian di areal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulagi. RT 34, Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang.
Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol (P0), pemberian pupuk daun anorganik 5 cc l-1 air (P1), pemberian pupuk daun anorganik 10 cc l-1 air (P2) dan pemberian pupuk daun anorganik 15 cc l-1 air (P3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun bibit tanaman kakao belum diperoleh konsentrasi yang optimum untuk pertumbuhan bibit tanaman kakao pada umur 2 bulan sampai dengan umur 5 bulan.
Puji dan syukur penulis panjatkan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Keberhasilan dan kelancaran penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Keluarga yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis selama ini 2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
4. Ibu Rusmini, SP, MP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan bimbingannya.
5. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen penguji karya ilmiah
6. Rekan-rekan mahasiswa/i yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Penulis
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
I. PENDAHULUAN ... .. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ... .. 3
A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao ... 3
B. Tinjauan Tentang Pupuk Daun Anorganik Seprint ... 9
C. Hama dan penyakit tanaman kakao... 11
III. METODE PENELITIAN ... .. 16
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16
B. Alat dan Bahan ... 16
C. Prosedur Penelitian... 16
D. Pengambilan dan Pengolahan Data ... 18
E. Analisa Data ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... .. 21
A. Hasil ... 21
B. Pembahasan ... 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... .. 37
A. Kesimpulan ... 37
B. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... .. 38
No
1. Penyinaran yang dilakukan pada beberapa umur bibit tananan kakao 2. Kebutuhan unsur hara pada bibit tanaman kakao ... 8 3. Rata-rata dan Standar deviasi tinggi tanaman (cm) pada umur
tanaman 1 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit tanaman kakao
dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint ... 21 4. Rata-rata dan Standar deviasi tinggi tanaman (cm) pada umur
tanaman 2 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit tanaman kakao
dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint ... 22 5. Rata-rata dan Standar deviasi tinggi tanaman (cm) pada umur
tanaman 3 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit tanaman kakao
dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint ... 24 6. Rata-rata dan Standar deviasi pertumbuhan diameter batang (mm)
pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit
kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint .... 25 7. Rata-rata dan Standar deviasi pertumbuhan diameter batang (mm)
pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit
kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint .... 26 8. Rata-rata dan Standar deviasi pertumbuhan diameter batang (mm)
pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit
kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint .... 28 9. Rata-rata dan standar deviasi pertambahan jumlah daun (helai) pada
umur tanaman 1 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao
dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint ... 29 10. Rata-rata dan standar deviasi pertambahan jumlah daun (helai) pada
umur tanaman 2 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao
dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint ... 30 11. Rata-rata dan standar deviasi pertambahan jumlah daun (helai) pada
umur tanaman 3 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao
dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint ... 32 Halaman
No
1. Denah penelitian ... 41
2. Data pengamatan tinggi tanaman bibit tanaman bibit kakao (cm) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam ... 42
3. Data pengamatan tinggi tanaman bibit tanaman bibit kakao (cm) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam ... 42
4. Data pengamatan tinggi tanaman bibit tanaman bibit kakao (cm) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam ... 42 31 5. Data pengamatan diameter batang bibit tanaman bibit kakao (mm) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam ... 43
6. Data pengamatan diameter batang bibit tanaman bibit kakao (mm) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam ... 43
7. Data pengamatan diameter batang bibit tanaman bibit kakao (mm) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam ... 43
8. Data pengamatan jumlah daun bibit tanaman kakao (helai) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam ... 44
9. Data pengamatan jumlah daun bibit tanaman kakao (helai) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam ... 44
10. Data pengamatan jumlah daun bibit tanaman kakao (helai) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam ... 44
11. Kegiatan prosedur penelitian... 45
12. Kegiatan pengamatan penelitian bibit tanaman kakao ... 46
13. Gambar bibit tanaman kakao umur 32 hari setelah tanam ... 47
14. Gambar bibit tanaman kakao terserang hama ulat bulu ... 47
15. Data klimatologi selama penelitian ... 48 Halaman
I. PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya
cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan
kerja, sumber pendapatan dan devisa negara, disamping itu kakao juga berperan
dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri
(Susanto, 1994).
Perkebunan kakao di Indonesia banyak diusahakan dengan produksi yang
tinggi, namun kendala utamanya mutu yang kurang baik, terutama dari kakao
rakyat. Hal ini karena petani yang kurang memahami budidaya tanaman kakao
sepenuhnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan seperti penurunan
produktifitas pada saat ini sudah dapat dirasakan (Susanto, 1994).
Kendala yang sering dihadapi yaitu dalam hal pemupukan, padahal
pemupukan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan
mutlak dilakukan karena bisa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas
tanaman. Manfaat pupuk yang paling banyak dirasakan pada penggunaanya
adalah menyediakan unsur hara N, P dan K yang diutamakan dalam penambahan
pupuk, tetapi kemudian disadari bahwa unsur mikro juga mulai berkurang untuk
itu maka perlu penambahan unsur hara mikro dalam bentuk pupuk daun
(Setyamidjaja, 1986). Unsur hara mikro umumnya lebih banyak terdapat pada pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan
kadar unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah
tertentu (Hardjowigeno, 2007).
Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan
dengan penyemprotan ke daun, kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan
pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat,
sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Unsur hara yang diberikan lewat daun
hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau
kerusakan tanah. Seperti diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak
semuanya dapat diserap akar tanaman karena sebagian difigasi oleh tanah,
tercuci bersama air perkolasi atau tererosi bersama butir-butir tanah
(Hardjowigeno, 2007).
Pupuk daun Seprint merupakan pupuk daun yang lengkap berbentuk cair
sebagai bahan makanan secara foliar (daun) dan konsentrasi yang dianjurkan
10 cc l-1 air. Pupuk daun Seprint membantu menyuburkan daun, penunasan tunas-tunas yang baru dan mencegah daun berkerut, kering atau berlubang, dan
kelayuan daun (Anonim, 2009).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibit
tanaman kakao dengan menggunakan pupuk daun anorganik Seprint.
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
informasi para praktisi petani tentang manfaat pemberian pupuk daun anorganik
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman kakao 1. Morfologi Tanaman kakao
Menurut Susanto (1994), morfologi tanaman kakao adalah sebagai
berikut:
a. Biji
Biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya
manis. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa, dua kotiledon yang
saling melipat, dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan
radikula.
b. Batang dan cabang
Tanaman cokelat yang berasal dari biji (generatif), akan tumbuh
tanaman cokelat muda yang memiliki batang lurus. Tetapi pada umur
sekitar 10 bulan, pada batang akan terbentuk 3-6 cabang kipas. Titik
pertemuan cabang-cabang tersebut disebut dengan prapatan (jorquette).
Tinggi batang sampai terbentuk jorquette sangat bervariasi, tetapi pada
umumnya sekitar 1-2 meter dari permukaan tanah. Perkembangan tunas
air (chuppon) yang tumbuh di bawah jorquette akan membentuk
jorquette lagi, demikian seterusnya sehingga terbentuk 3-4 susunan jorquette sampai tinggi tanaman mencapai 4-15 meter. Tanaman cokelat
mempunyai percabangan yang bersifat dimorphous yaitu 2 tipe
orthotroph, dan cabang yang selalu tumbuh horizontal disebut plagiotroph. Percabangan orthotroph berasal dari cabang kipas.
c. Daun
Daun tanaman kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun.
Warna daun muda bermacam-macam, tergantung tipe atau varietas
tanaman cokelat, yaitu berwarna hijau pucat, hijau kemerah-merahan dan
merah. Setelah dewasa daun-daun muda tersebut warnanya berubah
menjadi hijau. Pada permukaan daun terdapat stomata (mulut daun atau
pori-pori daun). Tanaman cokelat yang berada di bawah naungan akan
memiliki daun lebih lebar dan warnanya lebih hijau daripada daun yang
mendapat cahaya penuh. Tanaman cokelat tergolong tanaman C3 yang
mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum
diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari
pencahayaan penuh (Siregar, dkk, 2007).
d. Akar
Akar tanaman kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar
kakao bisa sampai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah bawah.
Tanaman kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal
pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan
akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut
e. Bunga
Bunga tanaman kakao tumbuh secara berkelompok pada bantalan
bunga yang menempel pada batang tua, cabang-cabang, dan
ranting-ranting. Bunga yang keluar pada ketiak daun, lama-kelamaan akan
menggemuk dan membesar, yang disebut bantalan bunga atau buah.
Jumlah bunga kakao mencapai 5.000 – 12.000 bunga pohon
per-tahun, tetapi jumlah buah matang yang dihasilkannya hanya berkisar 1
persen saja.
f. Buah
Warna buah kakao beranekaragam, namun pada dasarnya hanya
ada dua macam yaitu buah muda berwarna hijau putih dan bila masak
berwarna kuning dan buah muda berwarna yang berwarna merah setelah
masak menjadi orange. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan
tebalnya 1 – 2 cm, pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam
kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji akan terlepas dari kulit
buah, buah yang demikian bila digoncang akan berbunyi.
2. Jenis kakao (forastero)
Kakao jenis forastero varietas lindak (bulk), relatif mudah
dibudidayakan, pertumbuhan tanaman kuat, relatif lebih tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, mempunyai produktivitas tinggi, bentuk buah
umumnya bulat sampai bulat telur, warna buah hijau muda, biji gepeng dan
kecil, warna kotiledon dominan ungu, ukuran dan berat biji heterogen
3. Syarat Tumbuh (Forastero) a. Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh subur dan berbuah banyak juga
pada ketinggian 1 m – 600 m dpl. Tanaman kakao tidak tahan terhadap
cendawan air pada musim hujan dan juga kekeringan pada musim
kemarau, sifat tanah yang baik untuk tanaman kakao yaitu memiliki
unsur hara yang tinggi dan memiliki pH tanah optimum 6,0 – 7,5
mengandung cukup udara dan air (Sunanto, 1992).
b. Iklim
Menurut Susanto (1994) Faktor iklim yang penting bagi
pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah hujan, suhu, kelembaban
udara, dan sinar matahari. Hal terpenting dari curah hujan yang
berhubungan dengan pertanaman dan produksi kakao adalah
distribusinya sepanjang tahun. Areal penanaman kakao yang ideal
adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100 – 3.000 mm per-tahun.
Suhu maksimum untuk kakao sekitar 30°C – 32oC. Sedangkan suhu minimum sekitar 18° C - 21°C (Susanto, 1994).
Menurut Susanto (1994) Lingkungan alami tanaman kakao
adalah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan
naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh.
Menurut Susanto (1994) pedoman pengurangan naungan pada
Tabel 1. Penyinaran yang dilakukan pada beberapa umur bibit tananan kakao
No Umur tanaman Penyinaran 1 2 3 4 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 25%-30% 30%-40% 50%-70% 70%
3. Pembibitan tanaman kakao
Menurut Kamil (1979), pengertian perkecambahan adalah
pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryo axis di dalam yang
terhenti untuk selanjutnya membentuk bibit. Perkecambahan ini tidak
hanya dipakai khusus untuk biji tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan
lainnya. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah
umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar
dari benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah
a. Tingkat kemasakan benih
Benih dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai,
tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa jenis tanaman,
benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada
tingkat tersebut belum memilki cadangan makanan yang cukup dan juga
pembentukan embrio belum sempurna.
b. Ukuran benih
Di dalam penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein,
energi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang
berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak
dibandingkan dengan benih yang kecil, mungkin embrionya lebih besar.
c. Pembibitan
Menurut Sunanto (1992), bibit yang baik untuk ditanam di
lapangan harus memenuhi mutu baku dari bibit yang siap ditanam yaitu
umur bibit telah 4 -5 bulan, tinggi bibit lebih dari 50 cm, jumlah daun
20-24 helai dan minimum mempunyai 4 helai daun tua, diameter batangnya
(5 cm dari permukaan tanah) sekitar 1,5 cm dan harus diusahakan bibit
yang dipindahkan tidak sedang bertunas (flush), bibit dalam keadaan
sehat (tidak terserang hama atau penyakit dan utuh (tidak patah), serta
tumbuh normal (tidak bengkok). Kebutuhan unsur hara pada bibit
tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Kebutuhan unsur hara pada bibit tanaman kakao Unsur hara Satuan (gram/bibit)
N 2
P2O5 2
K2O 2
MgO 1
Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa faktor
yaitu :
1) Dekat dengan sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar,
drainasenya baik, terlindung dari angin yang kencang dan sinar
2) Tempat pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan
angin yang kencang, naungan dapat berupa tanaman hidup misalnya
lamtaro, atau kelapa atau anyaman bambu mengahadap ke timur
dengan tinggi 2 m
3) Media polybag adalah campuran dari tanah yang subur (top soil) dan
pasir dengan perbandingan 1:1 (Sunanto, 1992).
Topsoil pada umumnya hanya memiliki ketebalan sekitar
15 cm - 35 cm atau kurang lebih sejengkal. Selain itu, pada lapisan
tanah ini hidup mikroflora dan mikrofauna atau jasad renik biologis
seperti bakteri, cacing tanah, serta berbagai serangga tanah, yang
masing-masing dapat menguntungkan dan menyuburkan tanah
(Wuianto, 2005).
Pasir dapat dipilih sebagai media tanam karena mempunyai
pori-pori yang lebih banyak, dimana pori-pori tersebut sangat baik
untuk aerasi dan draenase serta mempermudah akar menyerap unsur
hara. Pasir dapat dipilih sebagai media tanam untuk menggantikan
fungsi tanah karena pasir masih dianggap memadai oleh karena itu
penggunaan pasir sebagai media tanam jauh lebih baik bila
dikombinasikan dengan bahan lainnya ( Dina, 1994 ). B. Tinjauan Tentang Pupuk Daun Anorganik Seprint
Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik
dan biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk
Menurut Setyamidjaja (1986), penggunaan pupuk ini dapat diberi
pada tanaman dengan jumlah unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman serta dapat diberikan pada saat yang tepat sesuai dengan tingkat
pertumbuhan tanaman, pemakaiannya lebih praktis, demikian pula
pengangkutannya lebih mudah.
Menurut Anonim (2009), Seprint merupakan pupuk daun lengkap,
berbentuk cair, produksi Bunga tani lamongan. Kandungan kadar N ±11%,
P2O5 ±0,17%, K2O ±2%, dan unsur-unsur hara mikro lainnya yang melengkapi yaitu B, Co, Mn, Mo, Zn, Cu. Warna cairannya biru tua dan konsentrasi yang
dianjurkan 10 cc l-1 air. Seprint merupakan pupuk berbentuk cair sebagai bahan makanan secara foliar (daun).
Penyemprotan dilakukan secara merata, pada waktu pagi atau sore hari
yang dilaksanakan tiap 10-15 hari sekali bagi tanaman keras/berkayu, tanaman
perkebunan dan buah-buahan dan lakukan penyemprotan tiap 10 hari jika
tanaman mulai berbunga hingga berbuah dan sampai tanaman dipetik hasilnya
(Anonim, 2009).
Seprint membantu meningkatkan hasil panen atau hasil buah dan
membantu daun, bunga dan buah agar tidak mudah rontok. Di samping
kandungan makronutrisi Seprint juga mengandung Boron, Cobalt, Mangan,
Molybdenum, Zinc, Coppeer. Untuk menyuburkan tanaman keseluruhan yaitu
daun, bunga, buah agar tanaman menjadi subur. Mencegah daun
berkerut/kering atau berlubang. Menyuburkan daun, penunasan tunas-tunas
mencegah kelayuan dan kerontokan bunga. Menyuburkan pembuahan,
menjadikan buah subur dan mencegah kerontokan buah (Anonim, 2009).
Kunci yang paling utama yang sangat perlu diperhatikan adalah
memahami setiap unsur mineral yang diberikan serta fungsinya untuk tanaman.
Pupuk yang akan diberikan harus mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman. Pupuk ini dilarutkan dengan kepekaan tertentu, kemudian
disiram dengan frekuensi yang tertentu pula (Anonim, 2009).
C. Hama dan Penyakit Tanaman Kakao
Menurut Pusat penelitian kopi dan kakao (2008), pada perkebunan
kakao skala besar (perusahaan) atau perkebunan rakyat pernah terjadi serangan
hama dan penyakit. Pada seluruh bagian tanaman kakao mulai dari akar,
batang, daun dan buah dapat diserang.
1. Hama
a. Penggerek buah kakao atau PBK (conopomorpha cramerella snellen)
Penggerak buah kakao (PBK) umunya menyerang buah kakao
yang masih muda dengan panjang sekitar 8 cm. Stadium yang
menimbulkan kerusakan adalah stadium larva. Larva PBK memakan
daging buah dan saluran makanan yang menuju biji, tetapi tidak
menyerang biji. Gejala serangan baru tampak dari luar saat buah masak
berupa kulit buah berwarna pudar dan timbul belang berwarna jingga
serta jika dikocok tidak berbunyi. Jika dibelah daging buahnya akan
tampak berwarna hitam, biji-biji melekat satu sama lain dengan warna
b. Kepik pengisap buah (helopeltis antonii sign)
Serangga muda (nimfa) dan imago helopeltis dapat menimbulkan
kerusakan terhadap tanaman kakao dengan cara menusukkan alat
mulutnya ke dalam jaringan tanaman untuk mengisap cairan sel-sel di
dalamnya.
c. Penggerek batang atau cabang (zeuzera coffeae nietn.)
Larva Z. coffeae mulai menggerek dari bagian samping batang
yang bergaris tengah 3-5 cm dengan panjang liang gerek mencapai 40-50
cm. Akibat gerekan ini, batang atau cabang menjadi berlubang dan di
permukaan lubang sering terdapat campuran kotoran larva dan serpihan
jaringan, larva membuat rongga gerekan dengan arah melintang di ujung
gerekan hingga mendekati kulit batang dan sering meninggalkan liang
gerekan serta memulai membuat lubang gerekan baru di pangkal yang
sama. Akibat gerekan larva tersebut bagian tanaman di atas lubang gerek
menjadi layu, kering, dan mati.
d. Ulat api (darna trima moore)
Serangan larva instar awal menimbulkan bintik-bintik tembus
cahaya pada daun, kemudian timbul bercak-bercak cokelat yang
sekelilingnya berwarna kuning dan dapat meluas ke seluruh permukaan
daun sehingga daun mati dan gugur. Larva instar lanjut mulai memakan
tepi daun atau bagian tengah daun, sehingga menimbulkan lubang-lubang
e. Ulat bulu (Lymantria sp)
Ulat bulu adalah hama pemakan daun, terutama daun yang masih
muda. Serangan dimulai sejak larva keluar dari dalam telur. Daun-daun
muda yang diserang tampak berlubang, dan pada serangan yang berat
daun-daun yang lebih tua juga diserang sehingga tanaman akan gundul.
Kerusakan tanaman kakao akibat hama ulat bulu tidak berpengaruh
langsung terhadap produksi tetapi dengan gundulnya tanaman proses
fisiologi tanaman khususnya fotosintesis menjadi sangat terganggu.
Kerugian yang sangat berarti terjadi jika ulat bulu menyerang kakao pada
stadium bibit atau tanaman muda.
2. Penyakit
a. Penyakit busuk buah
Buah yang terinfeksi menunjukkan gejala yang terjadinya
pembusukan disertai bercak cokelat kehitaman, serangan biasanya
dimulai dari ujung atau pangkal buah. Pada kondisi lembab pada
permukaan buah akan muncul serbuk berwarna putih. Jamur menyebar
dari satu buah ke buah lain melalui beberapa cara, terutama melalui
percikan air hujan, hubungan langsung antara buah sakit dan buah sehat
dan melalui perantara binatang
b. Penyakit kanker batang
Kulit batang tampak adanya warna gelap atau kehitaman dan agak
berlekuk. Pada bercak hitam ini sering ditemukan cairan kemerahan
yang terserang dikupas akan terlihat lapisan di bawahnya membusuk dan
berwarna merah anggur. Batang yang diserang biasanya batang pokok
walaupun tidak menutup kemungkinan cabang yang besar juga bisa
terinfeksi. Penyakit mudah berkembang pada kebun yang lembab
dengan curah hujan tinggi atau daerah yang sering tergenang air sampai
berhari-hari.
c. Penyakit antraknose-colletotriuchum
Serangan pada daun muda terlihat gejala bintik-bintik nekrosis
(kematian jaringan) berwarna cokelat. Setelah daun berkembang bintik
nekrosis menjadi bercak berlubang dengan halo (jalur di sekitar bercak
akibat klorofil yang rusak berwarna kuning. Pada daun yang lebih tua
bintik nekrosis berkembang menjadi bercak nekrosis yang beraturan.
Pada keadaan yang cukup lembab, daun atau buah yang terifeksi banyak
menghasilkan konidia. Bercak-bercak pada daun menghasilkan
kumpulan konidia yang berwarna putih dan tidak berlendir. Konidia
dapat disebarkan oleh air, hujan, angin dan serangga.
d. Penyakit vascular streak dieback
Gejala khusus adalah daun menguning dengan bercak-bercak
berwarna hijau. Daun-daun yang menguning akhirnya gugur sehingga
tampak gejala ranting ompong. Gejala VSD menular dari tanaman satu
ketanaman lain melalui spora yang diterbangkan oleh angin pada tengah
e. Penyakit jamur upas
Pada tingkatan ini, bagian tanaman yang diserang mula-mula
jamur tampak mengkilap seperti perak, sangat mirip dengan laba-laba.
Jamur membentuk kumpulan-kumpulan hifa yang sering terbentuk di
depan lentisel pada bongkol tanaman. Jamur membentuk kerak yang
berwarna merah jambu, seperti warna ikan salmon. Oleh karena itu
penyakit ini sering disebut dengan pink disease. Kulit cabang di bawah
kerak tersebut sudah membusuk. Dalam penyebarannya jamur upas
dipencarkan oleh basidiospora yang terbawa oleh angin.
f. Penyakit akar
Jenis penyakit akar yang dijumpai pada perkebunan kakao
antara lain penyakit akar merah, penyakit akar cokelat dan penyakit akar
putih. Dari ketiga penyakit akar ini, jika dilihat gejalanya tampak sama,
mula-mula daun kelihatan menguning, layu dan akhirnya gugur
kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Penularan ke tanaman lain
biasanya terjadi dengan kontak akar sakit dengan yang sehat, pada
umumnya jamur menyerang akar tunggang dan selanjutnya menyerang
keakar-akar yang besar. Apabila seluruh permukaan akar tunggang telah
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Waktu yang diperlukan adalah selama tiga bulan, dimulai pada
tanggal 14 Desember 2010 sampai dengan 14 Maret 2011 meliputi persiapan,
penanaman, pengambilan data dan pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ember, cangkul,
parang, spidol, ayakan diameter 15 cm, label, kamera, polybag ukuran
30 cm x 20 cm tebalnya 0,08 mm, alat tulis, penggaris, gelas ukur,
mikrokalifer, hand sprayer dan gembor.
Bahan yang digunakan adalah : Bibit tanaman kakao jenis forastero
varietas lindak umur 2 bulan, pupuk daun anorganik Seprint, air, tanah, dan
pasir, insektisida matador.
C. Prosedur Penelitian 1. Persiapan
a. Persiapan media tanam
Mengambil tanah topsoil yang berada di sekitar areal penelitian
dengan kedalaman tanah yang diambil sampai dengan 10 cm.
Membersihkan tanah dari akar-akar pohon, daun dan kerikil, lalu
menggemburkan dengan cangkul dan mengayak tanah menggunakan
Mencampurkan tanah yang telah diayak dengan pasir dan memasukkan
ke dalam polybag dengan perbandingan 1 : 1.
b. Persiapan bibit
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman
kakao jenis forastero varietas lindak dari perbanyakan secara generatif
yang berumur 2 bulan setelah semai yang diperoleh dari desa Berambai
kelurahan Sempaja ujung Kecamatan Samarinda Utara.
2. Perlakuan
Perlakuan penelitian adalah pemberian pupuk daun anorganik
Seprint dengan empat taraf perlakuan, masing-masing taraf perlakuan
diulang sebanyak 10 kali. Taraf perlakuan yang diberikan yaitu:
P0 : Kontrol
P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Pemberian pupuk daun anorganik Seprint yang diberikan setiap 2
minggu sekali dilakukan sebanyak 7 kali selama 3 bulan dengan
disemprotkan ke daun tanaman. Denah penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3. Penanaman ke polybag
Masing-masing polybag dilakukan transplanting 1 bibit tanaman
kakao dengan pertumbuhan yang seragam pada setiap perlakuan. Untuk
pendahuluan untuk mengetahui data awal tanaman sebelum dilakukan
pengamatan selanjutnya, yang meliputi tinggi tanaman, diameter batang dan
jumlah daun.
4. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman yang dilakukan
setiap pagi dan sore hari sampai kapasitas lapang atau disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
b. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu mencabut
semua gulma yang tumbuh di sekitar bibit dilakukan sebanyak 4 kali
selama penelitian.
c. Pengendalian hama
Pengendalian hama dilakukan secara kimia yaitu menggunakan
Matador, dilakukan 1 kali setelah tanam terlihat gejala daun bergerigi
akibat serangan ulat bulu (Lymantria sp).
D. Pengambilan dan Pengolahan Data
Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali setiap 1 bulan setelah
tanam (BST), variabel yang diamati yaitu:
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal 1 cm diatas permukaan
tanah sampai pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi dengan menggunakan
sekali pengamatan. Tabel pengamatan tinggi tanaman dapat dilihat pada
Lampiran 2 dan gambar pengukuran tinggi bibit tanaman kakao dapat
dilihat pada Lampiran 12.
2. Diameter batang (mm)
Diameter tanaman diukur 1 cm dari tanah dengan menggunakan
mikrokalifer. Tabel pengamatan diameter batang dapat dilihat pada
Lampiran 5 dan gambar pengukuran diameter batang bibit tanaman kakao
dapat dilihat pada Lampiran 12.
3. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun yang diamati adalah daun tanaman yang telah
membuka sempurna dan daun yang gugur. Tabel pengamatan jumlah
daun dapat dilihat pada Lampiran 8 dan gambar pengukuran jumlah daun
bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Lampiran 12.
E. Analisa Data
Data hasil pengamatan analisa menggunakan rataan hitung sederhana
dan standar deviasi populasi menurut Santoso, 2009 dengan rumus yang
digunakan adalah : x = n x Keterangan: x = rata-rata hitung n = banyaknya data
𝜎2 = 𝑛𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝜇)2 𝑁 Keterangan 𝜎 = standar deviasi 𝜇 = rata-rata data N = jumlah data Xi = data yang ke i
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakaodapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Rata-rata, Standar deviasi, D-Min dan D-Max tinggi tanaman (cm) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit tanaman kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
D-Min D-Max - + P0 23.58 2.98 18.40 29.20 20.60 26.56 P1 23.78 2.39 19.80 28.80 21.39 26.17 P2 25.33 3.27 19.80 29.60 22.06 28.60 P3 24.98 2.88 18.50 29.40 22.10 27.86 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 1 bulan pada taraf kontrol (P0) sebesar 23,58 ± 2,98 adalah 20,60 dan 26,56, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata
D-Max tinggi tanaman sebesar 18,40 cm dan 29,20 cm dari taraf perlakuan
kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
5 cc l-1 air (P1) sebesar 23,78 ± 2,39 adalah 21,39 dan 26,17 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata D-Max tinggi
tanaman sebesar 19,80 cm dan 28,80 cm. Pada perlakuan pupuk daun
anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 25,33 ± 2,27 adalah 22,06 dan 28,60 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata
D-Min dan rata-rata D-Max tinggi tanaman sebesar 19,80 cm dan 29,60 cm.
Pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
15 cc l-1 air (P3) sebesar 24,98 ± 2,88 adalah 22,10 dan 27,86, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata D-Max tinggi
tanaman sebesar 18,50 cm dan 29,40 cm.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakaodapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Rata-rata, Standar deviasi D-Min dan D-Max tinggi tanaman (cm) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit tanaman kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 27.53 3.12 21.60 32.70 24.41 30.65 P1 27.86 2.44 23.90 33.20 25.42 30.30 P2 30.06 3.23 25.00 34.30 26.83 33.29 P3 27.75 2.60 23.00 31.10 25.15 30.35 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 2 bulan pada taraf kontrol (P0) sebesar 27,53 ± 3,12 adalah 24,41 dan 30,65, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata
D-Max tinggi tanaman sebesar 21,60 cm dan 32,70 cm dari taraf perlakuan
kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
5 cc l-1 air (P1) sebesar 27,86 ± 2,44 adalah 25,42 dan 30,30, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata D-Max tinggi
tanaman sebesar 23,90 cm dan 33,20 cm. Pada perlakuan pupuk daun
anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 30,06 ± 2,23 adalah 26,83 dan 33,29, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata
D-Min dan rata-rata D-Max tinggi tanaman sebesar 25,00 cm dan 34,30 cm.
Pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
15 cc l-1 air (P3) sebesar 27,75 ± 2,60 adalah 25,15 dan 30,35, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata D-Max tinggi
tanaman sebesar 23,00 cm dan 31,10 cm.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
Tabel 5. Rata-rata, Standar deviasi D-Min dan D-Max tinggi tanaman (cm) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit tanaman kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 31.52 3.17 25.40 36.60 28.35 34.69 P1 31.19 3.52 23.30 37.20 27.67 34.71 P2 35.15 3.17 30.20 39.20 31.98 38.32 P3 32.54 2.49 27.80 35.80 30.05 35.03 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 3 bulan pada taraf kontrol (P0) sebesar 31,52 ± 3,17 adalah 28,35 dan 34,69, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata
D-Max tinggi tanaman sebesar 25,40 cm dan 36,60 cm dari taraf perlakuan
kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
5 cc l-1 air (P1) sebesar 31,19 ± 3,52 adalah 27,67 dan 34,71, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata D-Max tinggi
tanaman sebesar 23,30 cm dan 37,20 cm. Pada perlakuan pupuk daun
anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 35,15 ± 3,17 adalah 31,98 dan 38,32, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata
D-Min dan rata-rata D-Max tinggi tanaman sebesar 30,20 cm dan 39,20 cm.
15 cc l-1 air (P3) sebesar 32,54 ± 2,49 adalah 30,05 dan 35,05, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Min dan rata-rata D-Max tinggi
tanaman sebesar 27,80 cm dan 35,80 cm.
2. Diameter Batang
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata dan standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel
6 berikut:
Tabel 6. Rata-rata, Standar deviasi D-Min dan D-Max pertumbuhan diameter batang (mm) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 4.27 0.92 3.28 5.83 3.35 5.19 P1 4.33 0.40 3.55 4.88 3.93 4.73 P2 4.27 0.48 3.33 5.02 3.78 4.75 P3 3.58 0.46 3.10 4.56 3.12 4.04 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 1 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 4,27 ± 0,92 adalah 3,35 dan 5,19 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min diameter batang sebesar 5,83 mm dan 3,28 mm dari taraf
Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar 4,33 ± 0,40 adalah 3,93 dan 4,73 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
diameter batang sebesar 4,88 mm dan 3,55 mm. Pada perlakuan pupuk
daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 4,27 ± 0,48 adalah 3,78 dan 4,75 hal tersebut menunjukkan nilai rata-rata
D-Max dan rata-rata D-Min diameter batang sebesar 5,02 mm dan 3,33 mm.
Pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
15 cc l-1 air (P3) sebesar 3,58 ± 0,46 adalah 3,12 dan 4,04 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min diameter
batang sebesar 4,56 mm dan 3,10 mm.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel
7 berikut:
Tabel 7. Rata-rata, Standar deviasi, D-Min dan D-Max pertumbuhan diameter batang (mm) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 5.21 0.82 4.22 6.41 4.39 6.03 P1 5.32 0.37 4.53 5.98 4.95 5.69 P2 5.51 0.52 4.41 6.36 4.98 6.03 P3 4.57 0.45 4.07 5.55 4.13 5.02 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 2 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 5,21 ± 0,82 adalah 4,39 dan 6,03 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min diameter batang sebesar 6,41 mm dan 4,22 mm dari taraf
perlakuan kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar 5,32 ± 0,37 adalah 4,95 dan 5,69 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
diameter batang sebesar 5,98 mm dan 4,53 mm. Pada perlakuan pupuk
daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 5,51 ± 0,52 adalah 4,98 dan 6,03 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
rata-rata D-Max dan rata-rata-rata-rata D-Min diameter batang sebesar 6,36 mm dan
4,41 mm. Pada Perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) sebesar 4,57 ± 0,45 adalah 4,13 dan 5,02 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
diameter batang sebesar 5,55 mm dan 4,07 mm.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan diameter batang bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel
Tabel 8. Rata-rata, Standar deviasi D-Min dan D-Max pertumbuhan diameter batang (mm) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval Min Max - + P0 6.29 0.80 5.34 7.53 5.49 7.09 P1 6.35 0.41 5.54 7.08 5.94 6.76 P2 6.93 0.48 6.17 7.75 6.44 7.41 P3 5.72 0.44 5.22 6.63 5.28 6.16 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 3 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 6,29 ± 0,80 adalah 5,49 dan 7,09 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min diameter batang sebesar 7,53 mm dan 5,34 mm dari taraf
perlakuan kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar 6,35 ± 0,41 adalah 5,94 dan 6,76 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
diameter batang sebesar 7,08 mm dan 5,54 mm. Pada perlakuan pupuk
daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 6,93 ± 0,48 adalah 6,44 dan 7,41 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
rata-rata D-Max dan rata-rata-rata-rata D-Min diameter batang sebesar 7,75 mm dan
konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) sebesar 5,72 ± 0,44 adalah 5,28 dan 6,16 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
diameter batang sebesar 6,63 mm dan 5,22 mm.
3. Jumlah Daun
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 9
berikut:
Tabel 9. Rata-rata, standar , D-Min dan D-Max pertambahan jumlah daun (helai) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 9.00 1.73 7.00 12.00 7.27 10.73 P1 9.40 1.43 8.00 12.00 7.97 10.83 P2 10.00 1.61 8.00 13.00 8.39 11.61 P3 9.00 1.73 7.00 12.00 7.27 10.73 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 1 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 9,00 ± 1,73 adalah 7,27 dan 10,73 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 12,00 helai dan 7,00 helai dari taraf
Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar 9,40 ± 1,43 adalah 7,97 dan 10,83 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 12,00 helai dan 8,00 helai. Pada perlakuan pupuk daun
anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 10,00 ± 1,61 adalah 8,39 dan 11,61 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata
D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 13,00 helai dan 8,00 helai.
Pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi
15 cc l-1 air (P3) sebesar 9,00 ± 1,73 adalah 7,27 dan 10,73 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun
sebesar 12,00 helai dan 7,00.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 10
berikut:
Tabel 10. Rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan jumlah daun (helai) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 12.00 2.05 9.00 16.00 9.95 14.05 P1 12.80 1.25 11.00 15.00 11.55 14.05 P2 14.10 1.81 11.00 17.00 12.29 15.91 P3 12.40 2.24 10.00 17.00 10.16 14.64 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 2 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 12,00 ± 2,05 adalah 9,95 dan 14,05 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 16,00 helai dan 9,00 helai dari taraf
perlakuan kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar12,80 ± 1,25 adalah 11,55 dan14,05 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 15,00 helai dan 11,00 helai. Pada perlakuan pupuk
daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 14,10 ± 1,81 adalah 12,29 dan 15,91 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 17,00 helai dan
11,00 helai. Pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) sebesar 12,40 ± 2,24 adalah 10,16 dan 14,64 hal tersebut menunjukkan nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah
daun sebesar 17,00 helai dan 10,00 helai.
Hasil pengamatan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik
Seprint terhadap nilai rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max
pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 11
Tabel 11. Rata-rata, standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan jumlah daun (helai) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam (BST) terhadap bibit kakao dengan perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint.
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
Min Max - + P0 15.80 1.83 14.00 19.00 13.97 17.63 P1 16.60 1.69 14.00 19.00 14.91 18.29 P2 18.40 2.11 15.00 21.00 16.29 20.51 P3 16.60 2.01 14.00 21.00 14.59 18.61 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Konsentrasi 5 cc l-1 air P2 : Konsentrasi 10 cc l- air P3 : Konsentrasi 15 cc l-1 air
Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
perlakuan pemberian pupuk daun anorganik Seprint bibit tanaman kakao
umur 3 bulan pada perlakuan kontrol (P0) sebesar 15,80 ± 1,83 adalah 13,97 dan 17,63 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata D-Max dan
rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 19,00 helai dan 14,00 helai dari taraf
perlakuan kontrol (P0) tidak disebabkan oleh perlakuan pemberian pupuk. Demikian pula pada perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan
konsentrasi 5 cc l-1 air (P1) sebesar 16,60 ± 1,69 adalah 14,91 dan 18,29 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 19,00 helai dan 14,00 helai. Pada perlakuan pupuk
daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) sebesar 18,40 ± 2,11 adalah 16,29 dan 20,51 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min jumlah daun sebesar 21,00 helai dan
konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) sebesar 16,60 ± 2,01 adalah 14,59 dan 18,61 hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata D-Max dan rata-rata D-Min
jumlah daun sebesar 21,00 helai dan14,00 helai.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa terhadap nilai rata-rata dan nilai standar
deviasi pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi yang berbeda
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 1 BST (Tabel 3), umur 2
BST (Tabel 4) dan umur 3 BST (Tabel 5). Demikian pula terhadap diameter
batang umur 1 BST (Tabel 6), umur 2 BST (Tabel 7) dan umur 3 BST (Tabel
8), serta pada variabel jumlah daun umur 1 BST (Tabel 9), umur 2 BST (Tabel
10) dan umur 3 BST (Tabel 11), menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun
anorganik Seprint tidak dipengaruhi oleh perlakuan pada semua taraf yaitu
perlakuan kontrol (P0), perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 5 cc l-1 air (P1), perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 10 cc l-1 air (P2) dan perlakuan pupuk daun anorganik Seprint dengan konsentrasi 15 cc l-1 air (P3) diduga unsur hara dari dalam tanah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman kakao hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2005) bahan organik tanah merupakan sumber energi dan
makanan mikroorganisme tanah, sehingga tanah permukaan jauh lebih kaya
mikroorganisme dibandingkan dengan tanah-tanah dari lapisan yang lebih
dalam. Selain itu juga menurut Sutedjo dan Kartasaopoerta (2005) secara
biologis hasil penguraian bahan organik menyebabkan tanah permukaan relatif
kaya akan berbagai mikro flora dan fauna serta organisme-organisme pelarut
berasosiasi dengan mikroba-mikroba tersebut. Begitu juga menurut
Rusmarkam dan Yubuono (2002) dengan keseimbangan kesuburan fisik dan kemis dalam tanah akan menjamin dan mendukung proses pembentukan akar
dan pertumbuhan bibit selama pertumbuhannya.
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan
unsur-unsur makanan tanaman dalam jumlah yang cukup dan seimbang sehingga
dapat memberi hasil yang diharapkan (AAk, 2005). Pada prinsipnya tanah
yang subur adalah tanah secara konsisten memberikan hasil yang baik tanpa
penambahan pupuk (Sutanto, 2005). Komposisi tanah yang terstruktur baik
dan subur biasanya dipakai sebagai media tumbuh untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang optimal di pembibitan, oleh karena itu media
tumbuh yang baik untuk pembibitan harus dapat menyediakan air, oksigen dan
unsur hara yang cukup optimal sesuai kebutuhan tanaman selama pertumbuhan
tanaman Hanafiah (2005). Humus atau bahan-bahan organik serta variabel
zat-zat hara mineral yang sangat diperlukan bagi tanaman terdapat dalam
lapisan top soil, mikro flora dan mikro fauna atau jasad renik biologis (bakteri,
cacing tanah, serangga tanah dan lain-lain) hidup berpadu dalam lapisan top
soil ini menyuburkan tanah dalam lingkungannya, sehingga bermanfaat bagi
hidup manusia (Kartasaopoerta, 2003).
Menurut Hanafiah (2005), profil tanah merupakan urutan susunan
horizon yang tampak dalam tubuh tanah, masing-masing horizon mempunyai
cirri-ciri morfologi, sifat-sifat kimia, fisik dan biologi yang khas. Horizon A
merupakan tanah permukaan (top soil) memiliki kandungan bahan organik
lebih tinggi daripada horizon B. Horizon A adalah setelah sisa-sisa organisme
maka awal dari pembentukan horizon-horison tanah terjadi, tanah lapisan atas
ini menjadi berwarna lebih gelap dan terbentuk struktur tanah yang lebih stabil
sebagai pengaruh dari bahan organik tersebut (Hardjowigeno, 2007).
Mikroorganisme tanah mengatur siklus unsur hara dengan cara
mempengaruhi proses dekomposisi yang mempengaruhi pelepasan dan retensi
unsur hara, selain daripada itu, biomassa mikroorganisme tanah mencerminkan
bahan organik yang dinamis berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi
tanaman (Handayanto dan Hairiah, 2009).
Menurut Sunanto (1992), bahwa jumlah kebutuhan unsur hara bibit
tanaman kakao untuk unsur N sebanyak 2 gram, unsur P2O5 sebanyak 2 gram, unsur K2O sebanyak 1 gram. Berdasarkan anjuran yang digunakan yaitu konsentrasi 10 cc l-1 air belum mencukupi untuk kebutuhan bibit tanaman kakao di pembibitan dan dengan taraf perlakuan pemberian konsentrasi pupuk
daun anorganik Seprint dengan interval yang terlalu dekat yaitu konsentrasi 5
cc l-1 air (P1), konsentrasi 10 cc l-1 air (P2), dankonsentrasi 15 cc l-1 air (P3) tidak berpengaruh karena kurangnya unsur hara. Hal ini sesuai pendapat
Lakitan (2000) bahwa jumlah kebutuhan unsur hara dapat dikaitkan dengan
kebutuhan tanaman untuk tumbuh dengan baik, Jika unsur hara kurang tersedia, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selain itu, menurut
Novizan (2003) unsur hara sangat diperlukan tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Jika jumlahnya kurang mencukupi, terlalu
lambat tersedia atau tidak diimbangi unsur-unsur lain akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman terganggu. Begitu juga menurut Harjadi (2002) bahwa
dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru. Sel-sel baru terbentuk karena adanya aktivitas pembelahan sel, perpanjangan sel dan deferensiasi sel.
Perlakuan pupuk daun anorganik Seprint tidak meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun. Hal ini diduga disebabkan oleh penyerapan unsur hara yang tersedia dalam pupuk daun anorganik Seprint terganggu karena tanaman mengalami serangan hama ulat bulu sekitar ± 10 %, bagian tanaman yang diserang adalah daun sehingga daun bergerigi, dimana daun merupakan tempat berlangsung fotosintesis, hal ini sesuai dengan pendapat Gardner (1991) yang menyatakan bahwa daun sebagai organ utama untuk menyerap cahaya dan untuk melakukan fotosintesis pada tanaman, mungkin berkembang dari embrio didalam biji atau dari jaringan meristem dibatang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pupuk
daun anorganik Seprint terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang
dan jumlah daun bibit tanaman kakao belum diperoleh konsentrasi yang
mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman kakao pada umur 2 bulan sampai
dengan umur 5 bulan.
B. Saran
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang lebih baik pada bibit tanaman
kakao, disarankan perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan pupuk daun
anorganik Seprint dengan konsentrasi lebih ditingkatkan dan melakukan
analisis kandungan unsur hara pada media tanam yang digunakan untuk
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2005. Tanah dan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta Anonim. 2009. Seprint. Bunga Tani Lamongan. Lamongan.
Dina, A. 1994. Aneka Jenis Media Tanah dan Penggunaannya. PT. Penebarswadaya. Jakarta
Gadner, F. P. R. B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Physiologi Of Crop Plant terjemahan, Herawati Susilo Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta
Handayanto. E. dan K. Hairiah. Biologi Tanah. Pustaka Adipura. Yogyakarta. Hardjowigeno. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Harjadi, S. S. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Kamil. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya. Padang.
Kartasapoetra. A.G. 2003. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta
Lakitan, B. 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Novizan. 2003. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta
Rosmarkam, A dan N. W. Yubuono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kansius. Jakarta
Santoso. S. 2009. Statistik Diskriptif. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta.
Siregar , T.H.S. Riyadi, S. Nuraeni, L. 2007. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta
Sunanto, H. 1992. Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominy. Kanasius. Jakarta.
Susanto, FX. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanasius. Yogyakarta.
Sutanto. R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo, M. M dan A.G. Kartasapoerta. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta
Wuianto, E. 2005. Peningkatan Produksi Tanaman Perkebunan. Penerbit Swadaya. Jakarta
Lampiran 1. Denah penelitian Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Penyemprotan 5 cc l-1 P2 : Penyemprotan 10 cc l-1 P3 : Penyemprotan 15 cc l-1
U
P03 P01 P17 P110 P26 P210 P34 P38 P010 P04 P12 P18 P21 P28 P39 P33 P02 P09 P14 P13 P27 P24 P35 P32 P07 P06 P19 P16 P29 P22 P310 P36 P05 P08 P15 P11 P23 P25 P3s1 P37Lampiran 2. Data pengamatan tinggi tanaman bibit kakao (cm) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 29,2 20,9 25,7 24,6 20,5 26 23,2 22,6 18,4 24,7 P1 25,9 28,8 21,8 22,6 23,5 25,2 21,9 23,6 19,8 24,7 P2 19,8 24,6 27,5 26,2 21,7 27,6 29,6 27,5 28,1 20,7 P3 23,4 25,7 26,2 25,7 21,8 29,4 18,5 26,5 25,7 26,9
Lampiran 3. Data pengamatan tinggi tanaman bibit kakao (cm) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 32,7 24,6 29,8 28,5 24,9 30,4 27,5 26 21,6 29,3 P1 29,7 33,2 26,1 26,5 27,1 29,3 26,2 27,6 23,9 29 P2 25 28,9 32,2 31 26,4 32,4 34,3 32,6 32,5 25,3 P3 26,3 26,2 30,6 27,8 24,6 30,9 23 28,2 28,8 31,1
Lampiran 4. Data pengamatan tinggi tanaman bibit kakao (cm) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 36,6 28,3 33,6 32,5 29,3 34,4 31,7 29,7 25,4 33,7 P1 33,5 37,2 30,2 30,2 23,3 33,4 30,5 32,6 28,3 32,7 P2 30,2 34,3 36,8 36 31,5 37,7 39,2 37,3 38,1 30,4 P3 31,5 31,1 35,4 32,7 29,5 35,8 27,8 33,2 33,1 35,3
Lampiran 5. Data pengamatan diameter batang bibit tanaman kakao (mm) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 5,55 3,39 4,83 3,92 3,28 3,49 3,84 5,15 5,83 3,44 P1 3,82 4,14 4,04 4,54 3,55 4,88 4,47 4,63 4,68 4,54 P2 4,19 5,02 4,21 3,33 4,8 4,3 4,80 4,1 4,15 3,75 P3 3,66 3,51 4,56 3,88 3,1 3,1 3,11 3,6 4,05 3,2
Lampiran 6. Data pengamatan diameter batang bibit tanaman kakao (mm) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 6,32 4,41 5,96 4,85 4,22 4,72 4,73 6,03 6,41 4,43 P1 4,92 5,33 5,11 5,44 4,53 5,98 5,45 5,51 5,47 5,43 P2 5,52 6,36 5,23 4,41 6,04 5,38 6,05 5,48 5,46 5,13 P3 4,76 4,39 5,55 4,83 4,11 4,32 4,16 4,52 5,01 4,07
Lampiran 7. Data pengamatan diameter batang bibit tanaman kakao (mm) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 7,14 5,44 7,18 5,94 5,34 6 5,71 7,06 7,53 5,53 P1 5,89 6,2 6,37 6,58 5,54 7,08 6,47 6,59 6,14 6,66 P2 6,93 7,75 7,07 6,17 7,49 6,54 7,41 6,80 6,74 6,36 P3 5,9 5,53 6,63 6,08 5,27 5,5 5,22 5,61 6,16 5,27
Lampiran 8. Data pengamatan jumlah daun bibit tanaman kakao (helai) pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 12 11 10 8 10 7 10 7 7 8 P1 8 12 9 8 10 11 9 11 8 8 P2 10 11 9 13 8 11 8 8 11 11 P3 10 7 12 8 9 7 12 8 9 8
Lampiran 9. Data pengamatan jumlah daun bibit tanaman kakao (helai) pada umur tanaman 2 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 16 14 13 11 13 10 13 9 10 11 P1 12 15 13 11 13 14 13 14 12 11 P2 14 15 13 16 13 14 11 12 17 16 P3 13 10 17 12 12 10 16 11 12 11
Lampiran 10. Data pengamatan jumlah daun bibit tanaman kakao (helai) pada umur tanaman 3 bulan setelah tanam
Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P0 19 18 15 16 18 14 16 14 14 14 P1 15 19 17 14 18 18 17 18 16 14 P2 18 19 18 21 18 18 15 15 21 21 P3 17 14 21 16 16 14 19 16 17 16
Lampiran 11. Kegiatan prosedur penelitian
Gambar 1. Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 2. pengisian tanah dalam polybag
Lampiran 12. Kegiatan pengamatan penelitian bibit tanaman kakao
Gambar1. Pengukuran tinggi bibit tanaman kakao pada umur 1 bulan setelah tanam
Gambar 2. Pengukuran diameter batang bibit tanaman kakao pada umur 2 bulan setelah tanam
Gambar 3. pengukuran jumlah daun bibit tanaman kakao pada umur 2 bulan setelah tanam
Lampiran 13. Gambar bibit tanaman kakao umur 2 bulan setelah tanam